Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN TUTORIAL

SKENARIO 4
MODUL 2.1

Tutor : dr. Dian Rudy Yana

Disusun Oleh : Wijayanto Bagus Putrawan (20109011040)

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS WAHID HASYIM SEMARANG

2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur marilah kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan banyak
nikmat. Selain itu, penulis juga merasa sangat bersyukur karena telah mendapatkan hidayah-
Nya baik iman maupun islam.

Dengan nikmat dan hidayah-Nya pula kami dapat menyelesaikan penulisan laporan ini
yang merupakan tugas mata kuliah Fakultas Kedokteran skenario keempat pada modul 2.1.
Penulis sampaikan terimakasih kepada dosen pembimbing dr. Dian Rudy Yana dan semua
pihak yang turut membantu proses penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari dalam laporan ini masih banyak kekurangan dan kesalahan baik dari
isi, struktur penulisan dan gaya bahasa. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan
saran untuk perbaikan laporan dikemudian hari.

Demikian semoga laporan ini memberikan manfaat umumnya pada para pembaca dan
khususnya bagi penulis sendiri. Aamiin

Semarang, 25 maret 2021

Penulis
SKENARIO 4

NAIK PESAWAT, KOK BISA SAKIT TELINGA?

Seorang laki-laki, usia 20 tahun, datang ke tempat praktek Anda untuk berkonsultasi,
ketika sedang berada di dalam sebuah pesawat terbang tiba-tiba merasakan di dalam kedua
telinganya menjadi agak nyeri dan berdenging. Ketika seorang wanita yang duduk di
sebelahnya menyapanya, laki-laki tersebut merasa bahwa suara wanita tersebut terdengar
lemah dan kurang jelas padahal sebelum pesawat lepas landas ia bisa mendengarnya dengan
jelas. Setelah itu, pasien merasa sedikit sempoyongan ketika akan turun dari pesawat. Pasien
Anda menjadi khawatir, apakah terjadi kelainan pada struktur dan bentuk pada telinga yang
mengakibatkan fungsinya terganggu, atau hantaran suara ketika naik pesawat saja yang
terganggu.
STEP 1

Identifikasi Istilah Sulit

1. Berdenging : Suatu sensasi yang muncul karena adanya gangguan pada telinga
dalam akibat adanya tekanan.
2. Nyeri : Kondisi saat ada perasaan tidak nyaman atau tidak menyenangkan yang
disebabkan oleh jaringan yang rusak atau berpotensi untuk rusak.
3. Sempoyongan : Jalan berlenggak-lenggok atau tidak beraturan atau terhuyung-
huyung hendak jatuh.
STEP 2

Merumuskan Masalah

1. Bagaimana cara mengatasi telinga berdenging saat naik pesawat?


2. Mengapa pasien pada skenario mengeluh telinga agak nyeri dan berdenging saat
berada dalam pesawat?
3. Apa penyebab telinga berdenging?
4. Mengapa pasien pada skenario juga mengalami jalan sempoyongan?
STEP 3

Identifikasi Rumusan Masalah

1. a.) Cobalah untuk melakukan gerakan mengunyah, menelan, atau menguap saat
pesawat hendak lepas landas atau mendarat.
b.) Lakukan parasat valsava, yaitu dengan menutup hidung dan mengejan secara
bersamaan
c.) Jangan tidur, baik saat lepas landas dan pendaratan
d.) Gunakan penyumbat telinga yang disaring
e.) Mempertimbangkan kembali rencana perjalanan Anda, karena alasan kesehatan,
seperti pilek, infeksi sinus, hidung tersumbat, atau infeksi telinga.
f.) Minum Air. Minum air juga bisa menjadi solusi tepat untuk mengurangi telinga
berdengung saat naik pesawat.
2. Telinga berdenging saat dalam penerbangan disebut juga dengan barotrauma.
Barotrauma adalah tekanan pada gendang telinga dan jaringan telinga tengah ketika
tekanan udara di telinga tengah dan tekanan udara di lingkungan sekitar tidak
seimbang. Biasanya, hal ini disebabkan oleh disfungsi tuba eustachius.
3. Penyabab telinga berdenging
a. paparan lama terhadap suara keras
b. adanya penyumbatan akibat kotoran dalam telinga
c. kehilangan pendengaran karena lanjut usia
4. Pada telinga dalam terdapat bagian berbentuk semi lingkaran berisi cairan endolimfa
dan sensor gerakan yang menyerupai rambut-rambut halus. Bagian ini dikenal
sebagai kanalis semisirkularis. Kanalis semisirkularis dihubungkan oleh bentukan
seperti kantung, yaitu utrikulus dan sakulus yang juga memiliki sensor gerakan.
Ketiga organ inilah yang sama-sama berperan dalam menjaga keseimbangan tubuh.
STEP 4
PETA KONSEP

Seorang laki-laki usia 20


tahun berkonsultasi ke
tempat praktek

Keluhan telinga
nyeri dan
berdenging

Keluhan lain merasa


sempoyongan saat turun dari
pesawat

Kelainan struktur dan Fungsi terganggu


bentuk
STEP 5

Menentukan Learning Objective

1. Mahasiswa mampu mengetahui, memahami, dan menjelaskan anatomi telinga


2. Mahasiswa mampu mengetahui, memahami, dan menjelaskan fisiologi telinga
3. Mahasiswa mampu mengetahui, memahami, dan menjelaskan histologi telinga
4. Mahasiswa mampu mengetahui, memahami, dan menjelaskan jaras pendengaran dan
jaras keseimbangan
5. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami dan menjelaskan tentang bioakustik
STEP 6

Self- Study

Learning Objective 1. Anatomi telinga/ Auris

Sistem organ pendengaran perifer terdiri dari struktur organ pendengaran


yang berada di luar otak dan batang otak yaitu telinga luar, telinga tengah, telinga
dalam dan saraf kokhlearis sedangkan organ pendengaran sentral adalah struktur
yang berada di dalam batang otak dan otak yaitu nukleus koklearis, nukleus
olivatorius superior, lemnikus lateralis, kolikulus inferior dan kortek serebri lobus
temporalis area wernicke.

Gambar 1.1 Skema organ pendengaran perifer dan sentral

1. Anatomi Telinga Luar


Telinga luar merupakan bagian telinga yang terdapat di lateral dari
membran timpani, terdiri dari aurikulum, meatus akustikus eksternus
(MAE) dan membran timpani (MT).
Gambar 1.2 Anatomi Telinga

Gambar 1. 3 Telinga Luar

Aurikulum merupakan tulang rawan fibro elastis yang dilapisi


kulit, berbentuk pipih dan permukaannya tidak rata. Melekat pada tulang
temporal melalui otot-otot dan ligamen. Bagiannya terdiri heliks,
antiheliks, tragus, antitragus, dan konka. Daun telinga yang tidak
mengandung tulang rawan ialah lobulus.
Gambar 1.4 Anatomi Aurikulum

Aurikulum dialiri arteri aurikularis posterior dan arteri temporalis


superfisialis. Aliran vena menuju ke gabungan vena temporalis
superfisialis, vena aurikularis posterior, dan vena emissary mastoid.
Inervasi oleh cabang nervus cranial V, VII, IX, dan X.

MAE merupakan tabung berbentuk S, dimulai dari dasar konka


aurikula sampai pada membran timpani dengan panjang lebih kurang 2,5
cm dan diameter lebih kurang 0,5 cm. MAE dibagi menjadi dua bagian
yaitu pars cartilage yang berada di sepertiga lateral dan pars osseus yang
berada di dua pertiganya. Pars cartilage berjalan ke arah posterior
superior merupakan perluasan dari tulang rawan daun telinga, tulang
rawan ini melekat erat di tulang temporal, dilapisi oleh kulit yang
merupakan perluasan kulit dari daun telinga, kulit tersebut mengandung
folikel rambut, kelenjar serumen, dan kelenjar sebasea. Kelenjar serumen
memproduksi bahan seperli lilin berwarna coklat merupakan
pengelupasan lapisan epidermis, bahan sebaseus dan pigmen disebut
serumen atau kotoran telinga. Pars osseus berjalan ke arah antero inferior
dan menyempit di bagian tengah membentuk ismus. Kulit pada bagian ini
sangat tipis dan melekat erat bersama dengan lapisan subkutan pada
tulang.

Didapatkan glandula sebasea dan glandula seruminosa, tidak didapatkan


folikel rambut.
Gambar 1.5 Kelenjar pada liang telinga

MAE dialiri arteri temporalis superfisialis dan arteri aurikularis


posterior serta arteri aurikularis profundus. Darah vena mengalir ke vena
maksilaris, jugularis eksterna dan pleksus venosus pterygoid. Aliran
limfe menuju ke lnn. aurikularis anterior, posterior, dan inferior. Inervasi
oleh cabang aurikularis dari n. vagus dan cabang aurikulotemporalis dari
n. mandibularis.

MT berbentuk kerucut dengan puncaknya disebut umbo, dasar MT


tampak sebagai bentukan oval. MT dibagi dua bagian yaitu pars tensa
memiliki tiga lapisan yaitu lapisan skuamosa, lapisan mukosa, dan
lapisan fibrosa. Lapisan ini terdiri dari serat melingkar dan radial yang
membentuk dan mempengaruhi konsistensi MT. Pars flasida hanya
memiliki dua lapis saja yaitu lapisan skuamosa dan lapisan mukosa. Sifat
arsitektur MT ini dapat menyebarkan energi vibrasi yang ideal.

MT bagian medial disuplai cabang arteri aurikularis posterior, lateral


oleh ramus timpanikus cabang arteri aurikularis profundus. Aliran vena
menuju ke vena maksilaris, jugularis eksterna dan pleksus venosus
pterygoid. Inervasi oleh nervus aurikularis cabang nervus vagus, cabang
timpanikus nervus glosofaringeus of Jacobson dan nervus
aurikulotemporalis cabang nervus mandibularis.

Gambar 1.6 Membran Timpani


2. Anatomi Telinga Tengah

Gambar 1.7 Telinga Tengah

Ruang telinga tengah disebut juga kavum tympani (KT) atau


tympanic cavity. Dilapisi oleh membran mukosa, topografinya di bagian
medial dibatasi oleh promontorium, lateral oleh MT, anterior oleh muara
tuba Eustachius, posterior oleh aditus ad antrum dari mastoid, superior
oleh tegmen timpani fossa kranii, inferior oleh bulbus vena jugularis.
Batas superior dan inferior MT membagi KT menjadi epitimpanium atau
atik, mesotimpanum dan hipotimpanum.
Telinga tengah terdapat tiga tulang pendengaran, susunan dari luar ke
dalam yaitu maleus, incus, dan stapes yang saling berikatan dan
berhubungan membentuk artikulasi.. Prosesus longus maleus melekat
pada membran timpani, maleus melekat pada inkus dan inkus melekat
pada stapes. Stapes terletak tingkap lonjong atau foramen ovale yang
berhubungan dengan koklea.
Gambar 1.8 Skema hubungan antara membran timpani osik

Telinga tengah terdapat dua buah otot yaitu m. tensor timpani dan m.
stapedius. M tensor timpani berorigo di dinding semikanal tensor timpani
dan berinsersio di bagian atas tulang maleus, inervasi oleh cabang saraf
trigeminus. Otot ini menyebabkan membran timpani tertarik ke arah
dalam sehingga menjadi lebih tegang dan meningkatkan frekuensi
resonansi sistem penghantar suara dan melemahkan suara dengan
frekuensi rendah. M. stapedius berorigo di dalam eminensia pyramid dan
berinsersio di ujung posterior kolumna stapes, hal ini menyebabkan stapes
kaku, memperlemah transmini suara dan meningkatkan resonansi tulang-
tulang pendengaran. Kedua otot ini berfungsi mempertahankan,
memperkuat rantai osikula, dan meredam bunyi yang terlalu keras
sehingga dapat mencegah kerusakan organ koklea.
Telinga tengah berhubungan dengan nasopharing melalui tuba
Eustahcius. Suplai darah untuk kavum timpani oleh arteri timpani
anterior, arteri stylomastoid, arteri petrosal superficial, arteri timpani
inferior. Aliran darah vena bersama dengan aliran arteri dan berjalan ke
dalam sinus petrosal superior dan pleksus pterygoideus.
3. Anatomi Telinga Dalam

Gambar 1.9 Telinga Dalam

Telinga dalam (TD) terletak di dalam tulang temporal bagian petrosa,


di dalamnya dijumpai labirin periotik yang mengelilingi struktur TD yaitu
labirin, merupakan suatu rangkaian berkesinambungan antara tuba dan
rongga TD yang dilapisi epitel. Labirin terdiri dari labirin membran berisi
endolim yang merupakan satu-satunya cairan ekstraselular dalam tubuh
yang tinggi kalium dan rendah natrium. Labirin membran ini di kelilingi
oleh labirin tulang di antara labirin tulang dan membran terisi cairan
perilim dengan komposisi elektrolit tinggi natrium rendah kalium. Labirin
terdiri dari tiga bagian yaitu pars superior, pars inferior, dan pars
intermedia. Pars superior terdiri dari utrikulus dan saluran semisirkularis,
pars inferior terdiri dari sakulus dan koklea, sedangkan pars intermedia
terdiri dari duktus dan sakus endolimpaticus.
Gambar 1.9 Skema Labirin

Fungsi TD ada dua yaitu koklea yang berperan sebagai organ auditus
atau indera pendengaran dan kanalis semisirkularis sebagai alat
keseimbangan. Kedua organ tersebut saling berhubungan sehingga
apabila salah satu organ tersebut mengalami gangguan maka yang lain
akan terganggu. TD disuplai oleh arteri auditorius interna cabang dari
arteri cerebelaris inferior. Aliran darah vena bersama dengan aliran arteri.

Learning Objective 2. Fisiologi Auris

Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun


telinga dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang ke
koklea,12 Proses mendengar melalui tiga tahapan yaitu tahap pemindahan energi
fisik berupa stimulus bunyi ke organ pendengaran, tahap konversi atau tranduksi
yaitu pengubahan energi fisik stimulasi tersebut ke organ penerima dan tahap
penghantaran impuls saraf ke kortek pendengaran. Proses mendengar diawali dengan
ditangkapnya energi bunyi oleh daun telinga dalam bentuk gelombang yang
dihantarkan melalui udara atau tulang ke koklea. Getaran tersebut menggetarkan
membran timpani dan diteruskan ke telinga tengah melalui rangkaian tulang
pendengaran yang akan memperkuat getaran melalui daya ungkit tulang pendengaran
dan perkalian perbandingan luas membran timpani dan foramen ovale. Energi getar
yang teiah diperkuat ini akan diteruskan ke stapes yang menggerakkan foramen ovale
sehingga cairan perilimfe pada skala vestibuli bergerak.1 Getaran akibat getaran
perilimfe diteruskan melalui membran Reissner yang akan mendorong endolimfe,
sehingga akan terjadi gerak relatif antara membran basilaris dan membran tektoria.
Proses ini merupakan rangsang mekanik yang menyebabkan terjadinya defleksi
stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion terbuka dan terjadi penglepasan ion
bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini menimbulkan proses depolarisasi sel
rambut, sehingga melepaskan neurotransmiter ke dalam sinapsis yang akan
menimbulkan potensial aksi pada saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nukleus
auditorius sampai ke korteks pendengaran (area 39 - 40) di lobus temporalis.

Learning Objective 3. Histologi Auris

Gambar 1.9 Telinga Dalam

Telinga dalam (TD) terletak di dalam tulang temporal bagian petrosa,


di dalamnya dijumpai labirin periotik yang mengelilingi struktur TD yaitu
labirin, merupakan suatu rangkaian berkesinambungan antara tuba dan
rongga TD yang dilapisi epitel. Labirin terdiri dari labirin membran berisi
endolim yang merupakan satu-satunya cairan ekstraselular dalam tubuh
yang tinggi kalium dan rendah natrium. Labirin membran ini di kelilingi
oleh labirin tulang di antara labirin tulang dan membran terisi cairan
perilim dengan komposisi elektrolit tinggi natrium rendah kalium. Labirin
terdiri dari tiga bagian yaitu pars superior, pars inferior, dan pars
intermedia. Pars superior terdiri dari utrikulus dan saluran semisirkularis,
pars inferior terdiri dari sakulus dan koklea, sedangkan pars intermedia
terdiri dari duktus dan sakus endolimpaticus.

Gambar 1.9 Skema Labirin

Fungsi TD ada dua yaitu koklea yang berperan sebagai organ auditus
atau indera pendengaran dan kanalis semisirkularis sebagai alat
keseimbangan. Kedua organ tersebut saling berhubungan sehingga
apabila salah satu organ tersebut mengalami gangguan maka yang lain
akan terganggu. TD disuplai oleh arteri auditorius interna cabang dari
arteri cerebelaris inferior. Aliran darah vena bersama dengan aliran arteri.
Learning Obejective 4. Jaras Pendengaran

(jaras pendengaran)

Jaras persarafan pendengaran utama menunjukan bahwa serabut saraf dari ganglion
spiralis Corti memasuki nukleus koklearis dorsalis dan ventralis yang terletak pada
bagian atas medulla. Serabut sinaps akan berjalan ke nukleus olivarius superior
kemudian akan berjalan ke atas melalui lemnikus lateralis. Dari lemnikus lateralis
ada beberapa serabut yang berakhir di lemnikus lateralis dan sebagian besar lagi
berjalan ke kolikus inferior di mana tempat semua atau hampir semua serabut
pendengaran bersinaps. Jaras berjalan dari kolikus inferior ke nukleus genikulum
medial, kemudian jaras berlanjut melalui radiasio auditorius ke korteks auditorik
yang terutama terletak pada girus superior lobus temporalis.1 Jaras saraf
pendengaran ditampilkan pada gambar 4.
Pada batang otak terjadi persilangan antara kedua jaras di dalam korpus trapezoid
dalam komisura di antara dua inti lemniskus lateralis dan dalam komnisura yang
menghubungkan dua kolikulus inferior. Adanya serabut kolateral dari traktus
auditorius berjalan langsung ke dalam sistem aktivasi retikuler di batang otak. Pada
sistem ini akan mengaktivasi seluruh sistem saraf untuk memberikan respon terhadap
bunyi yang keras. Kolateral lain yang menuju ke vermis serebelum juga akan di
aktivasikan seketika jika ada bunyi keras yang timbul mendadak. Orientasi spasial
dengan derajat tinggi akan dipertahankan oleh traktus serabut yang berasal dari
koklea sampai ke korteks.

Learning obejctive 5. Bioakustik


Suara yang didengar telinga manusia mengalami perubahan dari sinyal akustik
yang bersifat mekanik menjadi sinyal listrik yang diteruskan saraf pendengaran ke
otak. Proses mendengar tentunya tidak lepas dari organ pendengaran manusia yakni
telinga.
Pendengaran adalah persepsi saraf mengenai energi suara. Gelombang suara
(akustik) adalah getaran udara yang merambat dan terdiri dari daerah bertekanan
tinggi karena kompresi (pemampatan) molekul-molekul udara yang berselang seling
dengan daerah bertekanan rendah akibat penjarangan (rarefaction) molekul tersebut.
Pendengaran merupakan indra mekanoreseptor. Hal ini karena telinga memberikan
respon terhadap getaran mekanik gelombang suara yang terdapat di udara.
Gelombang suara (akustik) termasuk gelombang mekanik yang dapat
merambat melalui media selain udara, misalnya air. Namun, perambatan ini kurang
efisien; diperlukan tekanan lebih besar untuk menimbulkan pergerakan cairan
dibandingkan dengan pergerakan udara karena inersia (kelembaman, resistensi
terhadap perubahan) cairan yang lebih besar.
Kecepatan suara adalah sekitar 344 m/s pada suhu 20o C dipermukaan air laut.
Semakin tinggi suara dan altitudenya, kecepatan rambat suara makin tinggi.
Seseorang menerima suara berupa getaran pada gendang telinga dalam daerah
frekuensi pendengaran manusia. Getaran tersebut dihasilkan dari sejumlah variasi
tekanan udara yang dihasilkan oleh sumber bunyi dan dirambatkan ke medium
sekitarnya, yang dikenal sebagai medan akustik.Telinga manusia mampu mendengar
suara dengan frekuensi dari 20 Hz sampai 20.000 Hz. Namun yang paling sensitif
adalah antara 1000 – 4.000 Hz. Suara pria dalam percakapan normalnya sekitar 120
Hz sedangkan wanita mencapai 250 Hz.
Suara yang didengar telinga manusia mengalami perubahan dari sinyal akustik
yang bersifat mekanik menjadi sinyal listrik yang diteruskan saraf pendengaran ke
otak. Proses mendengar tentunya tidak lepas dari organ pendengaran manusia yakni
telinga.
STEP 7

Kesimpulan

Pendengaran merupakan salah satu organ yang penting dalam tubuh kita. Organ ini
dapat mempengaruhi kualitas hidup seseorang. Proses mendengar adalah proses yang tidak
sederhana, agar dapat mendengar manusia harus memiliki organ pendengaran dan fungsi
pendengaran yang baik. Sistem organ pendengaran dibagi menjadi perifer dan sentral.
Pendengaran perifer dimulai dengan adanya sumber bunyi yang ditangkap aurikula dan
dilanjutkan ke saluran meatus akustikus eksternus kemudian terjadi getaran pada membran
timpani, membran timpani ini yang memiliki hubungan dengan tulang pendengaran akan
menggerakkan rangkaian tulang pendengaran yang terdiri dari maleus, inkus dan stapes yang
menempel pada foramen ovale. Gerakan stapes pada foramen ovale akan menggerakkkan
cairan yang ada dalam organ koklea, akibatnya terjadi potensial listrik mengakibatkan
terjadinya perubahan energi mekanik menjadi energi listrik yang diteruskan oleh saraf
auditori ke batang otak (disinilah batas sistem organ pendengaran perifer dan sentral)
kemudian energi listrik dilanjutkan ke kortek terletak pada bagian girus temporalis superior.
Kortek serebri membuat manusia mampu mendeteksi dan menginterpretasikan pengalaman
auditori, Sehingga pendengaran merupakan salah satu indera yang sangat penting bagi
manusia

Dalil

‫ْصارًا َوأَ ْفئِ َدةً فَ َما أَ ْغنَ ٰى َع ْنهُ ْم‬ َ ‫َولَقَ ْد َم َّكنَّاهُ ْم فِي َما إِ ْن َم َّكنَّا ُك ْم فِي ِه َو َج َع ْلنَا لَهُ ْم َس ْمعًا َوأَب‬
‫ق ِب ِه ْم‬ َ ‫ت هَّللا ِ َو َحا‬
ِ ‫ون بِآيَا‬ َ ‫ْصا ُرهُ ْم َواَل أَ ْفئِ َدتُهُ ْم ِم ْن َش ْي ٍء إِ ْذ َكانُوا يَجْ َح ُد‬ َ ‫َس ْم ُعهُ ْم َواَل أَب‬
‫ون‬َ ُ‫َما َكانُوا بِ ِه يَ ْستَه ِْزئ‬

Dan sesungguhnya Kami telah meneguhkan kedudukan mereka dalam hal-hal yang Kami
belum pernah meneguhkan kedudukanmu dalam hal itu dan Kami telah memberikan kepada
mereka pendengaran, penglihatan dan hati; tetapi pendengaran, penglihatan dan hati mereka
itu tidak berguna sedikit juapun bagi mereka, karena mereka selalu mengingkari ayat-ayat
Allah dan mereka telah diliputi oleh siksa yang dahulu selalu mereka memperolok-
olokkannya. (Q.S. Al-Ahqaaf : 26)
DAFTAR PUSTAKA

Netter FH. Atlas of human anatomy Anatomy of the ear. 4th ed. Philadelphia: Elsevier
Saunders co. 2006: 92-8.

Meyerhoff WL, Carter JB. Anatomy and physiology of hearing. In: Meyerhoff WL eds.
Diagnosis and management of hearing loss. Philadelphia: WB Saunders, 1984: 1 - 12.

Puguh SN, HMS Wiyadi. 2009. ANATOMI DAN FISIOLOGI PENDENGARAN PERIFER
(Dep/SMF Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala dan Leher) FK Unier.
RSUD Dr. Soetomo Surabaya.

Guyton, A.C., dan Hall, J.E. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta: EGC.

Anthony L. Mescher. 2012. Histologi Dasar Junqueira: Teks & Atlas Edisi 12.
Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran (EGC)

Anda mungkin juga menyukai