Anda di halaman 1dari 11

Volume 6 Issue 3 (2022) Pages 1605-1614

Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini


ISSN: 2549-8959 (Online) 2356-1327 (Print)

Analisis Tingkat Kebutuhan Sistem Penjaminan Mutu


Internal Pendidikan Anak Usia Dini
Arif Hakim1 , Aep Saepudin2, Hasna Marwah1, Nan Rahminawati1
Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, Universitas Islam Bandung, Indonesia(1)
Pendidikan Agama Islam, Universitas Islam Bandung, Indonesia2
DOI: 10.31004/obsesi.v6i3.1796

Abstrak
Sampai saat ini Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) baru secara legal formal
dilaksanakan di jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah serta Perguruan Tinggi. Adapun di
dalam satuan PAUD belum ada legal formal yang menaungi tentang implementasi SPMI.
Oleh karena itu Satuan PAUD di Indonesia perlu pula Sistem Penjaminan Mutu Internal
Pendidikan Anak Usia Dini (SPMI PAUD). Pengembangan SPMI PAUD ini begitu mendesak,
sebab ke depan kompetisi Lembaga semakin ketat. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
sajauhmana tingkat kebutuhan SPMI PAUD ini, maka dilakukan pendekatan kuantitatif
dengan metode deskriptif kepada 60 TK yang ada di Kabupaten Bandung Barat. Pemilihan
lokasi ini berdasarkan data lebih dari 58% TK masih belum terakreditasi, hal ini dikarenakan
faktor kepemimpinan dan kesiapan seluruh unsur di lembaga TK yang rendah. Hasil
penelitian menunjukkan 98% lembaga TK menyebutkan perlu dikembangkan SPMI sekaligus
responden menyebutkan perlu dikembangkan pula Instrumen SPMI PAUD yang dapat
diimplementasikan di lapangan.

Kata kunci: penjaminan mutu; spmi; quality assurance; paud; akreditasi

Abstract
Until now, the Internal Quality Assurance System (IQAS) has only been formally implemented
at the Elementary and Secondary Education and Higher Education levels. In contrast to Early
Childhood Education institutions (ECE), there is no formal law regarding the implementation
of IQAS. Therefore, ECE institutions in Indonesia also need an Internal Quality Assurance
System for Early Childhood Education (IQAS ECE). The development of IQAS ECE is so
urgent, because in the future the competition for the institution is getting tighter. The purpose
of this study was to determine the level of need for IQAS ECE, then a qualitative approach
was carried out with descriptive methods to 60 ECE in West Bandung Regency. The selection
of this location is based on data from more than 58% of ECE institutions that are still not
accredited, this is due to the low leadership factor and readiness of all elements in institutions.
The results showed that 98% of ECE institutions said it was necessary to develop IQAS as well
as respondents said it was necessary to develop IQAS ECE instruments that could be
implemented in the field.

Keywords: quality assurance; iqas; preschool; ece; accreditation

Copyright (c) 2021 Arif Hakim, et al.


 Corresponding author :
Email Address : reginaazzahra6@gmail.com (Batusangkar, Sumatera Barat, Indonesia)
Received 18 May 2021, Accepted 1 October 2021, Published 11 Oktober 2021

Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 6(3), 2022 | 1605
Analisis Tingkat Kebutuhan Sistem Penjaminan Mutu Internal Pendidikan Anak Usia Dini
DOI: 10.31004/obsesi.v6i3.1811

PENDAHULUAN
Data capaian hasil akreditasi pada Satuan PAUD pada tahun 2018 seluruh Indonesia,
dari seluruh satuan PAUD yang dilakukan akreditasi sejumlah 30.241, untuk lembaga yang
terakreditasi A berjumlah 2.183 Satuan PAUD (7,2%), dengan sebagian besar terpusat pada
kelompok Taman Kanak-kanak (70 %). Kemudian hasil akreditasi B sejumlah 17.825 satuan
PAUD (59%), dengan jumlah sebgain besar pada kelompok Taman Kanak-kanak (62,2%).
Selanjutnya untuk akreditasi C sejumlah 10.126 satuan PAUD (33,5%) dengan konsentrasi
pada kelompok TK dan KB (81,7%). (Ban PAUD dan PNF, 2019)
Capaian akreditasi pada lingkup kota di provinsi Jawa Barat, data menunjukkan dari
186 lembaga PAUD di Kota Depok pada tahun 2018 menunjukkan 105 lembaga TK (55%)
terakeditasi B dan 63 (30%) lembaga PAUD terakreditasi C (Renti, 2019). Adapaun hasil
dokumentasi pencapaian akreditasi pada satuan Pendidikan formal (Taman Kanak-kanak) di
Kabupaten Bandung Barat, dari 232 Lembaga TK, terdapat 108 yang sudah terakreditasi dan
selebihnya 124 tidak terakreditasi. Penyebab masih banyaknya Lembaga TK yang tidak
terakreditasi diantaranya, ketidaksiapan Lembaga dalam menghadapi akreditasi, sosialisasi
yang kurang, sarana prasarana yang belum memadai, serta keterbatasan sumberdaya kepala
sekolah dan guru dalam pengetahuan administrasi Pendidikan (Radhiyatul Fithri, 2018; Siti
Aminah & Amiliya, 2021)
Akreditasi sekolah merupakan amanat UU Sisdiknas Tahun 2003 pasal 60 ayat 1 yang
menyatakan, “Akreditasi dilakukan untuk menentukan kelayakan program dan satuan
pendidikan pada jalur pendidikan formal dan nonformal pada setiap jenjang dan jenis
pendidikan.” Selanjutnya pada ayat 2 disebutkan, Akreditasi terhadap program dan satuan
pendidikan dilakukan oleh pemerintah dan/atau lembaga mandiri yang berwenang sebagai
bentuk akuntabilitas publik.” Oleh karena itu sebagai pengejawantahan terhadap proses
akuntabilitas pelaksanaan akreditasi sekolah, maka pemerintah mendirikan Lembaga
penjaminan mutu yang disebut Badan Akreditasi Nasional (BAN) yang bertugas menjamin
kualitas pendidikan sesuai dengan standar pelayanan minimal yang telah ditetapkan.
Demikian pula pada jenjang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), maka Lembaga penjamin
mutu di tingkat satuan PAUD disebut Badan Akreditasi Nasional Pendidikan Anak Usia Dini
dan Pendidikan Non Formal (Ban PAUD dan PNF, 2019)
Oleh karena itu dapat kita ketahui begitu pentingnya penjaminan mutu Lembaga di
PAUD, selain dari kewajiban setiap Lembaga PAUD sesuai dengan UU, juga kualitas lembaga
PAUD pada saat ini sudah menjadi tolak ukur bagi para orangtua didalam merencanakan
pendaftaran sekolah bagi anak-anaknya. Akreditasi memberikan acuan Pendidikan yang
layak bagi anak-anaknya kepada masyarakat, sebagai gambaran Lembaga Pendidikan yang
berkualitas. Perlu upaya dalam meningkatkan mutu Lembaga PAUD khususnya yang nilai
akreditasi “C” agar dapat meningkat ke predikat minimal “Baik”, pun demikian yang
medapatkan predikat nilai “Baik” bisa meningkat pada predikat “Sangat Baik”, dan yang
sudah mendapat predikat “Sangat Baik” dapat mempertahankan nilai akreditasinya, maka
perlu adanya sistem yang membantu Lembaga PAUD untuk mencapai standar mutu yang
telah ditetapkan
Untuk meningkatkan mutu Lembaga PAUD maka perlu dikembangkan Sistem
Penjaminan Mutu Internal Pendidikan Anak Usia Dini (SPMI PAUD). Pengembangan SPMI
PAUD ini begitu mendesak, sebab kedepan kompetisi Lembaga semakin ketat. Sampai saat
ini SPMI baru diterapkan di Perguruan Tinggi, Pendidikan Dasar dan Menengah, belum
dikembangkan di satuan PAUD. Oleh karena itu tujuan penelitian ini sebagai langkah awal
yaitu melakukan studi tingkat kebutuhan Sistem Penjaminan Mutu Internal pada Pendidikan
Anak Usia Dini.
Mutu adalah sebuah kualitas dan harga diri dari suatu lembaga Pendidikan (Asruroh,
2014) Mutu adalah kesesuaian terhadap ketetapan menurut Philip B. Crosby (Kemenristek,
2016). Penjaminan Mutu di Satuan PAUD merupakan suatu sistem yang memastikan
pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan Standar Nasional PAUD (SN PAUD) yang

1606 | Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 6(3), 2022
Analisis Tingkat Kebutuhan Sistem Penjaminan Mutu Internal Pendidikan Anak Usia Dini
DOI: 10.31004/obsesi.v6i3.1811
termaktub dalam Permendikud No. 137 Tahun 2014. Penjaminan Mutu Internal diartikan
dengan kegiatan mengevaluasi satuan PAUD masing-masing untuk mencapai bahkan dapat
melampaui Standar Nasional PAUD. SPMI bersifat mandiri dan independent. SPMI
dipandang sebagai salah satu solusi permasalahan PAUD di Indonesia.
SPMI bertujuan untuk mengawal satuan Pendidikan di Indonesia mampu
menyelenggarkan Pendidikan mencapai atau melampaui SN Pendidikan yang telah
ditetapkan (Ragil et al., 2020). Pada gilirannya SPMI dapat dijadikan sebagai bahan sistem
penjaminan mutu eksternal (SPME) oleh Badan Akreditasi Nasional (BAN). Dengan
mengadopsi siklus SPMI di Pendidikan tinggi, maka implementasi SPMI PAUD dilaksanakan
melalui tahapan sebagai berikut: (a) Pemetaan mutu dilaksanakan melaui kegiatan evaluasi
diri sekolah (EDS) berdasarkan Standar Nasional PAUD. Hasil dari kegiatan ini adalah peta
capaian standar nasional pendidikan di satuan pendidikan. sebagai baseline, masalah-
masalah yang dihadapi dan rekomendasi perbaikannya, (b) Penyusunan rencana peningkatan
mutu berdasarkan pemetaan mutu. Luaran dari kegiatan perencanaan ini adalah Dokumen
Perencanaan Pengembangan Sekolah dan Rencana Aksi. (c) Pelaksanaan rencana peningkatan
mutu meliputi kegiatan pengelolaan satuan PAUD dan kegiatan proses pembelajaran. Hasil
kegiatan pelaksanaan Rencana Peningkatan Mutu ini adalah tercapainya mutu pendidikan
dan capaian SN PAUD yang ditetapkan, (d) Monitoring dan evaluasi pelaksanaan rencana
peningkatan mutu, dilakukan untuk memastikan bahwa pelaksanaan peningkatan mutu
berjalan sesuai rencana yang telah disusun. Luaran kegiatan ini adalah laporan pelaksanaan
pemenuhan standar nasional pendidikan dan implementasi rencana pemenuhan mutu oleh
satuan pendidikan. Selain itu juga rekomendasi tindakan perbaikan jika di temukan adanya
ketidaksesuaian antara rencana dan aksi. (e) Penetapan standar mutu baru dan penyusunan
strategi peningkatan mutu, Berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi, satuan PAUD
melakukan penetapan standar mutu baru yang lebih tinggi dari standar baseline
(Suharsaputra, 2010).
Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan di Indonesia secara umum dilaksanakan oleh
eksternal (Badan Akreditasi Nasional) dan Internal (oleh Satuan pendidikan secara mandiri).
Sampai saat ini SPMI pada satuan Pendidikan baru dilegalkan secara formal di dalam PP
No.19 Tahun 2005 pasal 49 adalah pengelolahan satuan pendidikan pada jenjang pendidikan
dasar dan menengah (Kemdikbud, 2016). Program ini dilaksanakan dengan memilih beberapa
sekolah SD, SLTP dan SLTA untuk menjadi sekolah model bagi pengembangan Sistem
Penjaminan Mutu Pendidikan Internal (Sani et al., 2015). Sistem penjaminan mutu ini
memiliki keunggulan, yakni mutu produk yang dihasilkan terjamin dengan baik karena
pencegahan kesalahan dalam proses dilakukan secara ketat. Tujuan melakukan penjaminan
mutu pendidikan adalah untuk meningkatkan mutu kinerja, memperbaiki produktivitas dan
efisiensi, dan meningkatan mutu pendidikan sesuai dengan SNP (Islami, 2018).
Sampai saat ini SPMI baru dijalankan di jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah serta
Perguruan Tinggi. Pada jenjang PAUD sampai saat ini penjaminan mutu baru dikelola oleh
eksternal yaitu melalui BAN PAUD. Adapun di dalam satuan PAUD itu sendiri belum ada
legal formal yang menaungi tentang implementasi SPMI. Sehingga dapat kita lihat bagaimana
kualitas PAUD di Indonesia sampai saat ini masih sangat jauh dari harapan. Oleh karena itu
peneliti memandang perlu untuk membangun Sistem Penjaminan Mutu Internal di Satuan
Pendidikan Anak Usia Dini dengan tujuan setiap Lembaga PAUD mampu memenuhi standar
nasional PAUD.

METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan deskriptif dengan pendekatan kuantitatif
(McMillan, J. H., & Schumacher, 2001), melalui penelitian deskriptif peneliti berusaha
mendeskripsikan peristiwa dan kejadian yang menjadi pusat perhatian tanpa memberikan
perlakukan khusus terhadap peristiwa tersebut.

Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 6(3), 2022 | 1607
Analisis Tingkat Kebutuhan Sistem Penjaminan Mutu Internal Pendidikan Anak Usia Dini
DOI: 10.31004/obsesi.v6i3.1811
Prosedur penelitian yang dilakukan diantaranya: pertama, mengidentifikasi masalah.
Kedua pembatasan masalah yaitu nilai akreditasi pada Lembaga TK di wilayah Kabupaten
Bandung Barat. Ketiga, Fokus masalah yaitu sejauhmana pengetahuan dan kebutuhan SPMI
di lembaga PAUD. Keempat, pengumpulan data, proses pengumpulan data dilakukan melalui
angket yang disebar dengan Format Google Form, hal ini dilakukan mengingat situasi
sekarang yang perlu adanya pembatasan interaksi social. Kelima, pengolahan dan pemaknaan
data, dilakukan setelah data terkumpul atau kegiatan pengumpulan di lapangan dinyatakan
selesai. Keenam, pelaporan dan penyimpulan hasil penelitian, sebagai jawaban dari tujuan
penelitian yang telah ditetapkan yaitu menganalisis sejauhmana tingkat kebutuhan SPMI
PAUD di Lembaga TK di Kabupaten Bandung Barat, dengan melibatkan responden 60 kepala
sekolah atau guru dari lembaga TK yang ada di Kabupaten Bandung Barat. Berikut disajikan
bagan alur prosedur penelitian pada bagan 1 dibawah ini.

Identifikasi Pembatasan Pengumpulan


Fokus Masalah
Masalah Masalah Data

Pengoahan
Pelaporan
Dakta

Bagan 1. Alur prosedur penelitian Analisis Tingkat Kebutuhan Sistem Penjaminan Mutu Internal
Pendidikan Anak Usia Dini

Teknik Pengumpuan data yang telah dilakukan melalui studi dokumentasi, yaitu
melalui kajian literatur terkait penjaminan mutu pada satuan pendidikan, data-data primer
terkait data demografi TK, Guru, dan data akreditasi sekolah. Angket, diberikan melalui
google form. Wawancara yaitu untuk melakukan trangulasi data hasil angket yang diperoleh.
Teknik analisis data dilakukan melalui: tahap deskripsi, pada tahap ini, peneliti
mendeskripsikan hasil jawaban angket yang telah terkumpul, hasil wawancara dengan
pimpinan IGTK Kabupaten Bandung Barat, dan data dokumentasi primer yang disajikan atau
diberikan kepada tim peneliti. Tahap reduksi, pada tahap ini peneliti mereduksi segala
informasi yang diperoleh pada tahap pertama untuk memfokuskan pada masalah yang telah
ditetapkan. Tahap triangulasi, peneliti mencoba untuk menghubung-hubungkan atau
mengkonfirmasi hasil yang diperoleh dari data angket, wawancara dan data dokumentasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Sebagai langkah awal maka dilakukan pengukuran tingkat pengetahuan dan
kebutuhan dari SPMI PAUD, dengan melakukan survei terbatas kepada 25% populasi TK di
KBB yaitu sejumlah 60 TK. Pemilihan sekolah dilakukan secara purposive random, yang
mewakili standar mutu akreditasi A, B dan C. Jumlah responden yang mengisi kuesioner
dalam form need assessment terkait Sistem Penjaminan Mutu Internal di PAUD sejumlah 59
lembaga. Hasil data demografi karakteristik akreditasi sekolah yang menjadi sumber data
terdapat 6 TK atau 10 % yang terakreditasi A, 37 Tk atau 63% Lembaga yang terakreditasi B,
selanjutnya 16 TK atau 27% terakreditasi C. dan terdapat satu sekolah yang tidak memberikan
respon, adapun data demografi responden disajikan pada gambar 1.
Survey pertama sejauhmana kepala sekolah mengetahui telah ada Sistem Penjaminan
Mutu Pendidikan Anak Usia Dini. Hasil menunjukkan 45 TK menyebutkan sudah
mengetahui, dan 14 TK menjawab tidak, seperti disajikan pada gambar 2.

1608 | Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 6(3), 2022
Analisis Tingkat Kebutuhan Sistem Penjaminan Mutu Internal Pendidikan Anak Usia Dini
DOI: 10.31004/obsesi.v6i3.1811

Data Demografi Responden Pengetahuan adanya SPM PAUD

10%
27% 24%
Ya

Akreditasi A Tidak
Akreditasi B 76%
63%
Akreditasi C

Gambar 1. Grafik Data Demografi Respoden Gambar 2. Grafik Pengetahuan tentang SPM
PAUD

Arah pengembangan sistem penjaminan mutu pada jenjang PAUD sudah mulai
dirancang sejak tahun 2015 dan diimplementasikan dalam bentuk Sistem Penjaminan Mutu
Eksternal yang dilaksanakan oleh BAN PAUD. Sistem penjaminan mutu merupakan
pengejawantahan dari Undang-Undang RI No.20 tahun 2003 pasal 6o ayat 1, akreditasi
dilaksanakan untuk menentukan kelayakan program dan satuan pendidikan pada jalur
pendidikan formal dan nonformal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan. Selanjutnya
terdapat dalam Peraturan Pemerintah No 19 pasal 2 ayat 2, disebutkan bahwa untuk
penjaminan dan pengendalian mutu pendidikan sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan
(SNP) dilakukan evaluasi, akreditasi, dan sertifikasi. Untuk menunjang ketercapaian Standar
Nasional PAUD maka perlu adanya sistem penjaminan mutu PAUD.
Selanjutnya adalah sejauhmana kepala sekolah mengetahui untuk apa Sistem
Penjaminan Mutu di lembaga PAUD, Data menunjukkan 44 TK atau 75% menyebutkan
mengetahui dan 15 TK atau 25% menyebutkan tidak mengetahui, seperti disajikan dalam
gambar 3.
Para kepala sekolah yang menjawab mengetahui berargumentasi Standar Penjaminan
Mutu di PAUD sebagai dasar dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan tindak lanjut
dalam meningkatkan kualitas mutu Lembaga PAUD dengan tujuan meningkatkan kapasitas
Lembaga sesuai dengan Standar PAUD. Layanan PAUD sangat mendasar, menjadi pondasi
bagi pendidikan selanjutnya agar dapat menghasilkan generasi yang kuat, kokoh, mandiri,
dan berenergi, berpotensi untuk menjadi asset bangsa yang soleh solehah bermartabat dan
bermanfaat dlm kehidupan berbangsa dan bernegara.
Selanjutnya apakah kepala sekolah mengetahui siapakah yang bertanggung jawab
dalam berjalannya SPM di Lembaga PAUD. Hasil survei ditunjukkan pada gambar 4, dimana
33 TK atau 56% menyebutkan mengetahui dan 26 TK atau 44% tidak mengetahui.

Kepala Sekolah mengetahui


Kepala Sekolah mengethui
untuk apa SPM penanggungjawab SPM

25% Ya Ya
44%
Tidak 56% Tidak
75%

Gambar 3. Pengetahuan Kepsek terkait Gambar 4. Pengetahuan Kepsek terkait


SPMPAUD penanggungjawab SPM

Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 6(3), 2022 | 1609
Analisis Tingkat Kebutuhan Sistem Penjaminan Mutu Internal Pendidikan Anak Usia Dini
DOI: 10.31004/obsesi.v6i3.1811

Keterangan diperoleh dari para kepala sekolah yang menjawab mengetahui, yang
bertanggung jawab adalah Kepala Sekolah dan Guru, P4TK, BAN PAUD, PEMDA,
stakeholder. Sesungguhnya yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan SPM di Lembaga
PAUD adalah pihak sekolah yaitu terdapat satu orang yang ditunjuk oleh pihak sekolah
sebagai auditor internal yang akan bertanggung jawab terhadap seluruh SPM di Lembaga
PAUD tersebut. Namun pada kenyataannya karena keterbatasan SDM dan Sumberdaya
keuangan seringkali hal-hal administratif di lembaga TK seringkali dilakukan rangkap
pelaksanaan.
Selanjutnya adalah sejauhmana Bapak/Ibu mengetahui kapan penjaminan mutu
dilaksanakan di Lembaga PAUD. Hasil pada gambar 5. menunjukkan 28 lembaga TK
menjawab mengetahui atau 47%, dan 31 TK menjawab tidak mengetahui atau 53%. Sebagian
besar yang menjawab mengetahui beragam jawaban, hanya saja yang tepat adalah kegiatan
SPM di Lembaga PAUD dilaksanakan satu tahun sekali, sebagaimana dapat dilihat pada
gambar 5.
Informasi terkait pengetahuan siapakah yang terlibat di dalam pelaksanaan Penjaminan
Mutu di Lembaga PAUD. Survei menunjukkan 32 lembaga TK atau 65% menjawab
mengetahui dan 35% atau 17 TK menjawab tidak, grafik disajikan pada gambar 6.

Keterlibatan dalam SPM PAUD


WAKTU PELAKSANAAN SPM
PAUD

35%

47% 65%
53%

Ya Tidak Ya Tidak

Gambar 5. Pengetahuan Kepsek terkait waktu Gambar 6. Pengetahuan Kepsek terkait


pelaksanaan SPM PAUD keterlibatan dalam SPM

Jawaban yang dikemukakan oleh para kepala sekolah yang tahu diantara Disdik,
Seluruh stakeholder, Kepala Sekolah, Guru, dan Komite Sekolah. Pihak yang teribat didalam
implementasi SPM PAUD ini adalah seluruh stakeholder yang terlibat dalam pelaksanaan
pembelajaran di Lembaga TK tersebut, sehingga benar apabila dikatakan pemilik sekolah
(Yayasan), kepala sekolah, guru dan komite sekolah ikut terlibat dalam SPM ini.
Informasi yang dihimpun selanjutnya adalah apakah kepala sekolah mengetahui
aspek apa saja yang terdapat pada evaluasi dalam Penjaminan Mutu di Lembaga PAUD.
Sejumlah kepala sekolah menjawab mengetahui yaitu 35 lembaga TK atau 59% yaitu berisikan
terkait delapan standar Pendidikan diantaranya: 1) standar isi; 2) standar proses; 3) standar
kompetensi lulusan; 4) standar pendidik dan tenaga kependidikan; 5) standar sarana dan
prasarana; 6) standar pengelolaan; 7) standar pembiayaan; 8) standar penilaian pendidikan.
Selebihnya 24 kepala sekolah menjawab tidak mengetahui. Berikut disajikan dalam gambar 7.
Sejauhmanakah Dinas Pendidikan Kabupaten sudah pernah melakukan sosialisasi
Sistem Penjaminan Mutu PAUD. Sejumlah 33 atau 56% Kepala Sekolah menjawab pernah
dilakukan sosialisasi terkait SPM PAUD ini melaui sosialisasi akreditasi atau bimtek oleh
pengawas TK atau oleh badan PP PAUD DIKMAS. Adapan sejumlah 26 TK atau 44%
menjawab tidak tidak pernah mendapatkan sosialisasi terkait SPM PAUD. Grafik tersaji pada
gambar 8.

1610 | Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 6(3), 2022
Analisis Tingkat Kebutuhan Sistem Penjaminan Mutu Internal Pendidikan Anak Usia Dini
DOI: 10.31004/obsesi.v6i3.1811
Survei selanjutnya ditunjukkan pada need asessemnt terkait SPM PAUD, yaitu apakah
lembaga PAUD perlu adanya sistem penjaminan mutu internal. Sejumlah 58 Kepala TK atau
98% menjawab perlu dan 1 lembaga TK menjawab tidak perlu. Data prosentase tersaji dalam
gambar 9.

Aspek penjaminan mutu PAUD Sosialisasi SPM PAUD

41% 44%
59% 56%

Ya Tidak Ya Tidak

Gambar 7. Aspek penjaminan mutu pendidikan Gambar 8. Sosialisasi SPM PAUD

Pentingnya SPMI PAUD

2%

98%

Ya Tidak

Gambar 9. Pentingnya SPM PAUD

Jawaban inilah yang memperkuat tim peneliti merasa perlu untuk membangun sistem
penjaminan mutu internal PAUD. Tingkat pengetahuan sistem penjaminan mutu pada
lembaga PAUD di Kabupaten Bandung Barat sudah menunjukkan hasil baik, berbeda dengan
hasil penelitian sebelumnya yang menyebutkan tingkat pengetahuan tentang SPMI di tingkat
SMA masih rendah (Sridana et al., 2018). Hal ini terkait dengan upaya sosialisasi yang
dilakukan oleh pihak Dinas Pendidikan setempat melalui unsur pengawas Pendidikan
Studi Efektifitas SPMI ditingkat Perguruan Tinggi menunjukkan efektifitas bagi
lembaga yang melaksanakannya (Sulaiman & Wibowo, 2016). Oleh karena itu apabila SPMI
di terapkan di tingkat Pendidikan Anak Usia Dini, maka efektifitas yang sama diharapkan
terjadi seperti di tingkat Perguruan tinggi.
Untuk menjamin proses pemelajaran di Sekolah telah sesuai dengan Standar Nasional
Pendidikan maka perlu diterapkannya Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan.(Fedonin et al.,
2021; Rahman et al., 2020; Simkin et al., 2019) Penjaminan mutu di desain secara komprehensif
sebagai sebuah sistem yang berkelanjutan, dengan tujuan untuk mencapai peningkatan mutu
yang diikuti dengan perbaikan berkelanjutan.(Rahman et al., 2020)
Kualitas mutu Pendidikan di sekolah dipengaruhi oleh manajerial dan Sumber daya
manusia (Tuytens et al., 2019; Yang et al., 2019). Peran sumber daya manusia sangat penting
dalam pelaksanaan mutu lembaga, diantaranya yaitu diantaranya kepala sekolah. Kepala
sekolah memiliki peran sebagai pemimpin, manajer, dan pengembang kurikulum (Marquis,
B. L., & Huston, 2009). Kepala Sekolah sebagai pemimpin harus memiliki kendali atas
bawahannya dalam peningkatan mutu Pendidikan, selanjutnya perannya sebagai manajer
bertugas melaksanakan perencanaan, penyelenggaraan, mengontrol dan memimpin
Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 6(3), 2022 | 1611
Analisis Tingkat Kebutuhan Sistem Penjaminan Mutu Internal Pendidikan Anak Usia Dini
DOI: 10.31004/obsesi.v6i3.1811
(Sihotang, 2020; Sihotang & Nadeak, 2017; Timang et al., 2021) . Peran Kepala Sekolah lainnya
yaitu sebagai Pendidik haru mampu memberikan arahan kepada guru, staff administrasi, dan
Siswa (Hardwick-Franco, 2019; Klar et al., 2020; Kownacki et al., 2020; Roberts & Downes,
2019).
Selain Kepala Sekolah, peran guru pun sangat berpengaruh terhadap pencapaian mutu
Pendidikan berkualitas (Daniels et al., 2021; Eren & Çetin, 2019; Heyder et al., 2020).. Jika guru
melaksanakan tugasnya dengan baik maka tujuan peningkatan mutu pendidikan bisa tercapai
(Rahman et al., 2020). Perlu upaya untuk pencapaian tersebut yaitu dengan meningkatkan
mutu guru dengan berbasis penilaian yang komprehensif (Fitriyah & Santosa, 2020; Hidayat
& Wulandari, 2020; Priangga & Haq, 2021) melalui sistem yang berjenjang dan berkeadilan.
Peran Kepala Sekolah dan Pendidik di Taman Kanak-kanak memiliki peran yang
signifikan di dalam berjalannya sistem Pendidikan yang berkualitas. Selain itu peran orangtua
pun tidak dapat diabaikan, karena mereka merupakan stakeholder yang menunjang
berjalannya lembaga sekolah ini. Sebab Sebagian besar lembaga Taman kanak-kanak di
Indonesia milik swasta, sehingga dalam pengelolaannya mengandalkan pembiayaan dari
orangtua siswa.
Untuk menjamin mutu Pendidikan Anak Usia Dini, memerlukan Sistem Penjaminan
Mutu Internal. Sistem penjaminan selain untuk kepentingan peningkatan mutu lembaga
sekolah, juga dapat bermanfaat bagi kepentingan eksternal yaitu akreditasi. Sampai saat ini
Sistem Penjaminan mutu internal baru dikembangkan di jenjang Perguruan Tinggi,
pendidikan. menengah dan Dasar. Untuk jenjang Pendidikan Anak Usia Dini belum ada,
sejauh ini Sistem penjaminan mutu baru berjalan di eksternal yaitu akreditasi lembaga yang
dilakukan oleh Badan Akreditasi Nasional.

SIMPULAN
Penelitian ini didasari oleh kebutuhan dari lembaga TK di wilayah Kabupaten
Bandung Barat yang sebagian besar predikat akreditasi lembaganya belum terakreditasi.
Salah satu upaya mengatasi permasalahan diatas perlu dibuatkan suatu sistem penjaminan
mutu Internal, dimana SPMI di lembaga PAUD ini dapat dijadikan sebagai bahan pemetaan
mutu, penyiapan dokumen mutu dan pemenuhan dokumen mutu lembaga. Sebagai langkah
awal perlu dilakukan analisis sejauhmana tingkat kebutuhan SPMI PAUD kepada para
Kepala Sekolah dan Guru Taman Kanak-kanak. Hasil penelitian menunjukkan 98% lembaga
TK menyebutkan perlu dikembangkan SPMI sekaligus responden menyebutkan perlu
dikembangkan pula Instrumen SPMI PAUD yang dapat diimplementasikan di lapangan.
Namun perlu tindak lanjut dari temuan ini, mengingat permasalahan tentang pemahaman
SDM di lapangan, maka perlu dilanjutkan dengan membangun SPMI PAUD.

UCAPAN TERIMAKASIH
Penelitian ini telah didanai oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat
Universitas Islam Bandung pada tahun 2021.

DAFTAR PUSTAKA
Asruroh, H. (2014). Manajemen Mutu Pendidikan. Goverment Of Indonesia And Islamic
Development Bank.
Ban PAUD dan PNF. (2019). Analisis Hasil Akreditasi Satuan PAUD dan PNF Nasional
Tahun 2019. https://akreditasi.banpaudpnf.or.id/laporan/120000
Daniels, L. M., Goegan, L. D., Radil, A. I., & Dueck, B. S. (2021). Supporting pre-service
teachers' motivation beliefs and approaches to instruction through an online
intervention. British Journal of Educational Psychology, 91(2), 775-791.
https://doi.org/10.1111/bjep.12393

1612 | Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 6(3), 2022
Analisis Tingkat Kebutuhan Sistem Penjaminan Mutu Internal Pendidikan Anak Usia Dini
DOI: 10.31004/obsesi.v6i3.1811
Eren, A., & Çetin, G. (2019). Pre-service teachers' beliefs about the teaching profession,
curriculum orientations, and personal responsibility. Curriculum Perspectives, 39(1),
19-32. https://doi.org/10.1007/s41297-018-00061-1
Fedonin, O. N., Simkin, A. Z., Mozhaeva, T. P., & Proskurin, A. S. (2021). Ensuring the
Quality of Additional Professional Education in Higher Educational Institution on the
Basis of a Standard Quality System. IOP Conference Series: Earth and Environmental
Science, 666(6). https://doi.org/10.1088/1755-1315/666/6/062138
Fitriyah, I., & Santosa, A. B. (2020). Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Menghadapi Era
Revolusi Industri 4.0 Untuk Meningkatkan Mutu Sekolah. JMKSP (Jurnal
Manajemen, Kepemimpinan, Dan Supervisi Pendidikan), 5(1), 65.
https://doi.org/10.31851/jmksp.v5i1.3538
Hardwick-Franco, K. G. (2019). Educational leadership is different in the country; What
support does the rural school principal need? International Journal of Leadership in
Education, 22(3), 301-314. https://doi.org/10.1080/13603124.2018.1450997
Heyder, A., Weidinger, A. F., Cimpian, A., & Steinmayr, R. (2020). Teachers' belief that math
requires innate ability predicts lower intrinsic motivation among low-achieving
students. Learning and Instruction, 65(June 2019), 101220.
https://doi.org/10.1016/j.learninstruc.2019.101220
Hidayat, N., & Wulandari, F. (2020). The impact of leadership behavior on school
performance. Cakrawala Pendidikan, 39(3), 493-506.
https://doi.org/10.21831/cp.v39i3.31005
Islami, N. (2018). Desain Sistem Penjaminan Mutu Pada Satuan Pendidikan Taman Kanak-
Kanak (Tk). Early Childhood : Jurnal Pendidikan, 2(1), 31-46.
https://doi.org/10.35568/earlychildhood.v2i1.216
Kemdikbud. (2016). Permendikbud No. 28 Tahun 2016 tentang Sistem Penjaminan Mutu
Pendidikan Dasar dan Menengah. Kemdikbud, 1-18.
Kemenristek. (2016). Pedoman Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi. In Produk
Hukum (Vol. 00, Issue 021).
Klar, H. W., Huggins, K. S., Andreoli, P. M., & Buskey, F. C. (2020). Developing Rural School
Leaders Through Leadership Coaching: A Transformative Approach. Leadership and
Policy in Schools, 19(4), 539-559. https://doi.org/10.1080/15700763.2019.1585553
Kownacki, A., Barker, D., & Arghode, V. (2020). A grounded theory approach for exploring
shared leadership: evidence from urban primary schools in Pennsylvania.
International Journal of Leadership in Education, 00(00), 1-22.
https://doi.org/10.1080/13603124.2020.1804622
Marquis, B. L., & Huston, C. J. (2009). (2009). Leadership roles and management functions in
nursing: Theory and application.
McMillan, J. H., & Schumacher, S. (2001). Research in Education. Addison Welsey Longman.
Priangga, M. G., & Haq, M. S. (2021). Peran Manajerial Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan
Profesionalisme Guru Di Era Revolusi Industri 4.0. Jurnal Inspirasi Manajemen
Pendidikan, 9(2), 460-474.
Radhiyatul Fithri, W. A. (2018). Peningkatan Mutu Sekolah TK Melalui Akreditasi Se-
Kecamatan Pucuk Rantau Kabupaten Kuantan Singingi. PAUD Lectura: Jurnal
PendidikanAnak UsiaDini, 2(1). http://journal.unilak.ac.id/index.php/paud-
lectura/article/view/1982/1243, https://doi.org/10.31849/paudlectura.v2i01.1982
Ragil, Y. A., Meilani, S. M., & Akbar, Z. (2020). Evaluasi Sistem Penjaminan Mutu Internal
Program Studi S1 Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini. Jurnal Obsesi : Jurnal
Pendidikan Anak Usia Dini, 4(2), 567. https://doi.org/10.31004/obsesi.v4i2.420
Rahman, M. A., Santosa, A. B., & Sihotang, H. (2020). The Influence of Principal's Leadership,
Teacher Performance And Internal Quality Assurance System in Improving The
Quality of Education in Vocational High School. Kelola: Jurnal Manajemen
Pendidikan, 7(2), 162-175.

Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 6(3), 2022 | 1613
Analisis Tingkat Kebutuhan Sistem Penjaminan Mutu Internal Pendidikan Anak Usia Dini
DOI: 10.31004/obsesi.v6i3.1811
Renti, O. (2019). EVALUASI HASIL AKREDITASI LEMBAGA PAUD SE-KOTA DEPOK.
1(2), 16-28. https://doi.org/10.15408/jece.v1i2.12888
Roberts, P., & Downes, N. (2019). The Rural Difference Trope : Leader Perceptions on Rural ,
Regional and Remote Schooling Difference. 25(2), 51-65.
Sani, R. A., Pramuniati, I., Mucktiany, A., & Syamsiyah, N. (2015). Penjaminan mutu sekolah.
Bumi aksara.
Sihotang, H. (2020). Academic and scientific leaderships of private colleges. Journal of
Advanced Research in Dynamical and Control Systems, 12(2), 2600-2606.
https://doi.org/10.5373/JARDCS/V12I2/S20201309
Sihotang, H., & Nadeak, B. (2017). Leadership Based on the Internal Quality Assurance
System in the Christian University of Indonesia. 66(Yicemap), 35-43.
https://doi.org/10.2991/yicemap-17.2017.7
Simkin, A., Mozhaeva, T., & Proskurin, A. (2019). The Quality Management System of
Additional Professional Education in Higher Educational Institution on the Basis of a
Standard Quality System. MATEC Web of Conferences, 297, 06010.
https://doi.org/10.1051/matecconf/201929706010
Siti Aminah, & Amiliya, R. (2021). Analisis Kesiapan dan Kesulitan Lembaga PAUD dalam
Menghadapi Akreditasi Melalui Pendampingan Akreditasi BAN PAUD Di TK Islam
Al-Madinah Kota Dumai. Al-Abyadh, 4(1), 1-15.
Sridana, N., Wilian, S., & Setiadi, D. (2018). Sistem Penjaminan Mutu Internal Di Satuan
Pendidikan Menengah (SMA). Jurnal Pengabdian Magister Pendidikan IPA, 1(1).
https://doi.org/10.29303/jpmpi.v1i1.212
Suharsaputra, U. (2010). Administrasi Pendidikan. PT. Refika Aditama.
Sulaiman, A., & Wibowo, U. B. (2016). Implementasi Sistem Penjaminan Mutu Internal
Sebagai Upaya Meningkatkan Mutu Pendidikan Di Universitas Gadjah Mada. Jurnal
Akuntabilitas Manajemen Pendidikan, 4(1), 17.
https://doi.org/10.21831/amp.v4i1.8197
Timang, M., Nadeak, B., & Sihotang, H. (2021). the Influence of the Principal'S Managerial
Ability, Training and Spiritual Intelligence on Teacher Performance At Smpn 1
Rantepao. International Journal of Research -GRANTHAALAYAH, 9(2), 248-256.
https://doi.org/10.29121/granthaalayah.v9.i2.2021.3526
Tuytens, M., Moolenaar, N., Daly, A., & Devos, G. (2019). Teachers' informal feedback
seeking towards the school leadership team. A social network analysis in secondary
schools. Research Papers in Education, 34(4), 405-424.
https://doi.org/10.1080/02671522.2018.1452961
Yang, G., Badri, M., Al Rashedi, A., & Almazroui, K. (2019). Predicting teacher commitment
as a multi-foci construct in a multi-cultural context: the effects of individual, school,
and district level factors. Teachers and Teaching: Theory and Practice, 25(3), 301-319.
https://doi.org/10.1080/13540602.2019.1588722

1614 | Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 6(3), 2022

Anda mungkin juga menyukai