Disusun oleh:
Riza Mustika Wenny 131711123021
Angkatan B20/ Kelas AJ-1
UNIVERSITAS AIRLANGGA
PRODI PENDIDIKAN NERS
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunianya kepada saya, sehingga saya bisa
menyelesaikan makalah system sensori persepsi ini.
Terimakasih juga saya ucapkan kepada ibu Lailatun Ni’mah, S.Kep., Ns.,
M.Kep. selaku dosen dan fasilitator E-Learning Keperawatan Medical Bedah II
(KMB II) yang telah membimbing dalam menyelesaikan makalah ini yanh Dalam
penyusunannya melibatkan berbagai sumber, baik dari jurnal dalam negeri
maupun luar negeri. Oleh sebab itu saya mengucapkan banyak terima kasih atas
segala kontribusinya dalam membantu penyusunan makalah ini.
Meski telah disusun secara maksimal, namun penulis sebagai manusia biasa
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Karenanya penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca sekalian agar
artikel ini dapat tampil lebih baik lagi.
Penyusun
DAFTAR ISI
COVER .......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 2
1.3 Tujuan ...................................................................................................... 2
BAB 2 TINJAUAN KONSEP UMUM PRESEPSI SENSORI PENDENGARAN
2.1 Anatomi dan Fisiologi Sistem Presepsi Pendengaran (normal) ................ 3
2.2 Penatalaksanaan Umum Gangguan Sistem Persepsi Sensori .................... 6
BAB 3 NEUROMA AKUSTIKUS
3.1 Definisi Neuroma Akustikus ..................................................................... 12
3.2 Manifestasi Klinis .................................................................................... 13
3.3 WOC ........................................................................................................ 14
3.4 Diagnosa Keperawatan ............................................................................. 15
3.5 Pemeriksaan penunjang ............................................................................. 16
3.6 Jurnal Penelitian .......................................................................................
BAB 4 PENUTUP
Kesimpulan dan Saran ..................................................................................... 23
Daftar Pustaka ................................................................................................. 24
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Neuroma Akustik, juga dikenal sebagai schwannomas vestibular adalah
tumor ganas non-saraf kranial dari 8. Umumnya mereka muncul dari sel-sel yang
meliputi (Schwann sel) dari saraf vestibular inferior (Komatsuzaki dan Tsunoda,
2001; Krais, 2007). Mereka juga dapat terjadi dalam labirin (Neff dkk, 2003).
Akustik terdiri dari sekitar 6 % dari seluruh tumor intrakranial, sekitar 30% dari
tumor otak, dan sekitar 85% dari tumor di daerah sudut cerebellopontine, dan 10%
adalah meningioma. Hanya sekitar 10 tumor yang baru didiagnosa setiap tahun
per juta orang (Evans et al, 2005), sesuai dengan antara tahun 2000 dan 3000
kasus baru setiap tahun di Amerika Serikat.
Cara lain untuk melihat hal ini adalah bahwa orang rata-rata memiliki risiko
sekitar 1 / 1000 dari mengembangkan neuroma akustik dalam hidup mereka
(Evans et al, 2005). Di Denmark, kejadian tahunan diperkirakan 7,8 pasien yang
dioperasikan / tahun (Tos et al, 1992). Sebagai teknologi telah membaik, tumor
lebih kecil telah didiagnosa, menghasilkan perkiraan yang sama sekitar 10 tumor /
tahun juta. Pada pasien dengan asimetri pendengaran, diyakini bahwa hanya
sekitar 1 dari 1000 memiliki neuroma akustik (sumber: NIH), meskipun beberapa
laporan prevalensi setinggi 2,5% (Baker et al 2003.).
Prevalensi yang lebih tinggi tidak sesuai dengan pengalaman klinis kami
dalam praktik kami di Chicago, akal sehat, atau temuan orang lain. KL et al
(1992) mengamati bahwa dalam populasi Denmark acak dari 40-60 tahun orang
tua, gangguan pendengaran asimetris terjadi pada 8%. Matematika sederhana akan
menunjukkan bahwa jika 8% dari kelompok ini telah mendengar asimetris, akan
ada 80.000 orang tersebut antara satu juta orang. Dengan asumsi bahwa semua
tumor mengakibatkan pendengaran asimetris, maka rasio akan 10/80, 000 - sekitar
1 / 10, 000.
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa definisi dari Neuroma Akustik?
b. Apa etiologi Neuroma Akustik?
c. Bagaimana patofisiologi dari Neuroma Akustik?.
d. Apa manifestasi klinik pada Neuroma Akustik?
e. Apa komplikasi yang muncul pada Neuroma Akustik?
f. Bagaimana asuhan keperawatan pada Neuroma Akustik.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum
Untuk memenuhi tugas Sistem Persepsi Sensori yang berupa makalah
tentang Neuroma Akustik.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui definisi dari Neuroma Akustik.
b. Untuk mengetahui etiologi Neuroma Akustik.
c. Untuk mengetahui patofisiologi dari Neuroma Akustik.
d. Untuk mengetahui manifestasi klinik pada Neuroma Akustik.
e. Untuk mengetahui komplikasi yang muncul pada Neuroma Akustik
f. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada Neuroma Akus
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2. Pembedahan
Ada 3 teknik yang dapat digunakan untuk penanganan neuroma akustik
dengan cara pembedahan yaitu melalui :
a. Retrosigmoid
Teknik retrosigmoid dilakukan dengan posisi penderita miring total
dengan kepala sedikit menoleh ke arah berlawanan dari likasi tumor.
Insisi kulit terletak di belakang telinga yakni 1/3 bagian lateral dari
garis yang ditarik antara protuberantia eksterna dan meatus akustikus
eksternus, insisi kulit berbentuk huruf S dengan panjang sekitar 6 cm,
2/3 terletak di bawah sinus sigmoid dan 1/3 terletak di atas sinus
sigmoid. Dilakukan kraniotomi suboccipital, selulae dittutup dengan
wax untuk mencegah terjadinya kebocoran cairan serebrospinal.
Untuk mendapatkan jaringan otak yang tidak tegang harus
diperhatikan, beberapa hal berikut ini :
a) Pemberian kortikosteroid 1 hari sebelum operasi.
b) Saat dilakukan insisi kulit diberikan manitol 20% dengan dosisi 0,5
gram/kgBB.
c) Hiperventilasi.
d) Setelah durameter dibuka maka yang pertama kali dilakukan
mencari sisterna magna dan dibuka, kemudian cairan
serebrospinalis dikuras. Retraksi serebrum harus dilakukan secara
gentle supaya tidak merusak, setelah tampak tumor langkah
berikutnya adalah debulking, dimulai dari sisi lateral tumor ke
medial dan anterior sampai terlihat porus akustikus internus dan
dibuka untuk eksisi tumor yang terletak di dalam kanalis auditory
interna. Langkah berikutnya adalah mengambil sisa tumor yang
menempel pada nervus kranialis VII dan menekan batang otak,
biasanya langkah ini paling sulit terutama jika nervus fasialis sudah
terbungkus oleh tumor. Durameter ditutup kedap air, otot kulit
dijahit lapis demi lapis. Unutk mencegah terjadinya lesi nervus
fasialis sebaiknya dipasang monitor.
e) Ahli bedah saraf kebanyakan menggunakan teknik retrosigmoid
kalaupun menggunakan translabirinthine maka akan dilakukan
operasi bersama sejawat ahli THT.
b. Translabirinth
Keuntungan teknik translabyrinthine :
a) Teknik ini memberikan ruang yang lebar untuk operasi tumor yang
terletak yang menekan bagian lateral batang otak.
b) Tidak diperlukan retraksi serebelum.
c) Kanalis auditori interna tampak terlihat dengan baik demikian juga
nervus fasialis akan terlihat dengan jelas sehingga lesi fasialis
dapat dihindari dan jika harus dikorbankan nervus fasialis dapat
disambung kembali baik anastomose langsung maupun
menggunakan grafi.
d) Kejadian kebocoran cairan serebrospinal lebih kecil dibandingkan
transigmoid dan subtemporal ( middle fossa approach ).
3. Radiasi
Radiasi yang paling baik adalah dengan bantuan pemasangan frame
strereotaksis sedangkan alat yang digunakan bermacam yakni Gamma
khife, Cyber knife, Brain lab, yang akan memancarkan beberapa sumber
radiasi dosis rendah menuju target sehingga pada target tersebut menerima
dosis radiasi yang besar. Efek pada sel akan menyebabkan DNA terpecah
dan sel menjadi mati, sel neuroma bersifat radioresisten dengan radiasi
dosis rendah akan tetapi sel tumor akan mati jika mendpat dosis tinggi.
Gejala yang paling sering timbul pada pasien dengan neuroma akustik
(Brunner & Suddart.2002) adalah :
- Titinus unilateral
- Kehilangan pendengaran dengan atau tanpa vertigo
- Gangguan keseimbangan
- Tuli
3.3 WOC
4.1 KESIMPULAN
Neuroma akustik adalah tumor bersifat kanker (jinak) dan biasanya lambat
tumbuh yang berkembang pada saraf akustikus, menyebabkan gangguan
pendengaran, dering di telinga Anda dan kegoyangan. Juga dikenal sebagai
schwannoma vestibular, neuroma akustik mnerupakan penyebab umum gangguan
pendengaran. Penyebabnya 2 gen Neurofibromatosis (NF2)yang diturunkan oleh
ayah dan ibu. Tanda gejala gangguan pendengaran, (tinnitus) di telinga yang
terkena, kegoyangan, kehilangan keseimbangan, Pusing (vertigo), wajah mati rasa
dan kelemahan.
Penatalaksanaannya dilakukan :
a. Operasi, dapat menghilangkan tumor/ pengangkatan tumor untuk
memperlambat atau menghentikan pertumbuhannya.
b. Terapi radiasi Stereotactic,
Terapi radiasi dilakukan dalam berbagai cara, tetapi terutama oleh empat
metode gamma, radioterapi. Radiasi diberikan dalam dosis tunggal yang
besar.
4.2 SARAN
Seseorang yang mengalami gangguan pendengaran pada satu telinga, biasanya
bertahap dengan tanda gejala lainnya, dianjurkan segera di periksa guna
mengetahui dan mencegah neuroma akustik.
Daftar Pustaka