Anda di halaman 1dari 24

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

SISTEM SENSORI PRESEPSI TELINGA


NEUROMA AKUSTIKUS

Disusun oleh:
Riza Mustika Wenny 131711123021
Angkatan B20/ Kelas AJ-1

UNIVERSITAS AIRLANGGA
PRODI PENDIDIKAN NERS
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunianya kepada saya, sehingga saya bisa
menyelesaikan makalah system sensori persepsi ini.
Terimakasih juga saya ucapkan kepada ibu Lailatun Ni’mah, S.Kep., Ns.,
M.Kep. selaku dosen dan fasilitator E-Learning Keperawatan Medical Bedah II
(KMB II) yang telah membimbing dalam menyelesaikan makalah ini yanh Dalam
penyusunannya melibatkan berbagai sumber, baik dari jurnal dalam negeri
maupun luar negeri. Oleh sebab itu saya mengucapkan banyak terima kasih atas
segala kontribusinya dalam membantu penyusunan makalah ini.
Meski telah disusun secara maksimal, namun penulis sebagai manusia biasa
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Karenanya penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca sekalian agar
artikel ini dapat tampil lebih baik lagi.

Surabaya, 21 Maret 2018

Penyusun
DAFTAR ISI

COVER .......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 2
1.3 Tujuan ...................................................................................................... 2
BAB 2 TINJAUAN KONSEP UMUM PRESEPSI SENSORI PENDENGARAN
2.1 Anatomi dan Fisiologi Sistem Presepsi Pendengaran (normal) ................ 3
2.2 Penatalaksanaan Umum Gangguan Sistem Persepsi Sensori .................... 6
BAB 3 NEUROMA AKUSTIKUS
3.1 Definisi Neuroma Akustikus ..................................................................... 12
3.2 Manifestasi Klinis .................................................................................... 13
3.3 WOC ........................................................................................................ 14
3.4 Diagnosa Keperawatan ............................................................................. 15
3.5 Pemeriksaan penunjang ............................................................................. 16
3.6 Jurnal Penelitian .......................................................................................
BAB 4 PENUTUP
Kesimpulan dan Saran ..................................................................................... 23
Daftar Pustaka ................................................................................................. 24
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Neuroma Akustik, juga dikenal sebagai schwannomas vestibular adalah
tumor ganas non-saraf kranial dari 8. Umumnya mereka muncul dari sel-sel yang
meliputi (Schwann sel) dari saraf vestibular inferior (Komatsuzaki dan Tsunoda,
2001; Krais, 2007). Mereka juga dapat terjadi dalam labirin (Neff dkk, 2003).
Akustik terdiri dari sekitar 6 % dari seluruh tumor intrakranial, sekitar 30% dari
tumor otak, dan sekitar 85% dari tumor di daerah sudut cerebellopontine, dan 10%
adalah meningioma. Hanya sekitar 10 tumor yang baru didiagnosa setiap tahun
per juta orang (Evans et al, 2005), sesuai dengan antara tahun 2000 dan 3000
kasus baru setiap tahun di Amerika Serikat.
Cara lain untuk melihat hal ini adalah bahwa orang rata-rata memiliki risiko
sekitar 1 / 1000 dari mengembangkan neuroma akustik dalam hidup mereka
(Evans et al, 2005). Di Denmark, kejadian tahunan diperkirakan 7,8 pasien yang
dioperasikan / tahun (Tos et al, 1992). Sebagai teknologi telah membaik, tumor
lebih kecil telah didiagnosa, menghasilkan perkiraan yang sama sekitar 10 tumor /
tahun juta. Pada pasien dengan asimetri pendengaran, diyakini bahwa hanya
sekitar 1 dari 1000 memiliki neuroma akustik (sumber: NIH), meskipun beberapa
laporan prevalensi setinggi 2,5% (Baker et al 2003.).
Prevalensi yang lebih tinggi tidak sesuai dengan pengalaman klinis kami
dalam praktik kami di Chicago, akal sehat, atau temuan orang lain. KL et al
(1992) mengamati bahwa dalam populasi Denmark acak dari 40-60 tahun orang
tua, gangguan pendengaran asimetris terjadi pada 8%. Matematika sederhana akan
menunjukkan bahwa jika 8% dari kelompok ini telah mendengar asimetris, akan
ada 80.000 orang tersebut antara satu juta orang. Dengan asumsi bahwa semua
tumor mengakibatkan pendengaran asimetris, maka rasio akan 10/80, 000 - sekitar
1 / 10, 000.
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa definisi dari Neuroma Akustik?
b. Apa etiologi Neuroma Akustik?
c. Bagaimana patofisiologi dari Neuroma Akustik?.
d. Apa manifestasi klinik pada Neuroma Akustik?
e. Apa komplikasi yang muncul pada Neuroma Akustik?
f. Bagaimana asuhan keperawatan pada Neuroma Akustik.

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum
Untuk memenuhi tugas Sistem Persepsi Sensori yang berupa makalah
tentang Neuroma Akustik.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui definisi dari Neuroma Akustik.
b. Untuk mengetahui etiologi Neuroma Akustik.
c. Untuk mengetahui patofisiologi dari Neuroma Akustik.
d. Untuk mengetahui manifestasi klinik pada Neuroma Akustik.
e. Untuk mengetahui komplikasi yang muncul pada Neuroma Akustik
f. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada Neuroma Akus
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.3 Anatomi dan Fisiologi Sistem Presepsi Pendengaran (normal)

Gambar 1 Penampang Telinga luar, dalam dan luar

Ogan yang berperan dalam indra pendengaran adalah telinga.


Struktur telinga dibagi menjadi 3 bagian yaitu :
a. Telinga luar
Telinga luar terdiri dari daun telinga (pinna atau aurikula) dan saluran
telinga luar (meatus auditorius externus). Daun telinga terletak didua sisi
kepala setinggi mata tersusun oleh tulang rawan atau kartilago dan otot
kecil yang dilapisi oleh kulit sehingga menjadi tinggi, keras dan lentur.
Daun telinga dipersyarafi oleh saraf fasialis. Fungsi dari daun telinga
adalah mengumpulkan gelombang suara untuk diteruskan kesaluran
telinga luar yang selanjutnya kegendang telinga. Saluran telinga luar
merupakan lintasan yang sempit, panjangnya sekitar 2,5cm dari daun
telinga kemembran timpani. Saluran ini tidak beraturan dan dilapisi oleh
kulit yang mengandung kelenjar khusus, glandula serumminosa yang
menghasikan serumen. Serumen berfungsi untuk melindungi kulitdari
bakteri, menagkap benda asing yang masuk ketelinga. Serummen juga
dapat menggangu pendengaran jika terlalu banyak batas telinga luar dan
dalam adalah membrane timpani. Membrane timpani membentuk kerucut
dengan dia meter 1cm. tersusun atas 3 lapisan yaitu bagian luar adalah
lapisan epitel, bagian tengah terdapat lapisan fibosa dan lapisan dalam
muklosa fungsi dari membrane timpani adalah menlindungi organ telinga
tengah dan menghanatarkan fibrilasi suara dari telinga luar ke tulang
pendengaran atau (osikel). Kekuatan getaran suara mempengaruhi
tegangan, ukuran dan ketebalan membrane timpani.
b. Telinga tengah
Telinga tengah merupakan rongga yang berisi udara dalam bagian fetrosis
tulang temporar. Rongga tersebut dilalui oleh 3 tulang kecil yaitu meleuis,
inkus dan stapes yang membentang dari membrane timpani kekoramen
ovale. Sesuai dengan namanya, tulamng meleus berbentuk seperti palu dan
menempel pada membrane timpani . tulang inkus menghubungkan meleos
dengan stapes dan tulang stapes melekat pada jendela oval dipintu masuk
telinga dalam. Tulang stape sisokong oleh otot stpeteus yang berperan
menstabilkan hubungan antara hubungan stapes dengan jendela oval dan
mengatur hantaran suara. Jika telinga mendengar suara yang keras, maka
otot stapedius akan berkontraksi sehingga rangkaian tulang akan kaku
sehingga hanya sedikit suara yang dihantarkan. Rongga telinga tengah
berhubungan dengan tuba eustachius yang menghubungkan telinga tengah
dengan faring . fungsi tuba eustachius untuk keseimbangan tekanan antara
sisi timpani dengan cara membuka atau menutup pada keadaan biasa tuba
menutup tetapi dapat membuka pada saat menguap , menelan dang
mengunyah.
c. Telinga dalam atau labirin
Telinga dalam atau labirin mengandung organ organ yang sensitive dalam
pendengaran keseimbangan dan saraf kermial kedelapan. Telinga dalan
berisi cairan dan berada pada perterosa tulang temporal. Telinga dalam
tersusun atas bagian yaitu :
a) Labirin tulang : Merupakan ruang yang berisikan cairan yang merupai
cairan serebrospinalis yang disebut cairan perilimf. Labirin yulang
tersusun atas vestibula, kanalis semisirkularis dan kolea. Vestibula
menghubungkan kolea dengan kanalis semisirkularis , saluran semi
sikularis merupakan 3 saluran yang berisi cairan yang berfungsi
menjaga keseimbangan pada saat kepala ditegakan cairan tersebut
bergerak dari salah satu saluran sesuai dengan arah gerak kepala.
Saluran ini mengandung sel sel rambut yang memberikan respon
terhadap gerak cairan utntuk disampaikan pesan keotak sehingga
terjadi proses keseimbangan. Kolea berbentuk rumah siput didalamnya
terdapat duktus koklealiris yang berisi cairan endolimf dan banyak
reseptor pendengaran kolea bagian labirin dibagi atas 3 ruangan (skala)
yaitu bagian atas yang disebut skjala festibuli, bagaian tengah disebut
skala media dan bagian dasar disebut skala timpani . anatara skala
festibuli dengan skala media dipisahkan oleh memberan resiar
sedangakan antara skala media dan skala timpani dipisahkan oleh
membrane basiler.
b) Labirin membrannosa : Labirin membrannosa terendam dalam caairan
perilimf yang mengandung cairan endolimf kedua cairan tersebut
terdapat keseimbangan yang tepat ditelinga dalam sehingga pengaturan
keseimbangan tetap terjaga. Labirin membranenosa terususun atas
utrikulus, sakulus dan kanalis semisirkularis, duktus kolealis dan organ
korti. Utrikulis terhubung dengan duktus semisirkularis, sedangkan
sakulus terhubung dengan dukturkoklearis dalam koklea. Organ korti
terletak pada membrane basiler, tersusun atas sel-sel rambut yang
merupakan reseptor pengdengaran ada dua tipe sel rambut yaitu sel
rambut baris atau baris tunggal internal dan 3 baris sel rambut
eksternal. Pada bagian samping dan dasar sel rambut bersinap dengan
jaringan ujung saraf koklealis.
d. Mekanisme pendengaran normal
Gelombang suara dari luar dikumpulkan oleh daun telinga (pinna masuk
kesaluran eksternal pendenganran (meatusdan kanalis ouduktirius
eksterna) yang selanjutnya masuk kemembran timpani. Adanya
gelombang suaran yang masuk kemembran timpani menyebabkan
membrane timpani bergetar dan bergerak maju mundur gerakkan ini juga
mengakibatkan tulang-tulang pendengaran seperti meleus, onkus dan
stapes ikut bergerakdan selanjutnya stapes menggerakan voramen ovale
serta menggerakan cairan felim pada skala vestibule. Getaran selanjutnya
melalui membrane resner yang mendorong endoklimf dan membrane
basiler kearah bawah dan selanjutnya menggerakan ferilim pada skala
timpani pergerakan skala dalam timpani menimbulkan aksi timpani pada
sel rambut yang selanjutnya diubah menjadi implus listrik. Implus listrik
selanjut dihantarkan kenukleus kolearis, thalamus kemudian korteks
pendengaran untuk diasosiasikan.

2.4 Penatalaksanaan Umum Gangguan Sistem Persepsi Sensori


Pertimbangan untuk dilakukan tindakan operatif tergantung dengan
keuntungan atau kerugian yang akan diperoleh bagi penderita. Hal ini
berhubungan dengan pertumbuhan tumor yang lambat, akan tetapi karena
menempati lokasi yang cukup rumit dan sangat vital, yakni dekat dengan
batang otak.
1. Konservatif Observasinal
Beberapa indikasi yang digunakan oleh peneliti untuk penderita neuroma
akustik yang akan dilakukan konsevatif observasinal.
a. Penderita berusia tua
b. Ukuran tumor kecil
c. Menolak untuk terapi
d. Adanya resiko operasi

Hal yang harus dilakukan selama penanganan konservatif adalah :


a. Fungsi kedua pendengaran
b. Resiko hilangnya fungsi pendengaran setelah pembedahan
c. terjadinya lesi nervus fasialis
d. Harapan hidup pasien
e. Kecepatan tumbuh tumor
f. Histologi tumor apakah NF1 atau NF2.

2. Pembedahan
Ada 3 teknik yang dapat digunakan untuk penanganan neuroma akustik
dengan cara pembedahan yaitu melalui :
a. Retrosigmoid
Teknik retrosigmoid dilakukan dengan posisi penderita miring total
dengan kepala sedikit menoleh ke arah berlawanan dari likasi tumor.
Insisi kulit terletak di belakang telinga yakni 1/3 bagian lateral dari
garis yang ditarik antara protuberantia eksterna dan meatus akustikus
eksternus, insisi kulit berbentuk huruf S dengan panjang sekitar 6 cm,
2/3 terletak di bawah sinus sigmoid dan 1/3 terletak di atas sinus
sigmoid. Dilakukan kraniotomi suboccipital, selulae dittutup dengan
wax untuk mencegah terjadinya kebocoran cairan serebrospinal.
Untuk mendapatkan jaringan otak yang tidak tegang harus
diperhatikan, beberapa hal berikut ini :
a) Pemberian kortikosteroid 1 hari sebelum operasi.
b) Saat dilakukan insisi kulit diberikan manitol 20% dengan dosisi 0,5
gram/kgBB.
c) Hiperventilasi.
d) Setelah durameter dibuka maka yang pertama kali dilakukan
mencari sisterna magna dan dibuka, kemudian cairan
serebrospinalis dikuras. Retraksi serebrum harus dilakukan secara
gentle supaya tidak merusak, setelah tampak tumor langkah
berikutnya adalah debulking, dimulai dari sisi lateral tumor ke
medial dan anterior sampai terlihat porus akustikus internus dan
dibuka untuk eksisi tumor yang terletak di dalam kanalis auditory
interna. Langkah berikutnya adalah mengambil sisa tumor yang
menempel pada nervus kranialis VII dan menekan batang otak,
biasanya langkah ini paling sulit terutama jika nervus fasialis sudah
terbungkus oleh tumor. Durameter ditutup kedap air, otot kulit
dijahit lapis demi lapis. Unutk mencegah terjadinya lesi nervus
fasialis sebaiknya dipasang monitor.
e) Ahli bedah saraf kebanyakan menggunakan teknik retrosigmoid
kalaupun menggunakan translabirinthine maka akan dilakukan
operasi bersama sejawat ahli THT.

Keuntungan teknik retrosigmoid :


a) Dapat digunakan untuk berbagai tumor akustikus atau berbagai
jenis tumor di daerah cerebellopontine angle.
b) Daerah fossa posterior dapat terlihat lebih jelas dibandingkan 2
teknik yang lain.
c) Teknik dapat digunakan untuk fungsi pendengaran yang masih
baik ataupun pada penderita yang sudah mengalami ketulian.
d) Tidak merusak struktur labirin.

Kerugian teknik retrisigmoid :


a) Teknik ini hanya dapat digunakan untuk tumor kecil yang
terletak 1/3 medial dari kanalis auditorius interna sedangkan
untuk tumor yang terletak di kanalis auditorius interna 1/3
tengah sampai 1/3 lateral akan mengalami kesulitan dan
sebaiknya digunakan teknik yang lain terutama
translabyrinthine.
b) Teknik ini tidak dapat melihat struktur di daerah inferior dari
cerebellopontine angle dan bagian posterior dari tulang
temporalis sampai porus akustikus.
c) Terjadi penekanan dan retraksi pada serebelum yang pada
akhirnya akan menyebabkan edema, hematom atau infark
serebelum.
d) Terjadinya kebocoran cairan serebrospinal lebih sering terjadi
oleh karena pada teknik ini harus membuka cysterna magna.

b. Translabirinth
Keuntungan teknik translabyrinthine :
a) Teknik ini memberikan ruang yang lebar untuk operasi tumor yang
terletak yang menekan bagian lateral batang otak.
b) Tidak diperlukan retraksi serebelum.
c) Kanalis auditori interna tampak terlihat dengan baik demikian juga
nervus fasialis akan terlihat dengan jelas sehingga lesi fasialis
dapat dihindari dan jika harus dikorbankan nervus fasialis dapat
disambung kembali baik anastomose langsung maupun
menggunakan grafi.
d) Kejadian kebocoran cairan serebrospinal lebih kecil dibandingkan
transigmoid dan subtemporal ( middle fossa approach ).

Kerugian teknik translabyrinthine :


a) Preservasi fungsi pendengaran sangat tidak mungkin bisa
dilakukan.
b) Diperlukan penutup / graft untuk menutup luka sehingga
menimbulkan luka di tempat lain ( biasanya graft lemak diambil
dari dinding abdomen ).
c) Sinus sigmoid lebih sering mengalami cidera dan jika terjadi
perdarahan akan lebih sulit dikendalikan. Oleh karena lapangan
operasi yang sempit.

c. Subtemporal ( middle fossa approach )


Keuntungan teknik subtemporal :
a) Merupakan satu-satunya teknik untuk mencapai canalis auditoris
interna tanpa merusak fungsi pendengaran.
b) Tidak membuka durameter

Kerugian teknik subtemporal :


a) Nervus fasialis biasanya melewati permukaan atas tumor, sehingga
akan mudah terjadinya lesi nervus fasialis.
b) Resiko terjadinya robekan durameter terutama pada penderita tua
dimana durameter sangat melekat pada tulang temporalis.
c) Ekposure fossa posterior lebih sempit sehingga hanya
didindikasikan untuk tumor diameter kecil.

3. Radiasi
Radiasi yang paling baik adalah dengan bantuan pemasangan frame
strereotaksis sedangkan alat yang digunakan bermacam yakni Gamma
khife, Cyber knife, Brain lab, yang akan memancarkan beberapa sumber
radiasi dosis rendah menuju target sehingga pada target tersebut menerima
dosis radiasi yang besar. Efek pada sel akan menyebabkan DNA terpecah
dan sel menjadi mati, sel neuroma bersifat radioresisten dengan radiasi
dosis rendah akan tetapi sel tumor akan mati jika mendpat dosis tinggi.

Keuntungan stereotaksis radioterapi :


a) Penurunan masa tinggal di rumah sakit sehingga menurunkan seluruh
biaya.
b) Cepat kembali seperti sedia kala.
c) Angka morbiditas dan mortalitaas yang jauh lebih rendah disbanding
operasi.

Kerugian stereotaksis radioterapi :


a) Diperlukan control pemeriksaan CT Scan atau MRI secara rutin,
sehingga jika dihitung seluruh biayanya diperkirakan lebih mahal
dari pada biaya operasi.
b) Tidak menghilangkan tumor dengan segera.
c) Resiko terjadinya lesi nervus kranialis V lebih tinggi.
d) Belun diketahui resiko terjadinya perubahan tumor menjadi ganas
sebagai efek samping radiasi, diperkirakan angka kejadiannya 1 :
1000 setelah 30 tahun.
BAB 3
TINJAUAN KASUS

3.1 Definisi Neuroma Akustikus


Neuroma Akustik (AN) adalah tumor saraf vestibulokohlearis (N VIII) yang
berasal dari selubung saraf sel Schwann. Sebagian besar berasal dari bagian
vestibuler dan kurang dari 5% berasal dari divisi kohlearis (pendengaran) (sumber
: Panduan Penatalaksanaan tumor otak Komite penanggulangan kanker nasional
kementrian kesehatan republik Indonesia )
Neuroma akustik adalah tumor pada syaraf cranial ke VIII ( pendengaran dan
keseimbangan), tumor ini dapat tumbuh dengan lambat dan mencapai ukuran yang
sudah amat besar sebelum tumor tersebut terdiagnosa dengan tepat ( keperawatan
medical bedah buku saku dari brunner dan suddart ,diane c boughman dan joAnn
c hackley ,egc ,cetakan 1, Jakarta,2000 )
Schwannnoma Vestibular timbul dari deviasi vestibular saraf kranial VIII.
Sebutan umum mereka adalah neuroma akustik, walaupun konsensus NIH
mencegah penggunaannya. sementara beberapa kelompok telah menunjukkan
kemiripan yang sama di antara divisi superior vestibular superior dan inferior.
Jenis ukuran nya dapat diklasifikasikan yaitu
1. Intracanalicular
2. Small (<1cm)
3. Medium (< 2.5 cm )
4. Large (> 2.5 cm)
5. Giant (>5cm)
(sumber : Otology / Neurotology / skull base surgery,series editor Robert T
sataloff volume editor anil K lalwani ,new delhi india ,jaypee brothers medical
publisher ,first edition 2016)
Jadi neuroma akustik menurut saya adalah tumor otak jinak dari saraf
vestibulocochlear, salah satu saraf yang menghubungkan telinga ke otak, yang
dapat menyebabkan masalah pendengaran dan keseimbangan.
3.2 Manifestasi Klinis

Gambar 2 : vestibulokoklearis (sumber : simon dan Schuster ,fundamental of


anatomy and physiology edisi ke 4 , new jersey , prentice hall.,inc.,2003)

Gejala yang paling sering timbul pada pasien dengan neuroma akustik
(Brunner & Suddart.2002) adalah :
- Titinus unilateral
- Kehilangan pendengaran dengan atau tanpa vertigo
- Gangguan keseimbangan
- Tuli
3.3 WOC

Sebagian besar neuroma akustik berkembang dari investasi sel Schwann


dari bagian vestibular saraf vestibulocochlear. Kurang dari 5% muncul dari saraf
koklea. Saraf vestibular superior dan inferior tampak sebagai saraf asal dengan
frekuensi yang sama. Secara keseluruhan, 3 pola pertumbuhan terpisah dapat
dibedakan dalam tumor akustik, sebagai berikut: (1) tidak ada pertumbuhan atau
pertumbuhan yang sangat lambat, (2) pertumbuhan lambat (yaitu, 0,2 cm / tahun
pada studi pencitraan), dan (3) pertumbuhan cepat ( yaitu, ≥ 1,0 cm / y pada studi
pencitraan). Meskipun sebagian besar neuroma akustik tumbuh lambat, beberapa
tumbuh cukup cepat dan dapat menggandakan volume dalam 6 bulan hingga satu
tahun.
Meskipun beberapa tumor mematuhi satu atau lainnya dari pola
pertumbuhan ini, yang lain tampak bergantian antara periode pertumbuhan tidak
atau lambat dan pertumbuhan yang cepat. Tumor yang telah mengalami
degenerasi kistik (mungkin karena mereka telah melampaui persediaan darah
mereka) kadang-kadang mampu melakukan ekspansi yang relatif cepat karena
pembesaran komponen kistiknya. Karena tumor akustik muncul dari sel Schwann
yang berinvestasi, pertumbuhan tumor umumnya menekan serabut vestibular di
permukaan. Penghancuran serat vestibular lambat; akibatnya, banyak pasien
mengalami sedikit atau tidak ada disequilibrium atau vertigo. Setelah tumor telah
tumbuh cukup besar untuk mengisi kanal auditori internal, ia dapat melanjutkan
pertumbuhan baik dengan memperluas tulang atau dengan memperluas ke sudut
cerebellopontine. Pertumbuhan dalam sudut cerebellopontine umumnya berbentuk
bola.
Tumor akustik, seperti lesi yang menempati ruang angkasa lainnya,
menghasilkan gejala oleh salah satu dari empat mekanisme yang dapat dikenali:
(1) kompresi atau distorsi ruang cairan tulang belakang, (2) perpindahan batang
otak, (3) kompresi pembuluh yang menghasilkan iskemia atau infark , atau (4)
kompresi dan / atau atenuasi saraf.
Karena sudut cerebellopontine relatif kosong, tumor dapat terus tumbuh sampai
mencapai ukuran 3-4 cm sebelum mereka menyentuh struktur penting.
Pertumbuhan seringkali cukup lambat sehingga saraf wajah dapat mengakomodasi
peregangan yang dipaksakan oleh pertumbuhan tumor tanpa kerusakan fungsional
yang tampak secara klinis. Tumor yang timbul dalam kanal auditori internal dapat
menghasilkan gejala yang relatif awal dalam bentuk gangguan pendengaran atau
gangguan vestibular dengan mengompresi saraf koklea, saraf vestibular, atau
arteri labirin terhadap dinding tulang kanalis auditori internal.
Kehilangan pendengaran unilateral adalah gejala yang paling umum pada saat
diagnosis dan umumnya merupakan gejala yang mengarah ke diagnosis.
Asumsikan bahwa gangguan pendengaran sensorineural unilateral disebabkan
oleh neuroma akustik sampai terbukti sebaliknya. Tumor dapat menghasilkan
gangguan pendengaran melalui setidaknya 2 mekanisme, cedera langsung pada
saraf koklea atau gangguan suplai darah koklea. Cedera progresif pada serabut
koklea mungkin menyebabkan gangguan pendengaran neurosensorik progresif
lambat yang diamati pada sejumlah besar pasien dengan neuroma akustik.
Kehilangan pendengaran yang mendadak dan berfluktuasi lebih mudah dijelaskan
atas dasar gangguan suplai darah koklea.
Konsisten dengan cedera langsung pada saraf kranial VIII, sejumlah besar
individu dengan neuroma akustik memiliki skor diskriminasi bicara yang
dikurangi di luar proporsi terhadap pengurangan rata-rata nada murni — ciri khas
untuk lesi retro-cochlear. Hal ini sering dapat ditunjukkan melalui pengujian
audiologis oleh fenomena yang disebut "rollover," di mana skor diskriminasi
bicara menurun karena volume stimulus bicara meningkat. Namun, pengurangan
yang ditandai seperti itu dalam skor diskriminasi bicara tidak selalu berubah. Skor
diskriminasi bicara yang normal tidak mengesampingkan tumor akustik. Pasien
dengan tumor akustik mungkin memiliki skor diskriminasi pendengaran dan
tuturan normal atau hampir normal.

Vertigo dan disekuilibrium jarang menunjukkan gejala di antara pasien dengan


tumor akustik. Vertigo rotasi (ilusi pergerakan atau penurunan) jarang terjadi dan
kadang-kadang terlihat pada pasien dengan tumor kecil. Disequilibrium (rasa
ketidakseimbangan atau ketidakseimbangan), di sisi lain, tampaknya lebih umum
pada tumor yang lebih besar. Secara keseluruhan, jika ditanyai dengan seksama,
sekitar 40-50% pasien dengan neuroma akustik melaporkan beberapa gangguan
keseimbangan. Namun, gangguan keseimbangan adalah gejala yang muncul pada
kurang dari 10% pasien. Penghancuran serabut vestibular tampaknya cukup
lambat untuk memungkinkan kompensasi.
Sakit kepala hadir pada 50-60% pasien pada saat diagnosis, tetapi kurang dari
10% pasien mengalami sakit kepala sebagai gejala yang muncul. Sakit kepala
tampaknya menjadi lebih umum karena ukuran tumor meningkat dan merupakan
fitur yang menonjol pada pasien yang mengembangkan hidrosefalus obstruktif
yang terkait dengan tumor yang sangat besar. Wajah mati rasa terjadi pada sekitar
25% pasien dan lebih umum pada saat presentasi daripada kelemahan wajah.
Hypoesthesia obyektif yang melibatkan gigi, mukosa bukal, atau kulit wajah
dikaitkan dengan tumor yang lebih besar, namun pengurangan subjektif dalam
sensasi yang tidak dapat didokumentasikan pada pemeriksaan objektif biasanya
terjadi pada tumor berukuran sedang dan kecil. Penurunan refleks kornea
umumnya terjadi lebih awal dan lebih umum dari hiperestesi wajah obyektif.
Meskipun kira-kira 50-70% individu dengan tumor besar memiliki hypoesthesia
wajah yang dapat dibuktikan secara obyektif, mereka seringkali tidak
menyadarinya, dan ini jarang merupakan gejala yang muncul.
Schwannomas vestibular bilateral mempengaruhi kedua saraf pendengaran dan
biasanya terkait dengan kelainan genetik yang disebut neurofibromatosis tipe 2
(NF2). Setengah dari individu yang terkena dampak telah mewarisi gangguan
tersebut dari orang tua yang terkena dampak dan separuhnya tampaknya memiliki
mutasi untuk pertama kalinya di keluarga mereka. Setiap anak dari orang tua yang
terkena memiliki 50% kemungkinan mewarisi gangguan tersebut. Tidak seperti
pada schwannoma vestibular unilateral, individu dengan NF2 biasanya mengalami
gejala di usia remaja atau awal masa dewasa. Selain itu, pasien dengan NF2
biasanya mengembangkan beberapa tumor otak dan tulang belakang yang terkait.
Mereka juga bisa mengembangkan tumor saraf yang penting untuk menelan,
berbicara, mata dan gerakan wajah, dan sensasi wajah. Menentukan pengelolaan
terbaik schwannomas vestibular serta tumor saraf, otak, dan tulang belakang
tambahan lebih rumit daripada menentukan bagaimana cara mengobati
schwannoma vestibular unilateral. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk
menentukan pengobatan terbaik untuk individu dengan NF2.
3.4 Diagnosa Keperawatan
a. Risiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan
menelan
b. Resiko cedera berhubungan dengan vertigo
c. Nyeri akut berhubungan dengan penekanan syaraf pada wajah
d. Gangguan persepsi sensori auditori berhubungan dengan fungsi
pendengaran menurun

3.5 Pemeriksaan penunjang


a. Klinis
Secara klinis diagnosis dimulai dari anamnesa rentang riwayat dan
perjalanan penyakit penderita serta pemeriksaan fungsi nervus kranialis
mulai nervus kranialis I sampai XII.
b. Otologis
Meliputi tes fungsi pendengaran yaitu :
Speech discrimination testing, Brainstem Auditory Sensory Evoked
Responses ( BAERs) acustic reflex threshold testing. Dengan pemeriksaan
BAERs akan didapatkan sensivitas 94%, False positive rate 8% dan false
negative rate sekitar 4% jika dibandingkan pemeriksaan CT-Scan sebagai
golden standart.
c. Radiologi
a) Foto Polos
Pada pemeriksaan tomografi ini daerah meatus akuticus interna
mungkin tampak gambaran erosi dan dilatasi pada daerah yang
dicurigai, namun pemeriksaan foto polos sudah jarang digunakan lagi
dan tergantikan dengan pemeriksaan yang lain seperti MRI.
b) CT Scan
Dengan pemeriksaan CT Scan bambarab tumor dan struktur sekitarnya
lebih jelas terlihat, CT Scan mempunyai nilai yang lebih tinggi untuk
melihat struktur tulang.
c) MRI
Saat ini MRI merupakan standart diagnosis untuk tumor didaerah fossa
posterior dan cerebellopontine angle,, apalagi adanya functional MRI,
MRI
BAB 4
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 KESIMPULAN
Neuroma akustik adalah tumor bersifat kanker (jinak) dan biasanya lambat
tumbuh yang berkembang pada saraf akustikus, menyebabkan gangguan
pendengaran, dering di telinga Anda dan kegoyangan. Juga dikenal sebagai
schwannoma vestibular, neuroma akustik mnerupakan penyebab umum gangguan
pendengaran. Penyebabnya 2 gen Neurofibromatosis (NF2)yang diturunkan oleh
ayah dan ibu. Tanda gejala gangguan pendengaran, (tinnitus) di telinga yang
terkena, kegoyangan, kehilangan keseimbangan, Pusing (vertigo), wajah mati rasa
dan kelemahan.
Penatalaksanaannya dilakukan :
a. Operasi, dapat menghilangkan tumor/ pengangkatan tumor untuk
memperlambat atau menghentikan pertumbuhannya.
b. Terapi radiasi Stereotactic,
Terapi radiasi dilakukan dalam berbagai cara, tetapi terutama oleh empat
metode gamma, radioterapi. Radiasi diberikan dalam dosis tunggal yang
besar.

4.2 SARAN
Seseorang yang mengalami gangguan pendengaran pada satu telinga, biasanya
bertahap dengan tanda gejala lainnya, dianjurkan segera di periksa guna
mengetahui dan mencegah neuroma akustik.
Daftar Pustaka

a. Panduan Penatalaksanaan tumor otak Komite penanggulangan kanker


nasional kementrian kesehatan republik Indonesia )
b. Boughman, diane c dan joAnn c hackley. 2000. Keperawatan Medical
Bedah buku saku dari brunner dan suddart cetakan 1. Jakarta: EGC)
c. Sataloff, Robert T volume editor anil K lalwani. 2016. Otology /
Neurotology / skull base surgery. New Delhi India : Jaypee brothers
medical publisher)
d. Simon, dan Schuster. 2003. fundamental of anatomy and physiology edisi
ke 4 , new jersey : prentice hall

Anda mungkin juga menyukai