Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

SEMESTER V MODUL – 16 (PENGLIHATAN)

SKENARIO – 1

IRIS PASIENKU BIRU

DISUSUN OLEH : NADHILAH UMARAH SYAMDRA (71190811061)

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA
MEDAN
2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai dengan kemampuan sederhana
yang kami miliki . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik
materi maupun pikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca. Agar ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin


masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Medan, 5 November 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................... ii

BAB I .............................................................................................................. 1

PENDAHULUAN ........................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................ 2

1.3 Tujuan Pembelajaran ........................................................................ 2

BAB II ............................................................................................................ 4

PEMBAHASAN ............................................................................................. 4

2.1 Anatomi dan Fisiologi Mata ................................................................... 4

2.2 Fungsi-Fungsi Bagian Mata ................................................................... 8

2.3 Pathway Penglihatan ............................................................................ 10

2.4 Pemeriksaan Fisik Mata ....................................................................... 11

2.5 Peran Vitamin A Terhadap Penglihatan................................................ 13

2.6 Refraksi Mata ...................................................................................... 17

2.6.1 Definisi Refraksi Mata .................................................................. 17

2.6.2 Jenis Kelainan Refraksi Mata ........................................................ 18

2.6.3 Tanda-Tanda Kelainan Refraksi Mata ........................................... 21

2.7 Cara Merawat Mata.............................................................................. 23

BAB III ......................................................................................................... 25

PENUTUP..................................................................................................... 25

3.1 Kesimpulan .......................................................................................... 25

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 26

Lembar Penilaian Makalah ............................................................................ 27

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Panca indra adalah organ-organ akhir yang dikhusukan untuk
menerima jenis rangsangan tertentu. Serabut saraf yang menangani
merupakan alat perantara yang membawa kesan rasa dari organ indra,
menuju ke otak tempat perasaan ini ditafsirkan. Beberapa kesan timbul
dari luar seperti misalnya, penglihatan. Organ yang penting disini adalah
mata.

Namun, masyarakat luas belum mengetahui bagaimana indra-indra


kita ini diciptakan dapat dioptimalkan fungsinya, cara menjaga indra
tersebut yang sehat tetap sehat dan yang terganggu supaya tidak menjadi
lebih parah. Dari panca indra yaitu penglihatan, pendengaran, perabaan,
pengecap, dan penciuman. Dari kelima panca indra tersebut memiliki
fungsi masing-masing tetapi yang paling banyak berperan dalam
kehidupan dan paling sedikit dalam rangsangan yaitu indra penglihatan.
Banyak manusia yang memiliki indra yang lengkap dan sehat tetapi
tidak dapat merawatnya dengan baik sehingga menyebabkan gangguan
terutama penglihatan yang khususnya jika terjadi kelainan refraksi.

WHO memperkirakan bahwa 153 juta orang di seluruh dunia hidup


dengan gangguan penglihatan akibat kelainan refraksi mata. Angka ini
tidak termasuk orang yang hidup dengan presbyopia yang tak mungkin
cukup signifikan, menurut beberapa bukti awal.

1
1.2 Rumusan Masalah
Skenario-1
Iris Pasienku Biru

Seorang siswa SMU kelas 3 yang berencana masuk sekolah


penerbangan, datang ke dokter mata untuk memeriksakan kondisi kedua
matanya. Setelah dilakukan pemeriksaan dokter menyampaikan bahwa
seluruh bagian bola mata dan organ disekitarnya dalam kondisi baik dan
berfungsi sebagaimana mestinya. Pada pemeriksaan fisik ditemukan iris
berwarna biru, visus kedua mata emetropia, tidak buta warna, posisi
mata ortoforia, gerak bola mata bebas ke segala arah, tekanan bola mata
normal dan tidak ada tanda-tanda peradangan maupun kelainan lain.
Dokter menjelaskan bahwa seseorang bisa melihat dengan baik
tanpa kacamata jika media refrakta jernih, saraf mata normal, serta sinar
yang dipantulkan oleh suatu benda difokuskan tepat di pusat saraf mata.
Dokter juga berpesan supaya menjaga mata sebaik-baiknya dan
mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung vitamin A agar
mata dapat tetap berfungsi optimal.
1. Tes apa saja yang dilakukan untuk memeriksa kondisi mata?
2. Apa yang menyebabkan iris berwarna biru?
3. Bagaimana keadaan normal mata?
4. Apa saja contoh-contoh kelainan pada mata?
5. Apa saja manfaat vitamin A bagi kesehatan mata?
6. Apa saja jenis-jenis kelainan refraksi?
7. Berapakah tekanan bola mata normal?
8. Selain vitamin A, apa saja yang baik dikonsumsi untuk kesehatan
mata?
9. Selain iris, apa saja lapisan pembentuk bola mata?

1.3 Tujuan Pembelajaran


1. Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi mata.

2
2. Untuk mengetahui pathway penglihatan.
3. Untuk mengetahui pemeriksaan fisik mata.
4. Untuk mengetahui peran vitamin A terhadap penglihatan.
5. Untuk mengetahui refraksi mata.
6. Untuk mengetahui cara merawat mata.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Anatomi dan Fisiologi Mata


Mata adalah indera penglihatan. Mata dibentuk untuk
menerima rangsangan berkas cahaya pada retina, lalu dengan
perantaraan serabut-serabut nervus optikus mengalihkan rangsangan
ini ke pusat penglihatan pada otak untuk ditafsirkan. Hasil dari
pembiasan sinar pada mata ditentukan oleh media penglihatan yang
terdiri dari kornea, cairan mata (humor aquosus), lensa, badan kaca
(korpus vitreous) dan panjangnya bola mata. Pada orang normal,
bayangan benda setelah melalui media penglihatan dibiaskan tepat
di makula lutea dalam keadaan mata tidak melakukan akomodasi
atau istirahat melihat jauh. Mata memiliki beberapa bagian,
diantaranya :

a) Sklera
Sklera merupakan dinding bola mata yang terdiri atas
jaringan ikat kuat yang tidak bening dan tidak kenyal dengan
tebal ± 1 mm. Pada sklera terdapat insersi atau perlekatan 6 otot
penggerak bola mata.
b) Otot-otot penggerak bola mata
• Gerakan abduksi, menggunakan otot-otot m.rectus bulbi
lateralis, m.obliquus bulbi superior, m.obliquus bulbi
inferior.
• Gerakan kranial, menggunakan otot-otot m.rectus bulbi
superior, m.obliquus bulbi inferior.
• Gerakan kaudal, menggunakan otot-otot m.rectus bulbi
inferior, m.obliquus bulbi superior.

4
• Gerakan rotasi sesuai dengan putaran jarum jam
menggunakan otot-otot m.rectus bulbi superior dam
m.obliquus bulbi superior.
• Gerakan rotasi berlawanan dengan putaran jarum jam
menggunakan otot- otot m.rectus bulbi inferior dan
m.obliquus bulbi inferior.
c) Kornea
Kornea normal berupa selaput transparan yang terletak di
permukaan bola mata. Kornea di bagian sentral memiliki tebal
0,5 mm. Kornea tidak mempunyai pembuluh darah, namun
kornea sangat kaya akan serabut saraf. Saraf sensorik ini berasal
dari saraf siliar yang merupakan cabang oftalmik saraf
trigeminus.
d) Cairan Mata (Humor Aquosus)
Humor aquosus merupakan cairan intraokular yang mengalir
bebas yang berada di depan lensa. Cairan ini dibentuk oleh
prosesus siliaris dengan rata-rata 2- 3 µL/ menit yang mengalir
melalui pupil ke dalam kamera okuli anterior. Dari sini, cairan
mengalir ke bagian depan lensa dan ke dalam sudut antara
kornea dan iris, kemudian melalui retikulum trabekula, dan
akhirnya masuk ke dalam kanalis Schlemm, yang kemudian
dialirkan ke dalam vena ekstraokuler.
e) Badan Siliaris
Badan siliaris merupakan jaringan berbentuk segitiga yang
terletak melekat pada sklera. Badan siliaris berfungsi
menyokong lensa, mengandung otot yang memungkinkan lensa
untuk berakomodasi dan berfungsi untuk menyekresikan cairan
mata.
f) Iris
Iris merupakan bagian dari uvea anterior dan melekat di
bagian perifer dengan badan siliar. Bagian depan iris tidak
memiliki epitel, sedangkan di bagian belakang terdapat epitel

5
yang berpigmen sehingga memberikan warna pada iris. Pada iris
terdapat celah yang disebut pupil. Pupil berperan dalam
mengatur jumlah sinar yang masuk ke mata. Pupil akan
membesar atau midriasis pada saat pencahayaan kurang, dan
mengecil atau miosis pada saat pencahayaan berlebih.
g) Lensa
Lensa berbentuk bikonvek bening yang tembus cahaya yang
terletak di belakang iris dan di depan korpus vitreosus dengan
ketebalan sekitar 5 mm dan berdiameter 9 mm pada orang
dewasa. Permukaan lensa bagian posterior lebih melengkung
dibandingkan bagian anterior. Lensa memiliki daya bias total
hanya 20 dioptri atau sepertiga dari daya bias total mata. Namun,
lensa sangat penting karena sebagai respon terhadap sinyal saraf
dari otak, lengkung permukaannya dapat mencembung sehingga
memungkinkan terjadinya akomodasi.
h) Badan Kaca (Korpus Vitreosus)
Badan kaca berwarna jernih, konsistensi lunak, avaskuler
atau tidak mempunyai pembuluh darah, dan terdiri atas 99% air
dan sisanya berupa campuran kolagen dan asam hialuronik.
Badan kaca memegang peran terutama dalam mempertahankan
bentuk bola mata, hal ini dikarenakan badan kaca mengisi
sebagian besar bola mata yang terletak di antara lensa, retina dan
papil saraf optik.
i) Retina
Retina merupakan membran tipis yang terdiri atas saraf
sensorik penglihatan dan serat saraf optik. Retina merupakan
jaringan saraf mata yang di bagian luarnya berhubungan dengan
koroid. Koroid memberi nutrisi pada retina luar atau sel kerucut
dan sel batang. Retina bagian dalam mendapat metabolisme dari
arteri retina sentral. Retina terdiri atas 3 lapis utama yang
membuat sinap saraf sensibel retina, yaitu sel kerucut dan sel
batang, sel bipolar, dan sel ganglion.

6
j) Makula Lutea
Merupakan saraf penglihatan sentral dimana ketajaman
penglihatan maksimal. Makula lutea terdapat pada retina.
k) Bintik Kuning (Fovea)
Merupakan bagian retina yang mengandung sel kerucut yang
sangat sensitif dan akan menghasilkan ketajaman penglihatan
maksimal atau 6/6. Bila terjadi kerusakan pada fovea sentral ini
maka ketajaman penglihatan akan menurun.
l) Bintik Buta (Optic Disc)
Merupakan daerah saraf optik yang meninggalkan bagian
dalam bola mata.
m) Panjang Bola Mata
Panjang bola mata menentukan keseimbangan dalam
pembiasan. Bila terdapat kelainan pembiasan sinar oleh karena
kornea (mendatar atau cembung) atau adanya perubahan
panjang bola mata (lebih panjang atau lebih pendek), maka sinar
normal tidak dapat terfokus pada makula. Keadaan ini disebut
sebagai ametropia yang dapat berupa myopia, hipermetropia,
atau astigmatisma.

Gambar : Mata

7
2.2 Fungsi-Fungsi Bagian Mata
1) Adneksa Mata : Jaringan bagian pendukung mata yang terdiri
dari beberapa bagian mata seperti.
a) Kelopak mata
Bagian pelindung bola mata karena berfungsi
sebagai proteksi mekanis pada bola mata anterior yang
menyebarkan air mata ke konjungtiva dan kornea sehingga
dapat mencegah mata menjadi kering.
2) Bola mata
a) Konjungtiva
Merupakan bagian terluar boa mata yang memiliki
pembuluh darah. Membran mukosa (selaput lendir) yang
melapisi kelopak dan melindungi bola mata bagian luar.
Konjungtiva terbagi menjadi 2 (dua) yaitu konjungtiva
palpebral (melapisi kelopak mata) dan konjungtiva bulbi
(menutupi bagian depan bola mata). Konjungtiva berfungsi
sebagai proteksi pada sclera dan memberi pelumas pada bola
mata.
b) Kornea
Merupakan selaput bening mata, jika mengalami
kekeruhan akan sangat mengganggu penglihatan. Jendela
bening yang melindungi struktur halus yang berada
dibelakangnya serta membantu memfokuskan bayangan
pada retina.
c) Sklera
Jaringan ikat dengan serat yang kuat berwarna putih
di bawah konjungtiva serta merupakan bagian dengan
konsistensi yang relatif lebih keras untuk membentuk bola
mata.
d) Retina
Retina merupakan mekanisme persyarafan untuk
penglihatan. Retina memuat ujung-ujung nervus optikus bila

8
sebuah bayangan tertangkap (tertangkap oleh mata) maka
berkas-berkas cahaya benda yang dilihat, menembus kornea,
aqueus humor, lensa dan badan vitreus guna merangsang
ujung-ujung saraf dalam retina. Rangsangan yang diterima
retina bergerak melalui traktus optikus menuju daerah visuil
dalam otak, untuk ditafsirkan. Kedua daerah visuil menerima
berita dari kedua mata, sehingga menimbulkan lukisan dan
bentuk.
e) Uvea
Lapisan vascular di dalam bola mata yang terdiri dari
3 bagian yaitu iris, korpus siliar dan koroid. Iris membentuk
pupil di bagian tengahnya, suatu celah yang dapat berubah
ukurannya dengan kerja otot sfingter dan dilator untuk
mengontrol jumlah cahaya yang masuk ke mata. Badan siliar
berfungsi menghasilkan cairan yang mengisi bilik mata,
sedangkan koroid merupakan lapisan yang banyak
mengandung pembuluh darah untuk memberi nutrisi pada
bagian mata.
f) Pupil
Lubang tempat cahaya masuk ke dalam mata, dimana
lebarnya diatur oleh gerakan iris. Bulatan hitam yang ada di
tengah-tengah adalah pupil. Bila cahaya lemah iris akan
berkontraksi dan pupil melebar (midriasis) yang dipengaruhi
oleh saraf simpatis sehingga cahaya yang masuk lebih
banyak. Sedangkan bila cahaya kuat iris akan berelaksasi
dan pupilmengecil (miosis) sehingga cahaya yang masuk
tidak berlebihan, dipengaruhi oleh saraf parasimpatis. Pupil
sebagai pengatur kebutuhan cahaya yang diperlukan.
g) Lensa mata
Struktur biologis yang tidak umum. Transparan dan
cekung, dengan kecekungan terbesar berada pada sisi depan.
Lensa adalah organ fokus utama, yang membiaskan berkas-

9
berkas cahaya yang terpantul dari benda-benda yang dilihat,
menjadi bayangan yang jelas pada retina.

2.3 Pathway Penglihatan


Penglihatan dimulai dari masuknya cahaya ke dalam mata
dan difokuskan pada retina. Cahaya yang datang dari sumber titik
jauh, ketika difokuskan di retina menjadi bayangan yang sangat
kecil. Cahaya masuk ke mata direfraksikan atau dibelokkan ketika
melalui kornea dan bagian-bagian lain dari mata (aqueous humor,
lensa, dan vitreous humor). Bagian-bagian tersebut mempunyai
kepadatan yang berbeda-beda sehingga cahaya yang masuk dapat
difokuskan ke retina. Cahaya yang masuk melalui kornea diteruskan
ke pupil. Pupil merupakan lubang bundar anterior di bagian tengah
iris yang mengatur jumlah cahaya yang masuk ke mata. Pupil
membesar bila intensitas cahaya kecil, misalnya saat berada di
tempat gelap. Apabila berada di tempat terang atau intensitas cahaya
tinggi maka pupil akan mengecil. Pengatur perubahan pupil tersebut
adalah iris yang merupakan cincin otot yang berpigmen dan tampak
dalam aqueous humor. Setelah melalui pupil dan iris, maka cahaya
sampai ke lensa.

Ketika kita melihat benda pada jarak lebih dari 6 m (20 ft),
lensa akan memipih hingga ketebalan sekitar 3,6 mm. Sedangkan
ketika kita melihat sesuatu pada jarak kurang dari 6 m, lensa akan
menebal hingga 4,5 mm pada pusatnya dan membelokkan cahaya
(refraksi) dengan lebih kuat. Perubahan ketebalan lensa tersebut
dikenal dengan lens accommodation (akomodasi lensa). Selain daya
akomodasi, lensa juga berfungsi untuk memfokuskan bayangan agar
jatuh tepat di retina. Bila cahaya sampai ke retina, maka sel-sel
batang dan sel-sel kerucut (sensitif terhadap cahaya) akan
meneruskan sinyal-sinyal cahaya tersebut ke otak melalui saraf
optik. Bayangan atau cahaya yang tertangkap oleh retina adalah

10
terbalik, nyata, lebih kecil, tetapi pada persepsi otak terhadap benda
tetap tegak, karena otak mempunyai mekanisme menangkap
bayangan yang terbalik itu sebagai keadaan normal (tegak).

2.4 Pemeriksaan Fisik Mata


1. Tonometri Schiotz
Tonometer Schiotz merupakan alat praktis sederhana.
Pengukuran tekanan bola mata dinilai secara tidak langsung,
yaitu dengan teknik melihat daya tekan alat pada kornea. Dengan
tonometer schiotz dilakukan indentasi (penekanan) terhadap
permukaan kornea. Bila suatu beban tertentu memberikan
kecekungan pada kornea maka akan terlihat perubahan pada
skala schiotz. Makin rendah tekanan bola mata makin mudah
bola mata ditekan, yang pada skala akan terlihat skala yang lebih
besar, hal ini juga berlaku sebaliknya.
2. Tonometri Digital
Tonometer digital adalah salah satu cara pengukuran tekanan
bola mata dengan menggunakan jari. Dasar pemeriksaannya
adalah dengan cara merasakan reaksi kelenturan bola mata
(balotement) dilakukan dengan bergantian dengan kedua jari
tangan.
3. Pemeriksaan Segmen Anterior
Alat yang digunkan dalam pemeriksaan segmen anterior
yaitu :
a) Lampu atau senter, untuk memperjelas objek pemeriksaan.
b) Lup, untuk memperbesar obyek pemeriksaan.
Jarak antara pemeriksa dengan pasien sekitar 20-50 cm, dan
lebih dekat jika menggunakan lup. Pemeriksaan dilakukan pada
mata kanan dan mata kiri.
4. Pemeriksaan Segmen Posterior (Funduskopi)

11
Tujuannya untuk melihat dan menilai kelainan dan keadaan
segmen posterior. Cahaya dimasukkan kedalam fundus akan
memberikan reflex fundus. Gambaran fundus mataakan terlihat
bila diberi sinar.
5. Pemeriksaan Konfrontasi
Merupakan uji pemeriksaan lapang pandang yang paling
sederhana karena tidak memerlukan alat tambahan. Lapang
pandang pasien dibandingkan dengan lapang pandang
pemeriksa.
6. Pemeriksaan Gerakan Bola Mata
Tujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk memeriksa
kekuatan otot-otot penggerak bola mata. Adanya kelemahan,
paresis, atau kelumpuhan yang dapat menyebabkan hambatan
pada otot mata dapat ditemukan dengan pemeriksaan ini.
7. Uji Sensibilitas Kornea
Kepekaan terhadap kornea terhadap rangsang atau dikenal
dengan sensibilitas kornea. Sensibilitas kornea tidak sama
disemua permukaan, yang paling peka adalah bagian sentral
dengan diameter 5 mm. Tes sensibilitas kornea penting untuk
memeriksa lesi saraf kelima dan untuk mengetahui seberapa
besar kerusakan kornea akibat adanya ulkus atau degenerasi.
Normalnya ada refleks berkedip bila ada rangsang pada
kornea yang disebut reflex kornea. Uji sensibilitas kornea adalah
uji untuk menilai fungsi saraf trigeminus kornea. Biasanya
digunakan untuk mengetahui keadaan sensibilitas kornea yang
berkaitan dengan penyakit mata atau kelainan saraf trigeminus
oleh herpes zooster ataupun akibat gangguan saraf kornea oleh
infeksi herpes simplek.
8. Pemeriksaan Bilik Mata Depan
Pemeriksaan dari Bilik Mata depan dan kedalaman bilik
mata depan diperlukan untuk beberapa alasan. Glaukoma dibagi
menjadi sudut terbuka dan sudut tertutup. Visualisasi dari sudut

12
bilik mata depan diperlukan untuk menilai adanya kelainan pada
bilik mata depan seperti adanya iridodialisi post trauma.
Pemeriksaan bilik mata depan dapat menggunakan senter (Pen
Torch method). Pen Torch methode merupakan metode yang
paling sederhana untuk mendeteksi kedalaman bilik mata depan.
9. Tes Buta Warna
Buta warna adalah suatu kelaian yang disebabkan
ketidakmampuan sel-sel kerucut mata untuk menangkap suatu
spektrum warna tertentu akibat faktor genetik. Tes yang paling
umum digunakan untuk tes buta warna adalah Ishihara. Tes
dengan menggunakan Ishihara adalah tes yang cepat dan akurat
untuk mendeteksi buta warna.

2.5 Peran Vitamin A Terhadap Penglihatan


Vitamin A merupakan salah satu zat gizi mikro mempunyai
manfaat yang sangat penting bagi tubuh manusia, terutama dalam
penglihatan manusia. Seperti diketahui Vitamin A merupakan
vitamin larut lemak yang pertama ditemukan. Secara umum, vitamin
A merupakan nama generik yang menyatakan semua retinoid dan
prekursor/provitamin A/ karotenoid yang mempunyai aktivitas
biologic sebagai retinol.

Secara kimia, vitamin A berupa kristal alkohol berwarna


kuning dan larut dalam lemak atau pelarut lemak. Dalam makanan,
vitamin A biasanya terdapat dalam bentuk ester retinil, yaitu terikat
pada asam lemak rantai panjang. Di dalam tubuh, vitamin A
berfungsi dalam beberapa bentuk ikatan kimia aktif, yaitu retinol
(bentuk alcohol), retinal (aldehida) dan asam retinoat (bentuk asam).
Retinol bila dioksidasi berubah menjadi retinal dan retinal dapat
kembali direduksi menjadi retinol. Selanjutnya, retinal dapat
dioksidasi menjadi asam retinoat.

13
Vitamin A mempunyai sifat tahan terhadap panas cahaya
dan alkali, tetapi tidak tahan terhadap asam dan oksidasi. Dalam
proses memasak biasa vitamin A tidak banyak yang hilang. Tapi
pada suhu tinggi untuk menggoreng dapat merusak vitamin A,
begitupun oksidasi yang terjadi pada minyak yang tengik.
Pengeringan buah di matahari dan cara dehidrasi lain menyebabkan
kehilangan sebagian dari vitamin A. Ketersediaan biologik vitamin
A meningkat dengan kehadiran vitamin E dan antioksidan lain.

Bentuk aktif vitamin A hanya terdapat dalam pangan


hewani. Pangan nabati mengandung karotenoid yang merupakan
precursor (provitamin) vitamin A.

Diantara ratusan karotenoid yang terdapat di alam, hanya


bentuk alfa, beta dan gama serta kriptosantin yang berperan sebagai
provitamin A. Beta-karoten adalah bentuk provitamin A paling
aktif, yang terdapat atas dua molekul retinol yang saling berkaitan.
Karotenoid terdapat di dalam kloroplas tanaman dan berperan
sebagai katalisator dalam fotosintesis yang dilakukan oleh klorofil.
Karotenoid paling banyak terdapat dalam sayuran berwarna hijau
tua.

Beta-karoten mempunyai warna sangat kuning dan pada


tahun 1954 dapat disintesis. Sekarang beta-karoten merupakan
pigmen kuning yang boleh digunakan dalam pemberian warna
makanan, antara lain untuk memberi warna kuning pada gelatin,
margarine, minuman ringan, adonan kue dan produk serealia.

Pencernaan dan absorpsi karoten dan retinoid membutuhkan


empedu dan enzim pankreas seperti halnya lemak. Vitamin A yang
di dalam makanan sebagian besar terdapat dalam bentuk ester retinil,
bersama karotenoid bercampur dengan lipida lain di dalam lambung.
Di dalam sel-sel mukosa usus halus, ester retinil dihidrolisis oleh
enzim-enzim pancreas esterase menjadi retinol yang lebih efisien

14
diabsorpsi dari pada ester retinil. Sebagian dari karotenoid, terutama
beta-karoten di dalam sitoplasma sel mukosa usus halus dipecah
menjadi retinol.

Retinol di dalam mukosa usus halus bereaksi dengan asam


lemak dan membentuk ester dan dengan bantuan cairan empedu
menyeberangi sel-sel vili dinding usus halus untuk kemudian
diangkut oleh kilomikron melalui sistem limfe ke dalam aliran darah
menuju hati. Dengan konsumsi lemak yang cukup, sekitar 80-90%
ester retinil dan hanya 40-60% karotenoid yang diabsorpsi.

Hati berperan sebagai tempat menyimpan vitamin A utama


di dalam tubuh. Dalam keadaan normal, cadangan vitamin A dalam
hati dapat bertahan hingga enam bulan. Bila tubuh mengalami
kekurangan konsumsi vitamin A, asam retinoat diabsorpsi tanpa
perubahan. Asam retinoat merupakan sebagian kecil vitamin A
dalam darah yang aktif dalam deferensiasi sel dan pertumbuhan.

Bila tubuh memerlukan, vitamin A dimobilasi dari hati


dalam bentuk retinol yang diangkut oleh Retinol Binding-Protein
(RBP) yang disintesis di dalam hati. Pengambilan retinol olch
berbagai sel tubuh bergantung pada reseptor pada permukaan
membran yang spesifik untuk RBP. Retinol kemudian diangkut
melalui membran sel untuk kemudian diikatkan pada Cellular
Retinol Binding-Protein (CRBP) dan RBP kemudian dilepaskan. Di
dalam sel mata retinol berfungsi sebagai retinal dan di dalam sel
epitel sebagai asam retinoat. Alur transport vitamin A di dalam
tubuh dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Kurang lebih sepertiga dari semua karotenoid dalam


makanan diubah menjadi vitamin A. Sebagian dari karotenoid
diabsorpsi tanpa mengalami perubahan dan masuk ke dalam
peredaran darah dalam bentuk karoten. Sebanyak 15-30%
karotenoid di dalam darah berupa beta-karoten, selebihnya adalah

15
karotenoid nonvitamin. Karotenoid ini diangkut di dalam darah oleh
berbagai bentuk lipoprotein. Karotenoid disimpan di dalam jaringan
lemak dan kelenjar adrenal. Konsentrasi vitamin A di dalam hati
yang merupakan 90% dari simpanan di dalam tubuh mencerminkan
konsumsi vitamin tersebut dari makanan.

Kurang lebih sepertiga dari semua karotenoid dalam


makanan diubah menjadi vitamin A. Scbagian dari karotenoid
diabsorpsi tanpa mengalami perubahan dan masuk ke dalam
peredaran darah dalam bentuk karoten. Sebanyak 15-30%
karotenoid di dalam darah berupa beta-karoten, selebihnya adalah
karotenoid nonvitamin. Karotenoid ini diangkut di dalam darah oleh
berbagai bentuk lipoprotein. Karotenoid disimpan di dalam jaringan
lemak dan kelenjar adrenal. Konsentrasi vitamin A di dalam hati
yang merupakan 90% dari simpanan di dalam tubuh mencerminkan
konsumsi vitamin tersebut dari makanan.

Vitamin A berfungsi dalam penglihatan normal pada cahaya


remang. Di dalam mata, retinol, bentuk vitamin A yang didapat dari
darah, dioksidasi menjadi retinal. Retinal kemudian mengikat
protein opsin dan membentuk pigmen visual merah-ungu (visual
purple) atau rodopsin. Rodopsin ada di dalam sel khusus di dalam
retina mata yang dinamakan rod. Bila cahaya mengenai retina,

16
pigmen visual merah- ungu ini berubah menjadi kuning dan retinal
dipisahkan dari opsin. Pada saat itu terjadi rangsangan elektrokimia
yang merambat sepanjang saraf mata ke otak yang menyebabkan
terjadinya suatu bayangan visual. Selama proses ini, sebagian dari
vitamin A dipisahkan dari protein dan diubah menjadi retinol.
Sebagian besar retinol ini diubah kembali menjadi retinal, yang
kemudian mengikat opsin lagi untuk membentuk rodopsin.
Sebagian kecil retinol hilang selama proses ini dan harus diganti
oleh darah. Jumlah retinol yang tersedia di dalam darah menentukan
kecepatan pembentukan kembali rodopsin yang kemudian bertindak
kembali sebagai bahan reseptor di dalam retina. Penglihatan dengan
cahaya samar-samar/buram baru bisa terjadi bila seluruh siklus ini
selesai.

2.6 Refraksi Mata


2.6.1 Definisi Refraksi Mata
Kelainan refraksi mata merupakan gangguan mata
yang sering terjadi pada seseorang. Gangguan ini terjadi
ketika mata tidak dapat melihat/fokus dengan jelas pada
suatu area terbuka sehingga pandangan menjadi kabur dan
untuk kasus yang parah, gangguan ini dapat menjadikan
visual impairment (melemahnya penglihatan). Kelainan
refraksi yang umum terjadi antara lain myopia (rabun jauh),
hipermetropia (rabun dekat), dan astigmatisme. Selain itu,
gangguan presbyopia kadang juga dimasukkan ke dalam
golongan kelainan refraksi (WHO, 2009).

17
Gambar: Refraksi Mata

2.6.2 Jenis Kelainan Refraksi Mata


1) Myopia
Myopia adalah anomali refraksi pada mata dimana
bayangan difokuskan di depan retina, ketika mata tidak
dalam kondisi berakomodasi. Ini juga dapat dijelaskan
pada kondisi refraktif dimana cahaya yang sejajar dari
suatu objek yang masuk pada mata akan jatuh di depan
retina, tanpa akomodasi. Myopia berasal dari bahasa
yunani muopia ́ yang memiliki arti menutup mata.
Myopia merupakan manifestasi kabur bilamelihat jauh,
istilah populernya adalah nearsightedness.
Myopia atau biasa juga disebut sebagai rabun jauh
merupakan jenis kerusakan mata yang disebabkan
pertumbuhan bola mata yang terlalu panjang atau
kelengkungan kornea yang terlalu cekung. Myopia
merupakan kelainan refraksi dimana berkas sinar sejajar
yang memasuki mata tanpa akomodasi, jatuh pada fokus
yang berada didepan retina.

18
Myopia berdasarkan faktor penyebab dapat
dibedakan menjadi dua,yaitu :

a. Myopia axial
Myopia axial ini dapat terjadi sejak lahir oleh
karena faktor hereditas, komplikasi penyakit lain
seperti gondok, TBC, dan campak maupun karena
kongenital. Selain itu juga dapat karena anak biasa
membaca dalam jarak yang selalu dekat sehingga
mata luar dan polus posterior yang paling lemah dari
bola mata memanjang. Orang yang berwajah lebar
akan menyebabkan konvergensi berlebihan saat
melakukan pekerjaan dekat, karena peradangan atau
melemahnya lapisan yang mengelilingi bola mata
disertai tekanan yang tinggi. Myopia ini dapat
bertambah terus sampai dewasa. Myopia axial
merupakan suatu keadaan dimana jarak fokus media
refrakta lebih pendek dibandingkan sumbu orbitnya.
b. Myopia refraktif
Myopia refraktif merupakan suatu keadaan
dimana jarak fokus media refrakta lebih pendek
dibandingkan sumbu orbitnya. Namun dalam hal ini
sumbu orbit normal refraktif.
2) Hipermetropia
Hipermetropia merupakan keadaan dimana kekuatan
pembiasan sinar pada mata tidak cukup kuat untuk
memfokuskan sinar pada bintik kuning (macula lutea),
sehingga mata menfokuskan sinar di belakang retina.
Hipermetropia merupakan kelainan refraksi dimana
dalam keadaan mata istirahat semua sinar sejajar yang
datang dari benda-benda pada jarak tak terhingga
dibiaskan dibelakang retina, dan sinar-sinar divergen
yang datang dari benda-benda yang jaraknya dekat

19
dibiaskan lebih jauh lagi di belakang retina. Penyebab
utama hipermetropia adalah panjangnya bola mata yang
lebih pendek. Akibat bola mata yang lebih pendek,
bayangan benda akan difokuskan di belakang retina atau
selaput jala.
Berdasarkan penyebabnya, hipermetrop dibedakan
atas 3 jenis, yaitu:
a. Hipermetropia sumbu atau hipermetropia aksial
merupakan kelainan refraksi akibat bola mata pendek
atau sumbu anteroposterior yang pendek.
b. Hipermetropia kurvatur, dimana kelengkungan
kornea atau lensa kurang sehingga bayangan
difokuskan di belakang retina.
c. Hipermetropia indeks refraktif, dimana terdapat
indeks bias yang kurang pada sistem optic mata,
misalnya pada usia lanjut lensa mempunyai indeks
refraksi yang berkurang.
3) Astigmatismus
Yang dimaksud dengan astigmatismus atau astigmat
atau silinder adalah terdapatnya variasi kurvatur atau
kelengkungan kornea atau lensa pada meridian yang
berbeda yang akan mengakibatkan sinar tidak terfokus
pada satu titik. Setiap meridian mata mempunyai titik
fokus tersendiri yang letaknya mungkin teratur (pada
astigmat regular) dan mungkin pula tidak teratur (pada
astigmat ireguler).

Astigmatismus biasanya bersifat diturunkan atau


terjadi sejak lahir, biasanya berjalan bersama dengan
myopia dan hipermetropia dan tidak banyak terjadi
perubahan selama hidup. Astigmat merupakan akibat
bentuk kornea yang oval seperti telur, makin lonjong
bentuk kornea makin tinggi astigmat mata tesebut.

20
Astigmat juga dapat terjadi akibat jaringan parut pada
kornea atau setelah pembedahan mata. Jahitan yang
terlalu kuat pada bedah mata dapat mengakibatkan
perubahan pada permukaan kornea. Bila dilakukan
pengencangan atau pengendoran jahitan pada kornea
maka dapat terjadi astigmat akibat terjadi perubahan
kelengkungan kornea.

4) Presbiopia
Presbiopia merupakan keadaan refraksi mata dimana
punctum proksimum (titik terdekat yang dapat dilihat
dengan akomodasi yang maksimal) telah begitu jauh
sehingga pekerjaan dekat yang halus seperti membaca,
menjahit sukar dilakukan. Pada presbiopia terjadi
gangguan akomodasi pada usia lanjut. Presbiopia
biasanya mulai muncul pada usia 40 tahun. Dengan
bertambahnya usia maka semakin kurang kemampuan
mata untuk melihat dekat. Presbiopia terjadi akibat lensa
makin keras, sehingga elastisitasnya berkurang.
Demikian pula dengan otot akomodasinya, daya
kontraksinya berkurang sehingga tidak terdapat
pengenduran zonula Zinnii yang sempurna. Orang yang
lemah dengan keadaan umum yang kurang baik sering
lebih cepat membutuhkan kaca mata baca akibat
presbiopia daripada orang sehat dan kuat.

2.6.3 Tanda-Tanda Kelainan Refraksi Mata


1. Myopia
Penderita mata myopia kurang mampu untuk
berakomodasi dibandingkan dengan mata emmetropia.
Penderita myopia mampu melihat objek dekat dengan
jelas tetapi untuk melihat objek jauh kurang jelas. Oleh
karena itu seorang penderita myopia biasanya selalu

21
menyipitkan matanya saat melihat objek jauh untuk
mendapatkan efek pin hole yang akan membantu
menggeser bayangan yang tadinya jatuh didepan retina
supaya dapat mendekati retina.
2. Hipermetropia
Pada hipermetropia, untuk melihat benda yang
terletak pada jarak jauh sampai tak terhingga (6m atau
lebih) dengan baik, mata penderita harus berakomodasi
supaya bayangan benda yang difokuskan di belakang
retina dapat dipindahkan tepat di retina. Untuk melihat
benda yang lebih dekat dengan jelas, akomodasi lebih
banyak dibutuhkan, karena bayangannya jatuh lebih jauh
lagi di belakang retina. Dengan demikian untuk
mendapatkan ketajaman penglihatan sebaik-baiknya
penderita hipermetropia harus selalu berakomodasi, baik
untuk penglihatan jauh, apalagi untuk penglihatan dekat.
Penderita hipermetropia sukar untuk melihat dekat dan
tidak sukar melihat jauh. Penglihatan jauh dapat
terganggu bila hipermetropianya tinggi melebihi daya
akomodasi, jadi merupakan hipermetropia manifest
absolut.
3. Astigmatismus
Gejala dan tanda astigmatismus seseorang dengan
astigmat akan memberikan keluhan:
- Penglihatan ganda pada satu atau kedua mata.
- Melihat benda yang bulat menjadi lonjong.
- Penglihatan kabur.
- Bentuk benda berubah.
- Sakit kepala.
- Mata tegang dan pegal.
- Mata dan fisik lemah.

22
- Pada astigmat tinggi (4-8 D) yang selalu
melihat kabur sering mengakibatkan
ambliopia.
4. Presbyopia
Keluahan muncul pada saat membaca dekat. Semua
pekerjaan dekat sukar dilakukan karena penglihatan
kabur. Bila dipaksakan akan muncul keluhan lain yaitu
berupa mata lelah, berair, dan sering terasa pedas.
Penderita presbyopia memposisikan membaca dengan
menjauhkan kertas yang dibaca, sukar melakukan
pekerjaan dengan melihat dekat terutama di malam hari,
sering memerlukan sinar yang lebih terang untuk
membaca.

2.7 Cara Merawat Mata


• Mengkonsumsi makanan sehat. Makanan yang mengandung
antioksidan bagus bagi kesehatan mata karena dapat membantu
menurunkan risiko terjadinya katarak.
• Tidak merokok. Seseorang yang merokok memiliki risiko lebih
tinggi untuk mengalami katarak dan gangguan mata lainnya.
• Menggunakan kaca mata penangkal sinar matahari ketika harus
bekerja atau beraktivitas diluar ruangan.
• Melakukan olahraga secara rutin agar terhindar dari penyakit
degenaratif seperti diabetes melitus dan tekanan darah tinggi.
• Melakukan pemeriksaan mata secara rutin. Pemeriksaan mata secara
berkala dapat berguna untuk mencegah terjadinya gangguan mata
karena faktor keturunan atau komplikasi dari penyakit seperti
tekanan darah tinggi atau diabetes mellitus.
• Segera berkonsultasi dengan dokter jika terjadi perubahan pada
penglihatan. Beberapa tanda terjadinya gangguan pada mata adalah
seperti penglihatan ganda, penglihatan menjadi kabur, dan sulit

23
melihat pada ruangan yang kurang cahaya. Tanda dan gejala lain
seperti mata merah, sering berkedip, nyeri pada mata, dan bengkak.
• Jangan membaca sambil tiduran dan ditempat yang terlalu terang
atau terlalu gelap.
• Memandang benda-benda atau pemandangan jauh setelah membaca,
menulis, atau menonton cukup lama. Biarkan mata istirahat
sebentar.
• Jangan mengusap mata dengan tangan.
• Lindungi mata dari sinar matahari yang silau dan terlalu lama
dengan memakai kacamata gelap.
• Makan makanan bergizi, yang mengandung vitamin A.
• Cari lensa kontak dengan kualitas baik (bagi pemakai lensa kontak).
• Rawat lensa kontak dengan baik.
• Pakai lensa kontak sesuai jadwal yang disarankan.

24
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Salah satu alat indera pada manusia adalah mata atau indera
penglihatan, yang disebut juga dengan fotoreseptor karena mampu
menerima rangsangan fisik yang berupa cahaya. Ada 3 lapisan
jaringan atu selaput yang membungkus bola mata dari luar kedalam
yaitu sklera, koroid , dan retina.

Pada mata juga terdapat alat-alat tambahan yaitu otot-otot


mata, pelupuk-pelupuk mata dan kelenjar air mata, kotak mata
(rongga tempat mata) dan bulu mata. Pada mata juga sering
ditemukan kelainan-kelainan atau penyakit yang dapat
menyebabkan kerusakan pada mata seperti miopi, hipermetropi,
presbiopi, katarak, astigmatisma, dan lain- lain. Karena mata adalah
organ yang penting pada manusia, kita harus bisa melindungi mata
kita agar tidak terkena penyakit mata tersebut. Untuk itu banyak hal
yang bisa dilakukan, diantaranya mengkonsumsi vitamin A sesuai
kebutuhan, tidak menonton TV terlalu dekat dengan layar, tidak
membaca buku terlalu dekat/sambil tidur, tidak membaca diruangan
yang kurang cahaya/redup, dan bila mata terkena debu jangan
mengucek mata dengan tangan yang kotor karena dapat
menyebabkan mata iritasi.

25
DAFTAR PUSTAKA

1. Sherwood L, Santoso BI, editor. Fisiologi manusia: dari sel ke sistem.


Jakarta: EGC, 2017.h.160- 76.
2. Doctorology. Mekanisme melihat. Post at 2019. Diunduh dari
htp://doctorolooy.net/wp- content/uploads/2009/03/mekanisme-
penglibatan.pdf, 23 April 2011.
3. Seeley, R.R., Stephens, T.D., Tate, P., 2016. Anatomy and Physiology.
7th ed. New York: McGraw-Hill.
4. Almatsier, Sunita. 2018. Prinsip Dasar IImu Gizi. Jakarta. PT Gramedia
5. Riordan-Eva P, White OW. 2018. Optik & Refraksi. In: Vaughan DG,
Asbury T, Riordan-Eva P. Oftalmologi Umum. 17h ed. Alih Bahasa:
Pendit BU. Jakarta: Widya Medika. Hal: 382-398
6. Vaughan, D, Asbury, T, 2019, Oftalmologi Umum, Jakarta: EGC

26
Lembar Penilaian Makalah

NO BAGIAN YANG SKOR NILAI


DINILAI

1. Ada Makalah 60

2. Kesesuaian dengan 0-10

LO

3. Tata cara penulisan 0-10

4. Pembahasan materi 0-10

5. Cover dan 0-10

penjilidan

Total :

NB :

LO = Learning Objective

Medan, 6 November 2021

Dinilai oleh:

Tutor

(Prof. dr. H. M. Joesoef Simbolon, Sp. KJ (K) )

27

Anda mungkin juga menyukai