Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

SEMESTER V MODUL – 15 (PENDENGARAN, PENCIUMAN, DAN


TENGGOROK)

SKENARIO – 1

TELINGA TERASA PENUH

DISUSUN OLEH : NADHILAH UMARAH SYAMDRA (71190811061)

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA
MEDAN
2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai dengan kemampuan sederhana
yang kami miliki . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik
materi maupun pikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca. Agar ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin


masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Medan, 9 Oktober 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................... ii

BAB I .............................................................................................................. 1

PENDAHULUAN ........................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................ 1

1.3 Tujuan Pembelajaran ........................................................................ 2

BAB II ............................................................................................................ 3

PEMBAHASAN ............................................................................................. 3

2.1 Anatomi Telinga .................................................................................... 3

2.1.1 Telinga Tengah ............................................................................... 3

2.2 Anatomi dan Fisiologi Tuba Eustachius ................................................. 4

2.3 Barotrauma ............................................................................................ 8

2.3.1 Definisi ........................................................................................... 8

2.3.2 Patofisiologi .................................................................................... 8

BAB III ......................................................................................................... 10

PENUTUP..................................................................................................... 10

3.1 Kesimpulan .......................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Telinga merupakan organ pendengaran sekaligus pusat
keseimbangan yang memiliki fungsi menyalurkan gelombang suara dari
udara ke telinga bagian dalam, yang nantinya akan mengubah
gelombang suara tersebut menjadi impuls saraf sehingga seseorang
dapat mendengar. Secara anatomi telinga terbagi menjadi telinga luar,
telinga tengah dan telinga bagian dalam. Telinga luar terdiri dari daun
telinga hingga membran timpani, telinga tengah yaitu ruang berisi udara
dalam petrosa tulang temporal yang berisi tulang-tulang pendengaran,
telinga bagian dalam berisi organ pendengaran dan keseimbangan.

Beberapa gangguan dapat terjadi pada organ pendengaran ini,


misalnya pada telinga luar dan telinga tengah yang menyebabkan tuli
konduktif, sedangkan gangguan di telinga dalam menyebabkan tuli
sensorineural. Selain itu dapat juga terjadi tuli campuran, yaitu
kombinasi tuli konduktif dan tuli sensorineural. Pada tuli campuran
terjadi radang di telinga tengah dengan komplikasi ke telinga dalam
ataupun dua penyakit yang berbeda, misalnya terjadi tumor nervus VII
(tuli saraf) dengan radang telinga tengah (tuli konduktif).

1.2 Rumusan Masalah


SKENARIO – 1

Telinga terasa penuh

Seorang wanita jemaah haji datang ke poliklinik di bandara dengan


keluhan rasa tidak nyaman pada kedua telinganya. Kedua telinga terasa
sedikit nyeri, penuh, dan pendengaran sedikit berkurang. Hal ini
dialaminya sejak mulai take off didalam pesawat kemudian lama

1
kelamaan berkurang, namun keluhan kembali dirasakan ketika pesawat
semakin tinggi di udara dan ketika pesawat landing. Riwayat trauma (-
), gangguan pendengaran (-).

Pemeriksaan fisik dengan otoskop tidak dijumpai adanya kelainan.


Dokter menyatakan bahwa kedua telinga pasien tidak mengalami
masalah. Dokter menjelaskan bahwa kondisi yang dialami pasien
normal. Keluhan timbul karena adanya perubahan tekanan udara pada
telinga. Dokter menyarankan pasien untuk melakukan valsava dan
toybee manuver serta terapi mengunyah dan menelan ketika akan take
off/landing saat perjalanan dengan pesawat terbang.

1. Apakah keluhan yang dialami pada skenario akan mengakibatkan


gangguan pendengaran yang serius ketika tidak diatasi dengan
benar?
2. Kenapa keluhan dirasakan ketika take off dan landing?
3. Apa mekanisme yang terjadi di dalam telinga saat terjadinya
perubahan tekanan udara?
4. Bagian telinga manakah yang mengatur tekanan udara?
5. Kenapa dokter menyarankan pasien melakukan valsava dan toybee
manuver serta terapi mengunyah dan menelan saat take off/landing
saat perjalanan dengan pesawat terbang?

1.3 Tujuan Pembelajaran


1. Untuk mengetahui mekanisme pengaturan udara di dalam
telinga.
2. Untuk mengetahui barotrauma (definisi dan patofisiologi).
3. Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi tuba eustachius.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Anatomi Telinga


Telinga merupakan organ yang memiliki fungsi ganda yaitu
fungsi pendengaran dan fungsi keseimbangan tubuh. Telinga dibagi
menjadi 3 bagian yaitu telinga luar, telinga tengah, dan telinga
dalam.

Gambar 1. Anatomi Telinga

2.1.1 Telinga Tengah


Telinga tegah berada di cavum tympani pada pars
petrosus os temporal. Bagian lateral kavum timpani dibatasi
oleh membran timpani. Sebelah posterior cavum tympani
dibatasi oleh processus mastoideus. Kavum timpani dan
nasofaring dihubungkan tuba eustachius. Kavum timpani
hanya berukuran 2-3 mm diantara telinga luar dalam telinga
dalam. Dalam cavum timpani terdapat tiga tulang
pendengaran yaitu malleus, incus, dan stapes. Stapes
melekat pada oval window, yang merupakan permulaan dari
telinga dalam. Otot-otot pada cavum timpani adalah
m.stapedius and m.tensor timpani.

3
Membran timpani adalah membran tipis yang
memisahkan telinga luar dengan telinga tengah. Membran
timpani dilapisi kulit pada bagian luar dan mukosa pada
bagian dalam. Membran timpani berbentuk konkaf dengan
puncaknya adalah umbo. Membran timpani memiliki
penebalan cincin fibrocartilago di sekelilingnya, yang
melekat di tympanic sulcus pada ujung meatus akustikus
eksternus. Membran timpani memiliki 2 bagian yaitu pars
flaccida, dan pars tensa. Membran timpani mempunyai
reflek cahaya yang merupakan refleksi dari cahaya yang
berada di kuadran anterior–inferior. Membran timpani dapat
bergerak sebagai respon terhadap getaran suara. Pergerakan
dari membran timpani ditransmisikan melalui telinga tengah
menuju telinga dalam melalui tiga tulang pendengaran.
Nervus auriculotemporalis dan ramus auricularis nervus
vagus mensarafi permukaan luar dari membran timpani,
sedangkan permukaan dalamnya dipersarafi nervus
glossofaring.

2.2 Anatomi dan Fisiologi Tuba Eustachius


Tuba Eustachius merupakan saluran yang menghubungkan
telinga tengah (cavum tympani) dengan nasofaring. Tuba eustachius
berperan dalam pengaturan tekanan pada telinga tengah dan
pergerakan dari membran timpani.

Tuba eustachius terdiri dari 2 bagian yaitu pars osseus


(sepertiga bagian) pada bagian postero lateral dan pars cartilagineus
(dua pertiga bagian) pada bagian anteromedial. Tidak ada batas yang
jelas antara pars osseus dengan pars cartilagineus tuba eustachius
karena adanya perpanjangan dari pars cartilagineus ke atap pars
osseus. Pars cartilagineus tuba eustachius hampir seluruhnya
dikelilingi oleh kartilago tuba dan m. tensor veli palatini yang

4
keduanya menyusun dinding dari tuba eustachius. Pars osseous
merupakan bagian dari pars petrosus os temporal. Pars cartilagineus
yang fleksibel terususun dari kartilago tuba dan jaringan sekitarnya.
Fungsi aktif tuba eustachius berada pada pars cartilaginous. Pars
cartilagineus selalu tertutup dan akan terbuka pada saat menelan dan
menguap.

Gambar 2. Anatomi Tuba Eustachius

Tuba eustachius memiliki lapisan mukosa yang merupakan


lanjutan dari mukosa nasofaring dan mukosa cavum tympani.
Kelenjar mukosa lebih dominan pada orifisium faringeum,
sedangkan mukosa dekat cavum tympani merupakan campuran dari
sel goblet, kolumner, silindris, serta submukosa yang berisi jaringan
limfoid.

Tuba eustachius normalnya dalam keadaan tertutup dan akan


terbuka pada saat menelan, menguap, atau bersin. Perubahan
tekanan pada lingkungan seperti pada saat dalam penerbangan,
dapat diseimbangkan dengan cara menelan, mengunyah, atau
melakukan perasat valsava yang akan menyebabkan terbukanya
tuba eustachius. Persarafan tuba eustachius berasal dari plexus

5
tympanicus (ramus tympanicus nervus glossofaring). Penutupan
tuba eustachius terjadi secara pasif karena adanya reproksimasi
dinding tuba eustachius oleh karena penekanan jaringan sekitar, efek
recoil jaringan elastis pada dinding tuba eustachius, atau karena
kombinasi dari dua mekanisme tersebut.

Otot yang berhubungan dengan fungsi tuba eustachius yaitu


m.tensor veli palatini, m.levator veli palatini, m.salfingofaringeus,
dan m.tensor tympani. Otot yang berperan utama dalam dilatasi tuba
eustachius adalah m. tensor villi palatini dan m.levator veli palatini.
M.tensor veli palatini tersusun dari 2 rangkain serabut otot, yaitu
lateral bundle dan medial bundle. Medial bundle bersambungan
dengan tendon dari m.tensor tympani. Medial bundle juga terletak
berdekatan dengan dinding membranous lateral dari tuba eustachius
dan disebut m.dilator tubae.

M.levator veli palatini muncul dari bagian inferior pars


petrosus os temporal. M.levator veli palatini memanjang menuju
inferior dan medial kearah tuba eustachius diantara m.
salfingofaringeus dan m.tensor veli palatini untuk memasuki
aponeurosis dari palatum mole. M.levator veli palatini menyebar
dan beranyaman dengan serabut otot m. levator contralateral.
M.levator veli palatini diperkirakan membantu dilatasi dari tuba
eustachius dengan mengelevasi kartilago kearah medial.

M. salfingofaringeus memanjang dari medial dan inferior


dari pars cartilago tuba eustachius dan bergabung dengan bagian
dari m.palatopharyngeal kedalam dinding faring. Otot ini dianggap
tidak memiliki peran yang signifikan dalam fungsi tuba eustachius.

6
Gambar 3. Otot pada Tuba Eustachius

Perbedaan anatomi tuba eustachius pada anak-anak dan


orang dewasa dipengaruhi oleh elastisitas kartilago tuba eustachius.
Pada dewasa lebih elastis dibandingkan pada anak-anak. Lipatan
mukosa lumen tuba eustachius pada anak- anak lebih banyak
dibandingkan pada orang dewasa yang diperkirakan berperan
sebagai “microturbinates” yang berfungsi untuk proteksi dan
clearance. Fungsi tuba eustachius pada anak-anak tidak sebaik atau
masih belum sempurna apabila dibandingkan dengan orang dewasa.
Anak-anak memiliki tuba eustachius yang lebih datar dan lebih
pendek dibanding pada orang dewasa. Panjang tuba eustachius akan
semakin memanjang seiring bertambahnya usia. Sudut antara axis
longitudinal pars kartilago tuba eustachius dan bidang mediosagittal
pada rata-rata orang dewasa adalah sekitar 450, sedangkan pada
anak-anak berkisar 100.

7
2.3 Barotrauma
2.3.1 Definisi
Barotrauma adalah kerusakan jaringan dan
sekuelenya akibat kegagalan untuk menyamakan tekanan
udara antara tekanan udara di dalam rongga udara dalam
tubuh (seperti telinga tengah) dengan tekanan di sekitarnya
terjadi pada saat menyelam atau saat terbang. Barotrauma
dapat terjadi pada telinga, wajah (sinus), dan paru, dalam hal
ini bagian tubuh yang memiliki udara di dalamnya.

Barotrauma merupakan segala sesuatu yang


diakibatkan oleh tekanan kuat yang tiba-tiba dalam ruangan
yang berisi udara pada tulang temporal, yang diakibatkan
oleh kegagalan tuba eustachius untuk menyamakan tekanan
dari bagian telinga tengah dan terjadi paling sering selama
turun dari ketinggian atau naik dari bawah air saat
menyelam. Barotrauma telinga tengah merupakan cedera
terbanyak yang dapat terjadi pada saat menyelam.

2.3.2 Patofisiologi
Barotrauma dapat terjadi pada waktu seorang
penyelam turun (descent) maupun naik (ascent).
Berdasarkan patogenesisnya dibedakan :

1) Barotrauma waktu turun (descent)


Barotrauma waktu turun lebih sering terjadi
daripada waktu naik. Saat penyelam turun, tubuhnya
mendapat penambahan tekanan dari luar.
Penambahan tekanan ini normalnya tidak akan
menimbulkan barotrauma selama proses equalisasi
berjalan lancar. Rongga-rongga fisiologis tubuh
umunya mempunyai dinding yang keras (tulang),
sehingga tidak mungkin kolaps. Kegagalan
equalisasi menyebabkan tekanan udara dalam

8
rongga-rongga fisiologis menjadi relatif negatif
terhadap tekanan sekelilingnya. Hal ini akan
menimbulkan distorsi atau kerusakan jaringan lunak
pada rongga, dan dapat terjadi kongesti vaskuler,
oedema mukosa disertai transudasi cairan tubuh dan
bahkan perdarahan kedalam rongga-rongga
fisiologis tubuh.
2) Barotrauma waktu naik (ascent)
Sebaliknya, waktu penyelam naik ke permukaan
penyelam mengalami penurunan tekanan di
sekelilingnya. Sesuai hukum Boyle penurunan
tekanan mengakibatkan pengembangan (expansion)
udara dalam rongga-rongga fisiologis tubuh. Volume
udara yang mengembang, normalnya dapat
dikeluarkan lewat rongga-rongga fisiologis tubuh
sehingga tekanan antara rongga-rongga tubuh
dengan tekanan sekelilingnya tetap seimbang.
Namun bila ada obstruksi, udara yang mengembang
tadi akan terperangkap dan meningkatkan tekanan
dalam rongga-rongga fisiologis tubuh. Barotrauma
semacam ini umumnya menimbulkan nyeri
mendadak akibat kenaikan tekanan dalam rongga
dan ada bahaya emboli vena.

9
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Barotrauma adalah kerusakan jaringan dan sekuelenya
akibat kegagalan untuk menyamakan tekanan udara antara tekanan
udara di dalam rongga udara dalam tubuh (seperti telinga tengah)
dengan tekanan di sekitarnya terjadi pada saat menyelam atau saat
terbang. Barotrauma dapat terjadi pada telinga, wajah (sinus), dan
paru, dalam hal ini bagian tubuh yang memiliki udara di dalamnya.

Pada kondisi normal telinga tengah yang sehat, tekanan


perlahan akan menurun, dan pembukaan periodik dari tuba
eustachius mengembalikan tekanan telinga tengah kembali sama
seperti tekanan atmosfer. Pada saat menelan dan menguap tuba
eustachius akan terbuka dan udara dapat masuk atau keluar dari
cavum timpany. Mekanisme ini akan menyeimbangkan tekanan
pada kedua membran timpani sehingga akan membuat membran
timpani dapat bergetar dengan bebas. Tekanan yang berlebih pada
salah satu telinga akan mengurangi kepekaan pendengaran. Fungsi
ventilasi dari tuba eustachius dapat dinilai dengan melakukan
perasat valsava dan perasat toynbee.

10
DAFTAR PUSTAKA

1. Soepardie EA, Iskandar N, Bashirudin J, Restuti RD. Buku Ajar


Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher, edisi ke
empat, Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2000: 1-
2.
2. Adams G, Boies L, Higler P. Boies Buku Ajar Penyakit THT.
Jakarta: EGC; 1997. Hal. 27-138.
3. http://scholar.unand.ac.id/60178/2/Bab%201%20Pendahuluan-
dikonversi.pdf
4. http://eprints.undip.ac.id/62937/3/BAB_2.pdf

11
Lembar Penilaian Makalah

NO BAGIAN YANG SKOR NILAI


DINILAI

1. Ada Makalah 60

2. Kesesuaian dengan 0-10

LO

3. Tata cara penulisan 0-10

4. Pembahasan materi 0-10

5. Cover dan 0-10

penjilidan

Total :

NB :

LO = Learning Objective

Medan, 9 Oktober 2021

Dinilai oleh:

Tutor

(dr. Muhammad Ikhwan, Sp.OG)

Anda mungkin juga menyukai