“PENGLIHATAN”
Disusun oleh :
FAKULTAS KEDOKTERAN
2018/2019
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa penyusun
dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah laporan praktikum fisiologi yang
berjudul “Laporan Praktikum Penglihatan ” dengan lancar. Dalam pembuatan
makalah ini, penyusun mendapat bantuan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan
ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen dan para
petugas laboran yang telah membantu kami sehingga makalah ini dapat selesai dengan
lancar. Serta semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang membantu
pembuatan makalah ini.
Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya
dan kami pada khususnya, kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini
masih jauh dari sempurna untuk itu kami menerima saran dan kritik yang bersifat
membangun demi perbaikan kearah yang kesempurnaan. Atas segala kekurangan dan
kelebihannya kami mohon maaf dan terima kasih.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
2. Optoptip Snellen
3. Seperangkat lensa
4. Perimeter
5. Senter
PRAKTIKUM
a) Dasar Teori
Keterangan:
1. Kornea, merupakan lapisan terluar dari mata yang bersifat kuat dan
tembus cahaya. Kornea berfungsi menerima dan meneruskan
cahaya.
5. Pupil, celah yang dibentuk oleh iris berfungsi sebagai tempat masuk
cahaya.
6. Otot mata, otot yang menyangga lensa kristalin dan mengatur besar
kecilnya lensa.
b) Tujuan
c) Cara Kerja
2. “Kornea”
a. “Iris”
d) Hasil Praktikum
Fungsi air sebagai media untuk cahaya agar bisa terbias dan
terfokus di satu titik di retina.
a) Dasar Teori
Refaksi mata adalah pembiasan sinar-sinar di dalam mata, dimana mata
dalam keadaaan istirahat. Pembiasan atau perubaghan arah sinar terjadi karena
sinar-sinar berjalan dari medium yang satu melewati medium lain yang
kepadatannya berbeda-beda.
Selain dipengaruhi oleh media refraksi, aksis bola mata berperan dalam
jatuhnya titik focus. Mata dianggap sebagai kamea potret, dimana system
refraksinya menghasilkan bayangan yang bersifat terbalik dan diperkecil.
Rangsangan ini diterima oleh nervus II (optikus) dan dibawa ke korteks otak
dan tampa sebagai bayangan yang tegak kembali. Pada mata normal (emetrop),
seluruh komponen berfungsi normal dengan aksis yang sesuai yang
memungkinkan bayangan untuk jatuh tepat di retina.
b) Tujuan
i. Hipermetropia
ii. Miopia
iii. Astigmatisme
3. Memperbaiki mata afakia ini dengan salah satu lensa sferi positif
yang dipasang sebagai kacamata di S1 atau S2 supaya bayangan
menjadi lebih tajam.
d) Hasil Percobaan
1. Hipermetropia
2. Miopia
3. Astigmatisma
4. Afakia
C. Visus
a) Dasar Teori
V=d/D
V : Visus
b) Tujuan
c) Prosedur
b. Pasang bingkai kaca mata khusus pada op dan tutup mata kirinya dengan
penutup hitam khusus yang tersedia di kotak lensa
c. Periksa visus mata kanan denga menyuruh op membaca huruf yang
saudara tunjuk.Mulai dari baris huruf paling terbesar sampai baris huruf
terkecil yang seluruhnya masih dapat dibaca oleh op secara lancer tanpa
kesalahan
d) Hasil Percobaan
D. Refraksi
a) Dasar Teori
b) Tujuan
c) Cara Kerja
a. Jika visus op tanpa lensa 6/6, maka itu tidak mungkin miop.Mata tersebut
mungkin emetrop atau hipermetrop.
c. Jika visus rata kanan orang percobaan tanpa lensa lebih kecil dari 6/6,
maka mata itu biasanya M. Untuk menetapkan derajat M, dilakukan
pemeriksaan sebagai berikut :
d. Jika pada orang tua visus <6/6 maka itu adalah presbyopia.
e. Jika pada pemberian lensa sferis visus mata tidak 6/6,harus diingat
adanya astigmatisma.Suruhlah op dengan salah satu matanya untuk
melihat gambar kipas.Bila terdapat garis yang lebih kabur,mata op
astigmatisma.Tentukan meridian garis tersebut!Lakukan koreksi dengan
menambahkan lensa silindris tegak lurus pada garis median yang terlihat
paling tegas sehingga warna hitam pada garis pada semua meridian
merata.
d) Hasil Percobaan
a) Dasar Teori
b) Tujuan
6. Ulangi 2 tindakan diatas, tiap kali diputar 30o sesuai arah jarum jam dari
pemeriksa sampai busur vertikal.
7. Ulangi 2 tindakan diatas, tiap kali diputar 30o berlawanan arah jarum jam
dari pemeriksa sampai busur horizontal.
d) Hasil Pecobaan
MATA KANAN
MATA KIRI
No. Derajat Putih Merah Biru Hijau Kuning
1. 0 70 60 50 45 50
2. 30 35 35 45 45 50
3. 60 25 25 20 20 25
4. 90 25 40 20 20 25
5. 120 35 30 30 30 30
6. 150 45 40 40 35 30
7. 180 75 70 70 60 45
8. 210 75 75 70 65 65
9. 240 60 70 65 55 45
10. 270 50 45 50 50 50
11. 300 50 45 40 40 50
12. 330 55 50 45 55 60
13. 360 70 60 50 45 50
F. Refleks Pupil
a) Dasar Teori
b) Tujuan
d) Hasil Percobaan
a) Dasar Teori
Bintik buta adalah bagian pada retina dimana tidak terdapat sel-sel
fotoreseptor yang berfungsi menerima rangsang cahaya, sehingga ketika
cahaya jatuh di tempat tersebut tidak akan terjadi penghantaran rangsang
menuju otak.Bintik buta manusia terdapat pada bagian belakang mata. Tepat
di belakang bintik buta merupakan saluran untuk pembuluh darah dan saraf
yang masuk jaringan mata. Titik buta dari setiap orang relative berbeda
tergantung kemampuan mata masing-masing.Jarak bintik buta pada mata
kanan kiri manusia rata-rata adalah sama, namun biasanya dapat ditemui
perbedaan yang tidak terlalu kentara.
b) Tujuan
c) Cara Kerja
KESIMPULAN
1. Sebagai salah satu alat optik, bagian-bagian mata bekerja berdasarkan pada sifat-
sifat cahaya.
3. Nilai visus normal adalah 6/6. Namun adakalanya visus menjadi lebih kecil atau
lebih besar dari 6/6. Hal itu bisa terjadi karena berbagai hal berdasarkan kelainan
yang diderita.
6. Refleks Pupil terjadi karena adanya refleks dari cahaya yang memberikan
kedalaman fokus yang lebih besar sehingga pupil bisa mengatur jumlah cahaya
yang masuk agar kita tidak kekurangan atau kelebihan cahaya.
7. Bintik buta tidak peka terhadap cahaya, maka bila pembiasaan cahaya dari suatu
benda jatuh di bagian bintik buta pada retina, maka bayangan benda tersebut tidak
nampak.
LAMPIRAN