Anatomi Telinga
Telinga manusia terdiri dari tiga bagian: telinga luar, tengah, dan dalam.
Bagian luar dan tengah telinga menyalurkan gelombang suara dari udara ke
telinga dalam yang berisi cairan, mengamplifikasi energi suara dalam proses
ini. Telinga dalam berisi dua sistem sensorik: koklea, yang mengandung
reseptor untuk mengubah gelombang suara menjadi impuls saraf sehingga kita
1. Telinga luar
elastis berbentuk seperti ujung terompet dan dilapisi oleh kulit. Bagian tepi
Membran ini berbentuk oval dan membentuk sudut sekitar 55° dengan
tulang rawan di 1/3 bagian lateral dan tulang keras di 2/3 bagian medial
2. Telinga tengah
dari tulang temporal yang dilapisi oleh epitel. Telinga tengah dipisahkan
dari telinga luar oleh membran timpani dan dari telinga dalam oleh partisi
bertulang tipis yang berisi dua lubang kecil yang ditutupi membran yaitu
jendela oval dan jendela bundar. Struktur selanjutnya adalah tiga tulang
sesuai bentuknya, yaitu malleus, incus, dan stapes yang biasa disebut
ligamen dan otot yang menempel pada struktur tersebut. Otot tensor
timpani, yang disuplai oleh cabang mandibular dari saraf trigeminalis (V),
untuk mencegah kerusakan pada telinga dalam dari suara keras. Otot
stapedius, yang disuplai oleh saraf fasialis (VII), adalah otot rangka
terkecil di tubuh manusia. Otot tensor timpani dan stapedius memerlukan
telinga bagian dalam dari suara keras yang berkepanjangan, tetapi tidak
dengan suara keras yang singkat seperti suara tembakan (Tortora J &
Nielsen T, 2012).
lebih besar dari bidang horisontal pada usia 5-7 tahun (Budiyono, 2011).
(Sherwood L, 2014).
Gambar 3.5 Perbedaan anatomi telinga bayi-anak dengan orang
dewasa
3. Telinga dalam
Telinga dalam terdiri dari dua bagian, yaitu labirin tulang dan
membran ini terletak organ korti. Pada skala media terdapat bagian yang
berbentuk lidah yang disebut membran tektoria, dan pada membran basalis
melekat sel rambut yang terdiri dari sel rambut dalam, sel rambut luar dan
Nielsen T, 2012).
B. Fisiologi Pendengaran
bergerak dalam arah yang sama melalui beberapa media (seperti udara).
Gelombang suara berasal dari objek yang bergetar. Frekuensi getaran suara
adalah nada. Frekuensi getaran yang semakin tinggi akan menimbulkan bunyi
yang semakin tinggi juga. Intensitas suara yang semakin besar akan
menghasilkan suara yang semakin keras juga. Intensitas suara diukur dalam
memerlukan beberapa proses untuk dapat diubah dan dimengerti oleh manusia
terhadap suara frekuensi rendah (nada rendah) dan dengan cepat sebagai
stapes.
4. Saat stapes bergerak maju dan mundur, itu mendorong membran jendela
oval masuk dan keluar. Jendela oval bergetar sekitar 20 kali lebih keras
daripada gendang telinga karena osikulus mentransmisikan getaran kecil
getaran yang lebih besar dari permukaan yang lebih kecil (jendela oval).
Stereosilia setiap sel rambut tersusun dalam barisan dengan tinggi yang
berjenjang berkisar dari rendah ke tinggi yang dihubungkan oleh tip links.
basilaris bergerak ke atas dan meregangkan tip links, sehingga membuka kanal
kation yang yang dilekatinya. Kanal kation yang terbuka akan menyebabkan
lebih banyak K+ yang masuk ke sel rambut. Proses masuknya K + tambahan ini
menginervasi sel rambut dalam. Badan sel neuron sensorik terletak di ganglia
spiral. Impuls saraf mengalir bersama rangsangan akson neuron ini, yang
dari ganglion spiral Corti masuk ke nuklei dorsal dan ventral yang terletak di
bagian atas medulla. Semua serat bersinaps di bagian medulla ini, dan impuls
akan melewati terutama ke sisi yang berlawanan dari batang otak untuk
Perbedaan waktu pada impuls saraf yang datang dari dua telinga di
Akson dari nuclues olivari superior juga naik di traktus meniskus lateral dan
primer korteks serebral di lobus temporal otak besar (area 41 dan 42) (Tortora J
C. DEFINISI
Infeksi Cytomegalovirus (CMV) merupakan infeksi yang umumnya
menjadi penyebab utama dari infeksi kongenital di seluruh dunia. Virus ini
menyebar luas, dengan manifestasi mulai dari asimtomatik hingga disfungsi
organ pada pasien dengan penyakit CMV kongenital yang mengalami
gangguan sistem imun (Gupta, 2021).
E. ETIOLOGI
CMV yang menginfeksi manusia disebut dengan human
Cytomegalovirus. CMV merupakan virus DNA yang termasuk dalam famili
herpesviridae. Virus ini disebut cytomegalovirus karena sel yang terinfeksi
akan membesar hingga dua kali lipat dibandingkan dengan ukuran sel yang
tidak terinfeksi. Struktur cytomegalovirus manusia terdiri dari outer lipid
bilayer envelope, terdiri dari berbagai glikoprotein virus, diikuti oleh
tegumen, matriks protein, yang memegang inti DNA linier beruntai ganda
dalam nukleokapsid ikosahedral. Virion biasanya berbentuk bola dalam
komposisi. Ukuran rata-rata dapat berkisar dari 200 hingga 300 nanometer.
Glikoprotein, termasuk glikoprotein B (gB), gH, gL, gM, gN, dan gO, terlibat
dalam perlekatan dan penetrasi sel. Tegumen mengandung dua jenis protein
utama, selain beberapa RNA seluler dan virus. Satu kelas protein memiliki
peran struktural dan merupakan bagian integral dalam pembentukan dan
perombakan virion selama entri. Kelas lain memodulasi respon sel inang
terhadap infeksi (Crough, 2009).
• Pria dan wanita yang aktif secara seksual dengan pola perilaku berisiko seperti
berganti-ganti pasangan dan tidak menggunakan pelindung
• Riwayat transplantasi organ, umumnya pemberi donor 78% menularkan virus CMV
pada resipien. 40% resipien mengalami serokonversi menjadi seropositive dan
memasuki fase laten dari infeksi virus
• Penggunaan obat kortikosteroid jangka panjang, umumnya pada pasien yang memiliki
riwayat autoimun, seperti penderita lupus eritematosus sistemik, maupun pengobatan
setelah riwayat transplantasi organ
G. PATOFISIOLOGI
CMV ditransmisikan melalui kontak dengan individu yang membawa infeksi
CMV. Penyebab utama transmisi virus ke ibu hamil atau wanita muda usia produktif
adalah dari anak kecil usia pra sekolah yang bermain atau dekat dengan wanita tersebut,
namun dapat juga berasal dari pasangan atau kontak seksual (Johnson, 2012). Menurut
CDC, orang dengan CMV dapat menularkan virus dalam cairan tubuh, seperti air liur,
urin, darah, air mata, air mani, dan ASI. CMV menyebar dari orang yang terinfeksi
dengan cara berikut:
Dari kontak langsung dengan air liur atau urin, terutama dari bayi dan anak kecil
Melalui kontak seksual
Dari ASI hingga menyusui bayi
Melalui transplantasi organ dan transfusi darah
Infeksi CMV dimulai dengan interaksi virus dengan reseptor di permukaan sel
yang diikuti dengan penetrasi dan maturasi. Human Cytomegalovirus (HCMV)
memiliki glikoprotein B yang berfungsi untuk menginvasi virus ke dalam sel dan
berfusi dengan membran sel virus. Protein dari virus akan berikatan dengan nukleus sel
dan bereplikasi di dalam sel tersebut. Protein dari virus akan mengganggu aktivitas
regulasi dan metabolisme sel inang yang selanjutnya dimulai proses replikasi dari virus.
Virus HCMV sendiri memiliki sifat replikasi yang lambat disebabkan karena produksi
protein yang lambat pada tubuh virus. Setelah virus bereplikasi dalam nukleus, virus
akan keluar ke sitoplasma sel dan dilepaskan ke aliran darah sehingga terbentuk fase
viremia dalam tubuh pasien. Interaksi dan penetrasi dapat terjadi di berbagai sel. Sel
yang terinfeksi akan berubah ukuran 2-4 kali lebih besar daripada sel di sekitarnya dan
seringkali berisi inklusi intranuklear berukuran 8-10 U yang terletak agak ke tepi,
dikelilingi daerah halo yang terang sehingga tampak seperti owl’s eye. Sel yang
membesar dinamakan dengan sel sitomegalik, dapat ditemukan di berbagai organ
termasuk kelenjar air liur, paru, hepar, ginjal, pankreas, kelenjar adrenal, dan saraf pusat
(Rachmawati, 2002; Griffiths, 2015).
Respon peradangan seluler terhadap infeksi ini terdiri atas sel plasma, limfosit,
makrofag dan monosit. Reaksi granulomatosa sering kali dijumpai terutama dalam hepar.
Reaksi pembentukkan kompleks imun didapati pada bayi yang terinfeksi. Anak yang
terinfeksi CMV dapat menularkan virus melalui urin dan saliva selama bertahun-tahun
(Rachmawati, 2002). Namun, sampai saat ini, mekanisme SNHL yang diinduksi HCMV
masih belum jelas. Juga, tidak ada cara yang efektif untuk mencegah penularan HCMV
dari ibu ke bayi atau pengobatan yang efektif (Xia et al., 2021)
Gambar 2.... Infeksi CMV di koklea. A) Banyak inklusi sitomegalik di lapisan marginal stria
vaskularis (panah). B) Inklusi sitomegalik di lapisan marginal stria vaskularis (panah kecil) dan di
membran Reissner (panah besar) C) Imunohistokimia CMV di Organ Corti D) Ganglion spiral: neuron
sitomegalik yang dikelilingi oleh limfosit.(Gabrielli et al. 2013)
Pada penelitian Gabrielli et al (2013) ditemukan Infeksi CMV dapat mengubah sirkulasi ion
di seluruh stria vaskularis, merusak saluran ion dan menghilangkan potensi positif dari ruang
intrastrial. Sehingga mempengaruhi pembentukan potensial endokoklea berpotensi
menyebabkan SNHL. Misalnya, homeostasis abnormal ion lain, klorida dan natrium, atau
kerusakan gap junction. Tanpa endokoklea sel-sel rambut Organ Corti dapat mengalami
degenerasi karena konsentrasi kalsium yang berlebihan di endolimfe atau mungkin tidak
begitu saja diaktifkan karena kurangnya transmisi sinyal lebih lanjut.Sel CMV-positif juga
sering diamati pada membran Reissner. Hal ini dapat mengakibatkan ketidakseimbangan
elektro-kimia antara endolimfe dan perilimfe. Infeksi CMV juga dapat merusak saluran
natrium dan klorida, yang berkontribusi pada potensi endokoklea.
Britt W. Cytomegalovirus. Dalam: Remington JS, Klein JO, Wilson CB, Nizet V, Maldonado
YA, penyunting. 2011. Infectious Diseases of the fetus and newborn infant Edisi ke-7.
Philadelphia: Elsevier. h.706-55.
Chen J, et al. 2012. Kinetics of IgG antibody to cytomegalovirus (CMV) after birth and
seroprevalence of anti-cmv of a IgG in Chinese children. Virology. Vol. 9:304.
Choo, H.M.C., Cher, W.Q., Kwan, Y.H. et al. Risk factors for cytomegalovirus disease in
systemic lupus erythematosus (SLE): a systematic review. Adv Rheumatol. 2019;
59(12):1-8.
Crough, T., & Khanna, R. 2009. Immunobiology of Human Cytomegalovirus: from Bench to
Bedside. Clinical Microbiology Reviews, 22(1): 76-98
Gupta M, Shorman M. Cytomegalovirus. [Updated 2021 Aug 11]. In: StatPearls [Internet].
Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2021 Jan-. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK459185/
Moore, Keith L., Arthur F Dalley, and A. M. R Agur. 2015. Essential Clinically Oriented
Anatomy, 5th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
Noviar G, Ritchie NK, Bela B, et al. 2017. Prevalensi Antibodi IgG dan DNA
Cytomegalovirus pada darah donor di Unit Tranfusi Darah Provinsi DKI Jakarta.
Journal of Health Epidemiology and Communicable Disease. Vol. 3(1).
Tortora, GJ, Derrickson, B. 2012. Principles of Anatomy & Physiology 13th Edition. United
States of America: John Wiley & Sons, Inc.
Rawlinson WD, et al. 2017. Congenital Cytomegalovirus Infection in Pregnancy and The
neonate: Concencus Recommendation for Prevention, Diagnosis, and Theraphy. Lancet
Infect Dis. Vol. 17.
Sherwood, L. 2014. Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem Edisi 6. Jakarta: EGC
Valentine P& Wright. 2018. Anatomy and Embriology of The External and Middle Ear In
Watkinson C& Clarke W, Scott Brown’s OTORHINONGOLOGY Head & Neck
Surgery Vol. 2 Pediatric The Skull Base Ed 8. USA: CRC Press