PEMBAHASAN
A. Supervisi Pendidikan
Perkataan supervisi berasal dari bahasa Inggris “supervision” yang terdiri dari
perkataan “super” dan “vision”. Super berarti atas atau lebih, sedangkan vision berarti
melihat atau meninjau. Oleh karena itu, secara etimologis supervisi (supervision) berarti
melihat atau meninjau dari atas atau menilik dan menilai dari atas yang dilakukan oleh pihak
atasan (orang yang memiliki kelebihan) terhadap perwujudan kegiatan dan hasil kerja
bawahan.1
Beberapa istilah yang hampir sama dengan supervisi bahkan dalam pelaksanaannya
istilah-istilah tersebut sering digunakan secara bergantian. Istilah-istilah tersebut, antara lain
pengawasan, pemeriksaan, dan inspeksi. Menurut Mulyasa pengawasan mengandung arti
suatu kegiatan untuk melakukan pengamatan agar pekerjaan dilakukan sesuai dengan
ketentuan. Pemeriksaan dimaksudkan untuk melihat bagaimana kegiatan yang dilaksanakan
telah mencapai tujuan. Inspeksi dimaksudkan untuk mengetahui kekurangan-kekurangan atau
kesalahan yang perlu diperbaiki dalam suatu pekerjaan. 2
Menurut Boardman dalam Sahertian, supervisi adalah suatu usaha menstimulasi,
mengkoordinasi dan membimbing secara terus-menerus perkembangan guru-guru di sekolah
baik secara individual maupun kolektif agar lebih efektif dalam mewujudkan seluruh fungsi
pengajaran. Hal ini dilaksanakan agar mereka dapat menstimulasi dan membimbing
perkembangan tiap murid secara berkelanjutan sehingga mampu berpartisipasi dalam
masyarakat.3
Syaiful Sagala mengutip beberapa pendapat tentang Supervisi pendidikan atau
Kepengawasan adalah:4
1. Teknik pelayanan yang bertujuan untuk mempelajari dan memperbaiki secara
bersama-sama faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
anak.
2. Setiap pelayanan kepada guru-guru yang bertujuan menghasilkan perbaikan
instruksional, layanan belajar, dan perkembangan kurikulum.
3. Suatu bantuan dalam pengembangan dan peningkatan situasi pembelajaran yang lebih
baik.
1
Hadari Nawawi, Administrasi Pendidikan, (Jakarta: Gunung Agung, 1996), h. 103.
2
Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), h. 155.
3
Piet Sahertian, Prinsip dan Teknik Supervisi Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1981), h. 17.
4
Syaiful Sagala, Supervisi Pembelajaran dalam Profesi Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2010), h. 194-
195.
3
4
5
Sri Banun Muslim, Supervisi Pendidikan..., h. .38.
6 Dadang Suhardan, Supervisi Professional, ( Alfabeta: Bandung, 2010), h. 39.
7 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Supervisi, ( Rineka Cipta: Jakarta, 2004), h. 5.
5
Arikunto dibedakan menjadi dua, yaitu (1) supervisi akademik (pengawasan business
core/pengawasan operasional), dan (2) Supervisi administrasi (pengawasan
manajerial/pengawasan organisasional). Supervisi akademik, menitikberatkan pengamatan
pada masalah yang langsung berada dalam lingkup pembelajaran yang dilakukan guru untuk
membantu siswa ketika sedang dalam proses belajar, sedangkan supervisi administrasi
menitikberatkan pengamatan pada aspek-aspek administrasi sebagai lingkungan belajar yang
berfungsi mendukung terlaksananya pembelajaran.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa supervisi pendidikan merupakan proses
perbaikan dalam PBM yang dilaksanakan antara supervisor dan guru baik secara individu
ataupun kelompok, yang saling berkesinambungan, sistematis, terarah dan berkualitas
sehingga tercapainya tujuan pendidikan yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.
atau sensitif berarti cepat mengerti, menilai atau melihat dengan perasaan apa yang
diperlihatkan oleh siswa . dari ekspresi muka, nada suara, gerak-gerik jalan napasnya,
dan sebagainnya. Guru hendaknya dapat memahami apa yang sedang di alami oleh
seorang siswa meskipun seorang siswa.
5. Tekun
Pekerjaan seorang guru membutuhkan ketekunan, baik di dalam mempersiapkan
melaksanakan, menilai maupun menyempurnakan pembelajarannya. Di sekolah guru
tidak hanya berhadapan dengan anak-anak pandai, tetapi juga anak kurang pandai.
Mereka membutuhkan bantuan yang tekun, sedikit demi sedikit dan penuh kesabaran.
Tugas guru bukan hanya dalam bentuk interaksi dengan siswa di kelas tetapi
menyiapkan bahan pelajaran serta member penilaian atas semua pekerjaan siswa. Semua
tugas-tugas tersebut menuntut ketekunan.
6. Realistik
Seorang guru hendaknya bisa berpikir dan berpandangan realistik. Artinya melihat
kenyataan, melihat apa adanya. Kita mengharapkan bahwa semua siswa adalah pandai-
pandai. Rajin-rajin, tekun tekun, jujur-jujur, lancar perkembangannya, sopan-sopan,
bertutur kata baik, berperilaku baik dan sebagainya. Tetapi dalam kenyataanya tidak
selalu demikian, guru hendaknya dapat memahamin situasi yang demikian, dapat
meneriman dan terus berupaya untuk memperbaikanya.
7. Melihat kedepan
Tugas guru adalah membina siswa sebagai generasi penerus bagi kehidupoan di
masa yang akan datang karena tugasnya yang demikian, ia harus selalu melihat ke
depan, kehidupan sepertia apa yang akan dimasuki para siswanya kelak, tuntutan apa
yang akan dihadapi oleh para siswa dalam kehidupan tersebut, hal-hal apa yang dapat ia
berikan kepada siswa untuk menghadapi masa yang akan datang.
8. Rasa ingin tahu
Guru berperan sebagai penyampul ilmu pengetahuan dan teknologi kepada para
siswa. Agar ilmu dan teknologi yang disampaikanya sejalan dengan perkembangan
zaman, ia dituntut untuk selau belajar. Mencari dan menemukan sendiri. Untuk itu ia
perlu memiliki rasa ingin tahu atau curioushty yang besar. Ia belajar bukan hanya untuk
kemajuan dirinya tetapi juga untuk majukan siswanya ekspresif.
9. Menerima diri
Guru harus bersikap realistis, mampu menerima keadaan dan kondisi dirinya,
manusai adaha makhluk yang memiliki kelebihan dan kekurangan-kekuragan sebagai
guru ia harus memhami semua kelebihan dan kekurangan tersebut dan kemudian dapat
menerimanya dengan wajar. Menerima diri tidak berarti pasif, tetapi aktif, menerima
7
dan berusaha untuk selalu memperbaiki dan mengembangkanya. Seorang tidak dapat
memehami dan menerima diri akan melakukan beberapa perbuatan pertahanan diri. Baik
menerang, melarikan diri, maupun mencari-cari dalih.
10. Berjiwa sosial
Guru harus bisa hidup bermasyrakat dan membangun relasi dengan berbagai
stackholder, guru harus dekat dengan lingkungan sosial siswanya, mengerti kondisi
sosial yang ada dilingkungan sekitarnya. Guru haru mampu mengakomodasi harapan-
harapan orangtua siswa terhadap anaknya yang menempuh pendidikan di sekolah tempat
guru tersebut mengabdi.
8
Fachruddin, Supervisi Pendidikan, (Medan: IAIN Pres, 2002) h. 18.
9
Daryanto, Administrasi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008) ,h.80
10
Wahyudi, Kepemimpinan Kepala Sekolah: Dalam Organisasi Pembelajaran,(Bandung:
Alfabeta, 2012), h. 29-32
8
supervisor.
11
23Husaini Usman, Manajemen: Teori, Praktik Dan Riset Pendidikan, (Jakarta:Bumi Aksara, 2014), H. 488.
12
Mukhtardan Iskandar, h. 45
13
Supardi, Kinerja Guru, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2014), h.85
9
metode mengajar yang lebih sesuai dengan tuntutankurikulum yang sedang berlaku.
4) Membina kerjasama yang baik dan harmonis diantara guru-guru dan pegawai sekolah
lainnya.
5) Berusaha mempertinggi mutu dan pengetahuan guru-guru dan pegawai sekolah,
antara lain dengan mengadakan diskusi-diskusi kelompok menyediakan perpustakaan
sekolah dan atau mengirim mereka untuk mengikuti penataran-penataran, seminar,
sesuai dengan bidangnya masing- masing.
6) Membina hubungan kerjasama antara sekolah dengan BP3 atau POMG dan
instansi-instansi lain dalam rangka peningkatan mutu pendidikan para siswa.14
Dapat dipahami bahwa koordinasi disini bentuk kegiatan supervisi kepala
sekolah pengkomunikasian, atau kerja sama dengan para guru dan staf lainnya untuk
menyelaraskan tujuan yang hendak dicapai.
14
Ibid, h. 119
15
Mukhtar dan Iskandar, h. 45
16
Amiruddin Siahaan dkk, Buku Ajar Supervisi Pendidikan, (Fakultas Ilmu Tarbiyah DanKeguruan Iain
Sumatra Utara, 2014), h. 2
10
supervisi kepala sekolah yang diungkapkan oleh Ngalim Purwanto dalam buku Suharsimi
Arikunto yaitu: 17teknik perseorangan dan teknik kelompok.
a. Teknik Perseorangan
Teknik supervisi yang dilakukan oleh seorang supervisor terhadap seorang guru
atau kepala sekolah atau terhadap kepala tata usaha,misalnya mengamati (mengobservasi)
cara guru mengajar. Supervisi yang dilakukan secara perseorangan dapat dilakukan atara
lain:
1) Mengadakan kunjungan kelas
Kunjungan kelas adalah kunjungan sewaktu-waktu yang dilakukan oleh
seseorang supervisor (Kepala Sekolah, penilik atau pengawas) untuk melihat atau
mengamati seseorang guru yang sedang mengajar. Tujuan adanya kunjungan
kelas, untuk mengobservasi bagaimana guru mengajar,dan untuk melihat apakah
sudah memenuhi syarat-syarat yang sesuai atau belum.
Tujuannya, memperoleh data mengenai keadaan sebenarnya selama guru
mengajar. Teknik supervisi ini ditujukan langsung kepada perbaikan cara-cara
mengajar, penggunaan alat peraga, kerjasama murid dalam kelas. Dalam
mengadakan kunjungan kelas itu, hendaknya bekerja menurut proses yang teratur
yaitu: (1). Perencanaan, dilakukan bersama-sama secara demokratis oleh Kepala
Sekolah dengan guru kelas yang akan dikunjungi, berdasarkan kesulitan-kesulitan
yang telah di alami bersama, apa akan diobservasi, kapan waktu yang sebaik-
baiknya. (2). Pelaksanaan, observasi dilakukan se-informal mungkin dengan selalu
memperhatikan prestase guru dalam kelasnya, tidak menonjolkan diri, tidak banyak
interupsi, dan hanya memberikan demokrasi jika diminta. (3). Penganalisisan,
dilakukan sesudah observasi-observasi bersama-sama oleh KepalaSekolah dan guru
yang diobservasi, di tempat yang aman dan tentram, untuk membicarakan hasil-
hasil observasi itu dan mencari segi-segi kelebihan dan kekurangannya. (4).
Kesimpulan dan penilaian, kesimpulan sebagai penilaian terakhir dilakukan juga
secara kooperatif, dengan disadari dan disetujui sepenuhnya oleh yang
bersangkutan.
Made Pidarta mengemukakan ciri-ciri supervisi kunjungan kelas yaitu: a).
menentukan waktu menadakan supervisi, b). bersifat individual, c). tidak ada
pertemuan awal, d). waktu supervisi cukup singkat, e). dapat mengoservasi lebih
dari satu kelas, f). dapat mengintervensi guru dan siswa dalam satu kelas, g). yang
disupervisi adalah kasus-kasus, h). kunjungan dilakukan baik sebelum maupun
setelah usai pembelajaran, i). boleh tidak mengadakan pertemuan balikan, j). tindak
17
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Supervisi, (Jakarta:PT RINEKA CIPTA, 2004),h. 54.
11
lanjut, jika pertemuan balikan tidak diadakan berarti tindak lanjut supervisi juga
tidak ada.18
Pelaksanaan kunjungan kelas jika dilakukan sesuai dengan prosesnya maka
akan sangat mempengaruhi kinerja guru, karena guru akan merasa lebih
diperhatikan oleh kepala sekolah.
2) Mengadakan Kunjungan Observasi (Observation Visits)
Guru-guru dari suatu sekolah sengaja ditugaskan untuk melihat atau
mengamati seorang guru yang sedang mendemonstrasikan cara-cara mengajar suatu
mata pelajaran tertentu. Misalnya cara menggunakan alat atau media yang baru,
seperti audio visual aids, cara mengajar dengan metode tertentu, seperti sosio
drama, problem solving, diskusi panel, dan sebagainya. Tujuan mengadakan
kunjungan observasi sebagai berikut: (1). Untuk memperoleh data yang seobjektif
mungkin sehingga bahan yang diperoleh dapat digunakan untuk menganalisis
kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru-guru dalam usaha memperbaiki hal belajar-
mengajar, (2). Bagi guru sendiri data yang dianalisis akan dapat membantu untuk
mengubah cara-cara mengajar kearah yang lebih baik, (3). Bagi murid- murid
sudah tentu akan dapat menimbulkan pengaruh positif terhadap kemajuan belajar
mereka.
3) Membimbing guru-guru tentang cara-cara mempelajari pribadi siswa dan
atau mengatasi problem yang dialami siswa
Banyak masalah yang dialami guru dalam mengatasi kesulitan-kesulitan
belajar siswa. Misalnya siswa lamban dalam belajar, tidak dapat memusatkan
perhatian, siswa yang “nakal” siswa yang mengalami perasaan rendah diri dan
kurang dapat bergaul dengan teman-temannya.
4) Membimbing guru-guru dalam hal-hal yang berhubungan dengan
pelaksanaan kurikulum sekolah
Hal-hal yang harus di lakukan antara lain: (1). Menyusun program catur
wulan atau program semester, (2). Menyusun atau membuat program satuan
pelajaran, (3). Mengorganisasi kegiatan-kegiatan pengelolaan kelas, (4).
Melaksanakan teknik-teknik evaluasi pengajaran, (5). Menggunakan media dan
sumber dalam proses belajar mengajar, (6). Mengorganisasi kegiatan-kegiatan
siswa dalam bidang ektrakurikuler, study tour dan sebagainya.
b. Teknik Kelompok
Pada tehnik supervisi individual seorang guru berhadapan dengan seorang
18
Made Pidarta,Supervisi Pendidikan Konstektual, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h. 100-103
12
supervisor, tetapi pada supervisi kelompok beberapa guru sebagai suatu kelompok
berhadapan dengan satu atau lebih supervisor.19Dalam kegiatan supervisi kelompok
pelaksanaannya para guru dibina secara bersamaan oleh kapala sekolah atau pelaksana
supervisi lainnya, dalam supervisi kelompok pelaksana kegiatan supervisi bisa lebih dari
satu.
Teknik supervisi kelompok dikatakan efektif karena melibatkan sejumlah guru
dan beberapa supervisor berbicara dan berdiskusi bersama yang menghasilkan
sesuatu.Karena hasil pemikiran orang banyak itu lebih baik dari pada pertimbangan yang
hanya dilakukan 2 orang. Akan tetapi hal ini tidak dapat langsung diponis bahwa
supervisi kelompok itu lebih baik dari pada supervisi individual, akan tetapi sama-sama
baik, keduanya memiliki kelebihan masing- masing, kaarena dalam pendidikan sangat
banyak permasalahan yang terjadi, jika ada sebagian permasalahan hanya yang dapat
diselesaikan oleh kelompok, maka tentunya ada juga permasalahan yang hanya dapat
diselesaikan secara individual.
Supervisi yang dilakukan secara kelompok. Beberapa kegiatan yang dapat
dilakukan antara lain:20 Mengadakan pertemuan atau rapat (meetings).
Seorang Kepala Sekolah yang baik umumnya menjalankan tugas-tugasnya
berdasarkan rencana yang telah disusunnya. Termasuk di dalam perencanaan itu antara
lain mengadakan rapat-rapat secara periodik dengan guru-guru. Berbagai hal yang dapat
dijadikan bahan dalam rapat-rapat yang diadakan dalam rangka kegiatan supervisi seperti
hal-hal yang berhubungan dengan pelaksanaan dan pengembangan kurikulum.
1) Mengadakan diskusi kelompok (group discussions)
Diskusi kelompok dapat diadakan dengan membentuk kelompok- kelompok
guru bidang studi sejenis. Kelompok-kelompok yang telah terbentuk itu
diprogramkan untuk mengadakan pertemuan atau diskusi guna membicarakan hal-
hal yang berhubungan dengan usaha pengembangan dan peranan proses belajar
mengajar.
Dengan membentuk kelompok-kelompok belajar antara guru-guru yang
perlu peningkatan tersebut makasebaiknya kelompok disusun berdasarkan
kebutuhan dan kepentingan yang sama. mereka didorong dan dibimbing agar
bekerja sama dalam menemukan masalah-masalah dalam bidang tugasnya yang
bersama itu, berusaha pula menemukan pemecahannya dan mencari tambahan
informasi atau pengetahuan yang diperlukan.
2) Mengadakan penataran-penataran (inservice-training)
19
Made Pidarta, 2009, h. 165-166
20
Ibid, h. 169.
13
21
Husaini Usman, h. 307.
22
Herabudin, Administrasi Supervisi Pendidikan, h. 166
23
Mukhtar dan Iskandar, h. 45
14
24
Supardi, h. 82
25
Lantip Diat Prasojo dan Sudiyono, Supervisi Pendidikan, (Yogyakarta: Gava Media,,2011), h. 28
26
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya Jilid III, (Jakarta:Lentera Abadi,,201), h 435
15
27
Lantip Diat Prasojo dan Sudiyono, h. 87-88
28
Ngalim Purwanto, h. 118
16
29
Anton Athoillah, Dasar-Dasar Manajemen, (Bandung:Pustaka Setia, 2010), h. 115
30
Mukhtar dan Iskandar, h. 45
31 43
Supardi, h. 84