Anda di halaman 1dari 29

BUNYI 1

(TELINGA DAN PENDENGARAN DALAM FISIKA)


MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah


FISIKA UNTUK BIOLOGI
Dosen Pengampu:
DEWI AMIROH, M.Pd.

Disusun oleh:
Kelompok 8 / Tadris Biologi 3-B

1. Intan Putri Harwati (17208163005)


2. Khoirun Nisa (17208163041)
3. Laili Nursaidah (17208163084)

JURUSAN TADRIS BIOLOGI

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG

SEPTEMBER 2017
DAFTAR ISI

Halaman Judul .................................................................................................................. i

Daftar Isi ........................................................................................................................... ii

PEMBAHASAN BUNYI 1 (TELINGA DAN PENDENGARAN DALAM FISIKA) .. 1

A. Anatomi Telinga ................................................................................................ 2


B. Kinerja Telinga .......................................................................................................... 12
C. Kepekaan Telinga ...................................................................................................... 14
D. Hilang Pendengaran dan Tes Pendengaran ................................................................ 15
E. Aplikasi Bunyi dalam Biologi ................................................................................... 18

LATIHAN SOAL DAN PEMBAHASAN ....................................................................... 25

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 27

ii
PEMBAHASAN
BUNYI 1 (TELINGA DAN PENDENGARAN DALAM FISIKA)

Gelombang bunyi merupakan gelombang longitudinal (gelombang yang partikelnya


bergerak sejajar dengan arah rambatannya) yang terjadi karena perapatan dan perenggangan
dalam medium gas, cair atau padat. Gelombang bunyi dihasilkan dari gerakan partikel-
partikel benda yang saling beradu satu sama lain sehingga menghasilkan energi. Energy
dipindahkan dari sumber dalm bentuk gelombang longitudinal dan kemudian dapat dideteksi
oleh telinga atau suatu alat.

Telinga manusia sendiri merupakan detektor bunyi yang sangat sensitif. Fungsi
telinga adalah untuk secara efisien merubah energi getaran dari gelombang menjadi sinyal
listrik yang dibawa ke otak melalui saraf. Hal ini sama dengan mikrofon dimana gelombang
bunyi yang mengenai diafragma mikrofon akan menggetarkannya, dan getaran ini diubah
menjadi sinyal listrik dengan frekuensi yang sama, kemudian dikuatkan oleh amplifier dan
dikirim ke pengeras suara.1

Pendengaran adalah persepsi saraf mengenai energi suara. Gelombang suara (akustik)
adalah getaran udara yang merambat dan terdiri dari daerah bertekanan tinggi karena
kompresi (pemampatan) molekul-molekul udara yang berselang-seling dengan daerah
bertekanan rendah akibat penjarangan (rarefaction) molekul tersebut. Pendengaran
merupakan indra mekanoreseptor. Hal ini karena telinga memberikan respon terhadap getaran
mekanik gelombang suara yang terdapat di udara.2

Sensasi pendengaran dihasilkan oleh respon saraf di telinga untuk menekan variasi
gelombang suara. Saraf di telinga bukan hanya yang merespons tekanan, karena sebagian
besar kulit mengandung saraf sensitif tekanan itu. Namun, telinga jauh lebih sensitif terhadap
variasi tekanan dari bagian tubuh lainnya.3 Kepekaan pendengaran dalam beberapa hal juga
lebih dapat dipercaya daripada kepekaan pandangan.

Kepekaan pendengaran melibatkan (1) Sistem mekanis yang mengumpulkan dan


mengirimkan informasi bunyi sehingga dapat menstimulasi sel-sel rambut pada koklea; (2)

1
Ahmadi, Ruslan Hani, dkk., Fisika Kesehatan, (Jogjakarta: Mitra Cendika Press, 2009), 43.
2
Lili, Irawati, Fisika Medik Proses Pendengaran, (Padang: Jurnal Majalah Kedokteran Andalas No. 2 Vol. 36
tidak Diterbitkan, 2012), 157.
3
Paul, Davidovits, Physic in Biology and Medicine 3rd ed., (USA: Academic Press, 2008), 168.

1
Sensor yang memproduksi potensial kegiatan saraf pendengaran; dan (3) Kulit pendengaran
bagian otak yang menandai dan menerjemahkan sinyal-sinyal dari saraf pendengaran.4

A. Anatomi Telinga

Telinga adalah bagian yang didesain secara cerdas yang mengubah gelombang
bunyi mekanis di udara menjadi denyut-denyut elektris pada saraf pendengaran.
Fungsi telinga berhubungan dengan pemeliharaan keseimbangan dan pendengaran.
Telinga terdiri atas tiga bagian utama yakni. telinga luar, yang menerima gelombang
suara; telinga tengah, tempat gelombang suara diteruskan dari udara ke cairan telinga
dalam melalui serangkaian tulang kecil; dan telinga dalam, di mana pergerakan cairan
ini diubah menjadi impuls saraf spesifik yang berjalan melalui nervus acusticus ke
SSP (Sistem Saraf Pusat). Selain organ auditorik, telinga dalam juga mengandung
organ vestibular yang memungkinkan tubuh memelihara keseimbangan.5

Gambar 1 Anatomi telinga manusia

4
J.R, Cameron, dkk., Fisika Tubuh Manusia Edisi 2 (Terjemahan), (Jakarta: Buku Kedokteran EGC, 2003),
304.
5
Anthony L. Mescher, Histologi Dasar Junqueira: Teks & Atlas, 12 th Ed (Terjemahan), (Jakarta: Buku
Kedokteran, EGC, 2009), 415.

2
1. Telinga Luar

Telinga luar terdiri dari flap eksternal yang disebut pinna dan telinga kanal
(meatus akustikus ekterna) yang diakhiri oleh membran timpani (gendang telinga).
Dalam berbagai hewan, pinna berukuran besar dan bisa diputar ke arah sumber
suara; Ini membantu hewan untuk menemukan sumber suara. Namun, pada
manusia, pinna adalah tetap dan begitu kecil, berstruktur menonjol yang
merupakan kartilago terbalut kulit, sehingga tampaknya tidak berkontribusi secara
signifikan dalam proses pendengaran (Gambar 1).6

Telinga luar dalam istilah kedokteran disebut external auricle atau daun
telinga. Daun telinga adalah bagian penting terakhir dari sistem pendengaran,
dimana daun telinga ini membantu hanya sedikit dalam mengumpulkan dan
menghubungkan suara menuju meatus akustikus eksterna.

Meatus akustikus eksterna, selain sebagai tempat penyimpanan serumen


atau lilin telinga, juga berfungsi untuk meningkatkan sensitifitas telinga dalam
3000 Hz - 4000 Hz. Saluran ini memiliki panjang sekitar 2,5 cm dan memiliki
diameter sebuah pensil.

Gendang telinga atau membran tympanic memiliki ketebalan 0,1 mm


(seukuran kertas) dam memiliki daerah seluas 65 mm2. Gendang telinga ini
memadukan getaran di udara dengan tulang-tulang kecil di telinga tengah. Karena
penggabungan bagian luar dan bagian tengah malleus, gendang telinga tidak
bergetar secara simetris seperti sebuah drum. Bagaimanapun juga, telah jelas
bahwa pergerakan yang nyata dari gendang telinga sangatlah kecil karena
pergerakan tersebut harus kurang dari pergerakan molekul-molekul udara pada
gelombang bunyi. Pergerakan pada ambang pendengaran sebesar 3000 Hz yaitu
sekitar 10-11 m, dimana kurang dari diameter sebuah atom dan hidrogen. Pada
ambang pendengaran, pada frekuensi terendah yang dapat kita dengar ( ~ 20Hz ),
pergerakan gendang telinga ini mungkin sebesar 10-7 m. Pergerakan ini tetap
kurang dari panjang gelombang cahaya yang dapat dilihat

Dalam hal tersebut sangatlah mungkin untuk tekanan suara diatas 160 dB
untuk merusak gendang telinga. Gendang telinga yang rusak dapat secara alami

6
Paul, Davidovits, Physic in Biology and Medicine 3rd ed., (USA: Academic Press, 2008), 169.

3
membaik sebagaimana jaringan hidup lainnya. Karena gendang telinga sendiri
terdiri dari sel-sel hidup.

2. Telinga Tengah

Telinga tengah adalah rongga berisi udara yang berisi keterkaitan tiga
tulang disebut ossicles yang menghubungkan gendang telinga ke telinga bagian
dalam. Tiga tulang itu disebut martil, landasan, dan sanggurdi. Martil terpasang
pada permukaan dalam gendang telinga, landasan tulang bagian tengah dan
sanggurdi terhubung ke jendela oval, yang merupakan pembukaan membran yang
tertutup di telinga bagian dalam (Gambar 1). Tulang-tulang tersebut merupakan
bentuk yang sempurna sejak dalam kandungan. (Janin dapat mendengar ketika ia
masih dalam rahim dan terdapat indikasi bahwa janin mempelajari suara ibunya
sebelum ia lahir).7 Tulang-tulang ini tersusun sedemikian rupa sehingga dapat
secara efisien mengirim getaran dari gendang telinga menuju telinga dalam.

Suara yang masuk 99,9% ke dalam telinga, mengalami refleksi dan hanya
0,1% saja yang di transmisi/diteruskan. Saat gelombang suara menghasilkan
getaran di gendang telinga, getarannya ditransmisikan oleh ossicles ke jendela
oval, yang pada gilirannya menimbulkan tekanan variasi dalam cairan telinga
bagian dalam dengan frekuensi yang sama dengan frekuensi gelombang aslinya.
Ossicles (otot landasan) yang terdapat di telinga tengah digabungkan dengan
tulang landasan dan urat pengencang otot tympani yang kemudian digabungkan
dengan gagang malleus. Jika suaranya terlalu keras, otot-otot ini serta otot-otot di
sekitar gendang telinga mengencangkan dan mengurangi transmisi suara ke
telinga bagian dalam. Hal tersebut dapat memainkan peranan penting dalam
perlindungan telinga terhadap suara yang keras.8

Tekanan bunyi pada gendang telinga disesuaikan oleh tulang pengumpil


pada ossicles. Dalam hal ini tulang pengumpil menunjukkan tenaga putar yang
dihasilkan oleh tekanan Fm dikali dengan pengumpil Lm sama dengan tenaga putar
produk pada jendela oval F0 dikali dengan lengan pengumpilnya L0.9

FmLm = F0L0

7
J.R, Cameron, dkk., Fisika Tubuh Manusia Edisi 2 (Terjemahan), (Jakarta: Buku Kedokteran EGC, 2003),
310.
8
Ibid., 311.
9
Ibid., 310.

4
Penjelasan ini dapat dimodifikasi lebih lanjut dengan menuliskan dua tekanan
pada kala tekan dan daerah yang sesuai pada gendang telinga dan jendela oval,
contoh: Fm = Pm Am dan F0 = P0 A0. Yang berarti:

Pm Am Lm = P0 A0 L0

dan

P0/Pm = ( Am/Ao ) ( Lm/L0 )

Lebih jelas pencapaian pendengaran tergantung pada sensitifnya fungsi


telinga tengah dimana di telinga tengah menyediakan alat penyesuaian rintangan.
Dengan penyesuaian rintangan tersebut telinga tengah diartikan sebagai pemandu
energi suara dari udara pada membran tympanic ke dalam cairan koklea.

Gambar 2 Permodelan telinga tengah


Illustrasi diagram lebih bawah impedensi sesuai aksi telinga tengah, yang
mengambil tempat sebab perbedaan luas gendang telinga dan jendela oval dan
rasio pngumpil (Lm/L0).
Pada telinga tengah, faktor yang mempengaruhi rintangan pada dasarnya
adalah ketegangan gendang telinga dan massanya. Penyesuaian rintangan pada
telinga cukup baik untuk frekuensi 400 sampai 4000 Hz. Di bawah 400 Hz
kawat akan menjadi terlalu tegang dan di atas 4000 Hz massa gendang telinga
akan menjadi terlalu besar.

Telinga tengah memiliki tujuan lain yakni, mengisolasi telinga bagian


dalam dari gangguan yang dihasilkan oleh gerakan kepala, mengunyah, dan

5
getaran internal yang dihasilkan oleh suara orang itu sendiri. Yang pasti, beberapa
getaran pita suara ditransmisikan melalui tulang ke bagian dalam telinga, tapi
suaranya sangat dilemahkan. Seringkali kita mendengar kita berbicara sendiri dari
suara yang mencapai gendang telinga kita dari luar. Hal ini dapat diilustrasikan
dengan berbicara dengan telinga yang terpasang (ears plugged).10

Tabung Eustachian

Tabung Eustachia menghubungkan telinga tengah dengan bagian belakang


mulut, yakni sekitar tengggorokan (Gambar 1). Tabung Eustachia mempunyai
saluran untuk cairan yang timbul dalam telinga tengah. Udara menerobos masuk
melalui tabung ini untuk menjaga telinga tengah pada tekanan atmosfer.11 Saluran
ini hampir selalu dalam keadaan tertutup. Pergerakan otot pada muka ketika
menguap atau mengunyah biasanya akan menyebabkan pembukaan sesaat pada
tabung eustachia. Selama membuka sesaat, menyesuaikan tekanan pada telinga
tengah terhadap tekanan atmosfer. Kadang-kadang kita mendengar penyesuaian
tersebut dalam bentuk bunyi meletup pada salah satu atau kedua telinga seakan
gendang kembali ke posisi normalnya.

Apabila saluran tersebut menutup atau membuka terus-menerus selama


beberapa jam, akan dapat timbul masalah-masalah fisiologis. Penyamaan tekanan
dapat terjadi secara spontan tanpa gerakan rahang apabila tekanan udara sekitar
berkurang. Udara di telinga tengah biasanya secara perlahan diserap ke dalam
jaringan sehingga tekanan di bagian dalam gendang telinga berkurang.
Perbedaan tekanan biasanya terjadi ketika tekanan luar secara cepat berubah
dalam periode waktu yang singkat, seperti ketika terbang, mengendarai sepeda di
perbukitan, menyelam di laut dalam, atau berada dalam lift di gedung tinggi.
Apabila karena suatu hal tuba eustachius tidak membuka, perbedaan tekanan akan
menyebabkan gendang telinga cekung ke dalam dan mengurangi kepekaan
telinga. Perbedaan tekanan sekitar 8kPa atau 1/12 atmosfer di gendang telinga
menyebabkan nyeri/kesakitan.12 Penyebab umum gagalnya sistem untuk
menyamakan tekanan ini adalah tersumbatnya tuba eustachius oleh cairan kental
akibat flu dan pembengkakan jaringan di sekitar pintu masuk tuba. Bila untuk
10
Paul, Davidovits, Physic in Biology and Medicine 3rd ed., (USA: Academic Press, 2008), 170.
11
Ibid., 169.
12
Lili, Irawati, Fisika Medik Proses Pendengaran, (Padang: Jurnal Majalah Kedokteran Andalas No. 2 Vol. 36
tidak Diterbitkan, 2012), 159.

6
beberapa alasan tabung eustachia tidak membuka, biasanya tertutupi oleh cairan
lendir dari flu dan pembengkakan jaringan disekitar lubang masuk tabung.

3. Telinga Dalam

Telinga dalam tersembunyi di dalam tulang terkeras tubuh yaitu tulang


kepala yang merupakan organ sensitif manusia yang sangat terlindung. Telinga
dalam terdiri atas sebuah bentuk spiral kecil, dan struktur mengandung air yang
disebut koklea. Konversi gelombang suara menjadi impuls saraf terjadi pada
koklea.

Gambar 3 Telinga dalam

Ketika gendang telinga bergerak, ossicle dari telinga tengah menyebabkan


landasan menekan membran lentur yang menutupi jendela oval koklea dan
mengirim variasi tekanan menuju cairan dalam koklea. Getaran ini menyebabkan
pergerakan pada membran lentur yang menghasilkan stimulasi sel-sel rambut pada
organ corti. Sel-sel rambut yang terstimulasi menghasilkan denyut-denyut elektris
berkode (potensial kegiatan). Sinyal-sinyal ini menuju otak melalui saraf
pendengaran dan juga sebuah ikatan yang merupakan bagian dari koklea yang
distimulasi oleh bunyi. Dimana saraf koklea tersebut menyediakan informasi pada
frekuensi dan intensitas bunyi yang kita dengar.
7
Koklea adalah rongga spiral berbentuk seperti cangkang siput. Ujung lebar
koklea, yang mengandung oval dan jendela bundar, memiliki luas sekitar 4 mm 2.
Koklea dibentuk menjadi spiral dengan sekitar 2 putaran. Jika koklea tidak
dilapisi, panjangnya akan menjadi sekitar 35 mm.13 Berdasarkan panjangnya,
komponen fungsional koklea dibagi menjadi tiga kompartemen longitudinal yang
berisi cairan. Duktus koklear yang ujungnya tidak terlihat di kenal sebagai skala
media, yang merupakan kompartemen tengah. Bagian yang lebih diatasnya adalah
skala vestibuli yang mengikuti kontur dalam spiral dan skala timpani yang
merupakan kompartemen paling bawah yang mengikuti kontur luar dari spiral
(Gambar 5).

Cairan di dalam skala timpani dan skala vestibuli disebut perilimfe.


Sementara itu, duktus koklear berisi cairan yang sedikit berbeda yaitu endolimfe
(Gambar 3). Bagian ujung dari duktus koklearis dimana cairan dari kompartemen
atas dan bawah bergabung disebut dengan helikotrema. Skala vestibuli terkunci
dari telinga tengah oleh jendela oval, tempat stapes menempel. Sementara itu,
skala timpani dikunci dari telinga tengah dengan bukaan kecil berselaput yang
disebut jendela bundar. Membran vestibular tipis membentuk langit-langit duktus
koklear dan memisahkannya dari skala vestibuli. Membran basilaris membentuk
dasar duktus koklear yang memisahkannya dengan skala timpani. Membran
basilaris ini sangat penting karena di dalamnya terdapat organ korti yang
merupakan organ perasa pendengaran. Karena cairan hampir tidak penuh, koklea
membutuhkan katup permukaan yang bentuknya seperti jendela bulat yang lentur
pada ujung ruang timpani.

Getaran jendela oval membentuk gelombang suara dalam pengisian cairan


kanal vestibular. Gelombang suara, yang bergerak sepanjang kanal vestibular dan
melalui helikotrema ke kanal timpani, menghasilkan getaran masuk ke membran
basilar yang merangsang saraf pendengaran untuk mentransmisikan sinyal listrik
ke otak. Kelebihan energi di gelombang suara dihamburkan oleh gerakan jendela
bundar pada akhir kanal timpani.

13
Paul, Davidovits, Physic in Biology and Medicine 3rd ed., (USA: Academic Press, 2008), 169.

8
Sel Rambut di Organ Corti

Organ corti, yang terletak di atas membran basilaris di seluruh panjangnya,


mengandung sel rambut yang merupakan reseptor suara. Sekitar 30.000 ujung
saraf dan sebanyak 16.000 sel rambut di dalam masing-masing koklea tersusun
menjadi empat baris sejajar di seluruh panjang membran basilaris: satu baris sel
rambut dalam dan tiga baris sel rambut luar. Dari permukaan masing-masing sel
rambut menonjol sekitar 100 rambut yang dikenal sebagai stereosilia. Sel rambut
menghasilkan sinyal saraf jika rambut permukaannya mengalami perubahan
bentuk secara mekanik akibat gerakan cairan di telinga dalam. Stereosilia ini
berkontak dengan membran tektorium, suatu tonjolan mirip tenda yang menutupi
organ corti di seluruh panjangnya.14

Gambar 4 Sel rambut

Gerakan stapes yang mirip piston terhadap jendela oval memicu


gelombang tekanan di kompartemen atas. Karena cairan tidak dapat mengalami
penekanan, maka tekanan disebarkan melalui dua cara ketika stapes menyebabkan
jendela oval menonjol ke dalam: (1) penekanan jendela bundar dan (2) defleksi
membran basilaris. Pada bagian-bagian awal jalur ini, gelombang tekanan
mendorong maju perilimfe di kompartemen atas, kemudian mengelilingi
helikotrema, dan masuk ke dalam kompartemen bawah, tempat gelombang
14
Lili, Irawati, Fisika Medik Proses Pendengaran, (Padang: Jurnal Majalah Kedokteran Andalas No. 2 Vol. 36
tidak Diterbitkan, 2012), 159.

9
tersebut menyebabkan jendela bundar menonjol keluar mengarah kerongga telinga
tengah untuk mengkompensasi peningkatan tekanan. Sewaktu stapes bergerak
mundur dan menarik jendela oval kearah luar ke telinga tengah, perilimfe
mengalir kearah berlawanan, menyebabkan jendela bundar menonjol ke dalam.

Gambar 5 Struktur telinga, koklea, organ corti dan sel rambut

Gelombang tekanan frekuensi-frekuensi yang berkaitan dengan


penerimaan suara mengambil jalan pintas. Gelombang tekanan di kompartemen
atas disalurkan melalui membran vestibularis yang tipis, menuju duktus koklearis,
dan kemudian melalui membran basilaris di kompartemen bawah, tempat
gelombang ini menyebabkan jendela bundar menonjol ke luar masuk bergantian.
Perbedaan utama pada jalur ini adalah bahwa transmisi gelombang tekanan
melalui membran basilaris menyebabkan membran ini bergerak naik-turun, atau
bergetar sesuai gelombang tekanan. Karena organ corti berada di atas membran
basilaris maka sel-sel rambut juga bergetar naik-turun sewaktu membran basilaris
bergetar.

10
Gambar 5 Gerakan cairan di dalam perilimfe yang ditimbulkan oleh getaran jendela oval dan
frekuensi getaran maksimal berbagai bagian membran
Angka-angka menunjukkan frekuensi (dalam siklus perdetik) getaran
maksimal berbagai bagian membran basilaris. Resonansi frekuensi tinggi dari
membran basilaris terjadi dekat basis, tempat gelombang suara memasuki koklea
melalui jendela oval dan resonansi frekuensi rendah terjadi dekat apeks, terutama
karena perbedaan dalam kekakuan serat (serat kaku dan pendek dekat jendela oval
koklea bergetar pada frekuensi tinggi sedangkan serat panjang dan lentur dekat
ujung koklea/helikotrema mempunyai kecendrungan untuk bergetar pada frekuensi
rendah) tetapi juga karena peningkatan pengisian membran basilaris dengan massa
cairan ekstra yang semestinya bergetar bersama membran pada apeks.

Peran Sel Rambut Dalam

Sel rambut dalam adalah sel yang mengubah gaya mekanik suara (getaran
cairan koklea) menjadi impuls listrik pendengaran (potensial aksi yang
menyampaikan pesan pendengaran ke korteks serebri). Karena berkontak dengan
membran tektorium yang kaku dan stasioner, maka stereosilia sel-sel reseptor ini
tertekuk maju-mundur ketika membran basilaris mengubah posisi relatif terhadap
membran tektorium. Deformasi mekanis maju mundur rambut-rambut ini secara
bergantian membuka dan menutup saluran ion berpintu mekanis di sel rambut
sehingga terjadi perubahan potensial depolarisasi dan hiperpolarisasi yang
bergantian. Sel rambut dalam berhubungan melalui suatu sinaps kimiawi dengan

11
ujung serat-serat saraf aferen yang membentuk nervus auditorius (koklearis).
Lintasan impuls auditori selanjutnya menuju ganglion spiralis korti, saraf VIII,
nukleus koklearis di medula oblongata, kolikulus superior, korpus genukulatum
medial, korteks auditori di lobus temporalis serebri.

Gambar 6 Depolarisasi dan hiperpolarisasi pada stereosilia


Sel-sel rambut vertebrata yang diperlukan untuk pendengaran dan keseimbangan memiliki
rambut yang terbentuk menjadi serabut yang menekuk ketika cairan sekitar bergerak.
Setiap sel rambut melepaskan neurotransmiter pengeksitasi pada sinapsis dengan neuron
sensoris, yang menghantarkan potensial aksi ke SSP. Penekukan serabut ke satu arah
mendepolarisasi sel rambut, sehingga melepaskan lebih banyak neurotransmiter dan
meningkatkan frekuensi potensial aksi pada neuron sensoris. Penekukan kea rah lain
memiliki efek yang berlawanan.15

Peran Sel Rambut Luar

Sementera sel-sel rambut dalam mengirim sinyal auditorik ke otak melalui


serat aferen, sel rambut luar tidak memberi sinyal ke otak tentang suara yang
datang. Sel-sel rambut luar secara aktif dan cepat berubah panjang sebagai respons
terhadap perubahan potensial membran, suatu perilaku yang dikenal sebagai
elektromotilitas. Sel rambut luar memendek pada depolarisasi dan memanjang
pada hiperpolarisasi.

B. Kinerja Telinga

Impuls saraf di otak membangkitkan sensasi subjektif suara. Dalam


kebanyakan kasus, pola gelombang suara dihasilkan oleh instrumen dan suara yang
sangat kompleks Setiap suara memiliki ciri khas tersendiri. Tidak akan mungkin

15
Neil A. Campbell, dkk, Biologi Edisi 8, Jilid 3 (Terjemahan), (Jakarta: Erlangga, 2010), 267.

12
untuk mengevaluasi efek gelombang suara pada sistem pendengaran manusia jika
respon terhadap setiap pola suara harus dianalisis secara terpisah. Untungnya
masalahnya tidak begitu rumit. Sekitar 150 tahun yang lalu, J.B.J. Fourier, seorang
matematikawan Prancis, menunjukkan bahwa bentuk gelombang kompleks dapat
dianalisis menjadi gelombang sinusoidal sederhana dari frekuensi yang berbeda.16
Dengan kata lain, pola gelombang yang kompleks dapat dibangun dengan
menambahkan jumlah gelombang sinusoidal yang cukup secara bersamaan pada
frekuensi dan amplitudo yang sesuai. Oleh karena itu, jika kita tahu respon telinga
terhadap gelombang sinusoidal yang lebih luas dalam berbagai frekuensi, kita dapat
mengevaluasi respons telinga terhadap pola gelombang dari kerumitan apapun.

Analisis bentuk gelombang ke dalam komponen sinusoidalnya ditunjukkan


pada Gambar 7 Frekuensi terendah dalam bentuk gelombang disebut fundamental,
dan frekuensi yang lebih tinggi disebut harmonisa. Gambar 8, menunjukkan pola
suara untuk nada tertentu yang dimainkan oleh berbagai instrumen. Ini adalah
harmonis isi suara yang membedakan satu sumber suara dari yang lain.

Gambar 7 Analisis bentuk gelombang kompleks

(a) Ke dalam komponen sinusnya; (b) Penambahan poin dari gelombang sinus frekuensi
dasar dan gelombang sinus frekuensi harmonisa menghasilkan bentuk gelombang yang
ditunjukkan pada (a).

16
Paul, Davidovits, Physic in Biology and Medicine 3rd ed., (USA: Academic Press, 2008), 171.

13
Gambar 8 Bentuk gelombang suara dari berbagai alat musik tercatat sama.

Untuk catatan tertentu yang dimainkan oleh berbagai instrumen yang


ditunjukkan pada Gambar 8, frekuensi dasar adalah sama namun kandungan harmonik
gelombang tersebut berbeda untuk masing-masing instrumen.

C. Kepekaan Telinga

Telinga tidak memiliki keseragaman sensitifitas pada rentang pendengaran.


Sensitifitas terbaiknya adalah pada daerah berfrekuensi 2 sampai 5 kHz. Sensitifitas
berubah seiring pertambahan usia. Frekuensi tertinggi yang dapat didengar akan
menurun ketika seseorang mengalami pertambahan usia, dan tingkat suara harus lebih
besar agar seseorang dapat mendengarnya. Terdapat hubungan antara kehilangan
sesitifitas pendengaran dengan usia (disebut prebycusis).17 Seseorang berusia 45 tahun
biasanya tidak dapat mendengar frekuensi di atas 10 kHz dan memerlukan intensitas
lebih dari sekitar 10 dB daripada yang dibutuhkan ketika berusia 20 tahun saat ia
dapat mendengar suara berfrekuensi 4000 kHz. Kehilangan sensitifitas sebesar 25 dB
pada frekuensi di atas 2000 Hz biasanya terjadi pada usia 65 tahun. Kehilangan ini
tidak terlalu mempengaruhi kegiatan. Pendengaran memburuk lebih cepat bila telinga
diarahkan terus-menerus terhadap suara keras. Seperti anak muda yang bermain dalam
grup rock, pekerja pabrik yang bekerja pada situasi yang sangat bising, dsb.

Sifat bunyi yang disebut kebisingan adalah respon mental terhadap alat fisika
yang disebut intensitas. Bising didefinisikan sebagai bunyi yang tidak dikehendaki

17
J.R, Cameron, dkk., Fisika Tubuh Manusia Edisi 2(Terjemahan), (Jakarta: Buku Kedokteran EGC, 2003),
320.

14
yang berasal dari aktivitas alam seperti bicara manusia, dan buatan manusia seperti
bunyi mesin.18 Kebisingan mempengaruhi kita baik secara psikologis maupun
fisiologis. Kadang-kadang kebisingan hanya merupakan gangguan biasa, tetapi
kebisingan yang keras dapat menyebabkan kehilangan pendengaran. Kebisingan
menyebabkan kehilangan pendengaran yang serius pada frekuensi 2000-5000 Hz yang
merupakan daerah penting untuk percakapan dan musik. Bila telinga memiliki
sensitifitas yang sama pada frekuensi rendah dengan daerah frekuensi 3000 Hz. Kita
akan menyadari banyak kebisingan fisiologis, seperti aliran darah di arteri kepala,
pergerakan sendi, dan mungkin variasi tekanan pada gendang telinga tehadap
pergerakan acak molekul udara (pergerakan Brownian). Kebisingan dapat diukur
dengan sound level meter yang dapat mengukur kebisingan antara 30-130 dB dan
frekuensi 20-20.000 Hz.

D. Hilang Pendengaran dan Tes Pendengaran


1. Hilang Pendengaran
Terdapat dua penyebab pengurangan kemampuan dengar; kehilangan
pendengaran karena konduksi, dan kehilangan pendengaran persepsi (tuli saraf).19
a) Tuli Konduks, adalah tuli yang bersifat sementara, yang disebabkan vibrasi
suara tidak bisa sampai ketelinga bagian telinga oleh karena adanya
malam/wax/serumen atau adanya cairan telinga di bagian tengah. Apabila tuli
konduksi ini tidak dapat pulih kembali, dapat dibantu dengan menggunakan
alat bantu pendengaran (hearing aid).
b) Tuli Persepsi, bisa terjadi hanya sebagian kecil frekuensi saja atau seluruh
frekuensi yang tidak dapat didengar. Tuli persepsi sampai saat ini belum bisa
disembuhkan.
c) Tuli Campuran, merupakan campuran antara tuli konduksi dan tuli persepsi.
2. Tes Pendengaran
Untuk mengetahui konduksi atau tuli saraf dapat dilakukan tes pendengaran.
Dalam perkembangannya, seiring dengan kemajuan teknologi modern, tes
pendengaran semakin disempurnakan. Beberapa jenis tes pendengaran yang dapat
dilakukan adalah:20

18
Ahmadi, Ruslan Hani, Teori dan Aplikasi Fisika Kesehatan. (Jogjakarta: Nuha Medika, 2010), 50.
19
Ibid., 46.
20
Ibid.,

15
a) Tes berbisik
Dahulu tes pendengaran dilakukan dengan suara berbisik atau bicara pada
jarak tertentu dan penderita disuruh menirukannya (Voice test). Dengan cara
ini dapat diketahui secara kasar apakah penderita yang diperiksa tuli atau
tidak. Telinga normal dapat mendengar suara berbisik dengan tone atau nada
rendah. Misal suara konsonan: b, p, g, m, n pada jarak 5 10 meter. Sedang
suara berbisik dengan nada tinggi menggunakan nada suara desis atau
sibiland: s, z, ch, shel pada jarak 20 meter.
b) Tes Garputala
Pada tahun 1855, Rinne, Weber dan Schwabach mengadakan permeriksaan
dengan garputala dari bermacam-macam frekuensi. Pemeriksaan ini
didasarkan pada fisiologi pendengaran bahwa suara dapat didengar melalui
hantaran udara dan hantaran tulang.
Dengan cara ini dapat diketahui ketulian secara kualitatif yaitu tuli konduktif,
tuli sensori neural (tuli saraf) dan tuli campuran. Frekuensi garputala yang
digunakan adalah C128, C1024, dan C2048.
1) Tes Weber, dilakukan dengan menggetarkan garputala C128, kemudian
diletakkan pada vertex dahi/ puncak dari vertex. Pada penderita tuli
konduksi akan terdengar terang pada telinga yang sakit. Sedang pada
penderita tuli persepsi, getaran garputala terdengar terang pada telinga
normal. Misal telinga kanan yang terdengar terang, maka hasil tes
disebut Weber lateralisasi ke kanan.
2) Tes Rinne, tes ini membandingkan antara konduksi bunyi melalui tulang
dan udara. Garputala C128 digetarkan, kemudian diletakkan pada
prosesus mastoideus (di belakang telinga). Setelah tidak mendengar
getaran lagi, garputala dipindahkan di depan liang telinga, kemudian
penderita ditanya apakah masih mendengar bunyi garputala. Pada telinga
normal, konduksi melalui udara 85-90 detik dan konduksi melalui tulang
45 detik. Hasil tes dinyatakan dengan Tes Rinne Positif (Rinne +)
apabila pendengaran penderita baik, begitu juga pada penderita tuli
persepsi. Sedangkan hasil tes dinyatakan Tes Rinne Negatif (Rinne -)
pada penderita tuli konduksi dimana jarak waktu konduksi tulang
mungkin sama atau bahkan lebih panjang.

16
3) Tes Schwabach, tes ini membandingkan antara jangka waktu konduksi
tulang melalui verteks atau proses mastoideus penderita terhadap
konduksi tulang pemeriksa. Pada tuli konduksi, konduksi tulang
penderita lebih panjang daripada tulang pemeriksa. Sedangkan pada tuli
persepsi, konduksi tulang penderita sangat pendek.

Garputala C2048 digunakan untuk memeriksa ketajaman pendengaran


terhadap nada tinggi. Pada manusia usia lanjut dan tuli persepsi akan
kehilangan pendengaran terhadap nada tinggi.

c) Audiometer
Seiring dengan perkembangan yang pesat dibidang elektro-akustik,
maka tes pendengaran semakin disempurnakan dimana telah diciptakan alat
elektro-akustik yang disebut audiometer. Pada saat ini juga telah
dikembangkan audiometer terkomputerisasi dimana hasil pemeriksaan dan
analisis dapat langsung ditampilkan pada komputer. Audiometer dapat
menghasilkan nada-nada tunggal dengan frekuensi dan intensitas yang dapat
diukur. Komponen utama terdiri dari dua bagian yaitu sumber getaran dan
peredaran intensitas (attenuator).
Sumber getaran untuk nada murni adalah sebuah alat yang disebut
oscillator. Frekuensi yang dikehendaki oleh pemeriksa dapat diatur dengan
memutar tombol (dial). Kemudian dengan menekan tombol penyaji, bunyi
tersebut dapat diterima oleh probandus melalui head phones untuk hantaran
udara dan melalui vibrator untuk hantaran tulang.
Attenuator atau peredam intensitas adalah alat untuk mengatur intesitas
bunyi sesuai dengan kebutuhan pemeriksaan. Intensitas tertinggi 120 dB dan
terendah -10 dB. Vibrator untuk pemeriksaan hantaran tulang biasanya hanya
dapat menghasilkan intensitas tertinggi 60 dB pada frekuensi tengah, dan 20
dB pada frekuensi rendah.
Pemeriksaan dengan audiometer bertujuan untuk menentukan nilai
ambang pendengaran, yaitu frekuensi yang dikaitkan dengan nineau bunyi
(dB). Hasil pemeriksaan dengan menggunakan audiometer digambarkan
dalam bentuk tabel maupun grafik yang disebut audiogram. Tiap tipe
ketulian akan memberikan gambaran audiogram yang khas, sedang derajat

17
ketulian ditentukan dengan mengambil nilai rata-rata dari frekuensi
percakapan 500, 1000, dan 2000 Hz

Tabel 1 Scale Of Hearing Impairment.

Hearing Loss (dB) Descriptive Term

-10 26 Normal limite

27 40 Mild hearing loss

41 55 Moderato hearing loss

56 70 Moderato Severe hearing loss

71 90 Severe hearing loss

91 plus Profaund hearing loss

Pemeriksaan pendengaran dengan audiometer dapat diketahui keadaan


fungsi pendengaran masing-masing telinga baik secara kualitatif
(pendengaran normal, tuli konduksi, tuli persepsi / neural dan tuli campuran)
maupun secara kuantitatif (normal, tuli ringan, tuli sedang dan tuli berat).

E. Aplikasi Bunyi dalam Biologi


1. Tubuh sebagai Drum (Perkusi dalam Kedokteran)
Pada tahun 1761, L. Auenbrugger menerbitkan buku kecil yang berjudul
On Percussion Of The Chest yang berdasarkan pada pengamatan klinis selama
tujuh tahun terhadap beragam suara yang ia hasilkan dengan mengetuk dada
pasien di berbagai tempat. Auenbrugger adalah seorang musisi dan ayahnya
adalah pemilik penginapan. Ia mungkin mempelajari teknik perkusi dengan
mengetuk tong-tong anggur di penginapan ayahnya dan telinga musisinya itu
mungkin membantu dalam menerjemahkan suara tersebut. 21

Dalam bukunya, Auenbrugger menjabarkan tentang bagaimana mengetuk


dada dengan jari dan ia menyatakan suara yang timbul dari dada yang sehat itu
menyerupai suara sendi-sendi drum yang ditutupi penutup wol tebal atau

21
J.R, Cameron, dkk., Fisika Tubuh Manusia Edisi 2(Terjemahan), (Jakarta: Buku Kedokteran EGC, 2003),
290.

18
pembungkus lainnya. Ia mendiskusikan suara yang terdengar dari suara yang
sehat dan suara yang terdengar dari pasien dengan beragam kondisi patologis. Ia
menyatakan bahwa dengan perkusi ia dapat mendiagnosa kanker, penampakan
ketidaknormalan rongga pada organ, dan penyakit yang melibatkan cairan
didaerah dada. Kemudian ia membuktikan banyak dari diagnosa ini melalui
otopsi.

Penemuan Auenbrugger ditolak secara besar-besaran sampai tahun 1808


ketika pekerjaannya, yang aslinya diterbitkan dalam bahasa Latin itu kemudian
diterjemahkan dalam bahasa Perancis dengan komentar oleh J.N Corvisart.
Perkusi berkembang menjadi populer sejalan dengan auskultasi, yang sederhana
namun merupakan teknik penting dalam pendeteksian penyakit.

Gambar 9 Teknik perkusi dan fibrasi dada

2. Stetoskop
Alat bantu dengar sederhana ini mempermudah dokter untuk
mendengarkan suara dari dalam tubuh, khususnya jantung dan paru-paru, namun
juga untuk sambungan tulang dan penyumbatan arteri. Mendengarkan suara-suara
tersebut dengan stetoskop disebut auskultasi tak langsung, atau biasa hanya
disebut auskultasi. Dimana banyak suara dari daerah dada dapat berguna untuk
diagnosa penyakit.

Dulu tahun 1818, satu-satunya metode yang tersedia untuk pengujian pada
dada adalah merasakan dengan menggunakan tangan, perkusi dan auskultasi
langsung dengan menempelkan telinga secara langsung pada dada. Pada buku

19
Penanganan Penyakit Dada dan Auskultasi Tak Langsung (1818), R.T.H Laennec
menjabarkan keberatannya untuk meletakkan telinganya langsung di dada Sangat
tidak nyaman, baik untuk dokter dan pasien, bila pasien adalah seorang wanita
tidak hanya tak enak namun sering tidak praktis dan untuk sebagian besar orang
yang ditemui di rumah sakit hal ini sungguh menjijikkan. 22

Pada saat itu Leannec hanya menggunakan auskultasi langsung sampai


tahun 1816. Ketika Leannec memeriksa seorang gadis dengan gejala umum
penyakit jantung. Karena gadis tersebut gemuk, muda dan seorang wanita,
Leannec merasa bahwa metode pemeriksaannya secara langsung itu tidak tepat.
Kemudian Leannec berpikiran dan menyadari bila ujung sebuah kayu digaruk
dengan penggaruk, suaranya dapat terdengar pada ujung lainnya yang didekatkan
dengan telinga. Lalu Leannec berinisiatif untuk menggulung beberapa kertas
menjadi silinder dan memegang satu ujungnya ke dekat telinga dan ujung lainnya
ke dada gadis tersebut tepat pada jantung. Hasilnya pun sangat dramatis dan
mendorong Leannec untuk mengembangkan alat tersebut. Bahkan ia membuat
sebuah silinder kosong dari kayu sepanjang 30 cm dengan diameter dalam 1 cm
dan diameter luar sekitar 7,5 cm. Dan ia menamakan alat tersebut yaitu stetoskop.
Dalam bukunya ia menjabarkan risetnya tentang stetoskop dan interpretasinya
terhadap suara-suara alami dan patologis dari jantung, paru-paru dan suara.

Gambar 10 Stetoskop dan bagian-bagiannya


22
Ibid., 292.

20
Penggunaan stetoskop berdasar pada pekerjaan murni Leannec. Bagian
utama stetoskop adalah bel, yang dibuka atau ditutup oleh diafragma tipis, tabung
dan sepasang yang dihubungkan ketelinga.

Bel yang terbuka adalah rintangan penyesuaian antara udara dan kulit.
Alat ini mengakumulasi suara dari daerah yang disentuh. Alat ini juga memiliki
frekuensi resonan alami dimana sangat efektif mengirim suara. Frekuensi resonan
dikontrol oleh diameter bel dan dan tekanan bel pada kulit. Semakin ketat kulit
ditarik, semakin tinggi frekuensi resonannya. Semakin besar diameter bel,
semakin rendah frekuensi resonan kulit. Dalam hal ini sangat memungkinkan
untuk menambah rentang suara yang diinginkan dengan mengubah ukuran bel
dan dengan menambah tekanan pada bel yang menyentuh kulit sehingga kulit
menegang. Detakan jantung berfrekuensi rendah mungkin tidak terdengar bila
stetoskop ditekan keras-keras diatas kulit.

Bel yang tertutup sesungguhnya adalah bel dengan diafragma dari


frekuensi resonan yang diketahui biasanya tinggi, yang menghasilkan suara
berfrekuensi rendah. Frekuensi resonannya dikontrol oleh faktor yang sama
dengan yang mengontrol frekuensi dari bel terbuka yang menekan kulit.
Stetoskop bel tertutup pada dasarnya digunakan untuk mendengarkan suara paru-
paru yang memiliki frekuensi lebih tinggi daripada suara jantung. Bentuk yang
baik untuk bel yaitu bel dengan volume sekecil mungkin. Dimana volume yang
lebih kecil dari gas, dan lebih besar daripada perubahan tekanan pada gendang
telinga untuk pergerakan yang diberikan oleh diafragma pada ujung bel.

Sepasang alat untuk telinga harus sesuai dengan lubang telinga karena
masuknya udara akan mengurangi daya dengar. Frekuensi yang lebih rendah akan
lebih parah lagi mengalami pengurangan. Dimana pengurangan juga
memudahkan kebisingan suara luar untuk memasuki telinga. Dan alat untuk
telinga itu biasanya didesain mengikuti bentuk lubang telinga.

3. Aplikasi Ultrasonik dalam Bidang Klinik

Gelombang ultrasonik adalah gelombang bunyi dengan frekuensi di atas


20.000 Hz yang dihasilkan oleh getaran magnet listrik dan kristal piazo elektrik.
Ultrasonik digunakan oleh kapal-kapal laut untuk mendeteksi kapal-kapal selam
dan benda-benda di bawah laut lainnya dengan suatu piranti yang disebut sonar

21
(sound navigation and ranging navigasi dan penjajakan bunyi). Berdasarkan
efek-efek yang ditimbulkan (mekanik: membentuk emulsi asap/awan dan
disintegrasi beberapa benda padat sehingga dapat digunakan untuk menetukan
lokasi batu empedu, panas: pada titik yang terkena mengalami perubahan panas,
kimia: menyebabkan proses oksidasi dan hidrolisis pada ikatan polyester, dan
biologis: karena panas menimbulkan pelebaran pembuluh darah, peningkatan
permeabilitas membrane sel dan kapiler serta merangsang aktivitas sel),
gelombang ultrasonik digunakan dalam bidang kedokteran untuk tujuan
diagnostik dan pengobatan.23

Gambar 11 Penggunaan ultrasonik untuk sonar

a) Aplikasi Ultrasonik sebagai Diagnosis


Penggunaan ultrasonik sebagai diagnostik dalam praktik kedokteran
merupakan aplikasi yang sangat menarik dari konsep-konsep fisika. Pada
bagian ini digunakan teknik pulsa-gema yang hampir sama dengan sonar.
Pulsa bunyi frekuensi tinggi diarahkan ke tubuh, dan pantulannya dari batas
atau pertemuan antara organ-organ dan struktur lainnya maupun luka dalam
tubuh akan terdeteksi. Teknik ini disebut juga dengan USG
(Ultrasonography). Dengan menggunakan teknik ini, tumor dan
pertumbuhan abnormal lainnya serta gumpalan fluida (udema) dapat dilihat.
Kerja katup jantung dan perkembangan janin dapat diperiksa, serta informasi
tentang berbagai organ tubuh (otak, jantung, hati, dan ginjal) dapat diperoleh.

23
Ahmadi, Ruslan Hani, dkk., Fisika Kesehatan, (Jogjakarta: Mitra Cendika Press, 2009), 55.

22
Walaupun ultrasonik tidak bisa menggantikan sinar X, untuk diagnosis
jenis tertentu, teknik ini lebih membantu. Beberapa jenis jaringan atau fluida
tidak terdeteksi di foto sinar X, tetapi bunyi ultra terpantul dari perbatasan
jaringan ini. Hasil citra bunyi ultra, anggota tubuh bagian dalam juga bisa
dilihat secara real time (pada saat itu juga) pada layar monitor. Pada tingkat
intensitas rendah yang digunakan untuk diagnosis ( < 3.104 W/m2), tidak ada
laporan mengenai efek yang melawan, sehingga ultrasonik dianggap sebagai
metode yang tidak berbahaya untuk memeriksa tubuh.

Gambar 12 USG janin dan skema dasar ultrasonik untuk memonitor gerakan
jantung janin
b) Aplikasi Ultrasonik untuk Pengobatan
Berdasarkan efek-efek yang ditimbulkan (panas, kimia, dan biologis),
maka ultrasonik dapat digunakan dalam pengobatan. Ultrasonik memberi
efek kenaikan temperature dan peningkatan tekanan sehingga dapat
digunaakan untuk terapi fisik, untuk memberikan pemanasan lokal pada otot
yang cidera. Efek ini timbul karena jaringan mengabsorbsi energi bunyi
sehingga ultrasonik dapat digunakan sebagai diatermi. Intensitas ultrasonik
yang diapaki untuk diatermi sebesar 1 10 W/cm2 dengan frekuensi sebesar
1 MHz.

Ultrasonik juga digunakan dalam pengobatan Parkinson, namun untuk


memfokuskan gelombang bunyi ke arah otak masih sanagat sulit.
Sedangakan pada penyakit maniere (maniere disease) di mana keadaan

23
penderita kehilangan pendengaran dan kesetimbangan, apabila diobati
dengan ultrasonik dikatan 95% berhasil baik, ultrasonik menghancurkan
jaringan dekat telinga tengah.

Selain itu, ultrasonik juga digunakan untuk menghancurkan jaringan


ganas (kanker). Sel-sel ganas akan hancur pada beberapa bagian, sedangkan
pada daerah lain kadang-kadang menunjukkan rangsangan pertumbuhan,
sehingga penggunaan untuk masalah ini masih diteliti lebih lanjut.

24
LATIHAN SOAL DAN PEMBAHASAN

SOAL

1. Sebuah tangga nada musik terdiri dari sejumlah not, masing-masing dibentuk oleh
gelombang suara dari berfrekuensi yang berbeda-beda. Ketika seseorang mendengar
suatu tangga nada, di bagian tubuh manakah not-not ini dikombinasikan?
2. Jika sanggurdi berfusi dengan tulang-tulang telinga bagian tengah yang lain atau ke
jendela oval, bagaimana kondisi ini dapat memengaruhi pendengaran? Jelaskan.
3. Apakah tiga komponen utama yang terlibat dalam kepekaan telinga?
4. Sebuah gelombang bunyi ditembakkan ke dalam laut dan pantulan bunyinya diterima
setelah 10 detik, jika cepat rambat bunyi di dalam air laut adalah 1.500 m/s, maka
secara pendekatan berapakah kedalaman laut tersebut?

PEMBAHASAN

1. Di otak, setiap not dideteksi secara terpisah di telinga, masing-masing menyebabkan


getaran membran basilar dan penekukan sel rambut di lokasi yang berbeda. Neuron
sesnsoari pada setiap lokasi memberikan keluaran dalam bentuk potensial aksi yang
merambat sepanjang akson yang berbeda dalam saraf auditoris. Baru ketika informasi
mencapai otak, not-not individual dideteksi dan persepsi tangga nada dihasilkan.
2. Sanggurdi dan tulang-tulang telinga tengah lain akan meneruskan getaran dari
membran timpani ke jendela oval. Penggabungan tulang-tulang ini, seperti yang terjadi
pada otosklerosis, akan menghalangi transmisi ini dan meneyebabkan hilangnya
pendengaran.
3. Kepekaan pendengaran melibatkan:
a. Sistem mekanis yang mengumpulkan dan mengirimkan informasi bunyi sehingga
dapat menstimulasi sel-sel rambut pada koklea.
b. Sensor yang memproduksi potensial kegiatan saraf pendengaran.
c. Kulit pendengaran, bagian otak yang menandai dan menerjemahkan sinyal-sinyal
dari saraf pendengaran.
4. Diketahui: v = 1.500 m/s
t = 10 s

Ditanya : d

25
Jawab:

Karena bunyi pantul terdengar setelah 10 detik ditembakkan, maka waktu yang
dibutuhkan untuk memantul adalah 5 detik. Dengan demikian, kedalaman laut dapat
dihitung dengan rumus berikut:

d=vxt

Keterangan:

d = kedalaman laut (m)

v = cepat rambat bunyi di laut (m/s)

t = waktu mulai ditembakkan sampai bunyi pantul terdengar (s)

Sehingga, kedalaman laut:

d=vxt

d = 1.500 x (10)

d = 1.500 x 5

d = 7.500 m

Jadi, kedalaman lautnya adalah 7.500 meter.

26
DAFTAR PUSTAKA

Ruslan Hani, Ahmadi, dkk. 2009. Fisika Kesehatan. Jogjakarta: Mitra Cendika Press.
Irawati, Lili. 2012. Fisika Medik Proses Pendengaran. Padang: Jurnal Majalah Kedokteran
Andalas No. 2 Vol. 36 tidak Diterbitkan.
Davidovits, Paul. 2008. Physic in Biology and Medicine 3rd ed. USA: Academic Press.
Cameron, J.R, dkk. 2003. Fisika Tubuh Manusia Edisi 2 (Terjemahan). Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.
Mescher, Anthony L. 2009. Histologi Dasar Junqueira: Teks & Atlas, 12th Ed (Terjemahan).
Jakarta: Buku Kedokteran, EGC.
Campbell, Neil A. dkk. 2010. Biologi Edisi 8, Jilid 3 (Terjemahan). Jakarta: Erlangga.
Ruslan Hani, Ahmadi. 2010. Teori dan Aplikasi Fisika Kesehatan. Jogjakarta: Nuha Medika.

27

Anda mungkin juga menyukai