SKENARIO – 1
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA
MEDAN
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai dengan kemampuan sederhana
yang kami miliki . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik
materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca. Agar ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
BAB I .............................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
BAB II ............................................................................................................ 3
PEMBAHASAN ............................................................................................. 3
PENUTUP..................................................................................................... 10
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
kelamaan berkurang, namun keluhan kembali dirasakan ketika pesawat
semakin tinggi di udara dan ketika pesawat landing. Riwayat trauma (-
), gangguan pendengaran (-).
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Membran timpani adalah membran tipis yang
memisahkan telinga luar dengan telinga tengah. Membran
timpani dilapisi kulit pada bagian luar dan mukosa pada
bagian dalam. Membran timpani berbentuk konkaf dengan
puncaknya adalah umbo. Membran timpani memiliki
penebalan cincin fibrocartilago di sekelilingnya, yang
melekat di tympanic sulcus pada ujung meatus akustikus
eksternus. Membran timpani memiliki 2 bagian yaitu pars
flaccida, dan pars tensa. Membran timpani mempunyai
reflek cahaya yang merupakan refleksi dari cahaya yang
berada di kuadran anterior–inferior. Membran timpani dapat
bergerak sebagai respon terhadap getaran suara. Pergerakan
dari membran timpani ditransmisikan melalui telinga tengah
menuju telinga dalam melalui tiga tulang pendengaran.
Nervus auriculotemporalis dan ramus auricularis nervus
vagus mensarafi permukaan luar dari membran timpani,
sedangkan permukaan dalamnya dipersarafi nervus
glossofaring.
4
keduanya menyusun dinding dari tuba eustachius. Pars osseous
merupakan bagian dari pars petrosus os temporal. Pars cartilagineus
yang fleksibel terususun dari kartilago tuba dan jaringan sekitarnya.
Fungsi aktif tuba eustachius berada pada pars cartilaginous. Pars
cartilagineus selalu tertutup dan akan terbuka pada saat menelan dan
menguap.
5
tympanicus (ramus tympanicus nervus glossofaring). Penutupan
tuba eustachius terjadi secara pasif karena adanya reproksimasi
dinding tuba eustachius oleh karena penekanan jaringan sekitar, efek
recoil jaringan elastis pada dinding tuba eustachius, atau karena
kombinasi dari dua mekanisme tersebut.
6
Gambar 3. Otot pada Tuba Eustachius
7
2.3 Barotrauma
2.3.1 Definisi
Barotrauma adalah kerusakan jaringan dan
sekuelenya akibat kegagalan untuk menyamakan tekanan
udara antara tekanan udara di dalam rongga udara dalam
tubuh (seperti telinga tengah) dengan tekanan di sekitarnya
terjadi pada saat menyelam atau saat terbang. Barotrauma
dapat terjadi pada telinga, wajah (sinus), dan paru, dalam hal
ini bagian tubuh yang memiliki udara di dalamnya.
2.3.2 Patofisiologi
Barotrauma dapat terjadi pada waktu seorang
penyelam turun (descent) maupun naik (ascent).
Berdasarkan patogenesisnya dibedakan :
8
rongga-rongga fisiologis menjadi relatif negatif
terhadap tekanan sekelilingnya. Hal ini akan
menimbulkan distorsi atau kerusakan jaringan lunak
pada rongga, dan dapat terjadi kongesti vaskuler,
oedema mukosa disertai transudasi cairan tubuh dan
bahkan perdarahan kedalam rongga-rongga
fisiologis tubuh.
2) Barotrauma waktu naik (ascent)
Sebaliknya, waktu penyelam naik ke permukaan
penyelam mengalami penurunan tekanan di
sekelilingnya. Sesuai hukum Boyle penurunan
tekanan mengakibatkan pengembangan (expansion)
udara dalam rongga-rongga fisiologis tubuh. Volume
udara yang mengembang, normalnya dapat
dikeluarkan lewat rongga-rongga fisiologis tubuh
sehingga tekanan antara rongga-rongga tubuh
dengan tekanan sekelilingnya tetap seimbang.
Namun bila ada obstruksi, udara yang mengembang
tadi akan terperangkap dan meningkatkan tekanan
dalam rongga-rongga fisiologis tubuh. Barotrauma
semacam ini umumnya menimbulkan nyeri
mendadak akibat kenaikan tekanan dalam rongga
dan ada bahaya emboli vena.
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Barotrauma adalah kerusakan jaringan dan sekuelenya
akibat kegagalan untuk menyamakan tekanan udara antara tekanan
udara di dalam rongga udara dalam tubuh (seperti telinga tengah)
dengan tekanan di sekitarnya terjadi pada saat menyelam atau saat
terbang. Barotrauma dapat terjadi pada telinga, wajah (sinus), dan
paru, dalam hal ini bagian tubuh yang memiliki udara di dalamnya.
10
DAFTAR PUSTAKA
11
Lembar Penilaian Makalah
1. Ada Makalah 60
LO
penjilidan
Total :
NB :
LO = Learning Objective
Dinilai oleh:
Tutor