OTOSKLEROSIS
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik
Disusun oleh:
21804101068
Pembimbing:
1
KATA PENGANTAR
AssalamualaikumWr. Wb.
Puji syukur Alhamdulillah, saya panjatkan kehadirat Allah S.W.T atas
limpahan taufik dan hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan Referat
“Otosklerosis” pada Stase Ilmu Penyakit THT ini dengan baik dan tanpa halangan
yang berarti.
Terimakasih kepada seluruh pembimbing pada Stase THT di RSUD
Kanjuruhan Kepanjen yang telah memberikan kesempatan dan pengarahan dalam
penyusunan laporan referat ini, terimakasih juga saya sampaikan kepada semua
pihak yang telah membantu terselesaikannya laporan ini dengan baik yang tidak bisa
saya sebutkan satu persatu saya ucapkan terimakasih.
Saya menyadari laporan yang saya susun dan saya selesaikan ini sangat jauh
dari kesempurnaan, untuk itu saya menunggu kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan laporan ini di waktu yang akan datang.
Akhir kata, semoga referat ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya
bagi civitas akademik Fakultas Kedokteran Universitas Islam Malang.
WassalamualaikumWr. Wb.
Penulis
2
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL................................................................................................. …i
KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................................2
2.1 Anatomi Telinga................................................................................................................2
2.1.1 Telinga Luar..................................................................................................................2
2.1.2 Telinga Tengah..............................................................................................................3
2.1.3 Telinga Dalam...............................................................................................................6
2.2 Fisiologi Pendengaran.....................................................................................................10
2.3 Definisi............................................................................................................................11
2.4 Etiologi............................................................................................................................11
2.5 Epidemiologi...................................................................................................................12
2.6 Patofisiologi......................................................................................................................12
2.7 Gejala Klinis......................................................................................................................14
2.8 Diagnosis...........................................................................................................................14
2.9 Diagnosis Banding............................................................................................................16
2.10 Tatalaksana.......................................................................................................................16
2.11 Prognosis .........................................................................................................................22
BAB III KESIMPULAN.......................................................................................................23
3
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................24
BAB I
PENDAHULUAN
4
2.1 Anatomi Telinga
Anatomi telinga dibagi menjadi 3 yaitu telinga luar, telinga tengah, dan telinga
dalam.2
Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai membran
timpani. Telinga luar atau pinna merupakan gabungan dari tulang rawan yang
diliputi kulit. Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit. Liang
telinga (meatus akustikus eksternus) berbentuk huruf S, dengan rangka tulang
rawan pada sepertiga bagian luar, di sepertiga bagian luar kulit liang telinga
terdapat banyak kelenjar serumen (modifikasi kelenjar keringat = kelenjar
serumen) dan rambut. Kelenjar keringat terdapat pada seluruh kulit liang
telinga. Pada dua pertiga bagian dalam hanya sedikit dijumpai kelenjar
serumen, dua pertiga bagian dalam rangkanya terdiri dari tulang. Panjangnya
kira-kira 2,5 - 3 cm. Meatus dibatasi oleh kulit dengan sejumlah rambut,
kelenjar sebasea, dan sejenis kelenjar keringat yang telah mengalami
modifikasi menjadi kelenjar seruminosa, yaitu kelenjar apokrin tubuler yang
berkelok-kelok yang menghasilkan zat lemak setengah padat berwarna
kecoklatcoklatan yang dinamakan serumen (minyak telinga). Serumen
berfungsi menangkap debu dan mencegah infeksi.2
5
Gambar 2.1 Telinga luar, telinga tengah, telinga dalam. Potongan frontal
telinga.2
6
Gambar 2.2 Dinding-dinding pada Telinga Tengah3
7
bagian atas-depan, atas-belakang, bawah-depan serta bawah belakang,
untuk menyatakan letak perforasi membran timpani.
8
Telinga tengah berhubungan dengan rongga faring melalui
saluran eustachius (tuba auditiva/tuba eustachius), yang berfungsi
untuk menjaga keseimbangan tekanan antara kedua sisi membrane
timpani. Tuba eustachius akan membuka ketika mulut menganga atau
ketika menelan makanan. Ketika terjadi suara yang sangat keras,
membuka mulut merupakan usaha yang baik untuk mencegah
pecahnya membran timpani. Karena ketika mulut terbuka, tuba
eustachius membuka dan udara akan masuk melalui tuba eustachius
ke telinga tengah, sehingga menghasilkan tekanan yang sama antara
permukaan dalam dan permukaan luar membran timpani.2
9
Gambar 2.4 Labirin Telinga Dalam
Koklea
Bagian koklea labirin adalah suatu saluran melingkar yang
pada manusia panjangnya 35 mm. Koklea bagian tulang membentuk
2,5 kali putaran yang mengelilingi sumbunya. Sumbu ini dinamakan
modiolus, yang terdiri dari pembuluh darah dan saraf. Ruang di dalam
koklea bagian tulang dibagi dua oleh dinding (septum). Bagian dalam
dari septum ini terdiri dari lamina spiralis ossea. Bagian luarnya terdiri
dari anyaman penyambung, lamina spiralis membranasea. Ruang yang
mengandung perilimfa ini dibagi menjadi: skala vestibule (bagian
atas) dan skala timpani (bagian bawah). Kedua skala ini bertemu pada
ujung koklea. Tempat ini dinamakan helikotrema. Skala vestibule
bermula pada fenestra ovale dan skala timpani berakhir pada fenestra
rotundum. Mulai dari pertemuan antara lamina spiralis membranasea
kearah perifer atas, terdapat membran yang dinamakan membrana
10
Reissner. Pada pertemuan kedua lamina ini, terbentuk saluran yang
dibatasi oleh:
1. Membrana Reissner bagian atas
2. Lamina spiralis membranasea bagian bawah
3. Dinding luar koklea
Saluran ini dinamakan duktus koklearis atau koklea bagian
membran yang berisi endolimf. Dinding luar koklea ini dinamakan
ligamentum spiralis. Disini terdapat stria vaskularis, tempat
2
terbentuknya endolimf.
11
Gambar 2.6 Organ korti
Vestibulum
Vestibulum letaknya diantara koklea dan kanalis semisirkularis
yang juga berisi perilimf. Pada vestibulum bagian depan, terdapat
lubang (foramen ovale) yang berhubungan dengan membrane timpani,
tempat melekatnya telapak (foot plate) dari stapes. Di dalam
vestibulum, terdapat gelembunggelembung bagian membrane
sakkulus dan utrikulus. Gelembung-gelembung sakkulus dan utrikulus
berhubungan satu sama lain dengan perantaraan duktus
utrikulosakkularis, yang bercabang melalui duktus endolimfatikus
yang berakhir pada suatu lilpatan dari duramater, yang terletak pada
12
bagian belakang os piramidalis. Lipatan ini dinamakan sakus
endolimfatikus. Saluran ini buntu.2
Sel-sel persepsi disini sebagai sel-sel rambut yang di kelilingi
oleh selsel penunjang yang letaknya pada macula. Pada sakkulus,
terdapat macula sakkuli. Sedangkan pada utrikulus, dinamakan macula
utrikuli.2
Kanalis semisirkularis
Di kedua sisi kepala terdapat kanalis-kanalis semisirkularis
yang tegak lurus satu sama lain. didalam kanalis tulang, terdapat
kanalis bagian membran yang terbenam dalam perilimf. Kanalis
semisirkularis horizontal berbatasan dengan antrum mastoideum dan
tampak sebagai tonjolan, tonjolan kanalis semisirkularis horizontalis
(lateralis).2
Kanalis semisirkularis vertikal (posterior) berbatasan dengan
fossa crania media dan tampak pada permukaan atas os petrosus
sebagai tonjolan, eminentia arkuata. Kanalis semisirkularis posterior
tegak lurus dengan kanalis semi sirkularis superior. Kedua ujung yang
tidak melebar dari kedua kanalis semisirkularis yang letaknya vertikal
bersatu dan bermuara pada vestibulum sebagai krus komunis.2
Kanalis semisirkularis membranasea letaknya didalam kanalis
semisirkularis ossea. Diantara kedua kanalis ini terdapat ruang berisi
perilimf. Didalam kanalis semisirkularis membranasea terdapat
endolimf. Pada tempat melebarnya kanalis semisirkularis ini terdapat
sel-sel persepsi. Bagian ini dinamakan ampulla.
Sel-sel persepsi yang ditunjang oleh sel-sel penunjang letaknya
pada Krista ampularis yang menempati 1/3 dari lumen ampulla.
Rambut-rambut dari sel persepsi ini mengenai organ yang dinamakan
kupula, suatu organ gelatinous yang mencapai atap dari ampulla
sehingga dapat menutup seluruh ampulla.
13
2.2 Fisiologi Pendengaran
14
2.3 Definisi
2.4 Etiologi
Penyebab otosklerosis belum diketahui pasti tetapi ada kemungkinan
beberapa fakta di bawah ini5:
1. Anatomi
Tulang labirin terbuat dari enchondral dimana terjadi sedikit perubahan
selama kehidupan, tapi terkadang pada tulang keras ini terdapat area
kartilago yang oleh karena faktor non spesifik tertentu diaktifkan untuk
membentuk tulang spongios baru. Salah satu area tersebut adalah fissula
ante fenestram yang berada di depan oval window yang merupakan
predileksi untuk otospongiosis tipe stapedium.
2. Herediter
Sekitar 50% otosklerosis memiliki riwayat keluarga.
3. Ras
Kulit putih lebih banyak dari pada kulit hitam.
4. Jenis kelamin
Perempuan 2 kali lebih banyak dari pada laki-laki
5. Usia
Ketulian biasanya diawali pada usia 20 sampai 30 tahun dan jarang
sebelum usia 10 dan sesudah 40 tahun
6. Faktor lain
Kehamilan, menopause, kecelakaan, setelah operasi besar
15
7. Penyakit Paget
Secara histologi sama dengan otosklerosis namun untuk membedakannya
penyakit paget ini bermula dari lapisan periosteal dan melibatkan tulang
endokondral. Keterlibatan tulang temporal dapat mengakibatkan tuli
sensorineural, namun keterlibatan stapes jarang dijumpai.
2.5 Epidemiologi
Insiden otosklerosis paling tinggi pada kulit putih (8-10%), bangsa
Jepang 1%, Afrika Amerika 1%.5 Otosklerosis sering dimulai di usia
pertengahan tapi bisa juga lebih awal (15-45 thn). Menurut Morison angka
kejadian 90 % pada usia 15-45 tahun, dua persen di bawah usia 2 tahun, tiga
persen antara 10-15 tahun dan empat persen diatas usia 45 tahun.6
Angka kejadian otosklerosis lebih banyak didapatkan pada wanita dari
pada laki-laki dengan perbandingan 2:1. Pada wanita hamil penyakit
otosklerosis memburuk menjadi lebih progresif dibanding wanita tidak
hamil.6
Sering mulainya tuli menyertai kehamilan atau tampak kehamilan
mempercepat terjadinya otosklerosis. Beberapa peneliti menemukan bahwa
kurang lebih 50 % dari penderita otosklerosis keluhan gangguan pendengaran
meningkat sehubungan dengan kehamilannya.5
Otosklerosis bersifat herediter yang diturunkan secara autosomal
dominan. Tetapi penetrance dan ekspresi di masing – masing derajat sangat
berbeda sehingga sulit dibuat inheritance patternnya.
2.6 Patofisiologi
Remodelling tulang normal terjadi 10% per tahun di seluruh regio skeletal;
namun, kapsula otik normal mengalami remodelling tulang yang sangat
minimal— hanya 0.13% per tahun.1
16
Pada pasien dengan otosklerosis, remodeling tulang dalam kapsul otik
meningkat, menyebabkan akumulasi endapan tulang yang merusak struktur
audiologi dan memperburuk transmisi suara normal. Luasnya remodeling
tulang menyimpang di kapsul otik langsung berkorelasi dengan temuan
audiologi yang abnormal.
Remodeling tulang abnormal pada otosklerosis terjadi dalam tiga fase:
• Fase otospongiosis, yang mewakili peningkatan aktivitas osteoklas dan
mikrovaskularitas.7
• Fase transisional, yang dimulai dengan deposit tulang spons oleh
osteoblas di daerah reabsorpsi tulang sebelumnya.7
17
2. Otosklerosis koklear
Otosklerosis koklear melibatkan region sekitar oval window atau area lain di
dalam kapsul otik dan bisa menyebabkan tuli sensorineural. Kemungkinan
disebabkan material toksik di dalam cairan telinga dalam
3. Otosklerosis histologi
Tipe otosklerosis ini merupakan gejala sisa dan tidak dapat menyebabkan tuli
konduktif dan tuli sensorineural.
Gambar 2.8. Tipe otosklerosis stapedial. (A) Fokus anterior. (B) Fokus posterior.
(C)
Sirkumferensial. (D) tipe biskuit. (E) Obliteratif.9
18
2. Paracusis willisii
Seorang pasien otosklerotik mendengar lebih baik di keramaian daripada di
lingkungan yang sepi. Hal ini disebabkan oleh karena orang normal akan
meningkatkan suara di lingkungan yang ramai.
3. Tinnitus seringkali dijumpai pada otosklerosis koklear dan lesi yang aktif.
4. Vertigo merupakan gejala yang tidak lazim. Pasien bicara pelan dan
monoton.
2.8 Diagnosis
Diagnosis otosklerosis berdasarkan pada riwayat penyakit,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan audiometri. Diagnosis pasti dengan
eksplorasi telinga tengah.
Pendengaran terasa berkurang secara progresif dan lebih sering terjadi
bilateral. Otosklerosis khas terjadi pada usia dewasa muda. Setelah onset,
gangguan pendengaran akan berkembang dengan lambat. Penderita
perempuan lebih banyak dari laki-laki, umur penderita antara 11-45 tahun,
tidak terdapat riwayat penyakit telinga dan riwayat trauma kepala atau telinga
sebelumnya.4
Pada pemeriksaan ditemukan membran timpani utuh, kadang-kadang
tampak promontorium agak merah jambu, terutama bila membran timpaninya
transparan. Gambaran tersebut dinamakan tanda Schwartze yang menandakan
adanya fokus
otosklerosis yang sangat vaskuler.4
Pada pemeriksaan dengan garpu tala menunjukkan uji Rinne negatif.
Uji Weber sangat membantu dan akan positif pada telinga dengan otosklerosis
unilateral atau pada telinga dengan ketulian konduktif yang lebih berat.
Pemeriksaan audiometri menunjukkan tipikal tuli konduktif ringan
sampai sedang yang menunjukkan adanya penurunan hantaran udara pada
frekuensi rendah. Hantaran tulang normal. Air-bone gap lebih lebar pada
frekuensi rendah. Dalam beberapa kasus tampak adanya cekungan pada kurva
19
hantaran tulang. hal ini berlainan pada frekuensi yang berbeda namun
maksimal pada 2000 Hz yang disebut dengan Carhart’s notch (5 dB pada 500
Hz, 10 dB pada 1000 Hz, 15 dB pada 2000 Hz dan 5dB pad 4000 Hz) Pada
otosklerosis dapat dijumpai gambaran Carhart’s notch.9
20
Gambar 2.11 CT Scan temporal potongan aksial menunjukkan area kapsul otik yang
radiolusen.10
2.10 Tatalaksana
2.10.1 Medikamentosa
Shambaugh dan Scott memperkenalkan penggunaan sodium
fluoride sebagai pengobatan dengan dosis 30-60 mg/hari salama 2
tahun, berdasarkan keberhasilan dalam terapi osteoporosis. Sodium
fluoride ini akan meningkatkan aktivitas osteoblast dan
meningkatkan volume tulang. Efeknya mungkin berbeda, pada
dosis rendah merangsang dan pada dosis tinggi menekan osteoblas.
Biphosphonat yang bekerja menginhibisi aktivitas osteoklastik dan
antagonis sitokin yang dapat menghambat resorbsi tulang mungkin
21
bisa memberi harapan di masa depan. Saat ini, tidak ada
rekomendasi yang jelas terhadap pengobatan penyakit ini.9 Indikasi
pemberian sodium fluoride
2.10.2 Operasi
Penatalaksanaan operasi dengan stapedektomi dan stapedotomi
telah digunakan secara luas sebagai prosedur pembedahan yang
22
dapat meningkatkan pendengaran pada penderita dengan gangguan
pendengaran akibat otosklerosis.11 a. Stapedektomi
Penatalaksanaan dengan operasi stapedektomi
merupakan pengobatan pilihan. Stapedektomi merupakan
operasi dengan membuang seluruh footplate. Operasi
stapedektomi pertama kali dilakukan oleh Jack dari Boston,
Massachusetts pada 1893, dengan hasil yang baik. Operasi
stapedektomi pada otosklerosis disisipkan protesis di antara
inkus dan oval window. Protesis ini dapat berupa sebuah piston
teflon, piston stainless steel, piston platinum teflon atau
titanium teflon. Piston teflon, merupakan protesis yang paling
sering digunakan saat ini. Hampir 90% pasien mengalami
kemajuan pendengaran setelah dilakukan operasi dengan
stapedektomi.9
Gambar 2.13 Protesis stapes. (A) piston teflon, (B) piston platinum teflon, (C) piston
titanium Teflon.11
23
Dasar tindakan ini adalah membuat foramen oval yang
paten, menutupnya suatu membran baik alamiah maupun
artifisial dan membuat hubungan antara inkus dengan
membran baru yang menutupi foramen ovale. Pemaparan
daerah foramen ovale diperlukan mikroskop operasi dan
penahan spekulum. Insisi dibuat dibagian posterior dan
superior dinding liang telinga dan berjarak cukup dari anulus
untuk menjamin tersedianya jabir kulit yang cukup banyak
yang menutup kerusakan dinding tulang yang dibuang untuk
memaparkan stapes. Lippy et al. 2008 menyatakan
stapedektomi pada pasien tua (70-92 tahun) memberikan hasil
yang sama baik seperti terlihat pada pasien yang lebih muda.
Pasien dengan usia tua bukan bearati tidak memiliki kestabilan
yang lebih rendah dari pada pasien dengan usia lebih muda.
Jika ditemukan footplate salah satu telinga tertutup
(obliterated) maka terdapat 40% kemungkinan akan ditemukan
pada
telinga lainnya.9
b. Stapedotomi
Pada teknik stapedotomi, dibuat lubang di footplate,
dilakukan hanya untuk tempat protesis (Gambar 2.14). Teknik
yang diperkenalkan oleh Fisch, sebuah lubang setahap demi
setahap dibesarkan dengan hand-held drill sampai diameter
0,6 mm. Stapes digantikan dengan protesis yang dipilih
kemudian ditempatkan pada lubang dan dilekatkan ke inkus.
Ukuran protesis yang digunakan sedikit lebih panjang (0,25
mm) dibandingkan dengan jarak antara inkus dan footplate
24
untuk memastikan kontak dengan ruang perilimf dan
9
mencegah pergeseran selama proses penyembuhan.
Banyak ahli otologi menganjurkan penggunaan laser
pada stapedotomi. Keuntungan penggunaan laser adalah
mengurangi manipulasi terhadap suprastruktur dan footplate.
Efek termalnya dapat diabaikan. Kerugiannya adalah waktu
lebih lama, mahal dan memerlukan peralatan. Perkin dan
Curto mempopulerkan kombinasi stapedotomi laser dengan
jaringan untuk menutup lubang. Graft vena dipasang di atas
lubang yang dibor pada blok teflon. Protesis dipasang pada
lubang dan graft vena dibiarkan mengering dan melekat di
protesis. Serpihan tulang yang dibuat laser secara lembut
disisihkan dengan sebuah pengait. Protesis dengan graft yang
melekat dipasang di atas fenestra dengan ujungnya menuju
vestibulum dan kemudian diletakkan di bawah inkus.
25
Gambar 2.15 Teknik stapedotomi dengan graft vena (A) Graft dilekatkan ke
protesis, (B)
Laser stapedotomi, (C) Protesis dan graft dilekatkan.11
Seleksi Pasien.
Seleksi pasien untuk operasi didasarkan pada
pemeriksaan audiologi dan pemeriksaan fisik. Lebih disukai
adalah pasien dengan aerasi telinga tengah yang normal, tidak
ada infeksi atau perforasi membran timpani dan dengan tes
Rinne menunjukkan hantaran tulang lebih besar daripada
hantaran udara.9
26
Bila penyakit bilateral, telinga yang lebih jelek diobati
lebih dahulu, diikuti dengan telinga lainnya, sekurang-
kurangnya 6 bulan kemudian.
Kontraindikasi operasi11
Komplikasi stapedektomi11
1. Perforasi membran timpani
2. Paralisis nervus fasialis
3. Hematotimpanum
4. Fistula perilimf
5. Tuli sensorineural
6. Labirinitis
7. Otitis media akut
27
memungkinan untuk dilakukan tindakan operasi. Hal ini merupakan
penatalaksanaan alternatif yang efektif.9
2.11 Prognosis
28
BAB III KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
29
4. Djaafar ZA, Helmi dan Restuti RD. Kelainan Telinga Tengah. Dalam: Buku
Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok. Edisi 6. Jakarta: Balai
Penerbit FK UI; 2007. p.64-77
5. Roland PS, Samy RN. Otosclerosis. In: Bailey BJ & Johnson JT . Head &
Neck Surgery-Otolaryngology 4th ed. Philadelphia: Lippincott William &
Wilkins. 2006:
2125-2137.
6. Patient UK. Otosclerosis. 2005; Available at :
http://www.patient.co.uk/showdoc/23069149/-32k. Accessed July 9, 2018
7. Rudic M, Keogh I, Wagner R, et al. The pathophysiology of otosclerosis:
review of current research. Hear Res. 2015;30 (Pt A):51-56.
8. Arnold W. Some remarks on the histopathology
of otosclerosis. Adv
Otorhinolaryngol. 2007;65:25-30.
9. Dhingra PL. Otosclerosis. In: Diseases of Ear, Nose and Throat. 6th Ed. New
Delhi: Elsevier; 2014.p. 86-9
10. Boahene DK, Driscoll CL. Otosclerosis. In : Lalwani AK, ed. Current
Diagnosis & Treatment in Otolaryngology - Head & Neck Surgery. USA: The
McGraw-Hill Companies Inc; 2008.p. 673-82
11. Lippy WH, Berenholz LP. Pearls on otosclerosis and stapedectomy. Ear,
Nose &
Throat Journal: 2008; 87 (6).p. 326
30