Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Obat tetes telinga adalah sediaan yang ditujukan untuk pengobatan telinga,
dengan meneteskan ke dalam telinga, ditujukan untuk membersihkan telinga,
mengobati radang atau rasa sakit.
Salah satu tugas terpenting seorang perawat adalah memberi obat yang aman
dan akurat kepada klien dengan prosedur yang tepat, oleh karena itu perawat harus
memahami bagaimaan standar operasional prosedur dari suatu tindakan yang akan
di kerjakan yang bertujuan untuk memperoleh hasil kerja yang efektif.
Dalam pengobatan berbagai penyakit dan kondisi pada mata, ada beberapa
bentuk sediaan pada obat mata, dimana masing-masing obat mata tersebut memiliki
mekanisme kerja tertentu. Salah satunya bentuk sediaan obatnya adalah tetes mata
(Lukas, 2006). Obat tetes mata adalah sediaan steril berupa larutan atau suspensi
yang digunakan dengan meneteskan obat pada selaput lendir mata disekitar kelopak
dan bola mata. Persyaratan tetes mata antara lain: steril, jernih, tonisitas, sebaiknya
sebanding dengan NaCl 0,9 %. Larutan obat mata mempunyai pH yang sama
dengan air mata yaitu 4,4 dan bebas partikel asing. Penggunaan tetes mata pada
etiketnya, tidak boleh digunakan lebih dari satu bulan setelah tutup dibuka, karena
penggunaan dengan tutup terbuka kemungkinan terjadi kontaminasi dengan bebas
(Muzakkar, 2007)
Tetes mata diserap kedalam aliran darah melalui lapisan membran mukosa pada
permukaan mata, sistem pengeluaran air mata, dan hidung. Ketika diabsorbsi pada
aliran darah, tetes mata dapat menyebabkan efek samping pada bagian tubuh
lainnya. Beberapa efek samping diantaranya adalah: denyut jantung melemah, rasa
pusing, dan sakit kepala. Walaupun demikian, umumnya obat tetes mata memiliki
resiko efek samping yang lebih kecil daripada jenis obat-obatan lain yang
dikonsumsi secara oral (American Academy of Ophthalmology, 2011).

1
1.1. Tujuan
1.1.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Standar Operasional Prosedur tetes telinga, irigasi telinga,
tetes mata, irigasi mata.

1.1.2. Tujuan Khusus


a. Untuk mengetahui dan menerapkan Standar Operasional Prosedur
tetes telinga
b. Untuk mengetahui dan menerapkan Standar Operasional Prosedur
irigasi telinga
c. Untuk mengetahui dan menerapkan Standar Operasional Prosedur
tetes mata
d. Untuk mengetahui dan menerapkan Standar Operasional Prosedur
irigasi mata
e. Untuk mengetahui berbagai penyakit tentang mata dan telinga
1.2. Manfaat
Makalah ini kami susun bertujuan untuk menambah pengetahun pembaca, agar
lebih memahami materi pemeriksaan motorik dan Standar Operasional
Prosedur tetes telinga

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Anatomi dan Fisiologi Sistem Pendengaran


Telinga adalah organ pendengaran. Saraf yang melayani indra ini adalah saraf
kranial kedelapan atau nervus auditorius. Telinga terdiri atas tiga bagian: telinga luar,
telinga tengah, dan rongga telinga dalam.

Telinga luar terdiri atas aurikel atau pina, yang pada binatang rendahan
berukuran besar serta dapat bergerak dan membantu mengumpulkan gelombang suara:
dan meatus auditorius eksterna yang menjorok ke dalam menjauhi pina, serta
menghantarkan getaran suara menuju membran timpani.

Liang ini berukuran panjang sekitar 2,5 senti meter, sepertiga luarnya adalah
tulang rawan sementara dua pertiga dalamnya berupa tulang. Bagian tulang rawan tidak
lurus serta bergerak ke arah atas dan belakang. Liang ini dapat diluruskan dengan cara
mengangkat daun telinga ke atas dan ke belakang. Hal ini biasanya dilakukan bila kita
hendak menyemprot telinga. Cairan semprotan itu harus diarahkan ke dinding posterior
dan dinding atas liang telinga. Setelah disemprot dan diperiksa, cairan selebihnya dapat
dikibaskan ke luar oleh pasien.

3
Aurikel berbentuk tidak teratur serta terdiri atas tulang rawan dan jaringan
fibrus, kecuali pada ujung paling bawah, yaitu cuping telinga, yang terutama terdiri
atas lemak.

Ada tiga kelompok otot yang terletak pada bagian depan, atas, dan belakang
telinga. Kendati demikian, manusia hanya sanggup menggerakan telinganya sedikit
sekali, sehingga hampir-hampir tidak kelihatan.

Telinga tengah atau rongga timpani adalah bilik kecil yang mengandung
udara. Rongga itu terletak sebelah dalam membran timpani atau gendang telinga, yang
memisahkan rongga itu dari meatus auditorius eksterna. Rongga itu sempit serta
memiliki dinding tulang dan dinding membrosa, sementara pada bagian belakangnya
bersambung dengan antrum mastoid dalam prosesus mastoideus pada tulang
temporalis, melalui sebuah celah yang disebut aditus.

Tuba Eustakhius bergerak ke depan dari rongga telinga tengah menuju naso-
faring, lantas terbuka. Dengan demikian tekanan udara pada kedua sisi gendang telinga
dapat diatur seimbang melalui meatus auditorius eksterna, serta melalui tuba
Eustakhius (faringo timpani). Celah tuba Eustakhius akan tertutup jika dalam keadaan
biasa, dan akan terbuka setiap kali kita menelan. Dengan demikian tekanan udara dalam
ruang timpani dipertahankan tetap seimbang dengan tekanan udara dalam atmosfer,
sehingga cedera atau ketulian akibat tidak seimbangnya tekanan udara dapat

4
dihindarkan. Adanya hubungan dengan naso-faring ini memungkinkan infeksi pada
hidung atau tenggorokan dapat menjalar masuk ke dalam rongga telinga tengah.

Tulang-tulang pendengaran adalah tiga tulang kecil yang tersusun pada rongga
telinga tengah seperti rantai yang bersambung dari membran timpani menuju rongga
telinga dalam. Tulang sebelah luar adalah maleus, berbentuk seperti martil dengan
gagang yang terkait pada membran timpani, sementara kepalanya menjulur ke dalam
ruang timpani.

Tulang yang berada di tengah adalah inkus atau landasan, sisi luarnya bersendi
dengan maleus, sementara sisi dalamnya bersendi dengan sisi dalam sebuah tulang
kecil, yaitu stapes.

Stapes atau tulang sanggurdi dikaikan pada inkus dengan ujungnya yang lebih
kecil, sementara dasarnya yang bulat panjang terkait pada membran yang menutup
fenestra vestibuli, atau tingkap-jorong. Rangkaian tulang-tulang ini berfungsi
mengalirkan getaran suara dari gendang telinga menuju rongga telinga dalam.

Prosesus mastoideus adalah bagian tulang temporalis yang terletak di


belakang telinga; sementara ruang udara yang berada pada bagian atasnya adalah
antrum mastoideus yang berhubungan dengan rongga telinga tengah hingga antrum
matoid, dan dengan demikian menimbulkan mastoiditis.

Rongga telinga dalam berada dalam bagian os petrosum tulang temporalis.


Rongga telinga dalam itu terdiri atas berbagai rongga yang menyerupai saluran saluran
dalam tulang temporalis. Rongga-ronga itu disebut labirin tulang dan dilapisi membran
sehingga membentuk labirin membranosa. Saluran-saluran membran ini mengandung
cairan dan ujung-ujung akhir saraf pendengaran dan keseimbangan.

5
Labirin tulang terdiri atas tiga bagian:

1. Vestibula yang merupakan bagian tengah, dan tempat bersambungnya


bagian-bagian yang lain, ibarat sebuah pintu yang menuju ruang tengah
(Vestibula) pada sebuah rumah.
2. Saluran setengah lingkaran bersambung dengan vestibula. Ada tida jaenis
saluran-saluran itu, yaitu saluran superior, posterior, dan lateral. Saluran
lateral letaknya horizontal, sementara ketiga-tiganya saling sudut tegak
lurus. Pada salah satu ujung setiap saluran terdapat penebalan yang disebut
ampula. (Gerakan cairan yang merangsang ujung-ujung akhir saraf khusus
dalam ampula inilah yang menyebabkan kita sadar akan kedudukan kita.
Bagian telinga dalam ini berfungsi membantu serebelum dalam
mengendalikan keseimbangan, serta kesadaran akan kedudukan kita.
Bagian telinga dalam ini berfungsi membantu serebelum dalam
mengendalikan keseimbangan, serta kesadaran akan kedudukan tumbuh
kita).
3. Koklea adalah sebuah tabung berbentuk spiral yang membelit dirinya
laksana sebuah rumah siput. Belitan-belitan itu melingkari sebuah sumbu
berbentuk kerucut yang memiliki bagian tengah dari tulang, dan disebut
modiulus.

Dalam setiap belitan ini, terdapat saluran membranosa yang mengandung


ujung-ujung akhir saraf pendengaran. Cairan dalam labirin membranosa disebut

6
endolimfa , sementara cairan di luar labirin membranosa dan dalam labirin tulang
disebut perlimfa. Ada dua tingkap dalam ruang melingkar ini.

1. Fenestra vestibuli (yang disebut fenestra ovalis, lantaran bentuknya yang


bulat panjang) ditutup tulang stapes.
2. Fenestra koklea (yang juga disebut fenestra rotunda, lataran bentuknya
bundar) ditutup sebuah membran.

Kedua-keduanya mengahadap ke telinga dalam. Adanya tingkap-tingkap ini


dalam labirin tulang bertujuan agar getaran dapat dialihkan dari rongga telinga tengah,
guna dilangsungkan dalam perlimfa (perlimfa adalah cairan praktis tidak dapat
dipadatkan). Getaran dalam perlimfa dialihkan menuju endolimfa, dan dengan
demikian merangsang ujung-ujung akhir saraf pendengaran.

Nervus auditorius (saraf pendengaran) terdiri atas dua bagian: salah satunya
pengumpulan sensibilitas dari bagian vestibuler rongga telinga dalam, yang
mempunyai hubungan dengan keseimbangan. Serabut-serabut saraf ini bergerak
menuju nukleus vestibularis yang berada pada titik pertemuan antara pons dan medula
oblongata, lantas bergerak terus menuju serebelum. Bagian koklearis pada nervus
auditorius adalah saraf pendengar yang sebenarnya. Serabut-serabut sarafnya mula-
mula dipancarkan pada sebuah nukleus khusus yang berada tepat di belakang talamus,
kemudian dari sana dipancarkan lagi menuju pusat penerima akhir dalam korteks otak
yang terletak pada bagian bawah lobus temporalis.

Saraf pendengaran menunjukkan bagian depan dan rumah siput.

7
Cedera pada saraf koklearis akan berakibat ketulian saraf, sementara cedera
pada saraf vestibularis akan berakibat vertigo, ataksia, dan nistagmus.

Pendengaran. Suara ditimbulkan akibat getaran atmosfer yang dikenal sebagai


gelombang suara, yang kecepatan dan volumenya berbeda-beda. Gelombang suara
bergerak melalui rongga telinga luar yang menyebabkan membran timpani bergetar.
Getaran-getaran tersebut selanjutnya diteruskan menuju inkus dan stapes, melalui
maleus yang terkait pada membran itu. Karena gerakan-gerakan yang timbul pada
setiap tulang ini sendiri, tulang-tulang itu memperbesar getaran, yang kemudian
disalurkan melalui fenestra vestibular menuju perilimfa. Getaran perilimfa dialihkan
melalui membran menuju endolimfa dalam saluran koklea, dan rangsangan mencapai
ujung-ujung akhir saraf dalam organ Corti, untuk kemudian diantarkan menuju otak
oleh nervus auditorius.

Perasaan pendengaran ditafsirkan otak sebagai suara yang enak atau tidak enak,
ingar-bingar atau musikal, istilah-istilah ini digunakan dalam artinya yang seluas-
luasnya. Gelombang suara yang tak teratur menghasilkan keributan atau
keingarbingaran, sementara gelombang suara berirama teratur menghasilkan bunyi
musikal enak. Suara merambat dengan kecepatan 343 meter per detik dalam udara
tenang, pada suahu 15,5ºC.

2.2. Catatan Klinik

1. Infeksi pada telinga. Meatus auditorius eksterna adalah daerah yang dapat
terserang furukulosis, sebuah bisul atau bisul-bisul multipel dalam liangnya, yang
membawa rasa sakit yang hebat sekali. Antibiotika dapat diberikan selain
pengompresan hangat pada bagian yang sakit itu. Tersumbatnya tuba Eustakhius
mungkin merupakan akibat infeksi atau karena adanya adenoid.

2. Telinga tengah: Otitis media, atau infeksi telinga tengah, dapat terjadi
setelah seseorang diserang influenza, campak, dan sinusitis. Antibiotika diberikan,
selain pengompresan hangat pada bagian yang sakit itu.

8
Mastoiditis akut dapat terjadi setelah otitid media. Prosesus mastoideus menjadi
lembek, bengkak, yang disertai rasa sakit, sementara suhu badan meninggi dan denyut
nadi bertambah cepat. Keadaan seperti itu jarang terjadi, tetapi bila terjadi, dan keadaan
tidak membaik kendali telah diberikan pengobatan antibiotika, maka pembedahan pun
dapat dijalankan.

Otitis supuratif kronik dan mastoiditis kronik dapat menyusul infeksi akut.
Syukurlah penyakit telinga tengah agak jarang dewasa ini, tetapi karena telinga tengah
terletak dekat dengan selaput otak, maka meningitis, abses eksternal, abses otak, dan
infeksi atau trombosis sinus lateralis dapat timbul sebagai komplikasi.

3. Telinga dalam. Ada dua kemungkinan gangguan: labirintitis, yang biasanya


disebabkan menjalarnya infeksi dari telinga tengah. Sering kali simtom-simtom berupa
pening, muntah-muntah, dan tuli lama-kelamaan menghilang.

Penyakit menie menggejala berupa timbulnya serangan pusing mendadak


disertai tuli dan tinitus. Sering kali keadaan dapat ditolong dengan memberikan obat
penenang ringan, beserta perhatian terhadap keadaan kehidupan penderita.

4. Keseimbangan kadang kadang terganggu sementara, setelah adanya operasi


tertentu pada telinga, seperti stapedektomi, dan akibat mabuk perjalanan. Kedua
gangguan itu dapat cepat disembuhkan dengan salah sebuah antihistamin yang
terkandung dalam preparat paten, seperti Dramamine. Keseimbangan dan langkah
berjalan mungkin terganggu secara tetap, sebagai akibat cedera yang menyerang kepala
mengarah pada suatu bahaya lain, yaitu si penderita tidak dapat mendengar teriakan
atau tanda peringatan, sehingga mungkin dapat mengakibatkan kecelakaan.

Kesempurnaan mendengar dapat dirusak oleh kegaduhan. Kegaduhan dapat


mengakibatkan hilangnya pendengaran. Secara terus-menerus berada ditengah tengah
kegaduhan industri dan lalu lintas dapat berakibat hilangnya kepekaan mendengar,
yang bahkan dapat mengarah pada ketulian.

9
5. Tingkat kegaduhan dinyatakan dalam desibel (db) yang membandingkan
tingkat tekanan suara, tetapi bukan mencatat kegaduhan itu sendiri. Berikut ini
beberapa contoh tingkat suara: 60-7- desibel: pembicaraan biasa; 80-90 desibel; lalu
lintas ramai; dan 140-150: mendekati bunyi mesin jet.

Tingkat maksimum kegaduhan yang dapat ditahan telinga manusia adalah 130
desibel, kendati dianjurkan sebaiknya manusia jangan sampai dihadapkan pada tingkat
suara setinggi itu. Berlama-lama menghadapi suatu intensitas 90 sampai 95 dapat
merusak pendengaran. Mereka yang secara terus menerus menghadapi kegaduhan,
seperti di pabrik, dianjurkan mengadakan pengontrolan secara teratur, di samping
diberikan perlengkapan perlindungan telinga. Pelindung telinga dan penyumbat telinga
dari plastik dewasa ini banyak tersedia.

6. Ketulian. Sebab-sebab ketulian terlalu banyak untuk disebutkan disini.


Kendali demikian, bagian terpenting dalam perawatan ketulian adalah mencari sebab-
sebabnya serta berusaha sedemikian rupa agar keadaanya jangan sampai menjadi
semakin jelek. Seorang yang tuli itu terasing dari pergaulan dengan orang lain, kendati
keadaannya dapat ditolong dengan alat bantu dengar, atau dengan operasi sekalipun.

Ketulian pada anak-anak hendaknya diketahui secepat mungkin. Alat-alat


pembantu untuk anak-anak pun sudah banyak tersedia dewasa ini. Seorang anak yang
tuli harus sering diajak bicara, atau ia harus mengalami keterlambatan baik secara
mental maupun sosial.

2.3. Definisi Obat Tetes Telinga


Obat tetes telinga adalah sediaan yang ditujukan untuk pengobatan telinga,
dengan meneteskan ke dalam telinga, ditujukan untuk membersihkan telinga,
mengobati radang atau rasa sakit. Tetes telinga adalah bentuk larutan suspense ataus
salap yang digunakan pada telinga dnegan cara meneteskan atau dimasukkan dalam
jumlah kecil kedalam saluran telinga untuk melepaskan kotoran telinga (lilin telinga)
atau untuk mengobati infeksi, peradangan atau rasa sakit.

10
2.4. Gangguan Telinga
Gangguan telinga paling sering dijumpai dengan gejala-gejala yang umum
berupa rasa nyeri,gatal, keluar cairan, rasa ada tekanan dalam telinga, rasa panas atau
kombinasi dan gejala-gejalatersebut.
Secara umum gangguan telinga dapat terjadi pada:
a. Penyakit didalam telinga.
b. Penyakit diluar telinga, misalnya penyakit atau kelainan pada daerah
lidah, rahang bawah, orofaring, tonsil, atau sinus paranasalis.
Pada umumnya gangguan telinga yang dapat diatasi dengan pengobatan sendiri
adalah gangguan telinga luar berupa penumpukan serumen dan kemasukan benda
asing. Penumpukan serumen karena produksi kotoran telinga berlebihan yang tidak
diimbangi dengan pengeluaran serumen. Pemumpukan serumen dapat dideteksi bila
pada telinga mengalami gejala rasa nyeri, gatal dan pendengaran menurun.
Penanggulangan penumpukan serumen adalah dengan mengeluarkan serumen dari
telinga dengan bantuan alat atau obat yang tepat.

2.5. SOP (Standar Operasional Prosedur) Tetes Telinga

2.5.1. Pengertian

Memberikan obat pada telingan melalui kanal eksternal dalam bentuk


cair.

2.5.2. Tujuan

a. Memberikan efek terapi lokal (mengurangi peradangan, membunuh


organisme penyebab infeksi pada kanal telinga eksternal)
b. Menghilangkan nyeri
c. Melunakkan serumen agar mudah diambil.

2.5.3. Indikasi

Indikasi Pasien dengan masalah/peradangan dengan bagian telinganya

2.5.4. Persiapan Pasien


a. Periksa identitas klien

11
b. Jelaskan tindakan yang akan dilakukan
c. Pasien diatur dalam posisi miring dengan telinga yang di obati
menghadap keatas
d. Jaga privasi klien

2.5.5. Persiapan Alat

a. Lidi kapas/cotton bud


b. Larutan untuk membersihkan telinga,
c. Obat sesuai indikasi,
d. Pipet dan kassa, bengkok,
e. Pengalas

2.5.6. Tahap Kerja

a. Tahap Orientasi

1. Memberi salam dan memperkenalkan diri


2. Mengenalkan tujuan dan prosedur tindakan
3. Memberi kesempatan bertanya

b. Tahap Kerja

1. Mendekatkan alat ke dekat pasien


2. Atur posisi berbaring atau duduk dengan kepala miring
3. Pasang pengalas dan bengkok
4. Bila perlu telinga dibersihkan dulu
5. Obat telinga disiapkan dan diteteskan sesuai indikasi
6. Obat diteteskan melalui dinding telinga ke dalam lubang telinga
sambil daun telinga ditarik sehingga telingga menjadi lurus.
7. Sebaiknya pasien tetap miring selama dalam beberapa menit,
supaya obat tidak keluar
c. Tahap Terminasi
1. Mengobservasi reaksi pasien
2. Membuat kontrak selanjutnya

12
3. Mencuci tangan
2.5.7. Dokumentasi
2.6. SOP Irigasi Telinga

2.6.1. Pengertian

Irigasi Telinga adalah proses pembilasan saluran telinga eksternal


dengan air sterilatau saline steril. Hal ini digunakan untuk mengobati pasien
yang mengeluh bendaasing atau cerumen (lilin telinga) impaksi.Irigasi telinga
adalah Suatu cara untuk membersihkan dan/atau mengeluarkan benda asing
dari dalam telinga.

2.5.2. Tujuan

Untuk membersihkan atau mengeluarkan benda asing dari dalam telinga

2.5.3. Indikasi
a. Untuk mengeluarkan cairan, serumen, bahan-bahan asing dari kanal
audiotoryeksternal.

b. Untuk mengirigasi kanal audiotory eksternal dengan lartutan


antiseptic.

c. Untuk menghangatkan atau mendinginkan kanal audiotory eksterna.

2.5.4. Persiapan Pasien


a. Periksa identitas klien
b. Jelaskan tindakan yang akan dilakukan
c. Pasien diatur dalam posisi miring dengan telinga yang di obati
menghadap keatas
d. Jaga privasi klien

13
2.5.5. Persiapan Alat

Baki berisi alat – alat yang steril

1. Mangkok kecil berisi cairan dengan suhu 37o c.


2. Semprot telinga.
3. Pinset telinga.
4. Corong telinga.
5. Pemilin telinga.
6. Pengail telinga.

Baki berisi alat – alat yang tidak steril :

1. Bengkok 1 buah.
2. Perlak dan alasnya.
3. Lampu spiritus.
4. Lampu kepala.
5. Kapas dalam tempatnya.
6. Ember kotoran

2.5.6. Tahap Kerja

a. Tahap Orientasi

1. Memberi salam dan memperkenalkan diri


2. Mengenalkan tujuan dan prosedur tindakan
3. Memberi kesempatan bertanya
b. Tahap Kerja
1. Klien diberitahu dalam posisi duduk. Bila klien adalah anak kecil, harus di
pangku sambil dipegang kepalanya.
2. Perlak dan alasnya dipasang pada bahu dibawah telinga yang akan
dibersihkan
3. Pasang lampu kepala.

14
4. Perawat cuci tangan.
5. Bersihkan kotoran telinga dengan kapas, memakai pemilin kapas yang telah
di flamber terlebih dahulu.
6. Berikan bengkok pada pasien dan minta kerjasama pasien untuk memegang
bengkok dengan posisi di bawah telinga.
7. Hisaplah cairan dengan menggunakan semprit dan keluarkan udara dari
semprit.
8. Tariklah daun telinga klien ke atas kemudian ke belakang dan dengan
tangan yang lain perawat memancarkan cairan ke dinding atas dari liang
telinga. (Penyemprotan cairan harus perlahan – lahan dan tepat ditujukan
ke dinding atas liang telinga.)
9. Jika sudah bersih, keringkan daun telinga dengan kapas yang telah dipilin
dan di flamber.
10. Lihat atau periksa kembali liang telinga klien apakah sudah bersih atau
belum dengan menggunakan corong telinga
11. Perawat cuci tangan.
12. Bersihkan alat – alat.
13. Tulis hasil dalam catatan keperawatan.
c. Tahap Terminasi

1. Mengobservasi reaksi pasien

2. Membuat kontrak selanjutnya.

2.6.7. Dokumentasi
2.7. Asuhan Keperawatan pada penderita Otomikosis
2.7.1. Pengertian

Otomikosis merupakan infeksi jamur pada kanalis akustikus


eksterna. Otomikosis adalah infeksi akut, subakut atau kronis jamur yang melibatkan
pinna dan meatus auditori eksternal, namun dengan adanya perforasi membran timpani,
juga dapat melibatkan telinga tengah (Barati dkk., 2011).

15
2.7.2. Faktor Predisposisi

Faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya otomikosis adalah


ketiadaan serumen, pemakaian peralatan pada telinga (alat bantu dengar),
kondisi immunocompromized, penggunaan antibiotik dan steroid topikal dalam jangka
panjang, dan iklim yang panas dan lembab.

2.7.3. Etiologi

Otomikosis merupakan infeksi akut, subakut, ataupun kronis yang


dihasilakan oleh jamur yang berefek pada epitelium squamosum pada kanalis akustikus
eksterna. Jamur yang menyebabkan otomikosis pada umumnya adalah spesies jamur
saprofit yang banyak ditemukan dialam dan merupakan bagian dari flora normal pada
kanalis akustikus eksterna. Jamur-jamur tersebut pada umumnya
adalah Aspergillus dan Candida. Aspergillus nigermerupakan agen yang predominan
walaupun A. Flavus, A. Fumigatus, A. Terreus, Candida albican dan C.
Parapsilosis juga umum ditemukan.

2.7.4. Patogenesis
Secara umum, kanalis akustikus eksterna dilindungi oleh sistem imun
tubuh, lapisan epitelium, dan sekresi yang dihasilkan oleh kanal yaitu serumen. Kanalis
akustikus eksterna mempunyai pH normal berkisar antara 4-5. Hal ini dijaga oleh flora
normal dan serumen. Kadar pH yang sedikit asam akan menekan pertumbuhan bakteri
dan jamur, sehingga bersama-sama dengan sistem imun tubuh dan lapisan epitelium,
akan menjaga kanalis akustikus eksterna dari serangan patogen.

Dalam keadaan tertentu seperti paparan air, penggunaan antibiotik dan steroid
dalam jangka panjang, maka suasana sedikit asam tersebut akan berubah menjadi lebih
basa. Hal ini akan menyebabkan pertumbuhan bakteri dan jamur sehingga terjadi
infeksi pada kanalis akustikus eksterna. Keadaan akan diperburuk jika sistem imun dan
lapisan epitelium juga mengalami gangguan. Jamur juga tumbuh dengan cepat
dikarenakan kondisi kanalis akustikus yang lembab, hangat dan gelap, sehingga
otomikosis terjadi.

16
2.7.5. Tanda dan Gejala
Gejala yang paling umum dirasakan adalah rasa gatal pada telinga
bagian dalam. Rasa gatal ini sangat mengganggu, tidak tertahankan dan ingin selalu
digaruk. Debris dari jamur juga dapat menumpuk pada kanalis akustikus eksterna
sehingga dapat menimbulkan keluhan penurunan pendengaran dan telinga terasa
penuh.

2.7.6. Pemeriksaan Fisik


Pada pemeriksaan dengan inspeksi dan palpasi akan ditemukan tanda-
tanda inflamasi pada kanal disertai nyeri tekan pada tragus dan aurikula. Discharge
dapat terlihat pada kanal. Pada pemeriksaan dengan otoskop dapat terlihat kanal yang
hiperemis, sedikit edem dan tampak hifa berfilamen putih dengan titik-titik hitam yang
tumbuh dari permukaan kulit.

2.7.7. Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri yang berhubungan dengan inflamasi
2. Gangguan persepsi sensori (pendengaran) berhubungan dengan
infeksi jamur
3. Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri.
2.7.8. Intervensi Keperawatan
1. Nyeri yang berhubungan dengan inflamasi
a. Lakukan pengkajian yang komperehensif meliputi lokasi, karakteristik
dan keparahan nyeri
b. Melakukan kolaborasi dengan dokter untuk menghilangkan nyeri atau
untuk melakukan tindakan medis seperti melakukan pemberian obat
tetes telinga
c. Gunakan pendekatan yang positif untuk mengoptimalkan respon pasien

17
2. Gangguan persepsi sensori (pendengaran) berhubungan dengan infeksi
jamur
a. Mengumpulkan dan menganalisi data pasien untuk mencegah atau
meminimalkan komplikasi
b. Kaji ketajaman pendengaran
3. Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri.
a. Bantu pasien untuk memfokuskan pasien pada situasi saat ini, sebagai
cara untuk mengidentifikasikan mekanisme koping yang dibutuhkan
untuk mengurangi ansietas
b. Berikan informasi terhadap penyakitnya
2.8. Anatomi dan Fisiologi Mata
Mata adalah suatu organ yang rumit dan sangat berkembang yang peka
terhadap cahaya. Mata dapat melewatkan cahaya dengan bentuk dan intensitas
cahaya serta warna dalam keadaan yang sempurna. Dengan kandungan yang
kuat dan kenyal untuk mempertahankan bentuknya, mata juga dilindungi oleh
struktur tulang yang bersifat protektif dan letaknya disebut dengan orbit. Selain
itu, mata juga memiliki lensa yang merupakan suatu lapisan berisi sel peka
cahaya yang dapat memfokuskan bayangan. Pada mata juga terdapat sel dan
saraf yang berfungsi untuk mengumpulkan, memproses, dan meneruskan
informasi visual ke otak. Terdapat 3 lapisan yang melengkung pada mata yaitu
lapisan terluar yang terdiri dari kornea dan sklera, lapisan tengah yang terdiri
dari koroid, badan silier dan iris yang disebut juga lapisan vaskuler, dan lapisan
dalam yang terdiri dari jaringan saraf, retina. (Junqueira, 2007).

18
Lensa pada mata yang disebut juga lensa kristalin merupakan suatu
struktur bening yang ditahan pada tempatnya oleh suatu ligamen yang
berbentuk sirkuler yang dinamakan lens suspensory ligament (Zonula). Zonula
ini melekat pada bagian yang menebal pada badan koroid yang berisi serat otot
sirkuler dan longitudinal untuk menebalkan dan memipihkan lensa. Didepan
lensa juga memiliki suatu struktur yang berpigmen dan tidak tembus cahaya
yang disebut iris. Iris ini memiliki serat otot sirkuler dan serat otot radial.
(Barrett et al, 2010)
Diantara kornea dan lensa terdapat ruangan berisi cairan bening yang
dihasilkan oleh badan silier disebut Aqueous humor. Cairan ini mengalir
melalui pupil dan merupakan sumber nutrisi kornea dan lensa. Sirkulasi cairan
ini melalui canal of Schlemm yang terdapat diantara iris dan kornea. Selain
ruangan di diantara kornea dan lensa terdapat juga ruangan diantara lensa dan
retina dimana ruangan tersebut diisi oleh cairan bersifat gelatin yang bening
disebut vitreous humor. (Barrett et al., 2010) Pada retina terdapat 2 lapisan yaitu
pigmented layer dan neural layer. Pada pigmented layer terdapat sel epitel yang
mengandung melanin yang terletak antara koroid dan bagian saraf dari retina
dimana merupakan pemberi warna pada retina dan membantu untuk menyerap

19
cahaya. Kemudian pada neural layer, terdapat beberapa sub lapisan sebelum
suatu cahaya bisa berubah menjadi impuls yang kemudian akan dikirim ke
akson saraf optik. Sub lapisan yang terdapat pada lapisan neural yaitu:
photoreceptor layer, bipolar cell layer dan ganglion cell layer. Pada
photoreceptor layer terdapat sel kerucut, sel batang, sel bipolar, sel ganglion
dan amakrin. (Tortora, 2009).
Setiap sel pada photoreceptor layer memiliki kerja yang berbeda. Sel
batang sangat sensitif terhadap cahaya yang berguna untuk penglihatan saat
malam hari. Sel kerucut memberikan penglihatan warna dimana stimulasi sel
ini dapat menyebabkan persepsi dari berbagai warna. Sel bipolar berfungsi
untuk menghubungkan sinaps dari sel batang dan sel kerucut. Sel amakrin
berfungsi untuk menginhibisi hubungan antara sel batang dan sel kerucut
dengan sel ganglion. Selain itu, sel amakrin juga berguna untuk meningkatkan
sensitivitas dari retina. (Martini et al., 2012)

2.8.1. Proses Penglihatan

Cahaya yang merupakan bentuk radiasi elektromagnet yang dibentuk oleh suatu
partikel dengan energi yang disebut foton. Panjang gelombang cahaya yang dapat
diterima oleh reseptor cahaya yaitu 400-700 nanometer. Cahaya bersifat memancarkan
gelombang ke segala arah dan dapat dibiaskan oleh medium yang dilewatinya. Suatu
proses penglihatan awalnya dimulai dari cahaya yang masuk ke dalam mata.
(Sherwood, 2010) Karena adanya iris, tidak seluruh cahaya yang merambat ke mata

20
masuk ke dalam rongga mata. Selain itu, terdapat juga celah yang dibentuk oleh serat
otot pada iris yang disebut pupil. Otot sirkuler menyebabkan konstriksi pada pupil
sedangkan serat otot radial menyebabkan dilatasi pada pupil. Perubahan dari diameter
pupil sangat berpengaruh terhadap masuknya cahaya yang akan mencapai retina.
(Sherwood, 2010).

Cahaya yang masuk juga mengalami refraksi sehingga cahaya tersebut dapat
menjadi bayangan yang akurat pada retina. Datangnya cahaya dari suatu arah akan
direfraksikan menuju suatu titik dibelakang lensa. Titik tersebut akan jelas jika jatuh
tepat pada retina, dan seluruh titik yang jatuh pada retina akan membentuk bayangan
yang terbalik. (Barrett et al., 2010) Ketika suatu cahaya jatuh pada pigmented layer
dari retina, cahaya tersebut akan diserap dan dicegah agar tidak mengalami pemantulan
cahaya melalui neural layer. Cahaya tersebut kemudian ditangkap oleh sel kerucut dan
sel batang yang menduduki pigmented layer. Setelah itu, sel batang dan sel kerucut
memberi gambaran terang dan warna dari bayangan. Bayangan tersebut akan diubah
menjadi impuls dan dilanjutkan ke sel ganglion menuju saraf optik. (Martini et al.,
2012)

Impuls pada saraf optik akan melewati optic chiasm yang merupakan
persilangan yang berada pada circle of Willis pada otak. Sebagian impuls dari saraf
optik masing-masing bola mata akan bersilangan pada optic chiasm. Kemudian impuls
akan menuju lateral geniculate nuclei yang berada pada ujung optic tract. Setelah itu,
impuls kemudian dilanjutkan geniculocalcarine tract. Geniculocalcarine tract ini juga
disebut sebagai optic radiation karena fungsinya sebagai penyebar impuls ke bagian
dari white matter pada otak. Terakhirnya, impuls tersebut akan sampai pada primary
visual cortex (striate cortex) pada area 17 Brodmann. (Remington, 2012).

21
2.8.2. Penyakit Mata

1. Conjunctivitis

Konjungtivitis adalah infeksi atau iritasi pada konjungtiva (membran


tipis dan bening pada bagian dalam kelopak mata yang menutupi bagian putih
mata). Penyebabnya adalah infeksi bakteri atau virus, iritasi lingkungan, dan
alergi. Selain itu, konjungtivitis juga dapat disebabkan oleh toksisitas atau
alergi tetes mata, atau oleh obat tetes mata yang telah terkontaminasi.

Gejala yang ditimbulkan adalah gatal, panas, kemerahan, dan bengkak.


Perawatan dari kondisi tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan obat
tetes mata antibiotik atau anti-inflamasi, atau dengan menghilangkan iritasi
pada mata.

2.Keratitis (Infeksi Kornea)

Penyebabnya bisa jadi karena virus, bakteri, atau parasit. Infeksi akibat
bakteri atau parasit merupakan komplikasi yang paling parah dari memakai
lensa kontak dan hal itu lebih umum terjadi pada pengguna lensa kontak jangka
panjang. Selain itu, kebersihan lensa yang kurang memadai juga dapat menjadi
penyebabnya, seperti tidak mengganti dan membersihkan lensa seperti yang
disarankan, serta berenang menggunakan lensa kontak.

Infeksi ringan dapat diobati dengan tetes mata anti-bakteri. Sedangkan


infeksi yang lebih parah mungkin memerlukan tetes mata antibiotik, atau
dengan melakukan perawatan lebih lanjut, termasuk operasi. Lepaskan lensa
kontak segera jika Anda curiga bahwa mata Anda terinfeksi, dan jangan lupa
untuk langsung mencari pengobatan.

22
3. Glaukoma

Glaukoma merupakan peningkatan tekanan cairan pada mata, yang jika


tidak diobati dapat menyebabkan kerusakan saraf optik yang serius dan
kehilangan penglihatan. Tetes mata dapat dipakai untuk menurunkan
tekanan cairan mata dengan mengurangi produksi cairan mata.

Jika Anda memiliki galukoma, jangan gunakan obat tetes mata yang
mengandung vasokonstriktor (dekongestan topikal). Ini membuat
pembuluh darah kecil menjadi lebih kecil dan dapat memperburuk tekanan
yang telah meningkat di mata Anda.

23
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Obat tetes telinga adalah sediaan yang ditujukan untuk pengobatan telinga,
dengan meneteskan ke dalam telinga, ditujukan untuk membersihkan telinga,
mengobati radang atau rasa sakit.

Irigasi Telinga adalah proses pembilasan saluran telinga eksternal dengan air
sterilatau saline steril. Hal ini digunakan untuk mengobati pasien yang mengeluh
bendaasing atau cerumen (lilin telinga) impaksi.Irigasi telinga adalah Suatu cara
untuk membersihkan dan/atau mengeluarkan benda asing dari dalam telinga.

Dalam pengobatan berbagai penyakit dan kondisi pada mata, ada beberapa
bentuk sediaan pada obat mata, dimana masing-masing obat mata tersebut memiliki
mekanisme kerja tertentu. Salah satunya bentuk sediaan obatnya adalah tetes mata
(Lukas, 2006). Obat tetes mata adalah sediaan steril berupa larutan atau suspensi
yang digunakan dengan meneteskan obat pada selaput lendir mata disekitar kelopak
dan bola mata.

3.2. Saran
Semoga makalah yang kami susun dapat dimanfaatkan secara maksimal,
sehingga dapat membantu proses pembelajaran, dan dapat mengefektifkan
kemandirian dan kreatifitas mahasiswa. Selain itu, diperlukan lebih banyak referensi
untuk menunjang proses pembelajaran.

24

Anda mungkin juga menyukai