Anda di halaman 1dari 22

SPECIAL SENSORY SYSTEM

LAPORAN PRATIKUM FISIOLOGI

“PENGLIHATAN”

Disusun oleh :

Khofifah Siti hafsah 1810211039

Elvira Alya 1810211043

Bella Adisya 1810211079

Gladys Imanda 1810211080

Rahmanita Kamila Z. 1810211082

Rahmah Salsah H. 1810211099

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA

2018/2019
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa penyusun
dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah laporan praktikum fisiologi yang
berjudul “Laporan Praktikum Penglihatan ” dengan lancar. Dalam pembuatan
makalah ini, penyusun mendapat bantuan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan
ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen dan para
petugas laboran yang telah membantu kami sehingga makalah ini dapat selesai dengan
lancar. Serta semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang membantu
pembuatan makalah ini.

Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya
dan kami pada khususnya, kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini
masih jauh dari sempurna untuk itu kami menerima saran dan kritik yang bersifat
membangun demi perbaikan kearah yang kesempurnaan. Atas segala kekurangan dan
kelebihannya kami mohon maaf dan terima kasih.

Jakarta, 5 Mei 2019

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penglihatan sangat penting bagi kehidupan manusia. Mata merupakan


alat indra yang terdapat pada manusia yang secara konstan menyesuaikan pada
jumlah cahaya yang masuk, memusatkan perhatian pada objek yang dekat dan
jauh serta menghasilkan gambaran yang kontinu yang dengan segera di
hantarkan pada otak.

Dalam wadah pelindungnya, masing- masing mata mempunyai suatu


lapisan sel- sel reseptor suatu sistem optik (kornea, lensa, akuos humoor,
korpus vitreum) untuk memusatkan cahaya pada reseptor dan sistem saraf
untuk mengantarkan impuls dari reseptor ke otak. Saraf mengubah pada
kiasma optik yang terletak di bagian bawah depan otot dan memadukan impuls
yang berasal dari mata kanan dan mata kiri. Kemudian impuls saraf
melanjutkan ke wilayah yang ada di bagian bawah belakang otak dan kulit luar
penglihatan kiri dan kanan. Selanjutnya impuls dianalisis oleh otak sehingga
bisa melihat. Lebih dari ( 70% ) reseptor sensorik pada tubuh manusia terletak
di mata dan sebagian besar korteks berperan dalam memproses informasi
visual.

Pada praktikum akan dipelajari proses pembentukan bayangan pada


susunan optik mata, kemampuan refraksi, luas lapang pandang, refleks cahaya,
dan bintik buta.

B. Tujuan

Setelah mengikuti praktikum, mahasiswa dapat :

1. Menyebutkan nama dan fungsi semua bagian model mata cenco -


ingersoll yang menirukan mata sebagian susunan optik

2. Mendemonstrasikan berbagai keadaan dibawah ini dengan menggunakan


model mata cenco - ingersoll :

a. Mata emetrop tanpa atau dengan akomodasi

b. Mata miop serta tindakan koreksi

c. Mata hipermetrop serta tindakan koreksi


d. Mata astigmat serta tindakan koreksi

e. Mata afakiya serta tindakan koreksi

3. Menetapkan visus seseorang dengan menggunakan optotip snellen

4. Memeriksa luas lapang pandang

5. Memeriksa refleks pupil langsung dan tidak langsung

6. Mengidentifikasi adanya bintik buta

C. Alat dan Bahan Praktikum

1. Model mata Cenco - Ingersoll dengan perlengkapannya

2. Optoptip Snellen

3. Seperangkat lensa

4. Perimeter

5. Senter

6. Gambar King Charles


BAB II

PRAKTIKUM

A. Mata Sebagai Susunan Optik

a) Dasar Teori

Mata merupakan indra penglihatan yang sangat penting. Kita dapat


melihat dunia yang indah ini dengan mata. Mata termasuk alat optik karena di
dalamnya terdapat lensa mata yang digunakan untuk menerima cahaya yang
dipantulkan oleh benda-benda yang kita lihat. Dalam hal ini, mata dapat
melihat suatu benda jika ada cahaya dan benda tersebut dapat memantulkan
cahaya. Ketika dalam keadaan gelap, mata kita tidak dapat melihat benda. Hal
ini disebabkan karena tidak adanya cahaya yang masuk ke mata dari benda-
benda yang memantulkannya atau dari sumber cahaya.

Sebagai salah satu alat optik, bagian-bagian mata bekerja berdasarkan


pada sifat-sifat cahaya.

Keterangan:

1. Kornea, merupakan lapisan terluar dari mata yang bersifat kuat dan
tembus cahaya. Kornea berfungsi menerima dan meneruskan
cahaya.

2. Aqueous humor, merupakan cairan di antara kornea dan lensa mata.

3. Lensa kristalin, lensa mata yang berperan penting mengatur letak


bayangan agar tepat jatuh di bintik kuning. Lensa mata terbuat dari
bahan bening dan kenyal. Lensa mata berfungsi untuk membentuk
bayangan benda. Lensa mata berupa lensa cembung.

4. Iris, selaput yang membentuk celah lingkaran di tengah-tengahnya.


Iris memberikan warna pada mata dan berfungsi untuk mengatur
besar-kecil pupil untuk membatasi jumlah cahaya yang masuk.

5. Pupil, celah yang dibentuk oleh iris berfungsi sebagai tempat masuk
cahaya.

6. Otot mata, otot yang menyangga lensa kristalin dan mengatur besar
kecilnya lensa.

7. Vitreus humor, cairan bening yang mengisi rongga mata.

8. Retina, lapisan pada dinding belakang bola mata tempat bayangan


dibentuk. Retina adalah tempat jatuhnya bayangan yang dibentuk
oleh lensa mata.

9. Bintik kuning, lengkungan pada retina yang merupakan bagian yang


paling peka pada retina.

10. Syaraf optik, penerus rangsang cahaya dari retina ke otak.

b) Tujuan

1. Menyebutkan nama dan fungsi semua bagian model mata Cenco-


Ingersoll yang menirukan mata sebagai susunan optik.

c) Cara Kerja

Pelajari model mata Cenco-Ingersoll dengan perlengkapannya :

1. Sebuah bejana yang terisi air hampir penuh

2. “Kornea”

3. “Retina” yang dapat diletakkan di 3 tempat yang berbeda

4. Benda yang bercahaya (Lampu). Perhatikan arah anak panah.

5. Kotak yang berisi

a. “Iris”

b. 4 lensa sferis masing-masing berkekuatan : +2D,+7D,+20D,-1,75D


c. 2 lensa silindris masing-masing berkekuatan : +1,75D dan -5,5D

d) Hasil Praktikum

1. Apa fungsi air pada model mata ?

Fungsi air sebagai media untuk cahaya agar bisa terbias dan
terfokus di satu titik di retina.

2. Apa analogi air dalam model dengan cairan pada mata ?

Analogi air pada model mata adalah sebagai model badan


vitreous atau vitreous humour.

3. Mengapa disediakan tempat yang berbeda-beda untuk retina?

Tempat yang berbeda2 itu sebagai analogi untuk panjang bola


mata, dimana pada bola mata normal, maka penglihatan akan emetrop
yang berarti bayangan jatuh di retina posisi tengah. Kalau bola mata
panjang, berarti retina diletakkan di posisi belakang, dan bola mata
pendek maka retina diletakkan di posisi depan.

4. Perhatikanlah bayangan benda bercahaya pada retina, seperti apakah


bayangan (arah anak panah) tersebut ?

Bayangan anak panah tampak terbalik. Ini menunjukkan bahwa


pada mata manusia, bayangan yg jatuh di retina merupakan bentuk
terbalik dari cahaya. Dan akan di balikkan lagi di otak.

5. Bagaimana kita dapat membedakan lensa sferis positif dan negatif?

Lensa sferis negatif berbentuk bikonkaf dan membuat cahaya


jatuh dibelakang retina (pada kondisi bola mata yang normal)
sedangkan sferis positif berbentuk bikonveks dan membuat cahaya
jatuh di depan retina (pada kondisi bola mata yang normal)

6. Bagaimana kita dapat membedakan lensa sferis dengan silindris?

Lensa sferis memiliki permukaan rata bikonkaf atau bikonveks,


sedangkan lensa silindris permukaannya tidak rata dalam artian
memiliki 2 meridian.

B. Emetropia, Hipermetropia, Miopia, Astigmatisma, dan Mata Afakia

a) Dasar Teori
Refaksi mata adalah pembiasan sinar-sinar di dalam mata, dimana mata
dalam keadaaan istirahat. Pembiasan atau perubaghan arah sinar terjadi karena
sinar-sinar berjalan dari medium yang satu melewati medium lain yang
kepadatannya berbeda-beda.

Media refraksi semuanya bersifat transparan dan terdiri dari kornea,


kamera oculi anterior dan posteior, lensa, badan kaca dan retina. Yang berperan
paling besar adalah kornea dan lensa, yang mana jika tedapat kelainan pada
kedua struktur tersebut maka akan memengaruhi jatuhnya focus yang
seharusnya tepat pada retina.

Selain dipengaruhi oleh media refraksi, aksis bola mata berperan dalam
jatuhnya titik focus. Mata dianggap sebagai kamea potret, dimana system
refraksinya menghasilkan bayangan yang bersifat terbalik dan diperkecil.
Rangsangan ini diterima oleh nervus II (optikus) dan dibawa ke korteks otak
dan tampa sebagai bayangan yang tegak kembali. Pada mata normal (emetrop),
seluruh komponen berfungsi normal dengan aksis yang sesuai yang
memungkinkan bayangan untuk jatuh tepat di retina.

Adapun terdapat kelainan refraksi di antaranya hipermetropia, myopia


dan astigmatisma. Pada hipermetropia, kekuatan akomodasi lensa berkurang
atau aksis terlalu dekat sehingga bayangan jatuh di belakang retina. Pada
myopia, kekuatan akomodasi terlalu kuat atau aksis bola mata terlalu jauh
sehingga bayangan jatuh di depan retina. Serta pada astigmatima terjadi
kelainan kelengkungan lensa atau korna sehingga bayangan memiliki banyak
titik focus di retina. Adapun terdapat kelianan kongenital yaitu afakia dimana
mata tidak memiliki lensa sehingga tidak memiliki kekuatan akomodasi.

b) Tujuan

Mendemonstrasikan pelbagai keadaan dibawah ini dengan


menggunakan model mata Cenco-Ingersoll :

1. Mata emetrop tanpa atau dengan akomodasi

2. Mata miop serta tindakan koreksi

3. Mata hipermetrop serta tindakan koreksi

4. Mata astigmat serta tindakan koreksi

5. Mata afakia serta tindakan koreksi


c) Cara Kerja

i. Hipermetropia

1. Mengarahkan model mata tetap ke jendela dan tetap menggunakan


lensa sferis +7D sebagai lensa kristalina

2. Setelah diperoleh bayangan tegas (no A ad.4) kemudian


memindahkan retina buatan ke Rh. Bayangan menjadi kabur lagi.

3. Mengoreksi kelainan ini dengan meletakkan lensa yang sesuai di


S1 atau S2 sebagai kaca mata sehingga bayangan menjadi tegas
kembali

4. Mencatat jenis dan kekuatan lensa yang dipasang di S1 atau S2

ii. Miopia

1. Mengankat lensa sferis positif dari S1 atau S2. Mengembalikan


retina buatan ke R. Bayangan yang tetap tegas.

2. Memindahkan retina buatan ke Rm. Bayangan menjadi kabur.

3. Memperbaiki kelainan ini dengan meletakkan lensa yang sesuai di


S1 atau S2 sebagai kaca mata sehinggga bayangan menjadi tegas.

4. Mencatat jenis dan kekuatan lensa yang dipasang di S1 atau S2.

iii. Astigmatisme

1. Mengangkat lensa sferis negatif dari S1 atau S2 dan memindahkan


retina buatan ke R.

2. Meletakkan lensa silindris -5,5D di G2. Sebagian bayangan


menjadi kabur

3. Memperbaiki kelainan ini dengan meletakkan lensa yang sesuai di


S1 atau S2, dan mengatur arah sumbunya sehingga seluruh
bayangan menjadi tegas.

4. Mencatat jenis, kekuatan, dan arah sumbu lensa yang dipasang di


S1 atau S2.

iv. Mata Afakia

1. Membuat susunan seperti yang didapatkan pada A ad.4


2. Mengangkat lensa kristalina sehingga terjadi mata afakia, yaitu
mata tanpa lensa kristalina.

3. Memperbaiki mata afakia ini dengan salah satu lensa sferi positif
yang dipasang sebagai kacamata di S1 atau S2 supaya bayangan
menjadi lebih tajam.

4. Mencatat jenis dan kekuatan lensa yang dipasang di S1 atau S2.

d) Hasil Percobaan

1. Hipermetropia

Pada percobaan ini terlihat bayangan tidak jelas akibat aksis


mata yang terlalu pendek, maka dikoreksi dengan lensa sferis positif
dengan kekuatan +2.00 dioptri.

2. Miopia

Pada percobaan ini terlihat bayangan tidak jelas akibat aksis


mata yang terlalu jauh, maka dikoreksi dengan lensa sferis negative
dengan kekuatan -1.75 dioptri.

3. Astigmatisma

Pada percobaan ini, lensa mengalami kelainan kelengkungan


sehingga tidak menghasilkan bayangan yang focus di retina. Dikoreksi
dengan lensa silindis dengan kekuatan +1.75 dioptri.

4. Afakia

Pada percobaan ini, tidak digunakan lensa maka bayangan


memerlukan kekuatan akomodasi yang tinggi dan dikoreksi dengan
lensa sferis positif berkekuatan tinggi yaitu +7 dioptri.

C. Visus

a) Dasar Teori

Ketajaman penglihatan dipergunakan untuk menentukan penggunaan


kacamata. Ketajaman pengelihatan dinyatakan dalam bentuk pecahan, dengan
pembilangnya menunjukan jarak yang dipergunakan pada waktu melakukan
pemeriksaan, dalam kaki atau meter. Sedangkan penyebutnya menunjukan jarak
gambar, angka, atau huruf mana yang dapat dibaca dengan benar. Ketajaman
anatomis rata – rata adalah 20/20 (kaki) atau 6/6 (meter).

Di bidang klinis ketajaman penglihat dikenal dengan nama visus. Visus


penderita berfungsi untuk memberikan keterangan tentang baik buruknya mata
secara keseluruhan. Jadi, visus adalah nilai kebaikan sudut (dalam menit) terkecil
dimana benda terlihat dan dapat di bedakan. Pada saat menentukan visus para ahli
optimetri mempergunakan kartu snellen dengan berbagai ukuran dan jarak yang
sudah ditentukan. Ketajaman mata dapat mengalami gangguan yang sering
dikenal dengan kelainan refraksi, yaitu hipermetropi, miopi, astigmata. Pada
percobaan dengan snellen chart walaupun OP dapat melihat pada visus 6/6 atau
20/20 belum tentu mata OP emetrop, mungkin saja mata OP tersebut hipermetrop.

Jadi untuk mengetahui apakah mata pasien emetrop atau hipermetrop,


pemeriksa juga harus melakukan pemeriksaan dengan menggunakan kacamata
sferis dengan kekuatan +0.25 dipotri, jika setelah penggunaan kacamata
OP mengalami penurunan visus berarti mata OP emetrop tapi jika setelah
memakai kacamata tersebut pasien mengalami perbaikan visus berarti mata pasien
hipermetrop.

V=d/D

V : Visus

d : jarak antara mata yang diperiksa dengan optotip Snellen

D : jarak yang seharusnya mata emetrop masih dapat mengenal huruf


terkecil yang terbaca oleh op

b) Tujuan

1. Menetapkan visus seseorang dengan menggunakan optotip Snellen

2. Melakukan pemeriksaan refraksi dan tindakan koreksi dengan


menggunakan optotip Snellen, seperangkat lensa dan gambar kipas
Lancaster Regan.

c) Prosedur

a. Suruh op menghadap optotip snellen pada jarak 6,1 m(20ft)

b. Pasang bingkai kaca mata khusus pada op dan tutup mata kirinya dengan
penutup hitam khusus yang tersedia di kotak lensa
c. Periksa visus mata kanan denga menyuruh op membaca huruf yang
saudara tunjuk.Mulai dari baris huruf paling terbesar sampai baris huruf
terkecil yang seluruhnya masih dapat dibaca oleh op secara lancer tanpa
kesalahan

d. Ulangi pemeriksaan pada tangan kiri

d) Hasil Percobaan

Q: apabila pada pemeriksaan mata kanan op dapat membaca dengan


lancar tanpa kesalahan huruf yang ditandai dengan angka
30ft/9,14m,berapakah visus op?

A : Visus Snellen kaki : 20/30 atau Snellen meter 6/9,14.Orang emetrop


dapat melihat jelas huruf dengan visus 6/6. Sedangkan op hanya dapat
melihatnya dengan jelas pada jarak 6 m sedangkan orang emetrop melihat jelas
pada 9,14 m.

D. Refraksi

a) Dasar Teori

Refraksi atau Pembiasan adalah perubahan arah gelombang saat


menemukan perubahan dalam medium transmisi. Proses pembiasan
memungkinkan mata dan lensa untuk membentuk gambar. Ketika terjadi
perubahan gelombang, kecepatan gerak gelombang mengalami perubahan,
namun frekuensinya tetap sama.

Ketika cahaya melewati dari medium cepat menuju medium lambat,


refraksi menyebabkan gelombang cahaya untuk menekuk. Jumlah lentur yang
terjadi tergantung pada indeks bias untuk dua medium yang berbeda.

b) Tujuan

Untuk memeriksa daya bias susunan optik mata (refraksi Mata)

c) Cara Kerja

a. Jika visus op tanpa lensa 6/6, maka itu tidak mungkin miop.Mata tersebut
mungkin emetrop atau hipermetrop.

Untuk membedakan kedua hal di atas dilakukan pemeriksaan


sebagai berikut :
1. Memasang bingkai kacamata khusus pada orang percobaan dan
menutup mata kirinya dengan penutup hitam khusus.

2. Memasang di depan mata kanannya lensa sferis +0,25D dan


memeriksa visus matanya lagi.

3. Jika mata kanan orang percobaan E, pemeriksaan dihentikan.

4. Jika mata orang percobaan H, meneruskan pemasangan lensa-


lensa dengan setiap kali memberikan lensa positif yang 0,25D
lebih kuat. Lensa positif yang terkuat, yang memberikan visus
maksimal merupakan ukuran bagi derajat H yang dinyatakan
dalam Dioptri.

5. Mencatat derajat H orang percobaan dalam Dioptri

b. Untuk membedakannya lakukan pemeriksaan lanjutan. Pasang lensa


sferis +0,25D dan periksa visus matanya lagi.

c. Jika visus rata kanan orang percobaan tanpa lensa lebih kecil dari 6/6,
maka mata itu biasanya M. Untuk menetapkan derajat M, dilakukan
pemeriksaan sebagai berikut :

1. Memasang bingkai kacamata khusus pada orang percobaan dan


tutup mata kirinya dengan penutup mata khusus.

2. Memasang di depan mata kanannya dengan lensa sferis negatif,


mulai dari -0,25D dengan setiap kali memberikan lensa negatif
yang 0,25D lebih kuat. Memeriksa visus matanya lagi setiap kali
setelah perubahan kekuatan lensa. Lensa negatif yang terlemah,
yang memberikan visus maksimal merupakan ukuran bagi derajat
M yang dinyatakan dalam Dioptri.

3. Mencatat derajat M orang percobaan dalam Dioptri.

d. Jika pada orang tua visus <6/6 maka itu adalah presbyopia.

e. Jika pada pemberian lensa sferis visus mata tidak 6/6,harus diingat
adanya astigmatisma.Suruhlah op dengan salah satu matanya untuk
melihat gambar kipas.Bila terdapat garis yang lebih kabur,mata op
astigmatisma.Tentukan meridian garis tersebut!Lakukan koreksi dengan
menambahkan lensa silindris tegak lurus pada garis median yang terlihat
paling tegas sehingga warna hitam pada garis pada semua meridian
merata.

d) Hasil Percobaan

1. Mengapa mata hipermetrop dapat mempunyai visus 6/6? Karena mata


hipermetrop dapat mengadakan kompensasi dengan akomodasi.

2. Bila ternyata visusnya menjadi lebih kecil,apakah kesimpulan saudara?


Mata kanan OP emetropia.

3. dan apabila visusnya tetap 6/6,bahkan op merasa lebih enak,apakah


kesimpulan saudara? Mata kanan OP hipermetropia.

Mata Kiri Mata Kanan

Visus: 20/30 Visus: 20/70

Refraksi mata: -0.75D Refraksi mata: -1D

E. Pemeriksaan Lapang Pandang

a) Dasar Teori

Lapang pandang merupakan suatu kemampuan seseorang untuk melihat


objek ke arah lateral, medial, superior, dan inferior. Orang yang mengalami
kehilangan penglihatan (visual impairment) adalah orang yang memiliki
ketajaman penglihatan 20/200 atau lebih buruk dari itu setelah dikoreksi
dengan menggunakan lensa, dan memiliki lapang pandang tidak lebih dari 20
derajat (Koestler, 1976 dalam Scholls Geraldine 1986).

Lapang pandang merupakan area yang dapat dilihat oleh seseorang ke


arah atas - bawah dan samping kanan - kiri tanpa harus melirik dengan
pandangan tetap lurus ke depan. Pada orang normal, lapang pandang ke arah
atas kira-kira 50 derajat, ke arah bawah 70 derajat, ke arah samping dalam 60
derajat, dan ke arah samping luar 90 derajat.

b) Tujuan

Untuk mengukur besarnya lapang pandang seseorang.


c) Prosedur

1. Suruh OP duduk membelakangi cahaya menghadap perimeter.

2. Pasang formulir perimeter

3. Suruh OP memusatkan Penglihatannya pada titik fiksasi di tengah


perimeter

4. Gunakan benda yang dapat digeser pada busur perimeter untuk


pemeriksaan luas lapang pandang. Pilihlah bulatan putih!

5. Gerakkan bulatan putih perlahan-lahan. Tepat pada saat OP melihat


bulatan putih tersebut, pergeseran benda dihentikan. Baca tempat
penghentian tersebut dan catat pada formulir.

6. Ulangi 2 tindakan diatas, tiap kali diputar 30o sesuai arah jarum jam dari
pemeriksa sampai busur vertikal.

7. Ulangi 2 tindakan diatas, tiap kali diputar 30o berlawanan arah jarum jam
dari pemeriksa sampai busur horizontal.

8. Periksa lapang pandang OP untuk berbagai warna lain, misalnya kuning


dan biru dengan cara yang sama.

d) Hasil Pecobaan

MATA KANAN

No. Derajat Putih Merah Biru Hijau Kuning


1. 0 80 70 75 70 75
2. 30 70 70 80 80 75
3. 60 55 50 50 45 50
4. 90 55 60 50 50 50
5. 120 50 45 50 60 60
6. 150 55 60 55 60 60
7. 180 70 65 70 65 60
8. 210 65 70 70 65 60
9. 240 60 60 70 60 60
10. 270 70 65 60 65 50
11. 300 75 70 65 50 65
12. 330 75 70 60 55 85
13. 360 80 70 75 70 75

MATA KIRI
No. Derajat Putih Merah Biru Hijau Kuning
1. 0 70 60 50 45 50
2. 30 35 35 45 45 50
3. 60 25 25 20 20 25
4. 90 25 40 20 20 25
5. 120 35 30 30 30 30
6. 150 45 40 40 35 30
7. 180 75 70 70 60 45
8. 210 75 75 70 65 65
9. 240 60 70 65 55 45
10. 270 50 45 50 50 50
11. 300 50 45 40 40 50
12. 330 55 50 45 55 60
13. 360 70 60 50 45 50

F. Refleks Pupil

a) Dasar Teori

Pupil adalah Rongga diantara iris tempat cahaya masuk, memiliki


refleks yang bergantung dengan besar-kecil intensitas cahaya. Ditempat yang
gelap dimana intensitas cahayanya kecil maka pupil akan menbesar, agar
cahaya dapat lebih banyak masuk kemata. Ditempat yang sangat terang dimana
intensitas cahayanya cukup tinggi atau besar maka pupil akan mengecil, agar
cahaya lebih sedikit masuk kemata untuk menghindari mata agar tidak silau,
bila cahaya diarahkan kesalah satu mata pupil akan berkontraksi, kejadian
tersebut dinamakan refleks pupil atau refleks cahaya pupil.

Ukuran pupil tergantung beberapa faktor antara lain umur, tingkat


kesadaran, kuatnya penyinaran, dan tingkat akomodasi. Perubahan diameter
pupil dipengaruhi oleh aktifitas saraf eferen serabut simpatis dan parasimpatis.
Fungsi saraf simpatik adalah dilatasi pupil dengan efek yang kecil pada otot
siliaris , sedangkan fungsi saraf parasimpatik untuk miosis pupil dengan efek
terhadap kontraksi M.siliaris serta efek akomodasi. Jadi diameter pupil
ditentukan oleh aksi antagonistik antara M.sfingter pupiliae dan M.dilator
pupiliae.

b) Tujuan

Untuk mengetahui kemampuan refleks pupil seseorang.


c) Cara Kerja

a. Sorot mata kanan op dengan lampu senter dan perhatikan perubahan


diameter pupil pada mata tersebut

b. Sorot mata kanan op dengan lampu senter dan perhatikan perubahan


diameter pupil pada mata kirinya

d) Hasil Percobaan

Setelah melakukan percobaan sesuai dengan intruksi diatas, didapatkan


hasil berupa perubahan diameter pupil pada mata kanan dan mata kiri menjadi
lebih menyempit saat disorot dengan lampu senter. Hal tersebut diakibatkan
oleh ĺebar pupil yang diatur oleh iris sesuai dengan intensitas cahaya yang
diterima oleh mata.

G. Pemeriksaan Blind Spot

a) Dasar Teori

Bintik buta adalah bagian pada retina dimana tidak terdapat sel-sel
fotoreseptor yang berfungsi menerima rangsang cahaya, sehingga ketika
cahaya jatuh di tempat tersebut tidak akan terjadi penghantaran rangsang
menuju otak.Bintik buta manusia terdapat pada bagian belakang mata. Tepat
di belakang bintik buta merupakan saluran untuk pembuluh darah dan saraf
yang masuk jaringan mata. Titik buta dari setiap orang relative berbeda
tergantung kemampuan mata masing-masing.Jarak bintik buta pada mata
kanan kiri manusia rata-rata adalah sama, namun biasanya dapat ditemui
perbedaan yang tidak terlalu kentara.

b) Tujuan

Untuk mengetahui bagaimana jika bayangan jatuh ke bintik buta pada


mata.

c) Cara Kerja

a. Suruh op Menutup Mata kirinya

b. Mintalah op tetap fokus melihat gambar titik sambil mendekatkan gambar


perlahan-lahan . Kira-kira pada jarak 12 inchi, kepala King Charles akan
hilang .Pada jarak tersebut kepala King Charles jatuh pada bintik buta mata
kanan op
d) Hasil Percobaan

Hasil dari percobaan pemeriksaan bintik buta yaitu pada saat


mendekatkan gambar perlahan-lahan ke dekat mata, pada jarak tertentu
bayangan dari kepala King Charles, yang sejajar dengan titik yang difokuskan
untuk dilihat mata ,menjadi menghilang. Hal demikian terjadi akibat bayangan
dari kepala King Charles jatuh pada bintik buta.
BAB III

KESIMPULAN

1. Sebagai salah satu alat optik, bagian-bagian mata bekerja berdasarkan pada sifat-
sifat cahaya.

2. Koreksi kelainan disesuaikan menggunakan lensa berdasarkan kelainan yang


diderita.

Hipermetropi Lensa cembung

Miopi Lensa cekung

Astigmatisma Lensa silindris

Afakia Lensa cekung

3. Nilai visus normal adalah 6/6. Namun adakalanya visus menjadi lebih kecil atau
lebih besar dari 6/6. Hal itu bisa terjadi karena berbagai hal berdasarkan kelainan
yang diderita.

4. Lensa cembung digunakan untuk mata yang hypermetropi, Lensa cekung


digunakan untuk mata yang myopi, Untuk normal visusnya adalah 6/6. Untuk
mata yang astigmatisma, kelainan mata pada sumbu vertikal dapat ditolong pada
sumbu horisontalnya, demikian pula sebaliknya.
5. Dari percobaan diketahui bahwa bentuk lapang pandang tidak simetris karena
mata, kelopak mata, dan hidung yang menonjol, dan tidak meratanya pembagian
sel batang dan kerucut di retina.

6. Refleks Pupil terjadi karena adanya refleks dari cahaya yang memberikan
kedalaman fokus yang lebih besar sehingga pupil bisa mengatur jumlah cahaya
yang masuk agar kita tidak kekurangan atau kelebihan cahaya.

7. Bintik buta tidak peka terhadap cahaya, maka bila pembiasaan cahaya dari suatu
benda jatuh di bagian bintik buta pada retina, maka bayangan benda tersebut tidak
nampak.

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai