Anda di halaman 1dari 33

The Theory of Evolution

from Pre-Darwin to Darwin


By 1st Group of 5th - B Biology Department IAIN Tulungagung
Member of Group

 Lailatul Khikmiati (17208163033)


 Naila Hilmi Cahyani (17208163042)
 Liziah Candra Nurani (17208163073)
 Laili Nursa’idah (17208163084)
 Kiki Lia Maharani (17208163126)
 Kharisma Indah C. F. (17208163127)
Apa yang mendorong Darwin menantang pandangan yang
banyak diyakini pada masanya mengenai bumi dan
kehidupan? Proposal revolusionernya sebenarnya berakar
dari temuan-temuan orang lain (Paraga 22.2).
Theory of Evolution Pre-Darwin
 Lama sebelum Darwin lahir, sejumlah filusuf Yunani
berpendapat bahwa makhluk hidup mungkin berubah
secara bertahap seiring waktu.
 Namun, filusuf yang sangat memengaruhi sains Barat awal,
Aristoteles (384 – 322 SM), memandang spesies
sebagai suatu yang tetap (tak berubah). Melalui
pengamatannya terhadap alam, Aristoteles mengenali
‘keterkaitan’ tertentu di antara organisme-organisme.
 Ia menyimpulkan bahwa bentuk-bentuk kehidupan dapat
disusun dalam sebuah tangga atau skala kompleksitas yang
makin meningkat atau disebut juga dengan scala naturae
(‘skala alam’). Setiap bentuk kehidupan sempurna dan
permanen, memiliki tempatnya sendiri pada salah satu
anak tangga dari skala tersebut.
 Plato (428-348 SM)
Ia membayangkan seorang pencipta yang menciptakan
dunia dari kehancuran dan kemudian menciptakan
dewa-dewa yang lalu membuat manusia laki-laki. Wanita
dan hewan timbul dari reinkarnasi jiwa laki-laki. Makin
cacad jiwa itu makin rendah reinkarnasinya.
 Anaximander (600-546 SM)
Beliau dapat dipandang sebagai pelopor dari ajaran
desendensi (ajaran penurunan) oleh karena ia mengajarkan
bahwa kosmos itu mungkin terbentuk dari kekacoan (chaos),
kehidupan itu timbul dari zat mati, sedangkan makhluk yang
tinggi tingkatannya timbul dari makhluk yang rendah
tingkatannya. Akan tetapi teori ini sama sekali tidak
mempunyai pengaruh apa-apa terhadap alam pemikiran para
sarjana di zaman itu dan di zaman berikutnya. Baru setelah
teori-teori evolusi ini berkembang dengan pesat, maka
dalam tulisan-tulisan sarjana itu dapat menemukan kembali
petunjuk-petunjuk tentang adanya pendapat-pendapat
semacam itu.
 Carolus Linnaeus (1707-1778) – Teori Penciptaan
Dilahirkan tanggal 23 Mei 1707 disebuah desa kecil di
Swedia, dia lahir sebagai anak pendeta. Ia mengelompokkan
keanekaragaman makhluk hidup yang menurutnya ‘demi
kejayaan Tuhan’. Linnaeus mengembangkan sistem penamaan
binomial yang masih dipakai sampai sekarang.
Berlawanan dengan scala naturae, Ia menggunakan sistem
klasifikasi bersangkar, pengelompokkan spesies-spesies yang
mirip ke dalam berbagai kategori yang semakin umum.
 Georges Cuvier (1769 – 1797)
Cuvier adalah pengembang Paleontologi (ilmu yang
mempelajari fosil). Cuvier kemudian menyusun teori yang
terkenal dengan Teori Catalysma. Ia beranggapan bahwa tiap-
tiap periode dalam sejarah bumi itu mungkin selalu diakhiri
dengan suatu bencana yaitu semacam kiamat. Sesudah itu
oleh Tuhan mungkin menciptakan lagi suatu tumbuhan dan
hewan baru. Jadi teori Cuvier ini pada hakekatnya adalah
sama saja dengan teori Linnaeus, akan tetapi penciptaan
yang dimaksudnya terjadi berulang-ulang. Ia berpendapat
bahwa bencana periodik ini biasanya terbatas pada wilayah
lokal, yang kemudian dihuni kembali oleh spesies yang
bermigrasi dari wilayah lain.
 Jean – Baptiste Lamarck (1744-1829)
Dengan membandingkan spesies hidup dan bentuk fosil,
Lamarck menemukan sesuatu yang tampaknya merupakan
sejumlah garis keturunan. Ia menjelaskan temuannya
menggunakan dua prinsip yaitu,

1. Use and diuse (digunakan atau dibuang)


Gagasan bahwa bagian tubuh yang sering digunakan menjadi lebih
besar dan kuat, sementara yang jarang digunakan menjadi lemah.

2. Inheritance of acquired characteristic (Pewarisan sifat dari


karakteristik yang diperoleh)
Menyatakan bahwa suatu organisme dapat meneruskan
modifikasi-modifikasi karakteristik kepada keturunannya.
 James Hutton (1726-1797)
Perubahan besar-besaran mungkin terjadi akibat efek
kumulatif dari proses yang lambat namun terus-menerus.
Menurutnya, ciri geologis bumi dapat dijelaskan melalui
mekanisme bertahap yang masih bekerja hingga saat ini.
 Charles Lyell (1797-1875)
Ia menggabungkan pemikiran Hutton ke dalam prinsip
uniformitarianisme, yang menyatakan bahwa mekanisme
perubahan selalu sama sepanjang waktu. Proses-proses
geologi yang sama bekerja pada saat ini maupun di masa lalu,
dan pada laju yang sama.
 Wilhelm Hofmeister (1824-1877)
Dalam bukunya yang terkenal mengenai sejarah
perkembangan Kryptogamen (paku-pakuan dan lumut) telah
menulis : Perubahan dari Jungermanniaceae (suku dari
Lumut Hati) yang tak berdaun ke Jungermanniaceae yang
berdaun adalah lambat sekali dan perubahan itu terjadi
dengan jalan suatu deret bentuk antara yang sedikit-sedikit
bedanya, yang tak ada putus-putusnya. Pernyataan itu adalah
sangat berprinsip, yang boleh dikatakan benar-benar
Darwinistis. Akan tetapi aneh sekali pernyataan itu hanya
ditulis sambil lalu saja.
 Leopold Von Buch
Leopold Von Buch pada abad 19 telah menarik kesimpulan
dari penyebaran tanaman-tanaman di Kepulauan Canari,
bahwa oleh karena proses evolusi, maka di dalam jurang-
jurang yang dalam, disitu terjadilah jenis-jenis tanaman yang
baru dari jenis tertentu.
 Robert Chambers (1802-1871)
Ia adalah seorang penerbit dan ahli filsalfat alam bangsa Scot.
Pada tahun 1844 terbit sebuah buku tak berpenulis yang
berjudul ”Vertiges of The Natural history of Creation”
(Jejak Sejarah Kehidupan Makluk Hidup), yang sangat laku
dijual, Chamberslah penulisnya. Dalam buku ini Generatio
Spontanae dibicarakan dengan mendalam sekali, misalnya
diceritakan tentang terjadinya kutu dengan pertolongan
aliran listrik di dalam larutan garam yang jenuh.
 Weismann
Weismann, seorang ahli biologi berkebangsaan Jerman yang
hidup pada tahun 1834-1912, menyatakan bahwa evolusi
terjadi karena adanya seleksi alam terhadap faktor ngenetis.
Variasi yang diwariskan dari induk kepada anaknya bukan
diperoleh dari lingkungannya tetapi dengan perubahan diatur
oleh faktor genetik atau gen. Weismann memotong ekor
tikus sampai 20 generasi, tetapi anaknya tidak ada yang tidak
berekor dan percobaan ini menyanggah teori evolusi
Lamarck.
Darwin’s Theory
(Adaptation and Natural Selection)
 Penelitian Darwin
 Pengalaman Darwin selama pelayaran bersama Beagle
memunculkan gagasannya bahwa spesies yang baru muncul dari
bentuk nenek moyang melalui akumulasi adaptasi. Ia
mempertajam teorinya selam lebih dari 20 tahun dan akhirnya
menerbitkannya tahun 1859 setelah mengetahui Wallace telah
memperoleh gagasan yang sama.
 The Origin of Species. Buku Darwin mengajukan
bahwa evolusi terjadi melalui seleksi alam.

Observasi
Individu dalam suatu populasi Organisme menghasilkan lebih
bervariasi dalam karakteristik yang banyak keturunan daripada yang bisa
diwariskan. didukung oleh lingkungan.

Kesimpulan
Individu yang sesuai dengan lingkungannya cenderung memiliki lebih banyak
keturunan daripada individu lain.

dan
Seiring waktu, sifat-sifat yang
menguntungkan terakumulasi dalam
populasi.
The Correct Theory
in Our Opinion
 James Hutton (1726-1797)
Perubahan besar-besaran mungkin terjadi akibat efek
kumulatif dari proses yang lambat namun terus-menerus.
Menurutnya, ciri geologis bumi dapat dijelaskan melalui
mekanisme bertahap yang masih bekerja hingga saat ini.
 Charles Lyell (1797-1875)
Ia menggabungkan pemikiran Hutton ke dalam prinsip
uniformitarianisme, yang menyatakan bahwa mekanisme
perubahan selalu sama sepanjang waktu. Proses-proses
geologi yang sama bekerja pada saat ini maupun di masa lalu,
dan pada laju yang sama.
 Penjelasan Ilmiah

Biogeografi

Teori Pangea
Alferd Wegener

Hanyutan Benua (Continental Drift)


 Tipe bukti yang mendukung evolusi adalah biogeografi,
distribusi geografis dari organisme yang dipengaruhi oleh
banyak faktor, termasuk hanyutan benua (continental drift),
pergerakan lambat benua di Bumi seiring waktu.
Teori Pangea

Teori ini didasari oleh teori Alfred


Wegener, seorang Ilmuwan Jerman.
Pada Tahun 1920 dalam buku The
Origin of Continents and Sea
(Entstehung Die Kontinente und der
Ozeane), dia mendalilkan bahwa
semua benua itu pada satu waktu
membentuk satu superbenua
Pangaea, sebelum kemudian putus
dan hanyut ke lokasi sekarang. Jadi
benua pada jaman dahulu
diibaratkan sebuah batu apung yg
bergerak karena adanya
pergerakan lempeng di bagian
bawah kulit bumi ini.
 Hanyutan Benua (Continental Drift)
Benua-benua merupakan bagian dari lempeng-lempeng
besar kerak bumi yang pada dasarnya mengembang di atas
bagian mantel yang panas di bawahnya. Lempeng-lempeng ini
bergerak seiring waktu dalam proses yang disebut hanyutan
benua (continental drift). Laju pergerakan ini dapat diukur –
biasanya hanya beberapa sentimeter per tahun.
Para ahli geologi juga dapat menyimpulkan letak benua di
masa lalu dengan menggunakan sinyal magnetik yang tercatat
dalam bebatuan ketika terbentuk.
Banyak proses geologi yang penting, termasuk pembentukan
gunung dan pulau, terjadi pada perbatasan lempeng. Pada
beberapa kasus, dia lempeng saling bergerak menjauh,
misalnya lempeng Amerika Utara dan Eurasia, yang saat ini
hanyut menjauh dengan laju 2 cm per tahun.
Konsekuensi Hanyutan Benua
 Pergerakan lempeng menata-ulang geografi secara perlahan,
namun efek-efek kumulatifnya sungguh dramatis. Selain
membentuk ulang ciri-ciri fisik bumi, hanyutan benua juga
berdampak besar pada kehidupan bumi.
1. Pembentukan Pangea memiliki dampak yang luar biasa
terhadap lingkungan fisik dan iklim, yang menyebabkan
sejumlah spesies punah dan memberikan kesempatan baru
bagi kelompok-kelompok organisme yang sintas melalui krisis
tersebut.
2. Perubahan iklim yang terjadi ketika benua bergeser ke utara
atau selatan.
3. Mendorong spesiasi alopatrik berskala besar.
4. Membantu menjekaskan teka-teki tentang distribusi geografis
dari organisme yang telah punah.
Fenomena Akibat Hanyutan Benua yang
Masih Bisa Dirasakan Sampai Saat Ini
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai