Disusun oleh:
Kelompok 8 / Tadris Biologi 3-B
SEPTEMBER 2017
DAFTAR ISI
ii
PEMBAHASAN
BUNYI 1 (TELINGA DAN PENDENGARAN DALAM FISIKA)
Telinga manusia sendiri merupakan detektor bunyi yang sangat sensitif. Fungsi
telinga adalah untuk secara efisien merubah energi getaran dari gelombang menjadi sinyal
listrik yang dibawa ke otak melalui saraf. Hal ini sama dengan mikrofon dimana gelombang
bunyi yang mengenai diafragma mikrofon akan menggetarkannya, dan getaran ini diubah
menjadi sinyal listrik dengan frekuensi yang sama, kemudian dikuatkan oleh amplifier dan
dikirim ke pengeras suara.1
Pendengaran adalah persepsi saraf mengenai energi suara. Gelombang suara (akustik)
adalah getaran udara yang merambat dan terdiri dari daerah bertekanan tinggi karena
kompresi (pemampatan) molekul-molekul udara yang berselang-seling dengan daerah
bertekanan rendah akibat penjarangan (rarefaction) molekul tersebut. Pendengaran
merupakan indra mekanoreseptor. Hal ini karena telinga memberikan respon terhadap getaran
mekanik gelombang suara yang terdapat di udara.2
Sensasi pendengaran dihasilkan oleh respon saraf di telinga untuk menekan variasi
gelombang suara. Saraf di telinga bukan hanya yang merespons tekanan, karena sebagian
besar kulit mengandung saraf sensitif tekanan itu. Namun, telinga jauh lebih sensitif terhadap
variasi tekanan dari bagian tubuh lainnya.3 Kepekaan pendengaran dalam beberapa hal juga
lebih dapat dipercaya daripada kepekaan pandangan.
1
Ahmadi, Ruslan Hani, dkk., Fisika Kesehatan, (Jogjakarta: Mitra Cendika Press, 2009), 43.
2
Lili, Irawati, Fisika Medik Proses Pendengaran, (Padang: Jurnal Majalah Kedokteran Andalas No. 2 Vol. 36
tidak Diterbitkan, 2012), 157.
3
Paul, Davidovits, Physic in Biology and Medicine 3rd ed., (USA: Academic Press, 2008), 168.
1
Sensor yang memproduksi potensial kegiatan saraf pendengaran; dan (3) Kulit pendengaran
bagian otak yang menandai dan menerjemahkan sinyal-sinyal dari saraf pendengaran.4
A. Anatomi Telinga
Telinga adalah bagian yang didesain secara cerdas yang mengubah gelombang
bunyi mekanis di udara menjadi denyut-denyut elektris pada saraf pendengaran.
Fungsi telinga berhubungan dengan pemeliharaan keseimbangan dan pendengaran.
Telinga terdiri atas tiga bagian utama yakni. telinga luar, yang menerima gelombang
suara; telinga tengah, tempat gelombang suara diteruskan dari udara ke cairan telinga
dalam melalui serangkaian tulang kecil; dan telinga dalam, di mana pergerakan cairan
ini diubah menjadi impuls saraf spesifik yang berjalan melalui nervus acusticus ke
SSP (Sistem Saraf Pusat). Selain organ auditorik, telinga dalam juga mengandung
organ vestibular yang memungkinkan tubuh memelihara keseimbangan.5
4
J.R, Cameron, dkk., Fisika Tubuh Manusia Edisi 2 (Terjemahan), (Jakarta: Buku Kedokteran EGC, 2003),
304.
5
Anthony L. Mescher, Histologi Dasar Junqueira: Teks & Atlas, 12 th Ed (Terjemahan), (Jakarta: Buku
Kedokteran, EGC, 2009), 415.
2
1. Telinga Luar
Telinga luar terdiri dari flap eksternal yang disebut pinna dan telinga kanal
(meatus akustikus ekterna) yang diakhiri oleh membran timpani (gendang telinga).
Dalam berbagai hewan, pinna berukuran besar dan bisa diputar ke arah sumber
suara; Ini membantu hewan untuk menemukan sumber suara. Namun, pada
manusia, pinna adalah tetap dan begitu kecil, berstruktur menonjol yang
merupakan kartilago terbalut kulit, sehingga tampaknya tidak berkontribusi secara
signifikan dalam proses pendengaran (Gambar 1).6
Telinga luar dalam istilah kedokteran disebut external auricle atau daun
telinga. Daun telinga adalah bagian penting terakhir dari sistem pendengaran,
dimana daun telinga ini membantu hanya sedikit dalam mengumpulkan dan
menghubungkan suara menuju meatus akustikus eksterna.
Dalam hal tersebut sangatlah mungkin untuk tekanan suara diatas 160 dB
untuk merusak gendang telinga. Gendang telinga yang rusak dapat secara alami
6
Paul, Davidovits, Physic in Biology and Medicine 3rd ed., (USA: Academic Press, 2008), 169.
3
membaik sebagaimana jaringan hidup lainnya. Karena gendang telinga sendiri
terdiri dari sel-sel hidup.
2. Telinga Tengah
Telinga tengah adalah rongga berisi udara yang berisi keterkaitan tiga
tulang disebut ossicles yang menghubungkan gendang telinga ke telinga bagian
dalam. Tiga tulang itu disebut martil, landasan, dan sanggurdi. Martil terpasang
pada permukaan dalam gendang telinga, landasan tulang bagian tengah dan
sanggurdi terhubung ke jendela oval, yang merupakan pembukaan membran yang
tertutup di telinga bagian dalam (Gambar 1). Tulang-tulang tersebut merupakan
bentuk yang sempurna sejak dalam kandungan. (Janin dapat mendengar ketika ia
masih dalam rahim dan terdapat indikasi bahwa janin mempelajari suara ibunya
sebelum ia lahir).7 Tulang-tulang ini tersusun sedemikian rupa sehingga dapat
secara efisien mengirim getaran dari gendang telinga menuju telinga dalam.
Suara yang masuk 99,9% ke dalam telinga, mengalami refleksi dan hanya
0,1% saja yang di transmisi/diteruskan. Saat gelombang suara menghasilkan
getaran di gendang telinga, getarannya ditransmisikan oleh ossicles ke jendela
oval, yang pada gilirannya menimbulkan tekanan variasi dalam cairan telinga
bagian dalam dengan frekuensi yang sama dengan frekuensi gelombang aslinya.
Ossicles (otot landasan) yang terdapat di telinga tengah digabungkan dengan
tulang landasan dan urat pengencang otot tympani yang kemudian digabungkan
dengan gagang malleus. Jika suaranya terlalu keras, otot-otot ini serta otot-otot di
sekitar gendang telinga mengencangkan dan mengurangi transmisi suara ke
telinga bagian dalam. Hal tersebut dapat memainkan peranan penting dalam
perlindungan telinga terhadap suara yang keras.8
FmLm = F0L0
7
J.R, Cameron, dkk., Fisika Tubuh Manusia Edisi 2 (Terjemahan), (Jakarta: Buku Kedokteran EGC, 2003),
310.
8
Ibid., 311.
9
Ibid., 310.
4
Penjelasan ini dapat dimodifikasi lebih lanjut dengan menuliskan dua tekanan
pada kala tekan dan daerah yang sesuai pada gendang telinga dan jendela oval,
contoh: Fm = Pm Am dan F0 = P0 A0. Yang berarti:
Pm Am Lm = P0 A0 L0
dan
5
getaran internal yang dihasilkan oleh suara orang itu sendiri. Yang pasti, beberapa
getaran pita suara ditransmisikan melalui tulang ke bagian dalam telinga, tapi
suaranya sangat dilemahkan. Seringkali kita mendengar kita berbicara sendiri dari
suara yang mencapai gendang telinga kita dari luar. Hal ini dapat diilustrasikan
dengan berbicara dengan telinga yang terpasang (ears plugged).10
Tabung Eustachian
6
beberapa alasan tabung eustachia tidak membuka, biasanya tertutupi oleh cairan
lendir dari flu dan pembengkakan jaringan disekitar lubang masuk tabung.
3. Telinga Dalam
13
Paul, Davidovits, Physic in Biology and Medicine 3rd ed., (USA: Academic Press, 2008), 169.
8
Sel Rambut di Organ Corti
9
tersebut menyebabkan jendela bundar menonjol keluar mengarah kerongga telinga
tengah untuk mengkompensasi peningkatan tekanan. Sewaktu stapes bergerak
mundur dan menarik jendela oval kearah luar ke telinga tengah, perilimfe
mengalir kearah berlawanan, menyebabkan jendela bundar menonjol ke dalam.
10
Gambar 5 Gerakan cairan di dalam perilimfe yang ditimbulkan oleh getaran jendela oval dan
frekuensi getaran maksimal berbagai bagian membran
Angka-angka menunjukkan frekuensi (dalam siklus perdetik) getaran
maksimal berbagai bagian membran basilaris. Resonansi frekuensi tinggi dari
membran basilaris terjadi dekat basis, tempat gelombang suara memasuki koklea
melalui jendela oval dan resonansi frekuensi rendah terjadi dekat apeks, terutama
karena perbedaan dalam kekakuan serat (serat kaku dan pendek dekat jendela oval
koklea bergetar pada frekuensi tinggi sedangkan serat panjang dan lentur dekat
ujung koklea/helikotrema mempunyai kecendrungan untuk bergetar pada frekuensi
rendah) tetapi juga karena peningkatan pengisian membran basilaris dengan massa
cairan ekstra yang semestinya bergetar bersama membran pada apeks.
Sel rambut dalam adalah sel yang mengubah gaya mekanik suara (getaran
cairan koklea) menjadi impuls listrik pendengaran (potensial aksi yang
menyampaikan pesan pendengaran ke korteks serebri). Karena berkontak dengan
membran tektorium yang kaku dan stasioner, maka stereosilia sel-sel reseptor ini
tertekuk maju-mundur ketika membran basilaris mengubah posisi relatif terhadap
membran tektorium. Deformasi mekanis maju mundur rambut-rambut ini secara
bergantian membuka dan menutup saluran ion berpintu mekanis di sel rambut
sehingga terjadi perubahan potensial depolarisasi dan hiperpolarisasi yang
bergantian. Sel rambut dalam berhubungan melalui suatu sinaps kimiawi dengan
11
ujung serat-serat saraf aferen yang membentuk nervus auditorius (koklearis).
Lintasan impuls auditori selanjutnya menuju ganglion spiralis korti, saraf VIII,
nukleus koklearis di medula oblongata, kolikulus superior, korpus genukulatum
medial, korteks auditori di lobus temporalis serebri.
B. Kinerja Telinga
15
Neil A. Campbell, dkk, Biologi Edisi 8, Jilid 3 (Terjemahan), (Jakarta: Erlangga, 2010), 267.
12
untuk mengevaluasi efek gelombang suara pada sistem pendengaran manusia jika
respon terhadap setiap pola suara harus dianalisis secara terpisah. Untungnya
masalahnya tidak begitu rumit. Sekitar 150 tahun yang lalu, J.B.J. Fourier, seorang
matematikawan Prancis, menunjukkan bahwa bentuk gelombang kompleks dapat
dianalisis menjadi gelombang sinusoidal sederhana dari frekuensi yang berbeda.16
Dengan kata lain, pola gelombang yang kompleks dapat dibangun dengan
menambahkan jumlah gelombang sinusoidal yang cukup secara bersamaan pada
frekuensi dan amplitudo yang sesuai. Oleh karena itu, jika kita tahu respon telinga
terhadap gelombang sinusoidal yang lebih luas dalam berbagai frekuensi, kita dapat
mengevaluasi respons telinga terhadap pola gelombang dari kerumitan apapun.
(a) Ke dalam komponen sinusnya; (b) Penambahan poin dari gelombang sinus frekuensi
dasar dan gelombang sinus frekuensi harmonisa menghasilkan bentuk gelombang yang
ditunjukkan pada (a).
16
Paul, Davidovits, Physic in Biology and Medicine 3rd ed., (USA: Academic Press, 2008), 171.
13
Gambar 8 Bentuk gelombang suara dari berbagai alat musik tercatat sama.
C. Kepekaan Telinga
Sifat bunyi yang disebut kebisingan adalah respon mental terhadap alat fisika
yang disebut intensitas. Bising didefinisikan sebagai bunyi yang tidak dikehendaki
17
J.R, Cameron, dkk., Fisika Tubuh Manusia Edisi 2(Terjemahan), (Jakarta: Buku Kedokteran EGC, 2003),
320.
14
yang berasal dari aktivitas alam seperti bicara manusia, dan buatan manusia seperti
bunyi mesin.18 Kebisingan mempengaruhi kita baik secara psikologis maupun
fisiologis. Kadang-kadang kebisingan hanya merupakan gangguan biasa, tetapi
kebisingan yang keras dapat menyebabkan kehilangan pendengaran. Kebisingan
menyebabkan kehilangan pendengaran yang serius pada frekuensi 2000-5000 Hz yang
merupakan daerah penting untuk percakapan dan musik. Bila telinga memiliki
sensitifitas yang sama pada frekuensi rendah dengan daerah frekuensi 3000 Hz. Kita
akan menyadari banyak kebisingan fisiologis, seperti aliran darah di arteri kepala,
pergerakan sendi, dan mungkin variasi tekanan pada gendang telinga tehadap
pergerakan acak molekul udara (pergerakan Brownian). Kebisingan dapat diukur
dengan sound level meter yang dapat mengukur kebisingan antara 30-130 dB dan
frekuensi 20-20.000 Hz.
18
Ahmadi, Ruslan Hani, Teori dan Aplikasi Fisika Kesehatan. (Jogjakarta: Nuha Medika, 2010), 50.
19
Ibid., 46.
20
Ibid.,
15
a) Tes berbisik
Dahulu tes pendengaran dilakukan dengan suara berbisik atau bicara pada
jarak tertentu dan penderita disuruh menirukannya (Voice test). Dengan cara
ini dapat diketahui secara kasar apakah penderita yang diperiksa tuli atau
tidak. Telinga normal dapat mendengar suara berbisik dengan tone atau nada
rendah. Misal suara konsonan: b, p, g, m, n pada jarak 5 10 meter. Sedang
suara berbisik dengan nada tinggi menggunakan nada suara desis atau
sibiland: s, z, ch, shel pada jarak 20 meter.
b) Tes Garputala
Pada tahun 1855, Rinne, Weber dan Schwabach mengadakan permeriksaan
dengan garputala dari bermacam-macam frekuensi. Pemeriksaan ini
didasarkan pada fisiologi pendengaran bahwa suara dapat didengar melalui
hantaran udara dan hantaran tulang.
Dengan cara ini dapat diketahui ketulian secara kualitatif yaitu tuli konduktif,
tuli sensori neural (tuli saraf) dan tuli campuran. Frekuensi garputala yang
digunakan adalah C128, C1024, dan C2048.
1) Tes Weber, dilakukan dengan menggetarkan garputala C128, kemudian
diletakkan pada vertex dahi/ puncak dari vertex. Pada penderita tuli
konduksi akan terdengar terang pada telinga yang sakit. Sedang pada
penderita tuli persepsi, getaran garputala terdengar terang pada telinga
normal. Misal telinga kanan yang terdengar terang, maka hasil tes
disebut Weber lateralisasi ke kanan.
2) Tes Rinne, tes ini membandingkan antara konduksi bunyi melalui tulang
dan udara. Garputala C128 digetarkan, kemudian diletakkan pada
prosesus mastoideus (di belakang telinga). Setelah tidak mendengar
getaran lagi, garputala dipindahkan di depan liang telinga, kemudian
penderita ditanya apakah masih mendengar bunyi garputala. Pada telinga
normal, konduksi melalui udara 85-90 detik dan konduksi melalui tulang
45 detik. Hasil tes dinyatakan dengan Tes Rinne Positif (Rinne +)
apabila pendengaran penderita baik, begitu juga pada penderita tuli
persepsi. Sedangkan hasil tes dinyatakan Tes Rinne Negatif (Rinne -)
pada penderita tuli konduksi dimana jarak waktu konduksi tulang
mungkin sama atau bahkan lebih panjang.
16
3) Tes Schwabach, tes ini membandingkan antara jangka waktu konduksi
tulang melalui verteks atau proses mastoideus penderita terhadap
konduksi tulang pemeriksa. Pada tuli konduksi, konduksi tulang
penderita lebih panjang daripada tulang pemeriksa. Sedangkan pada tuli
persepsi, konduksi tulang penderita sangat pendek.
c) Audiometer
Seiring dengan perkembangan yang pesat dibidang elektro-akustik,
maka tes pendengaran semakin disempurnakan dimana telah diciptakan alat
elektro-akustik yang disebut audiometer. Pada saat ini juga telah
dikembangkan audiometer terkomputerisasi dimana hasil pemeriksaan dan
analisis dapat langsung ditampilkan pada komputer. Audiometer dapat
menghasilkan nada-nada tunggal dengan frekuensi dan intensitas yang dapat
diukur. Komponen utama terdiri dari dua bagian yaitu sumber getaran dan
peredaran intensitas (attenuator).
Sumber getaran untuk nada murni adalah sebuah alat yang disebut
oscillator. Frekuensi yang dikehendaki oleh pemeriksa dapat diatur dengan
memutar tombol (dial). Kemudian dengan menekan tombol penyaji, bunyi
tersebut dapat diterima oleh probandus melalui head phones untuk hantaran
udara dan melalui vibrator untuk hantaran tulang.
Attenuator atau peredam intensitas adalah alat untuk mengatur intesitas
bunyi sesuai dengan kebutuhan pemeriksaan. Intensitas tertinggi 120 dB dan
terendah -10 dB. Vibrator untuk pemeriksaan hantaran tulang biasanya hanya
dapat menghasilkan intensitas tertinggi 60 dB pada frekuensi tengah, dan 20
dB pada frekuensi rendah.
Pemeriksaan dengan audiometer bertujuan untuk menentukan nilai
ambang pendengaran, yaitu frekuensi yang dikaitkan dengan nineau bunyi
(dB). Hasil pemeriksaan dengan menggunakan audiometer digambarkan
dalam bentuk tabel maupun grafik yang disebut audiogram. Tiap tipe
ketulian akan memberikan gambaran audiogram yang khas, sedang derajat
17
ketulian ditentukan dengan mengambil nilai rata-rata dari frekuensi
percakapan 500, 1000, dan 2000 Hz
21
J.R, Cameron, dkk., Fisika Tubuh Manusia Edisi 2(Terjemahan), (Jakarta: Buku Kedokteran EGC, 2003),
290.
18
pembungkus lainnya. Ia mendiskusikan suara yang terdengar dari suara yang
sehat dan suara yang terdengar dari pasien dengan beragam kondisi patologis. Ia
menyatakan bahwa dengan perkusi ia dapat mendiagnosa kanker, penampakan
ketidaknormalan rongga pada organ, dan penyakit yang melibatkan cairan
didaerah dada. Kemudian ia membuktikan banyak dari diagnosa ini melalui
otopsi.
2. Stetoskop
Alat bantu dengar sederhana ini mempermudah dokter untuk
mendengarkan suara dari dalam tubuh, khususnya jantung dan paru-paru, namun
juga untuk sambungan tulang dan penyumbatan arteri. Mendengarkan suara-suara
tersebut dengan stetoskop disebut auskultasi tak langsung, atau biasa hanya
disebut auskultasi. Dimana banyak suara dari daerah dada dapat berguna untuk
diagnosa penyakit.
Dulu tahun 1818, satu-satunya metode yang tersedia untuk pengujian pada
dada adalah merasakan dengan menggunakan tangan, perkusi dan auskultasi
langsung dengan menempelkan telinga secara langsung pada dada. Pada buku
19
Penanganan Penyakit Dada dan Auskultasi Tak Langsung (1818), R.T.H Laennec
menjabarkan keberatannya untuk meletakkan telinganya langsung di dada Sangat
tidak nyaman, baik untuk dokter dan pasien, bila pasien adalah seorang wanita
tidak hanya tak enak namun sering tidak praktis dan untuk sebagian besar orang
yang ditemui di rumah sakit hal ini sungguh menjijikkan. 22
20
Penggunaan stetoskop berdasar pada pekerjaan murni Leannec. Bagian
utama stetoskop adalah bel, yang dibuka atau ditutup oleh diafragma tipis, tabung
dan sepasang yang dihubungkan ketelinga.
Bel yang terbuka adalah rintangan penyesuaian antara udara dan kulit.
Alat ini mengakumulasi suara dari daerah yang disentuh. Alat ini juga memiliki
frekuensi resonan alami dimana sangat efektif mengirim suara. Frekuensi resonan
dikontrol oleh diameter bel dan dan tekanan bel pada kulit. Semakin ketat kulit
ditarik, semakin tinggi frekuensi resonannya. Semakin besar diameter bel,
semakin rendah frekuensi resonan kulit. Dalam hal ini sangat memungkinkan
untuk menambah rentang suara yang diinginkan dengan mengubah ukuran bel
dan dengan menambah tekanan pada bel yang menyentuh kulit sehingga kulit
menegang. Detakan jantung berfrekuensi rendah mungkin tidak terdengar bila
stetoskop ditekan keras-keras diatas kulit.
Sepasang alat untuk telinga harus sesuai dengan lubang telinga karena
masuknya udara akan mengurangi daya dengar. Frekuensi yang lebih rendah akan
lebih parah lagi mengalami pengurangan. Dimana pengurangan juga
memudahkan kebisingan suara luar untuk memasuki telinga. Dan alat untuk
telinga itu biasanya didesain mengikuti bentuk lubang telinga.
21
(sound navigation and ranging navigasi dan penjajakan bunyi). Berdasarkan
efek-efek yang ditimbulkan (mekanik: membentuk emulsi asap/awan dan
disintegrasi beberapa benda padat sehingga dapat digunakan untuk menetukan
lokasi batu empedu, panas: pada titik yang terkena mengalami perubahan panas,
kimia: menyebabkan proses oksidasi dan hidrolisis pada ikatan polyester, dan
biologis: karena panas menimbulkan pelebaran pembuluh darah, peningkatan
permeabilitas membrane sel dan kapiler serta merangsang aktivitas sel),
gelombang ultrasonik digunakan dalam bidang kedokteran untuk tujuan
diagnostik dan pengobatan.23
23
Ahmadi, Ruslan Hani, dkk., Fisika Kesehatan, (Jogjakarta: Mitra Cendika Press, 2009), 55.
22
Walaupun ultrasonik tidak bisa menggantikan sinar X, untuk diagnosis
jenis tertentu, teknik ini lebih membantu. Beberapa jenis jaringan atau fluida
tidak terdeteksi di foto sinar X, tetapi bunyi ultra terpantul dari perbatasan
jaringan ini. Hasil citra bunyi ultra, anggota tubuh bagian dalam juga bisa
dilihat secara real time (pada saat itu juga) pada layar monitor. Pada tingkat
intensitas rendah yang digunakan untuk diagnosis ( < 3.104 W/m2), tidak ada
laporan mengenai efek yang melawan, sehingga ultrasonik dianggap sebagai
metode yang tidak berbahaya untuk memeriksa tubuh.
Gambar 12 USG janin dan skema dasar ultrasonik untuk memonitor gerakan
jantung janin
b) Aplikasi Ultrasonik untuk Pengobatan
Berdasarkan efek-efek yang ditimbulkan (panas, kimia, dan biologis),
maka ultrasonik dapat digunakan dalam pengobatan. Ultrasonik memberi
efek kenaikan temperature dan peningkatan tekanan sehingga dapat
digunaakan untuk terapi fisik, untuk memberikan pemanasan lokal pada otot
yang cidera. Efek ini timbul karena jaringan mengabsorbsi energi bunyi
sehingga ultrasonik dapat digunakan sebagai diatermi. Intensitas ultrasonik
yang diapaki untuk diatermi sebesar 1 10 W/cm2 dengan frekuensi sebesar
1 MHz.
23
penderita kehilangan pendengaran dan kesetimbangan, apabila diobati
dengan ultrasonik dikatan 95% berhasil baik, ultrasonik menghancurkan
jaringan dekat telinga tengah.
24
LATIHAN SOAL DAN PEMBAHASAN
SOAL
1. Sebuah tangga nada musik terdiri dari sejumlah not, masing-masing dibentuk oleh
gelombang suara dari berfrekuensi yang berbeda-beda. Ketika seseorang mendengar
suatu tangga nada, di bagian tubuh manakah not-not ini dikombinasikan?
2. Jika sanggurdi berfusi dengan tulang-tulang telinga bagian tengah yang lain atau ke
jendela oval, bagaimana kondisi ini dapat memengaruhi pendengaran? Jelaskan.
3. Apakah tiga komponen utama yang terlibat dalam kepekaan telinga?
4. Sebuah gelombang bunyi ditembakkan ke dalam laut dan pantulan bunyinya diterima
setelah 10 detik, jika cepat rambat bunyi di dalam air laut adalah 1.500 m/s, maka
secara pendekatan berapakah kedalaman laut tersebut?
PEMBAHASAN
Ditanya : d
25
Jawab:
Karena bunyi pantul terdengar setelah 10 detik ditembakkan, maka waktu yang
dibutuhkan untuk memantul adalah 5 detik. Dengan demikian, kedalaman laut dapat
dihitung dengan rumus berikut:
d=vxt
Keterangan:
d=vxt
d = 1.500 x (10)
d = 1.500 x 5
d = 7.500 m
26
DAFTAR PUSTAKA
Ruslan Hani, Ahmadi, dkk. 2009. Fisika Kesehatan. Jogjakarta: Mitra Cendika Press.
Irawati, Lili. 2012. Fisika Medik Proses Pendengaran. Padang: Jurnal Majalah Kedokteran
Andalas No. 2 Vol. 36 tidak Diterbitkan.
Davidovits, Paul. 2008. Physic in Biology and Medicine 3rd ed. USA: Academic Press.
Cameron, J.R, dkk. 2003. Fisika Tubuh Manusia Edisi 2 (Terjemahan). Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.
Mescher, Anthony L. 2009. Histologi Dasar Junqueira: Teks & Atlas, 12th Ed (Terjemahan).
Jakarta: Buku Kedokteran, EGC.
Campbell, Neil A. dkk. 2010. Biologi Edisi 8, Jilid 3 (Terjemahan). Jakarta: Erlangga.
Ruslan Hani, Ahmadi. 2010. Teori dan Aplikasi Fisika Kesehatan. Jogjakarta: Nuha Medika.
27