Anda di halaman 1dari 19

STRATEGI PEMBELAJARAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR (SPPKB)


MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah


STRATEGI BELAJAR MENGAJAR BIOLOGI
Dosen Pengampu:
Nanang Purwanto, M.Pd.

Disusun oleh:
Kelompok 3 / Tadris Biologi 3-B
1. Kharisma Alkusna Lestari (17208163014)
2. Muhammad Maulfi Mahrizal (17208163026)
3. Laili Nursaidah (17208163084)
4. Kiki Lia Maharani (17208163126)

JURUSAN TADRIS BIOLOGI

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG

OKTOBER 2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT atas


berkat, rahmat, hidayah, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik walaupun masih banyak kekurangan di dalamnya.
Makalah berjudul Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir
(SPPKB) ini membahas mengenai konsep dasar SPPKB, karakteristik strategi
SPPKB, langkah-langkah pelaksanaan SPPKB, serta perbedaan SPPKB dengan
pembelajaran konvensional.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Maftukhin, M.Ag., selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri
Tulungagung yang memberikan fasilitas dalam penyusunan makalah ini.
2. Bapak Nanang Purwanto, M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah
Strategi Belajar Mengajar Biologi yang membimbing dan mendampingi
penulis dalam penyusunan makalah ini.
3. Kedua orang tua penulis yang memberi dukungan moril dan materil.
4. Serta rekan-rekan Tadris Biologi 3-B tahun ajaran 2017/2018 yang
senantiasa sabar memberi semangat penulis.

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu
tugas mata kuliah Strategi Belajar Mengajar Biologi. Penulis juga berharap
semoga pembuatan makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca untuk
menambah wawasan dan pengetahuan.

Demikian pengantar yang dapat penulis sampaikan. Penulis pun sadar


bahwasannya penulis hanyalah seorang manusia yang tidak luput dari kesalahan
dan kekurangan, sedangkan kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang konstruktif akan senantiasa menjadi koreksi bagi penulis
nanti dalam upaya evaluasi diri.

Tulungagung, Oktober 2017

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul................................................................................................................... i

Kata Pengantar .................................................................................................................. ii

Daftar Isi............................................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1

A. Latar Belakang ............................................................................................................ 1


B. Rumusan Masalah ....................................................................................................... 2
C. Tujuan ......................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................. 3

A. Konsep Dasar Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir ................ 3


B. Karakteristik Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir .................. 7
C. Langkah-Langkah Pelaksanaan Strategi Pembelajaran Peningkatan
Kemampuan Berpikir ................................................................................................. 9
D. Perbedaan Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir dengan
Pembelajaran Konvensional....................................................................................... 12

BAB III PENUTUP .......................................................................................................... 15

A. Kesimpulan ................................................................................................................ 15
B. Saran .......................................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 16

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidik bukan hanya sebatas menyampaikan materi pelajaran


saja, melainkan melakukan pekerjaan yang bertujuan dan bersifat
kompleks. Oleh karena itu, dalam pelaksanaannya, diperlukan sejumlah
keterampilan khusus yang didasarkan pada konsep dan ilmu pengetahuan
yang spesifik. Setiap keputusan dalam melaksanakan aktivitas mengajar
bukanlah didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan subjektif atau tugas
yang dapat dilakukan dengan sekehendak hati, melainkan didasarkan
kepada suatu pertimbangan keilmuan tertentu, sehingga apa yang
dilakukan guru dalam mengajar dapat dipertanggungjawabkan secara
ilmiah.

Guru memiliki kemampuan dan pemahaman tentang pengetahuan


dan keterampilan yang lain, misalnya pemahaman tentang psikologi
perkembangan manusia, pemahaman tentang teori-teori perubahan tingkah
laku, kemampuan merancang berbagai media dan sumber belajar, dan
kemampuan mendesain strategi pembelajaran yang tepat sesuai dengan
materi yang diajarkan agar peserta didik betul-betul bisa menguasai materi
yang diajarkan, serta bisa mengaplikasikan dalam kehidupan.

Salah satu bentuk kelemahan yang dilakukan dalam proses


pembelajaran oleh para guru kita adalah kurang adanya usaha
pengembangan kemampuan berpikir. Dalam setiap pembelajaran pada
mata pelajaran apapun kita lebih banyak mendorong agar peserta didik
dapat menguasai sejumlah materi pelajaran. Dalam SPPKB yang
diharapkan adalah dapar meningkatkan kemampuan berpikir peserta didik.
Penjelasan mengenai SPPKB selanjutnya akan dibahas dalam makalah
yang berjudul Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir.

1
B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari makalah yang berjudul Strategi


Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir adalah sebagai berikut.

1. Bagaimana konsep dasar Strategi Pembelajaran Peningkatan


Kemampuan Berpikir (SPPKB)?
2. Bagaimana karakteristik Strategi Pembelajaran Peningkatan
Kemampuan Berpikir (SPPKB)?
3. Bagaimana langkah-langkah pelaksanaan Strategi Pembelajaran
Peningkatan Kemampuan Berpikir (SPPKB)?
4. Bagaimana perbedaan antara Strategi Pembelajaran Peningkatan
Kemampuan Berpikir (SPPKB) dengan pembelajaran konvensional?

C. Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan makalah yang berjudul Strategi


Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir adalah sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui konsep dasar Strategi Pembelajaran Peningkatan


Kemampuan Berpikir (SPPKB).
2. Untuk mengetahui karakteristik Strategi Pembelajaran Peningkatan
Kemampuan Berpikir (SPPKB).
3. Untuk mengetahui langkah-langkah pelaksanaan Strategi Pembelajaran
Peningkatan Kemampuan Berpikir (SPPKB).
4. Untuk mengetahui perbedaan antara Strategi Pembelajaran
Peningkatan Kemampuan Berpikir (SPPKB) dengan pembelajaran
konvensional.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan


Berpikir (SPPKB)

SPPKB merupakan strategi pembelajaran yang menekankan


kepada kemampuan berpikir siswa. Dalam SPPKB, materi pelajaran tidak
disajikan begitu saja kepada peserta didik. Akan tetapi, peserta didik
dibimbing untuk menemukan sendiri konsep yang harus dikuasai melalui
proses dialogis yang terus-menerus dengan memanfaatkan pengalaman
peserta didik. Walaupun tujuan SPPKB sama dengan stretegi pembelajaran
inkuiri, yaitu agar peserta didik dapat mencari dan menemukan konsep
tersendiri, akan tetapi keduanya memiliki perbedaan yang mendasar.
Perbedaan tersebut terletak pada pola pembelajaran yang digunakan.
Dalam pola pembelajaran strategi SPPKB guru memanfaatkan pengalaman
peserta didik sebagai titik tolak berpikir, bukan teka-teki yang harus dicari
jawabannya seperti dalam pola inkuiri.1

Model pembelajaran SPPKB ini bertumpu pada pengembangan


kemampuan berpikir peserta didik melalui telaahan fakta-fakta atau
pengalaman anak sebagai bahan untuk memecahkan masalah yang
diajukan. Dengan metode ini diharapkan siswa tidak hanya menguasai
materi pelajaran namun juga dapat mengembangkan ide dan gagasan
melalui kemampuan berbahasa secara verbal. Menurut Sizer,
menggunakan keahlian berpikir dalam tingkatan yang lebih tinggi dalam
konteks yang benar mengajarkan kepada siswa kebiasaan berpikir
mendalam, kebiasaan menjalani hidup dengan pendekatan yang cerdas,
seimbang, dan dapat dipertanggungjawabkan.2 Oleh karena, itu salah satu
mata pelajaran yang tepat menggunakan strategi ini adalah materi Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS). Berdasarkan hasil penelitian, Selama ini IPS

1
Junaedi, Supardi, Zaenal, A., dkk., Strategi Pembelajaran, (Surabaya: LAPIS-PGMI, 2008), 9-2.
2
Elaine B. Johnson, Contextual Teaching & Learning, (Jakarta: Kaifa Learning, 2010), 182.

3
dianggap sebagai pelajaran kelas dua. Para orang tua siswa berpendapat
IPS merupakan pelajaran yang tidak terlalu penting dibandingkan dengan
pelajaran lainnya, seperti IPA dan matematika,3 bahkan sebagian besar
guru juga menganggap pelajaran IPS pada hakikatnya merupakan
pelajaran yang sarat dengan konsep-konsep, pengertian-pengertian, data,
atau fakta yang harus dihafal dan tidak perlu dibuktikan. Hal ini tentu saja
merupakan anggapan yang keliru dan tidak bisa dibiarkan begitu saja
karena pada hakikatnya IPS bukan hanya sebagai mata pelajaran hafalan
tetapi juga membutuhkan kemampuan pengembangan berfikir siswa.
Secara metodologis, kemampuan guru mengajar ditentukan oleh strategi
dalam proses belajar mengajar, dengan kata lain seorang guru harus
memiliki kemampuan menggunakan dan mengembangkan model-model
pembelajaran, sehingga secara variatif dapat menciptakan cara mengajar
yang efektif dan efisien.4

Sesuai penjelasan di atas, maka dalam proses pembelajaran


berpikir, pengetahuan tidak diperoleh sebagai hasil transfer dari orang lain,
akan tetapi pengetahuan diperoleh melalui interaksi mereka dengan objek,
fenomena, pengalaman, dan lingkungan yang ada. Suatu pengetahuan
dianggap benar manakala pengetahuan tersebut berguna untuk menghadapi
dan memecah persoalan atau fenomena yang muncul. Oleh sebab itu,
SPPKB menekankan kepada aktivitas siswa untuk mencari pemahaman
akan objek dan menganalisisnya sehingga terbentuk pengetahuan baru
dalam diri individu.

Adapun landasan filosofis bahwa strategi pembelajaran SPPKB ini


dianggap sebagai salah satu strategi yang harus dipahami oleh para guru
dan penting untuk diterapkannya adalah kita perlu bertanya kembali
tentang apa hakikat pengetahuan itu? Bagaimana sebenarnya setiap
individu memperoleh pengetahuan? Dua pertanyaan mendasar ini yang
membutuhkan kajian filosofis.

3
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:
Kencana, 2008), 224.
4
Dela Hapmita, Syaiful M., dkk, Penerapan SPPKB dalam Mata Pelajaran IPS Terpadu, (Bandar
Lampung: Jurnal tidak diterbitkan, 2013).

4
Ada dua perbedaan yang dapat digunakan untuk dapat melihat
bagaimana pengetahuan itu diperoleh manusia. Dua pendekatan itu adalah
pendekatan rasional dan pendekatan empiris. Pendekatan rasional
mengatakan bahwa pengetahuan menunjukkan bahwa objek dan kebenaran
itu merupakan akibat dari deduksi logis. Pendekatan ini menekankan pada
rasio, logika, dan pengetahuan deduktif. Sedangkan pendekatan empiris
lebih menekankan kepada pentingnya pengalaman dalam memahami
setiap kebenaran itu adalah kesesuaian dengan pengalaman. Dengan
demikian pandangan empiris menekankan kepada pengalaman dan
pengetahuan induktif.

Kaitannya dengan kedua pendekatan tersebut ternyata masih


banyak menyisihkan masalah-masalah yang antara lain apakah
pengetahuan itu semata-mata hanya terbentuk karena objek itu? Bukankan
objek itu tidak akan memiliki arti apa-apa tanpa individu sebagai subjek
yang memanfaatkan data objektif itu? Apa artinya sebuah kenyataan tanpa
interpretasi dari subjek? Dll. Pertanyaan tersebut terus berkembang yang
akhirnya memunculkan aliran konstruktivisme. Aliran in berkembang pada
penghujung abad 20.

Menurut aliran konstruktivisme pengetahuan itu terbentuk bukan


hanya dari objek semata, melainkan dari kemampuan individu sebagai
subjek yang menangkap setiap objek yang diamati. Dalam pandangan
konstrutivisme, pengetahuan itu memang berasal dari luar, tetapi
dikonstruksi oleh dan dari dalam diri seseorang. Oleh sebab itu,
pengetahuan terbentuk oleh dua faktor penting, yaitu objek yang menjadi
bahan pengamatan dan kemampuan subjek untuk menginterpretasi objek
tersebut. Dengan demikian, pengetahuan itu tidak bersifat statis, tetapi
bersifat dinamis, bergantung pada bagaimana individu yang melihat dan
mengkonstruksinya. Inilah dasar filosofis dalam pembelajaran berpikir.
Oleh sebab itu, model pembelajaran berpikir menekankan kepada aktivitas
peserta didik untuk mencari pemahaman tentang objek, menganalisis, dan

5
mengkonstruksinya sehingga terbentuk pengetahuan baru dalam diri
individu.5

Adapun landasan psikologis SPPKB ini mengacu pada aliran


psikologi kognitif. Menurut aliran kognitif, pada hakikatnya belajar
merupakan peristiwa mental, bukan peristiwa behavioral. Sebagai
peristiwa mental, perilaku manusia tidak semata-mata merupakan gerakan
fisik saja, akan tetapi yang lebih penting adalah adanya faktor pendorong
yang menggerakkan fisik itu. Mengapa demikian? Sebab manusia
selamanya memiliki kebutuhan yang melekat kepada dirinya. Kebutuhan
itulah yang mendorong manusia berperilaku. Piaget menyatakan, children
have a built-in desire to learn. Inilah yang melatar belakangi strategi
SPPKB. Karena dalam perspektif psikologi kognitif belajar adalah proses
aktif individu dalam membangun pengetahuan dan pencapaian tujuan.
Artinya, proses belajar tidaklah bergantung kepada pengaruh dari luar,
tetapi sangat bergantung kepada individu yang belajar (student centerd).
Individu merupakan organisme yang aktif. Ia adalah sumber dari semua
kegiatan. Oleh sebab itu psikologi kognitif memandang bahwa belajar itu
merupakan proses mental. Tingkah laku manusia hanyalah ekspresi yang
dapat diamati sebagai akibat dari eksistensi internal yang pada hakikatnya
bersifat pribadi.6

Dari penjelasan di atas maka dapat dipahami beberapa aspek


penting atau konsep dasar tentang SPPKB yakni,

1. SPPKB adalah model pembelajaran yang bertumpu pada


pengembangan kemampuan berpikir, artinya tujuan yang ingin dicapai
oleh SPPKB adalah bukan sekadar siswa dapat menguasai sejumlah
materi pelajaran, akan tetapi bagaimana siswa dapat mengembangkan
gagasan-gagasan dan ide-ide melalui kemampuan berbahasa secara
verbal. Hal ini didasarkan kepada asumsi bahwa kemampuan berbicara
secara verbal merupakan salah satu kemampuan berpikir.

5
Junaedi, Supardi, Zaenal, A., dkk., Strategi Pembelajaran, (Surabaya: LAPIS-PGMI, 2008), 9-2.
6
Ibid., 9-3.

6
2. Telaahan fakta-fakta sosial atau pengalaman sosial merupakan dasar
pengembangan kemampuan bepikir, artinya pengembangan gagasan
dan ide-ide didasarkan kepada pengalaman sosial anak dalam
kehidupan sehari-hari dan/atau berdasarkan kemampuan anak untuk
mendeskripsikan hasil pengamatan mereka terhadap berbagai fakta dan
data yang mereka peroleh dalam kehidupan sehari-hari.
3. Sasaran akhir SPPKB adalah kemampuan anak untuk memecahkan
masalah-masalah sosial sesuai dengan taraf perkembangan anak.

B. Karakteristik Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan


Berpikir (SPPKB)

Sebagai strategi pembelajaran yang diarahkan untuk


mengembangkan kemampuan berpikir, SPPKB memiliki tiga karakteristik
utama, sebagai berikut.7

1. Proses pembelajaraan melalui SPPKB menekankan kepada proses


mental peserta didik secara maksimal. Strategi SPPKB bukan model
pembelajaran yang hanya menuntut peserta didik sekedar mendengar
dan mencatat, tetapi menghendaki aktivitas peserta didik dalam proses
berpikir. Hal ini sesuai dengan latar belakang psikologis yang menjadi
tumpuannya, yakni pembelajaran adalah peristiwa mental bukan
peristiwa behavioral yang lebih menekankan aktivitas fisik. Artinya,
setiap belajar itu disebabkan tidak hanya oleh peristiwa hubungan
stimulus respon saja, tetapi juga disebabkan karena dorongan mental
yang diatur oleh otaknya.
2. SPPKB dibangun dalam nuansa dialogis dan proses tanya jawab secara
terus-menerus. Proses pembelajran melalui dialog dan tanya jawab itu
diarahkan untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan berpikir
peserta didik, yang pada gilirannya kemampuan berpikir itu dapat
membantu peserta untuk memperoleh pengetahuan yang merekan
konstruksi sendiri.

7
Ibid.,

7
3. SPPKB adalah model pembelajaran yang menyadarkan kepada dua sisi
yang sama pentingnya, yaitu sisi proses dan hasil belajar. Proses
belajar diarahkan untuk mengkonstruksi pengetahuan atau penguasaan
materi pembelajaran baru.

Berkaitan dengan karakteristik tersebut, dalam proses


implementasi SPPKB yang perlu diperhatikan adalah hal-hal berikut.8

1. Jika belajar tergantung pada bagaimana informasi diproses secara


mental, maka proses kognitif siswa harus menjadi kepedulian utama
guru. Artinya, guru harus menyadari bahwa dalam proses
pembelajaran yang terpenting bukan hanya apa yang dipelajari,
melainkan bagaimana mereka mempelajarinya.
2. Guru harus mempertimbangkan tingkat perkembangan kognitif peserta
didik ketika merencanakan topik yang harus dipelajari serta metode
apa yang akan digunakan.
3. Peserta didik harus mengorganisasi yang mereka pelajari. Dalam hal
ini guru harus membantu agar peserta didik belajar untuk melihat
hubungan antar bagian yang dipelajari.
4. Informasi baru akan bisa ditangkap lebih mudah oleh peserta didik
manakala peserta didik dapat mengorganisasikan melalui pengetahuan
yang mereka miliki. Dengan demikian, guru harus membantu peserta
didik belajar dengan memperhatikan bagaimana gagasan baru
berhubungan dengan pengetahuan yang telah mereka miliki.
5. Peserta didik harus secara aktif merespon apa yang mereka pelajari.
Merespon dalam konteks ini adalah aktivitas mental bukan aktivitas
secara fisik.

8
Ibid.,

8
C. Langkah-Langkah Pelaksanaan Strategi Pembelajaran Peningkatan
Kemampuan Berpikir (SPPKB)

Ada 6 tahap dalam Strategi Pembelajaran Peningkatan


Kemampuan Berpikir (SPPKB) yaitu,9

1. Tahap Orientai

Pada tahap ini guru mengkondisikan siswa pada posisi siap


untuk melakukan pembelajaran. Tahap orientasi dilakukan dengan,
pertama, penjelasan tujuan yang harus dicapai baik tujuan yang
berhubungan dengan penguasaan materi pelajaran yang harus dicapai,
maupun tujuan yang berhubungan dengan proses pembelajaran atau
kemampuan berpikir yang harus dimiliki siswa. Kedua, penjelasan
proses pembelajaran yang harus dilakukan siswa, yaitu penjelasan
tentang apa yang harus dilakukan siswa dalam setiap tahapan proses
pembelajaran. Pemahaman siswa terhadap arah dan tujuan yang harus
dicapai dalam proses pembelajaran seperti yang dijelaskan pada tahap
orientasi sangat menentukan keberhasilan SPPKB. Pemahaman yang
baik akan membuat siswa tahu ke mana mereka akan dibawa, sehingga
dapat menumbuhkan motivasi belajar mereka. Oleh sebab itu, tahapan
ini merupakan tahapan yang sangat penting dalam implementasi proses
pembelajaran. Untuk itulah dialog yang dikembangkan guru pada
tahapan ini harus mampu menggugah dan menumbuhkan minat belajar
siswa.

2. Tahap Pelacakan

Tahap pelacakan adalah tahapan penjajakan untuk memahami


pengalaman dan kemampuan dasar siswa sesuai dengan tema atau
pokok persoalan yang akan dibicarakan. Melalui tahapan inilah guru
mengembangkan dialog dan tanya jawab untuk mengungkap
pengalaman apa saja yang telah dimiliki siswa yang dianggap relevan
dengan tema yang akan dikaji. Dengan berbekal pemahaman itulah
9
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:
Kencana, 2008), 234.

9
selanjutnya guru menentukan bagaimana ia harus mengembangkan
dialog dan tanya jawab pada tahapan-tahapan selanjutnya.

3. Tahap Konfrontasi

Tahap konfrontasi adalah tahapan penyajian persoalan yang


harus dipecahkan sesuai dengan tingkat kemampuan dan pengalaman
siswa. Untuk merangsang peningkatan kemampuan siswa pada tahapan
ini guru dapat memberikan persoalan-persoalan yang dilematis yang
memerlukan jawaban atau jalan keluar. Pada tahap ini guru harus dapat
mengembangkan dialog agar siswa benar-benar memahami persoalan
yang harus dipecahkan. Mengapa demikian? Sebab, pemahaman
terhadap masalah akan mendorong siswa untuk dapat berpikir. Oleh
sebab itu, keberhasilan pembelajaran pada tahap selanjutnya akan
ditentukan oleh tahapan ini.

4. Tahap Inkuiri

Tahap inkuiri adalah tahapan terpenting dalam SPPKB. Pada


tahap inilah siswa belajar berpikir yang sesungguhnya. Melalui inkuiri,
siswa diajak untuk memecahkan persoalan yang dihadapi. Oleh sebab
itu, pada tahapan ini guru harus memberikan ruang dan kesempatan
kepada siswa untuk mengembangkan gagasan dalam upaya pemecahan
persoalan. Melalui berbagai teknik bertanya guru harus dapat
menumbuhkan keberanian siswa agar mereka dapat menjelaskan,
mengungkap fakta sesuai dengan pengalamannya, memberikan
argumentasi yang meyakinkan mengembangkan gagasan, dan lain
sebagainya.

5. Tahap Akomodasi

Tahap akomodasi adalah tahapan pembentukan pengetahuan


baru melalui proses penyimpulan. Pada tahap ini siswa dituntut untuk
dapat menemukan kata-kata kunci sesuai dengan topik atau terra
pembelajaran. Pada tahap ini melalui dialog, guru membimbing agar
siswa dapat menyimpulkan apa yang mereka temukan dan mereka

10
pahami sekitar topik yang dipermasalahkan. Tahap akomodasi bisa
juga dikatakan sebagai tahap pemantapan hasil belajar, sebab pada
tahap ini siswa diarahkan untuk mampu mengungkap kembali
pembahasan yang dianggap penting dalam proses pembelajaran.

6. Tahap Transfer

Tahap transfer adalah tahapan penyajian masalah baru yang


sepadan dengan masalah yang disajikan. Tahap transfer dimaksudkan
sebagai tahapan agar siswa mampu mentransfer kemampuan berpikir
setiap siswa untuk memecahkan masalah-masalah baru. Pada tahap ini
guru dapat memberikan tugas-tugas yang sesuai dengan topik
pembahasan.

Beberapa hal yang harus diperhatikan agar SPPKB dapat berhasil


dengan sempurna khususnya bagi guru sebagai pengelola pembelajaran
adalah sebagai berikut.

SPPKB adalah model pembelajaran yang bersifat demokratis, oleh


sebab itu guru harus mampu menciptakan suasana yang terbuka
dan sating menghargai, sehingga setiap siswa dapat
mengembangkan kemampuannya dalam menyampaikan
pengalaman dan gagasan. Dalam SPPKB guru harus menempatkan
siswa sebagai subjek belajar bukan sebagai objek. Oleh sebab itu,
inisiatif pembelajaran harus muncul dari siswa sebagai subjek
belajar.
SPPKB dibangun dalam suasana tanya jawab, oleh sebab itu guru
dituntut untuk dapat mengembangkan kemampuan bertanya,
misalnya kemampuan bertanya untuk melacak, kemampuan
bertanya untuk memancing, bertanya induktif-deduktif, dan
mengembangkan pertanyaan terbuka dan tertutup. Hindari peran
guru sebagai sumber belajar yang memberikan informasi tentang
materi pelajaran.
SPPKB juga merupakan model pembelajaran yang dikembangkan
dalam suasana dialogis, karena itu guru harus mampu merangsang

11
dan membangkitkan keberanian siswa untuk menjawab pertanyaan,
menjelaskan, membuktikan dengan memberikan data dan fakta
sosial serta keberanian untuk mengeluarkan ide dan gagasan serta
menyusun kesimpulan dan mencari hubungan antar-aspek yang
dipermasalahkan.

Adapun model-model pembelajaran yang dapat meningkatan


kemampuan berpikir siswa adalah sebagai berikut.
1. Model siklus belajar (cycle learning)
2. Model-model belajar kooperatif (cooperative learning)
a. Model STAD (Student Teams Achievement Division)
b. Model jigsaw
c. Model investigasi kelompok
3. Model PBL (Problem Based Learning) atau authentic learning
(pembelajaran berbasis masalah)
4. Model pembelajaran branstroming
5. Model pembelajaran problem prompting

D. Perbedaan Antara Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan


Berpikir (SPPKB) dengan Pembelajaran Konvensional

Ada beberapa pokok perbedaan antara SPPKB dengan


pembelajaran konvensional yang selama ini banyak dilakukan oleh para
guru. Perbedaan tersebut antara lain dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 1 Perbedaan SPPKB dengan Konvensional


No. Stategi Pembelajaran SPPKB Pembelajaran Konvensional
1. SPPKB menempatkan peserta Pembelajaran konvensional
didik sebagai subjek belajar. menempatkan peserta didik
Perserta didik berperan aktif sebagai objek belajar yang
dalam setiap proses pembelajaran berperan sebagai penerima
dengan cara menggali informasi secara pasif.

12
pengalamannya sendiri.
2. Dalam SPPKB pembelajarannya Pembelajaran konvensional
dikaitkan dengan kehidupan nyata pembelajaran bersifat teoritis
melalui penggalian pengalaman dan abstrak.
setiap peserta didik.
3. Dalam SPPKB, perilaku dibangun Dalam pembelajaran
atas kesadaran diri. konvensional perilaku dibangun
atas proses kebiasaan.
4. Dalam SPPKB, kemampuannya Dalam pembelajaran
didasarkan atas penggalian konvensional kemampuan
pengalaman. diperoleh melalui latihan-
latihan.
5. Tujuan akhir melalui proses Tujuan akhir pembelajaran
pembelajaran SPPKB adalah konvensional adalah penguasaan
kemampuan berpikir melalui materi pembelajaran.
proses menghubungkan antara
pengalaman dengan kenyataan.
6. Dalam SPPKB, perilaku dibangun Dalam pembelajaran
atas kesadaran diri sendiri, konvensional tindakan atau
misalnya individu tidak perilaku individu didasarkan
melakukan perilaku tertentu oleh faktor dari luar dirinya,
karena ia menyadari bahwa misalnya individu tidak
perilaku itu merugikan dan tidak melakukan sesuatu disebabkan
bermanfaat. karena hukuman.
7. Dalam SPPKB, pengetahuan yang Dalam pembelajaran
dimiliki setiap individu selalu konvensional kebenaran yang
berkembang sesuai dengan dimiliki bersifat absolute dan
pengalaman yang dialaminya. final, karena pengetahuan
Oleh sebab itu, setiap peserta dikonstruksi oleh orang lain.
didik bisa terjadi perbedaan
dalam memaknai hakikat
pengetahuan yang dimilikinya.

13
8. SPPKB bertujuan untuk Keberhasilan pembelajaran
meningkatkan kemampuan konvensional biasanya hanya
berpikir peserta didik untuk diukur dari tes.
memperoleh pengetahuan.

Beberapa perbedaan pokok di atas menggambarkan bahwa SPPKB


memang memiliki perbedaan baik dilihat dari asumsi maupun proses
pelaksanaan dan pengelolaannya.

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
SPPKB merupakan strategi pembelajaran yang menekankan
kepada kemampuan berpikir siswa. Dalam SPPKB, materi pelajaran tidak
disajikan begitu saja kepada peserta didik. Akan tetapi, peserta didik
dibimbing untuk menemukan sendiri konsep yang harus dikuasai melalui
proses dialogis yang terus-menerus dengan memanfaatkan pengalaman
peserta didik.
Tiga karakteristik utama SPPKB adalah proses pembelajaraan
melalui SPPKB menekankan kepada proses mental peserta didik secara
maksimal; SPPKB dibangun dalam nuansa dialogis dan proses tanya
jawab secara terus-menerus; serta SPPKB adalah model pembelajaran
yang menyadarkan kepada dua sisi yang sama pentingnya, yaitu sisi proses
dan hasil belajar.

Terdapat 6 tahap dalam SPPKB yaitu, tahap orientasi, pelacakan,


konfrontasi, inkuiri, akomodasi, dan transfer. SPPKB memiliki perbedaan
dengan pembelajaran konvensional, baik dilihat dari asumsi maupun
proses pelaksanaan dan pengelolaannya.

B. Saran
Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir (SPPKB)
dalam praktiknya guru sebaiknya memperhatikan keadaan siswa, baik
dalam bentuk kemampuan maupun lingkungan sekitarnya. Guru juga
sebaiknya menguasai strategi ini dengan baik sebelum menerapkannya.
Karena strategi yang baik tidak akan berjalan dengan baik jika tidak
dibekali kemampuan yang cukup.
Penulis juga menyadari bahwasannya makalah ini masih jauh dari
kata sempurna, maka kritik dan saran yang konstruktif senantiasa penulis
harapkan demi perbaikan makalah yang akan datang.

15
DAFTAR PUSTAKA

Junaedi, Supardi, A. Zaenal, dkk. 2008. Strategi Pembelajaran. Surabaya: LAPIS-


PGMI.
Johnson, Elaine B. 2010. Contextual Teaching & Learning. Jakarta: Kaifa
Learning.
Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana.
Hapmita, Dela, M., Syaiful, dkk. 2013. Penerapan SPPKB dalam Mata Pelajaran
IPS Terpadu. Bandar Lampung: Jurnal tidak diterbitkan.

16

Anda mungkin juga menyukai