Disusun oleh:
Kelompok 3 / Tadris Biologi 3-B
1. Kharisma Alkusna Lestari (17208163014)
2. Muhammad Maulfi Mahrizal (17208163026)
3. Laili Nursaidah (17208163084)
4. Kiki Lia Maharani (17208163126)
OKTOBER 2017
KATA PENGANTAR
1. Bapak Dr. Maftukhin, M.Ag., selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri
Tulungagung yang memberikan fasilitas dalam penyusunan makalah ini.
2. Bapak Nanang Purwanto, M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah
Strategi Belajar Mengajar Biologi yang membimbing dan mendampingi
penulis dalam penyusunan makalah ini.
3. Kedua orang tua penulis yang memberi dukungan moril dan materil.
4. Serta rekan-rekan Tadris Biologi 3-B tahun ajaran 2017/2018 yang
senantiasa sabar memberi semangat penulis.
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu
tugas mata kuliah Strategi Belajar Mengajar Biologi. Penulis juga berharap
semoga pembuatan makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca untuk
menambah wawasan dan pengetahuan.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul................................................................................................................... i
A. Kesimpulan ................................................................................................................ 15
B. Saran .......................................................................................................................... 15
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
1
Junaedi, Supardi, Zaenal, A., dkk., Strategi Pembelajaran, (Surabaya: LAPIS-PGMI, 2008), 9-2.
2
Elaine B. Johnson, Contextual Teaching & Learning, (Jakarta: Kaifa Learning, 2010), 182.
3
dianggap sebagai pelajaran kelas dua. Para orang tua siswa berpendapat
IPS merupakan pelajaran yang tidak terlalu penting dibandingkan dengan
pelajaran lainnya, seperti IPA dan matematika,3 bahkan sebagian besar
guru juga menganggap pelajaran IPS pada hakikatnya merupakan
pelajaran yang sarat dengan konsep-konsep, pengertian-pengertian, data,
atau fakta yang harus dihafal dan tidak perlu dibuktikan. Hal ini tentu saja
merupakan anggapan yang keliru dan tidak bisa dibiarkan begitu saja
karena pada hakikatnya IPS bukan hanya sebagai mata pelajaran hafalan
tetapi juga membutuhkan kemampuan pengembangan berfikir siswa.
Secara metodologis, kemampuan guru mengajar ditentukan oleh strategi
dalam proses belajar mengajar, dengan kata lain seorang guru harus
memiliki kemampuan menggunakan dan mengembangkan model-model
pembelajaran, sehingga secara variatif dapat menciptakan cara mengajar
yang efektif dan efisien.4
3
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:
Kencana, 2008), 224.
4
Dela Hapmita, Syaiful M., dkk, Penerapan SPPKB dalam Mata Pelajaran IPS Terpadu, (Bandar
Lampung: Jurnal tidak diterbitkan, 2013).
4
Ada dua perbedaan yang dapat digunakan untuk dapat melihat
bagaimana pengetahuan itu diperoleh manusia. Dua pendekatan itu adalah
pendekatan rasional dan pendekatan empiris. Pendekatan rasional
mengatakan bahwa pengetahuan menunjukkan bahwa objek dan kebenaran
itu merupakan akibat dari deduksi logis. Pendekatan ini menekankan pada
rasio, logika, dan pengetahuan deduktif. Sedangkan pendekatan empiris
lebih menekankan kepada pentingnya pengalaman dalam memahami
setiap kebenaran itu adalah kesesuaian dengan pengalaman. Dengan
demikian pandangan empiris menekankan kepada pengalaman dan
pengetahuan induktif.
5
mengkonstruksinya sehingga terbentuk pengetahuan baru dalam diri
individu.5
5
Junaedi, Supardi, Zaenal, A., dkk., Strategi Pembelajaran, (Surabaya: LAPIS-PGMI, 2008), 9-2.
6
Ibid., 9-3.
6
2. Telaahan fakta-fakta sosial atau pengalaman sosial merupakan dasar
pengembangan kemampuan bepikir, artinya pengembangan gagasan
dan ide-ide didasarkan kepada pengalaman sosial anak dalam
kehidupan sehari-hari dan/atau berdasarkan kemampuan anak untuk
mendeskripsikan hasil pengamatan mereka terhadap berbagai fakta dan
data yang mereka peroleh dalam kehidupan sehari-hari.
3. Sasaran akhir SPPKB adalah kemampuan anak untuk memecahkan
masalah-masalah sosial sesuai dengan taraf perkembangan anak.
7
Ibid.,
7
3. SPPKB adalah model pembelajaran yang menyadarkan kepada dua sisi
yang sama pentingnya, yaitu sisi proses dan hasil belajar. Proses
belajar diarahkan untuk mengkonstruksi pengetahuan atau penguasaan
materi pembelajaran baru.
8
Ibid.,
8
C. Langkah-Langkah Pelaksanaan Strategi Pembelajaran Peningkatan
Kemampuan Berpikir (SPPKB)
1. Tahap Orientai
2. Tahap Pelacakan
9
selanjutnya guru menentukan bagaimana ia harus mengembangkan
dialog dan tanya jawab pada tahapan-tahapan selanjutnya.
3. Tahap Konfrontasi
4. Tahap Inkuiri
5. Tahap Akomodasi
10
pahami sekitar topik yang dipermasalahkan. Tahap akomodasi bisa
juga dikatakan sebagai tahap pemantapan hasil belajar, sebab pada
tahap ini siswa diarahkan untuk mampu mengungkap kembali
pembahasan yang dianggap penting dalam proses pembelajaran.
6. Tahap Transfer
11
dan membangkitkan keberanian siswa untuk menjawab pertanyaan,
menjelaskan, membuktikan dengan memberikan data dan fakta
sosial serta keberanian untuk mengeluarkan ide dan gagasan serta
menyusun kesimpulan dan mencari hubungan antar-aspek yang
dipermasalahkan.
12
pengalamannya sendiri.
2. Dalam SPPKB pembelajarannya Pembelajaran konvensional
dikaitkan dengan kehidupan nyata pembelajaran bersifat teoritis
melalui penggalian pengalaman dan abstrak.
setiap peserta didik.
3. Dalam SPPKB, perilaku dibangun Dalam pembelajaran
atas kesadaran diri. konvensional perilaku dibangun
atas proses kebiasaan.
4. Dalam SPPKB, kemampuannya Dalam pembelajaran
didasarkan atas penggalian konvensional kemampuan
pengalaman. diperoleh melalui latihan-
latihan.
5. Tujuan akhir melalui proses Tujuan akhir pembelajaran
pembelajaran SPPKB adalah konvensional adalah penguasaan
kemampuan berpikir melalui materi pembelajaran.
proses menghubungkan antara
pengalaman dengan kenyataan.
6. Dalam SPPKB, perilaku dibangun Dalam pembelajaran
atas kesadaran diri sendiri, konvensional tindakan atau
misalnya individu tidak perilaku individu didasarkan
melakukan perilaku tertentu oleh faktor dari luar dirinya,
karena ia menyadari bahwa misalnya individu tidak
perilaku itu merugikan dan tidak melakukan sesuatu disebabkan
bermanfaat. karena hukuman.
7. Dalam SPPKB, pengetahuan yang Dalam pembelajaran
dimiliki setiap individu selalu konvensional kebenaran yang
berkembang sesuai dengan dimiliki bersifat absolute dan
pengalaman yang dialaminya. final, karena pengetahuan
Oleh sebab itu, setiap peserta dikonstruksi oleh orang lain.
didik bisa terjadi perbedaan
dalam memaknai hakikat
pengetahuan yang dimilikinya.
13
8. SPPKB bertujuan untuk Keberhasilan pembelajaran
meningkatkan kemampuan konvensional biasanya hanya
berpikir peserta didik untuk diukur dari tes.
memperoleh pengetahuan.
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
SPPKB merupakan strategi pembelajaran yang menekankan
kepada kemampuan berpikir siswa. Dalam SPPKB, materi pelajaran tidak
disajikan begitu saja kepada peserta didik. Akan tetapi, peserta didik
dibimbing untuk menemukan sendiri konsep yang harus dikuasai melalui
proses dialogis yang terus-menerus dengan memanfaatkan pengalaman
peserta didik.
Tiga karakteristik utama SPPKB adalah proses pembelajaraan
melalui SPPKB menekankan kepada proses mental peserta didik secara
maksimal; SPPKB dibangun dalam nuansa dialogis dan proses tanya
jawab secara terus-menerus; serta SPPKB adalah model pembelajaran
yang menyadarkan kepada dua sisi yang sama pentingnya, yaitu sisi proses
dan hasil belajar.
B. Saran
Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir (SPPKB)
dalam praktiknya guru sebaiknya memperhatikan keadaan siswa, baik
dalam bentuk kemampuan maupun lingkungan sekitarnya. Guru juga
sebaiknya menguasai strategi ini dengan baik sebelum menerapkannya.
Karena strategi yang baik tidak akan berjalan dengan baik jika tidak
dibekali kemampuan yang cukup.
Penulis juga menyadari bahwasannya makalah ini masih jauh dari
kata sempurna, maka kritik dan saran yang konstruktif senantiasa penulis
harapkan demi perbaikan makalah yang akan datang.
15
DAFTAR PUSTAKA
16