Anda di halaman 1dari 45

LAPORAN FISIOLOGI PENGLIHATAN

MODUL PENGINDERAAN
KELOMPOK A1

Disusun Oleh :
Agung Priasmoyo I11112003
Marisa I1011131034
Bella Faradiska Yuanda I1011131041
Dendy Frannuzul Ramadhan I1011131065
Rina Paramita Utami I1011141007
Nabiyur Rahma I1011141015
Dimas Pria Abdi Pratama I1011141026
Muhammad Sukri I1011141028
Maghfira Aufa Asli I1011141036
Budi Hartono I1011141040
Kristian Wilson I1011141047
Anton Lius I1011141077

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2017
Model Fungsional Mata

A. Pendahuluan

Gambar 1. Anatomi mata1


Mata merupakan salah satu dari panca indra sebagai penglihatan. Agar
dapat melihat mata harus menangkap pola pencahayaan di lingkungan sebagai
gambar atau bayangan optis di lapisan sel peka sinar yaitu retina yang mana
terdapat sel fotoreseptor seperti sel kerucut dan sel batang. Mata memiliki
seperangkat komponen optik yang mampu membiaskan sinar yang melaluinya.2,3
Komponen optik tersebut adalah:
1. Kornea
Kornea merupakan bagian tunika fibrosa yang transparan tidak mengandung
pembuluh darah dan kaya akan ujung-ujung serat saraf.9 Fungsi dari kornea
adalah menerima serta meneruskan cahaya yang masuk ke mata dan
memberikan perlindungan terhadap bagian sensitif mata yang ada di
bawahnya.
2. Aqueous humor
Aqueous humor adalah cairan pengisi antara kornea dan lensa mata. Aqueous
humor berfungsi memberi nutrisi dan mempertahankan bentuk pada mata.
3. Lensa
Terdiri atas 3 lapisan yaitu kapsul lensa, epitel subkapsul, dan serat lensa.
Serat-serat lensa merupakan sel yang kehilangan inti dan organel lainnya,
kemudian diisi oleh protein lensa bernama crystallin yang akan meningkatkan
indeks pembiasan lensa. Lensa tidak mengandung pembuluh darah, nutrisinya
diperoleh lewat aqueous humor dan korpus vitreus. Lensa bersifat
impermeabel, namun transparan.2 Lensa mata mempunyai peran yang penting
yaitu memfokuskan bayangan supaya jatuh tepat di bintik kuning. Lensa mata
mengatur penyesuaian terhadap jarak benda dengan jalan mengatur cembung
dan pipihnya lensa sehingga bayangan jatuh di retina. Proses itu disebut
berakomodasi. Apabila jarak benda sangat dekat, lensa akan mencembung.
Sebaliknya, apabila jarak benda jauh, lensa mata akan memipih. Lensa mata
dalam keadaan secembung-cembungnya, dikatakan berakomodasi
maksimum. Sebaliknya, lensa mata dalam keadaan sepipih-pipihnya,
dikatakan berakomodasi minimum atau tidak berakomodasi (Gambar 2).
4. Iris
Permukaan posterior iris lebih halus dan memiliki banyak sel-sel pigmen
yang akan mencegah cahaya melintas lewat iris. Hal ini membuat cahaya
terfokuskan masuk lewat pupil. Jumlah sel melanosit yang terdapat pada iris
akan memengaruhi warna mata. Terdapat 2 jenis otot polos, yaitu otot dilator
pupil dan otot konstriktor pupil.1 letaknya berada tepat di belakang kornea.
5. Pupil
Pupil adalah celah yang terletak di tengah iris yang merupakan bagian mata
yang berfungsi mengatur besar kecilnya cahaya yang masuk ke bola mata.
Gambar 2. Fungsi lensa pada mata1

6. Vitreus humor
Vitreus humor adalah cairan bening pengisi bola mata yang terletak di antara
lensa mata dan retina. Vitrous humor memiliki fungsi yang sama dengan
aqueoushumour, yaitu memberi dan mempertahankan bentuk pada mata.
Fungsinya meneruskan cahaya dari lensa menuju ke retina.
7. Retina
Retina merupakan lapisan terdalam bola mata, mengandung sel fotoreseptor
batang dan kerucut. Retina memiliki lempeng optik (diskus optikus) yang
merupakan tempat keluarnya nervus optikus.4 Retina memiliki fungsi untuk
menangkap cahaya dan kemudian meneruskannya sampai ke saraf mata.

B. Tujuan
Tujuan Instruksional Umum
Memahami dasar-dasar refraksi dan kelainan serta tindakan koreksinya
melalui model fungsional mata
Tujuan Khusus
1. Menjelaskan padanan bagian-bagian model fungsional mata dengan
bagian-bagian mata serta fungsinya
2. Mendemonstrasikan pelbagai keadaan refraksi serta tindakan koreksinya
dengan menggunakan model fungsional mata:
a. Mata emetrop tanpa akomodasi
b. Mata miopia serta tindakan koreksinya
c. Mata hipermetropia serta tindakan koreksinya

C. Alat yang diperlukan


1. Model fungsional mata dengan perlengkapannya
2. Lampu senter

D. Cara Kerja
I.Mata Sebagai Susunan Optik (Demonstrasi)
Pelajari model fungsional mata dengan perlengkapannya
1. Kornea
2. Iris
3. Tiruan lensa yang diisi air
4. Retina yang dapat diatur pada 3 posisi.
5. Benda yang akan diberi cahaya.
6. Lensa sferis positif
7. Lensa sferis negatif
II.Pembentukan bayangan benda
1. Pasang retina di posisi II (sesuai penanda bagian tengah pada retina).
2. Letakkan benda yang akan disinari cahaya di depan model mata.
3. Hidupkan senter dan arahkan pada benda hingga tampak bayangan
jelas pada retina (jarak benda dapat disesuaikan) sampai diperoleh
bayangan jelas pada retina.
III. Hipermetropia
1. Setelah diperoleh bayangan tegas (butir II nomor 3) pindahkan
retina ke posisi III (sesuai penanda bagian belakang pada retina).
Perhatikan bayangan menjadi kabur lagi.
2. Koreksi kelainan ini dengan meletakkan lensa yang sesuai (pada
tempat lensa sferis) sehingga bayangan menjadi tegas kembali.
3. Catat jenis dan kekuatan lensa yang saudara gunakan!
IV.Miopia
1. Angkat lensa sferis dari tempat lensa! Kembalikan retina ke posisi I.
Perhatikan bayangan yang tegas.
2. Pindahkan retina ke posisi I (sesuai penanda bagian depan pada retina).
Perhatikan bayangan menjadi kabur.
3. Perbaiki kelainan ini dengan meletakkan lensa yang sesuai di tempat
lensa sferis sehingga bayangan menjadi tegas.
4. Catat jenis dan kekuatan lensa yang saudara gunakan!
V. Mata Afakia
1. Buat susunan seperti butir II nomor 3!
2. Lepaskan lensa sehingga terjadi mata afakia, yaitu mata tanpa lensa
kristalina.
E. Hasil
Ruang I:
 Mata miopia
 Banyangan: nyata, terbaik, diperbesar
 Koreksi: lensa sferis negatif
Ruang II :
 Mata emetrop
 Bayangan: terbalik, nyata, diperkecil
Ruang III:
 Mata hipermetrop
 Bayangan: nyata, terbalik, diperkecil
 Koreksi: lensa sferis positif
Afakia
Bayangan: nyata, tegak, diperbesar
Koreksi: lensa artifisial

F. Pembahasan
Hipermetropia
Hipermetropia merupakan suatu keadaan mata tak berakomodasi
yang memfokuskan bayangan di belakang retina. Hal ini dapat disebabkan
oleh berkurangnya panjang sumbu (hiperopia aksial), seperti yang terjadi
pada kelainan kongenital tertentu, atau menurunnya indeks refraksi
(hiperopia refraktif) seperti pada afakia.6

Gambar 3. Mata hiperopia disertai koreksinya dengan lensa cembung.1


Miopia
Pada percobaan miopia, retina pada model fungsional mata
diposisikan keposisi I, yang mana dalam hal ini membuat panjang bola mata
anteroposterior menjadi terlalu besar. Bayangan yang dihasilkan dari
percobaan ini yaitu menjadi kabur. Hal ini disebabkan karena bola mata yang
terlalu panjang atau lensa yang terlalu kuat, maka sumber cahaya dekat
dibawa ke fokus di retina tanpa akomodasi (meskipun akomodasi dalam
keadaan normal digunakan untuk melihat benda dekat), sementara sumber
cahaya jauh terfokus di depan retina dan tampak kabur. Oleh karena itu,
orang dengan myopia memiliki penglihatan dekat yang lebih baik dari pada
penglihatan jauh. Keadaan ini dapat dikoreksi dengan menggunakan lensa
konkaf (lensa sferis negatif).2

Gambar 4. Miopia2

Gambar 5. Lensa konkaf2


Afakia
Afakia adalah suatu keadaan dimana mata tidak mempunyai lensa
sehingga mata tersebut menjadi hipermetropia tinggi. Contoh keadaan yang
sesuai dengan kondisi mata afakia yaitu pengangkatan lensa pada tindakan
pembedahan katarak, akibat trauma ekstrusi lensa, subluksasi atau dislokasi
lensa. Cara untuk mengoreksi mata afaksia yaitu dapat menggunakan lensa
kontak, kacamata, atau pembedahan. Kacamata afaksia hanya dapat
digunakan jika kondisi afakia bilateral, jika hanya satu mata maka akan
terjadi perbedaan ukuran bayangan pada kedua mata (aniseikonia). Jika
pasien tidak dapat menggunakan kacamata, maka dipertimbangkan
penanaman lensa intraokuler (pseudofakia). Jenis lensa yang dapat digunakan
untuk mengoreksi mata afakia adalah lensa positif. Semakin dekat lensa
positifke retina, maka semakin besar kekuatan refraksinya untuk memusatkan
bayangan ke retina. Karena itu, lensa katarak memiliki kekuatan refraksi
sebesar 12 dioptri, lensa kontak sebesar 14 dioptri, lensa intraokular anterior
20 dioptri, dan lensa ruang posterior 23 dioptri.8,9

G. Daftar Pustaka
1. Silverthorn DU, Johnson BR, Ober WC, Garrison CW, Silverthorn AC.
Human physiology: an integrated approach. 6th ed. Boston: Pearson
Education; 2013. 309-14, 890 p.
2. Sherwood, L. Human physiology from cells to systems. 9th edition.
Boston: Cengage Learning; 2016. Hal 160-7, 200.
3. Guyton, A.C. Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta : EGC ; 2012
4. Ganong, W.F. 2010. Review of Medical Physiology, Ganong’s. 23rd
edition. New York: The McGraw-Hill Companies.Inc.
5. Saladin, K.S. Anatomy & Physiology: The Unityof Formand Function. 3rd
ed. New York: McGraw-Hill, 2003.
6. Vaughanand Asbury. Oftamologi Umum/ Paul Riordan-Eva, Jhon P.
Whitcher. Edisi 17. Jakarta : EGC, 2009; Hal, 389-407.
7. Ilyas, Sidarta. Ilmu Penyakit Mata, Edisi Keempat. Jakarta: Badan
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
8. Gerhard K. Lang. Ophthalmology; A Pocket Textbook Atlas. Edisi 2.
Stuttgart: Thieme Medical Publishers. 2007
9. Friedman NJ, Kaiser PK. Essentials ophthalmology . UK: Elsevier, Inc;
2007.

H. Lampiran
1. Mengapa disediakan 3 posisi retina?
Untuk dapat mendemonstrasikan berbagai keadaan refraksi mata,
yaitu :
a. Mata emetrop tanpa akomodasi.
B. Mata miopia.
C. Mata hipermetropia
2. Bagaimana cara membedakan lensa sferis negatif dengan lensa sferis
positif?
Dengan menggerakkan lensa di atas deretan huruf dan melihat hasil
bayangan yang terbentuk serta sifat cahaya yang ditimbulkan oleh lensa.
Pada lensa sferis negatif dengan permukaan konkaf (cekung) bayangan
bersifat semu,tegak dengan divergensi berkas sinar (memisahkan berkas-
berkas tersebut makin menjauh satu sama lain) yang digunakan untuk
mengkoreksi pasien miopia. Sedangkan, pada lensa sferis positif dengan
permukaan konveks (cembung) bayangan bersifat nyata, terbalik, dengan
konvergensi berkas sinar (mendekatkan berkas-berkas tersebut satu sama
lain) yang digunakan untuk mengkoreksi pasien hipermetropia.2,5
3. Cara apakah yang lebih baik untuk menentukan jenis dan kekuatan
lensa?
Cara yang paling baik yaitu menggunakan lensometer. Lensometer
adalah instrumen optik yang digunakan untuk mengukur kekuatan lensa
(Dioptri), mengetahui arah base lensa prisma dan mengetahui titik fokus
sebuah lensa. Dalam perkembangannya Automatic Lensometer dapat pula
dipergunakan untuk mengukur nilai kemampuan material lensa dalam
menahan radiasi sinar Ultra Violet (UV).
4. Sebutkan sifat bayangan. yang terbentuk!
Bayangan yang terbentuk: Nyata, terbalik dan diperkecil (normal).5
5. Sebutkan analogi keadaan ini dengan mata sebenarnya!
Analog dengan kondisi mata emetrop tanpa akomodasi dimana
proses visual dimulai saat cahaya memasuki mata, terfokus pada retina dan
menghasilkan sebuah bayangan yang kecil dan terbalik. Pembentukan
bayangan pada retina bergantung pada kemampuan refraksi mata. Kornea
merefraksi cahaya lebih banyak dibandingkan lensa. Lensa hanya
berfungsi untuk menajamkan bayangan yang ditangkap saat mata terfokus
pada benda yang dekat dan jauh. Setelah cahaya mengalami refraksi,
melewati pupil dan mencapai retina, tahap terakhir dalam proses visual
adalah perubahan energi cahaya menjadi potensial aksi oleh sel
fotoreseptor di retina yang selanjutnya dapat diteruskan ke korteks serebri.
Mata membentuk bayangan nyata, terbalik, dan diperkecil pada retina.
Benda akan tampak jelas jika bayangan tepat jatuh pada permukaan retina.
Hal ini akan terjadi jika lensa mata dengan kemampuan akomodasinya
dapat selalu menempatkan bayangan pada retina. Karena berbagai hal,
kadang-kadang bayangan tidak terbentuk tepat di retina. Hal ini terjadi jika
mata mengalami cacat atau objek berada diluar jangkauan penglihatan.
Bagian depan mata yang memiliki lengkung lebih tajam dan dilapisi
selaput cahaya disebut kornea. Tepat di belakang kornea terdapat cairan
(aqueous humor). Cairan ini berfungsi untuk membiaskan cahaya yang
masuk ke mata. Intensitas cahaya yang masuk ke mata diatur oleh pupil,
yakni celah lingkaran yang dibentuk oleh iris. Iris sendiri merupakan
selaput yang selain berfungsi membentuk pupil, juga berfungsi sebagai
pemberi warna pada mata (hitam, biru, atau coklat). Setelah melewati
pupil, cahaya masuk ke lensa mata. Lensa mata ini berfungsi untuk
membentuk bayangan nyata sedemikian sehingga jatuh tepat di retina.
Bayangan yang ditangkap retina bersifat nyata dan terbalik.5
6. Mengapa bayangan menjadi kabur (hipermetropia) ?
Bayangan menjadi kabur dikarenakan jarak retina yang semakin
memendek (posisi III pada model fungsional mata) sehingga cahaya yang
masuk tidak jatuh tepat di retina yang mengakibatkan bayangan akan
menjadi kabur. Sinar sejajar dari jarak tak terhingga oleh mata dalam
keadaan istirahat ataupun tanpa akomodasi difokuskan dibelakang retina.
Bayangan menjadi kabur pada penderita hipermetropia juga diakibatkan
karena pertumbuhan bola mata dan axiallength bertambah yang
mengakibatkan titik fokus berada dibelakang retina, serta kornea dan lensa
mendatar yang mengakibatkan bayangan tidak cukup dibiaskan.6 Namun
pada saat praktikum dengan percobaan hipermetropia (posisi III) bayangan
justru semakin jelas hanya saja mengecil. Hal ini mungkin dikarenakan
penggunaan senter yang salah, seharusnya senter yang digunakan adalah
senter yang fokus pada satu arah, namun pada praktikum digunakan senter
yang cahayanya menyebar.
7. Lensa apa yang saudara gunakan untuk koreksi?
Lensa yang digunakan untuk koreksi pada hipermetropi adalah
lensa cembung, yang membantu kekuatan refraksi mata dalam
memperpendek jarak fokus. Lensa cembung bersifat konvergen yang dapat
memfokuskan bayangan tepat di retina.7
8. Mengapa bayangan menjadi kabur (miopia)?
Kebalikan dari hipermetropia, Miopia (penglihatan dekat) adalah
salah satu kelainan refraksi dimana benda yang dilihat oleh penderita
dalam jarak jauh tampak kabur akibat cahaya yang masuk tidak terfokus
pada retina melainkan terfokus di depan retina. Seseorang dapat
mengalami miopia jika bola mata orang tersebut terlalu panjang atau
memiliki lensa yang terlalu kuat. Pasien miopia masih dapat melihat benda
yang terletak dekat karena cahaya dekat dapat dibawa ke fokus di retina
tanpa diperlukan akomodasi (dalam keadaan normal, akomodasi
digunakan untuk melihat benda dekat). Di lain pihak, benda yang terletak
jauh pada orang normal dapat terlihat jelas tanpa memerlukan akomodasi
maupun mekanisme penyesuaian lainnya. Namun bagi pasien miopia,
cahaya yang masuk harus lebih divergen agar dapat jatuh tepat di retina,
sedangkan hal tersebut tidak dapat diatasi dengan mekanisme penyesuaian
yang ada di tubuh manusia. Diameter dari bola mata menjadi lebih panjang
dibandingkan dengan bola mata normal, sehingga cahaya yang masuk
tidak jatuh tepat di retina melainkan jatuh didepan retina sehingga
bayangan yang dihasilkan kabur.
9. Lensa apa yang saudara gunakan untuk tindakan tersebut?
Pada percobaan miopia, digunakan lensa cekung dan benda yang
terlihat oleh model mata menjadi lebih jelas dibanding sebelumnya.
Perbaikan penglihatan tersebut disebabkan oleh cahaya yang masuk ke
mata lebih divergen dan terjadi penurunan pembiasan cahaya dibanding
sebelum penggunaan lensa sferis, sehingga cahaya yang harusnya jatuh di
depan retina dapat jatuh tepat atau lebih dekat ke retina. Pada prinsipnya
lensa cekung menyebabkan divergensi (penyebaran) dari cahaya sehingga
sudut yang terbentuk lebih besar dan cahaya dapat jatuh lebih ke belakang.
10. Apa contoh keadaan yang sesuai dengan kondisi mata afakia?
Contoh dari keadaan kondisi mata afakia adalah mata akan tidak
memiliki kemampuan akomodasi mata seperti biasa.
11. Bagaimana cara yang dapat dilakukan untuk mengoreksi mata
afakia?
Cara untuk mengoreksi mata afakia adalah dengan implant lensa
dengan menggunakan lensa artificial.
12. Jenis lensa apakah yang dapat digunakan untuk mengoreksi mata
afakia?
Lensa yang digunakan untuk mengoreksi mata afakia adalah lensa
cembung (convex).
Refraksi

A. Pendahuluan
Refraksi
Kelainan refraksi adalah suatu kondisi ketika sinar datang sejajar
pada sumbu mata dalam keadaan tidak berakomodasi yang seharusnya
direfraksikan oleh mata tepat pada retina sehingga tajam penglihatan
maksimum tidak direfraksikan oleh mata tepat pada retina baik itu di
depan, di belakang maupun tidak dibiaskan pada satu titik. Kelainan ini
merupakan bentuk kelainan visual yang paling sering dan dapat terjadi
akibat kelainan pada lensa ataupun bentuk bola mata.
Proses Visual Mata
Proses visual dimulai saat cahaya memasuki mata, terfokus pada
retina dan menghasilkan sebuah bayangan yang kecil dan terbalik. Ketika
dilatasi maksimal, pupil dapat dilalui cahaya sebanyak lima kali lebih
banyak dibandingkan ketika sedang konstriksi maksimal. Diameter pupil
ini sendiri diatur oleh dua elemen kontraktil pada iris yaitu papillary
constrictor yang terdiri dari otot-otot sirkuler dan papillary dilator yang
terdiri dari sel-sel epitelial kontraktil yang telah termodifikasi. Sel-sel
tersebut dikenal juga sebagai myoepithelial cells.
Jika sistem saraf simpatis teraktivasi, sel-sel ini berkontraksi dan
melebarkan pupil sehingga lebih banyak cahaya dapat memasuki mata.
Kontraksi dan dilatasi pupil terjadi pada kondisi dimana intensitas cahaya
berubah dan ketika kita memindahkan arah pandangan kita ke benda atau
objek yang dekat atau jauh. Pada tahap selanjutnya, setelah cahaya
memasuki mata, pembentukan bayangan pada retina bergantung pada
kemampuan refraksi mata.
Beberapa media refraksi mata yaitu kornea (n=1.38), aqueous
humour (n=1.33), dan lensa (n=1.40). Kornea merefraksi cahaya lebih
banyak dibandingkan lensa. Lensa hanya berfungsi untuk menajamkan
bayangan yang ditangkap saat mata terfokus pada benda yang dekat dan
jauh. Setelah cahaya mengalami refraksi, melewati pupil dan mencapai
retina, tahap terakhir dalam proses visual adalah perubahan energi cahaya
menjadi aksi potensial yang dapat diteruskan ke korteks serebri. Proses
perubahan ini terjadi pada retina.
Retina memiliki dua komponen utama yakni pigmented retina dan
sensory retina. Pada pigmented retina, terdapat selapis sel-sel yang berisi
pigmen melanin yang bersama-sama dengan pigmen pada koroid
membentuk suatu matriks hitam yang mempertajam penglihatan dengan
mengurangi penyebaran cahaya dan mengisolasi fotoreseptor-fotoreseptor
yang ada. Pada sensory retina, terdapat tiga lapis neuron yaitu lapisan
fotoreseptor, bipolar dan ganglionik. Badan sel dari setiap neuron ini
dipisahkan oleh plexiform layer dimana neuron dari berbagai lapisan
bersatu. Lapisan pleksiform luar berada diantara lapisan sel bipolar dan
ganglionic sedangkan lapisan pleksiformis dalam terletak diantara lapisan
sel bipolar dan ganglionic. Setelah aksi potensial dibentuk pada lapisan
sensori retina, sinyal yang terbentuk akan diteruskan ke nervus optikus,
optic chiasm, optic tract, lateral geniculate dari thalamus, superior
colliculi, dan korteks serebri.
Tajam Penglihatan
Tajam penglihatan merupakan padanan dari bahasa inggris "Visual
Acuity" yang didefinisikan sebagai buruk atau jelasnya penglihatan yang
bergantung pada tingkat kejelasan upaya pemfokusan di retina. Ketajaman
penglihatan merupakan kemampuan sistem penglihatan untuk
membedakan berbagai bentuk. Penglihatan yang optimal hanya dapat
dicapai bila terdapat suatu jalur saraf visual yang utuh, stuktur mata yang
sehat serta kemampuan fokus mata yang tepat.
Tajam penglihatan dapat dibagi lagi menjadi recognition acuity
dan resolution acuity. Recognition acuity adalah tajam penglihatan yang
berhubungan dengan detail dari huruf terkecil, angka ataupun bentuk
lainnya yang dapat dikenali. Resolution acuity adalah kemampuan mata
untuk mengenali dua titik ataupun benda yang mempunyai jarak sebagai
dua objek yang terpisah.
Pemeriksaan Tajam Penglihatan
Pemeriksaan tajam penglihatan merupakan pemeriksaan fungsi
mata. Gangguan penglihatan memerlukan pemeriksaan untuk mengetahui
sebab kelainan mata yang mengakibatkan turunnya tajam penglihatan.
Tajam penglihatan perlu dicatat pada setiap mata yang memberikan
keluhan mata. Untuk mengetahui tajam penglihatan seseorang dapat
dilakukan dengan kartu Snellen dan bila penglihatan kurang maka tajam
penglihatan diukur dengan menentukan kemampuan melihat jumlah jari
(hitung jari), ataupun proyeksi sinar. Untuk besarnya kemampuan mata
membedakan bentuk dan rincian benda ditentukan dengan kemampuan
melihat benda terkecil yang masih dapat dilihat pada jarak tertentu.
Pemeriksaan tajam penglihatan dilakukan pada mata tanpa atau dengan
kacamata dan setiap mata diperiksa terpisah.
Mata yang tidak dapat membaca satu huruf pun pada kartu
Snellen diuji dengan cara menghitung jari. Jika tidak bisa menghitung jari,
mata tersebut mungkin masih dapat mendeteksi tangan yang digerakkan
secara vertikal atau horizontal. Tingkat penglihatan yang lebih rendah lagi
adalah kesanggupan mempersepsi cahaya. Mata yang tidak dapat
mempersepsi cahaya dianggap buta total.
Dengan kartu Snellen standar ini dapat ditentukan tajam
penglihatan atau kemampuan melihat seseorang, seperti:
- Bila tajam penglihatan 6/6 maka berarti ia dapat melihat huruf pada
jarak enam meter, yang oleh orang normal huruf tersebut dapat dilihat
pada jarak enam meter.
- Bila pasien hanya dapat membaca pada huruf baris yang menunjukkan
angka 30, berarti tajam penglihatan pasien adalah 6/30.
- Bila pasien hanya dapat membaca huruf pada baris yang menunjukkan
angka 50, berarti tajam penglihatan pasien adalah 6/50. - Bila tajam
penglihatan adalah 6/60 berarti ia hanya dapat terlihat pada jarak enam
meter yang oleh orang normal huruf tersebut dapat dilihat pada jarak 60
meter.
- Bila pasien tidak dapat mengenal huruf terbesar pada kartu Snellen
maka dilakukan uji hitung jari. Jari dapat dilihat terpisah oleh orang
normal pada jarak 60 meter.
- Bila pasien hanya dapat melihat atau menentukan jumlah jari yang
diperlihatkan pada jarak tiga meter, maka dinyatakan tajam 3/60.
Dengan pengujian ini tajam penglihatan hanya dapat dinilai dampai
1/60, yang berarti hanya dapat menghitung jari pada jarak 1 meter.
- Dengan uji lambaian tangan, maka dapat dinyatakan tajam penglihatan
pasien yang lebih buruk daripada 1/60. Orang normal dapat melihat
gerakan atau lambaian tangan pada jarak 300 meter. Bila mata hanya
dapat melihat lambaian tangan pada jarak satu meter berarti tajam
penglihatannya adalah 1/300.
- Kadang-kadang mata hanya dapat mengenal adanya sinar saja dan tidak
dapat melihat lambaian tangan. Keadaan ini disebut sebagai tajam
penglihatan 1/~. Orang normal dapat melihat adanya sinar pada jarak
tidak berhingga.
- Bila penglihatan sama sekali tidak mengenal adanya sinar maka
dikatakan penglihatannya adalah 0 (nol) atau buta nol.

B. Tujuan
Tujuan Instruksional Umum
Memahami dasar-dasar refraksi dan kelainan serta tindakan koreksinya pada
manusia
Tujuan Khusus
1. Menjelaskan hubungan diskriminasi dua titik dengan sudut penglihatan
minimal
2. Menjelaskan dasar pembuatan optotipi Snellen
3. Menjelaskan pengertian visus dan refraksi pada manusia
4. Menjelaskan dasar-dasar penetapan visus seseorang dengan menggunakan
optotipi Snellen
5. Mendemonstrasikan pelbagai kelainan refraksi serta prinsip tindak
koreksinya pada manusia
a. Mata miopia serta tindakan koreksinya
b. Mata hipermetropia serta tindakan koreksinya
6. Mendemonstrasikan adanya astigmatisma pada seseorang dengan
menggunakan gambar kipas Lancaster-Regan

C. Alat yang diperlukan


1. Optotipi Snellen
2. Seperangkat lensa percobaan (trial lense)
3. Meteran
4. Gambar kipas Lancaster-Regan
5. Occluder

D. Cara Kerja
I. Visus ( Ketajaman Penglihatan)
1. Lakukan percobaan ini pada minimal satu orang percobaan (OP).
Instruksikan OP untuk duduk menghadap optotipi Snellen pada jarak 6 m.
2. Pasang bingkai kaca mata khusus pada orang percobaan dan tutup mata
kirinya dengan occluder yang tersedia dalam kotak lensa!
3. Periksa visus mata kanan OP dengan menyuruhnya membaca huruf yang
saudara tunjuk. Mulailah dari baris huruf yang terbesar (seluruh huruf)
sampai baris huruf yang terkecil (seluruh huruf) yang masih dapat dilihat
dengan jelas dan tegas serta dibaca OP dengan benar tanpa kesalahan.
4. Catat visus mata kanan OP.
5. Ulangi pemeriksaan ini pada:
a. Mata kiri
b. Kedua mata bersama-sama
6. Catat hasil pemeriksaan saudara.
II. Refraksi dan Koreksinya
Dari pemeriksaan visus diatas (butir I) telah diketahui visus tanpa koreksi
menggunakan lensa. Pada pemeriksaan berikut ini akan diperiksa daya bias
susunan optik mata (refraksi mata).
REFRAKSI
1. Jika visus orang percobaan tanpa lensa = 6/6, maka refraksi mata itu
tak mungkin miopi (M). Refraksi mata tersebut mungkin E (emetrop)
atau H (hipermetrop).
2. Untuk membedakan refraksi mata OP yang mempunyai visus 6/6
tersebut emetrop atau hipermetrop, maka dilakukan pemeriksaan
sebagai berikut:
3. Pasang bingkai kaca mata khusus pada orang percobaan dan tutup mata
kirinya dengan occluder.
4. Pasang lensa sferis +0,25D di depan mata kanannya dan periksa lagi
visusnya.
5. Jika refraksi mata kanan OP adalah emetropia, pemeriksaan
dihentikan.
6. Jika refraksi mata OP adalah hipermetropia, teruskan pemasangan
lensa-lensa dengan setiap kali memberikan lensa positif yang 0,25D
lebih kuat.
7. Lensa positif yang terkuat, yang memberikan visus maksimal
merupakan ukuran bagi derajat hipermetrop yang dinyatakan dalam
dioptri (D).
8. Catat derajat hipermetropia orang percobaan dalam dioptri.

KOREKSI
1. Jika visus mata kanan OP tanpa lensa lebih kecil dari 6/6, maka
refraksi mata OP biasanya miopia. Untuk menetapkan derajat miopia
dilakukan pemeriksaan sebagai berikut:
2. Pasang bingkai kaca mata khusus pada orang percobaan dan tutup mata
kirinya dengan occluder.
3. Pasang lensa sferis negatif di depan mata kanannya, mulai dari -0,25D
dengan setiap kali memberikan lensa negatif yang 0,25D lebih kuat.
4. Periksa lagi visusnya setiap kali setelah perubahan kekuatan lensa.
5. Lensa negatif terlemah yang memberikan visus maksimal, merupakan
ukuran bagi derajat miopia yang dinyatakan dalam dioptri.
6. Catat derajat miopia orang percobaan dalam dioptri.
7. Jika pada pemberian lensa sferis visus tetap tidak mencapai 6/6 maka
harus diingat adanya kelainan refraksi astigmatisma. Cara
memperbaiki astigmatisma dilakukan dengan lensa silindris sebagai
berikut:
8. Pasang bingkai kaca mata khusus pada OP dan tutup mata kirinya
dengan occluder.
9. Pasang di depan mata kanannya lensa sferis sehingga visus OP tersebut
maksimal.
10. Instruksikan OP untuk melihat gambar kipas. Bila warna hitam garis
pada semua meridian terlihat merata, berarti refraksi OP tidak
astigmat. Hentikan pemeriksaan refraksi. Bila terdapat gambar garis
yang lebih kabur, tentukan meridian yang terlihat paling tegas.
11. Tambahkan sekarang di depan lensa sferis tersebut lensa silindris
positif atau negatif yang sesuai dengan jenis lensa sferis di atas, dengan
sumbu lensa silindris tegak lurus pada garis meridian yang terlihat
paling tegas, sehingga warna hitam garis pada semua meridian merata.
12. Instruksikan OP untuk melihat kembali ke optotipi Snellen. Tentukan
dan catat jenis serta kekuatan lensa sferis dan silindris, yang
memberikan visus maksimal serta arah sumbu lensa silindris tersebut.
E. Hasil
Nama Tanpa Koreksi Koreksi Lensa
Probandus Mata Kanan Mata Kiri Mata Kanan Mata Kiri
OP 1 20/80 20/120 1,75 2,00
OP 2 20/30 20/25 1,75 1,00
OP 3 20/80 20/40 2,00 1,50

F. Pembahasan
Pada percobaan kali ini, pemeriksa menggunakan 3 orang percobaan.
Orang percobaan 1 pada pemeriksaan visus didapatkan kemampuan tajam
penglihatan mata kanan 20/80 dan mata kiri 20/120 yang menunjukkan bahwa
OP mengalami penurunan ketajaman penglihatan. Visus 20/80 berarti
seseorang pada jarak 20 ft. Hanya dapat melihat huruf yang seharusnya dapat
dilihat pada jarak 80 ft.
OP tersebut diberi lensa koreksi pada mata kanan -1,75 D dan mata kiri -
2,00 D. OP mengalami kesulitan melihat jauh sehingga dapat dikatakan
mengalami gangguan refraksi miopi sehingga memerlukan lensa konkaf untuk
membantu penglihatannya. Pemberian lensa koreksi -1,75 tersebut diartikan
sebagai lensa objektif terlemah yang dapat memberikan visus maksimal pada
mata kanan begitu juga sebaliknya pada mata kiri.
Orang percobaan 2 pada pemeriksaan visus didapatkan kemampuan
tajam penglihatan mata kanan 20/30 dan mata kiri 20/25 yang menunjukkan
bahwa OP mengalami penurunan ketajaman penglihatan. Visus 20/30 berarti
seseorang pada jarak 20 ft. Hanya dapat melihat huruf yang seharusnya dapat
dilihat pada jarak 30 ft.
OP tersebut diberi lensa koreksi pada mata kanan -1,75 D dan mata kiri -
1,00 D. OP mengalami kesulitan melihat jauh sehingga dapat dikatakan
mengalami gangguan refraksi miopi sehingga memerlukan lensa konkaf untuk
membantu penglihatannya. Pemberian lensa koreksi -1,75 tersebut diartikan
sebagai lensa objektif terlemah yang dapat memberikan visus maksimal pada
mata kanan begitu juga sebaliknya pada mata kiri.
Orang percobaan 3 pada pemeriksaan visus didapatkan kemampuan
tajam penglihatan mata kanan 20/60 dan mata kiri 20/45 yang menunjukkan
bahwa OP mengalami penurunan ketajaman penglihatan. Visus 20/60 berarti
seseorang pada jarak 20 ft. Hanya dapat melihat huruf yang seharusnya dapat
dilihat pada jarak 60 ft.
OP tersebut diberi lensa koreksi pada mata kanan -2,00 D dan mata kiri -
1,50 D. OP mengalami kesulitan melihat jauh sehingga dapat dikatakan
mengalami gangguan refraksi miopi sehingga memerlukan lensa konkaf untuk
membantu penglihatannya. Pemberian lensa koreksi -2,00 tersebut diartikan
sebagai lensa objektif terlemah yang dapat memberikan visus maksimal pada
mata kanan begitu juga sebaliknya pada mata kiri.
Miopi bisa disebabkan oleh mata yang terlalu panjang atau daya bias
susunan lensa yang terlalu kuat sehingga menyebabkan bayangan jatuh di
depan retina. Sedangkan astigma terjadi kelengkungan kornea yang tidak rata
sehingga berkas sinar mengalami refraksi yang tidak sama. Kemampuan
refraksi kornea tidak dapat berubah seperti lensa yang kemampuan refraksinya
dapat di ubah-ubah karena kelengkungan lensa dapat di atur. Hal ini
menyebabkan pada penderita astigmatisma, matanya menghasilkan suatu
bayangan dengan titik atau garis fokus yang multipel.

G. Daftar Pustaka
1. Ilyas, S., 2009. Kedaruratan Dalam Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI.

H. Lampiran
13. Mengapa jarak baca harus 6 m
Karena pada jarak ini mata akan melihat benda dalam keadaan beristirahat
atau tanpa berakomodasi.
14. Apabila pada pemeriksaan tersebut orang percobaan hanya mampu
membaca lancar tanpa kesalahan sampai pada baris huruf yang
ditandai dengan angka 30 Ft (9,14 m), berapakah visus mata kanan
OP?
Artinya visus mata kanan OP yaitu 20/30 karena pada pemeriksaan
tersebut orang percobaan hanya mampu membaca lancar tanpa kesalahan
sampai baris huruf yang ditandai dengan angka 30 Ft sehingga visus orang
tersebut adalah 20/30 dimana seseorang pada jarak 20 kaki dapat melihat
huruf yang seharusnya dapat dilihat pada jarak 30 kaki.
15. Apakah dasar pembuatan optotipi Snellen?
Pada praktikum dilakukan pemeriksaan ketajaman pengelihatan
menggunakan optipi snellen atau snellen chart. Dasar dari pembuatan
snellen chart yaitu dimana rata-rata kekuatan-pembedaan mata manusia
adalah 1 menit busur. Karena huruf-huruf snellen dibuat dari unit bujur
sangkar 5 x 5, huruf berukuran 20/20 memiliki sudut pengelihatan 5 menit
busur pada jarak 20 kaki. Hal ini ekivalen dengan tinggi dan lebar 8,7mm
(0,35 inci). Mata memperkecil suatu bayangan berjarak 20 kaki sekitar 350
kali. Dengan demikian, ukuran tinggi dan lebar huruf 20/20 adalah 1,025
mm diretina. Angka ini setara dengan kapasitas resolusi 100 garis per
milimeter. Untuk pupil 6 mm, dan cahaya berpanjang gelombang 0,56
mikro meter diudara, batas teoritis absolut adalah 345 garis per milimeter.2
Kartu Snellen dibuat sedemikian rupa, sehingga huruf tertentu dengan
pusat optik mata (Nodal Point) membentuk sudut sebesar 5 derajat untuk
jarak tertentu.
16. a. Dapatkan visus seseorang lebih besar dari 6/6 ?
Visus seseorang dapat lebih dari 6/6 yang artinya tajam
pengelihatannya seseorang yang diatas 6/6 merupakan tajam
penglihatan diatas rata-rata.
b. Mengapa mata hipermetro dapat mempunyai visus 6/6 ?
Pasien yang mengalami hipermetropi dapat memiliki visus
yang normal, namun kesulitan melihat dekat. Hal ini dikarenakan pada
jarak yang tak terhingga sumber terfokus langsung di retina sehingga
tes pada snellen chart yang dilakukan pada jarak jauh maka bayangan
yang terbentuk dengan akomodasi lensa akan jatuh tepat pada retina,
sehingga visus pasien hipermetropi bisa saja normal.
17. Bila sekarang visusnya lebih kecil, apakah kesimpulan saudara ?
Mata pasien mengalami presbiopia.
18. Bila ternyata tetap 6/6, bahkan OP merasa melihat lebih jelas, apakah
kesimpulan anda ?
Mata pasien memiliki hipermetropi.
19. Jika visus mata kanan OP tanpa lensa lebih kecil dari 6/6,
kelainan refraksi apa yang mungkin dijumpai selain miopia?
Bila visus mata kanan OP tanpa lensa lebih kecil dari 6/6,
kelainan refraksi yang mungkin dijumpai selain myopia adalah
hipermetrop berat.
20. Bila pada orang tua diperoleh visus tanpa lensa lebih kecil dari 6/6,
maka kelainan refraksi apa yang mungkin dijumpai pada orang
tersebut?
Orang tua tersebut memiliki kelainan refraksi presbiopia.
21. Apakah pada orang tua dapat diperoleh visus 6/6? Bagaimana
keterangannya?
Pada orang tua masih bisa diperoleh visus 6/6. Hal ini dapat terjadi
bila daya bias susunan optiknya (kornea, humor aqueous, lensa & humor
vitreus) masih berfungsi secara normal tanpa mengalami penurunan fungsi
akibat penuaan.
Diplopia

A. Pendahuluan
Diplopia adalah gejala dimana pasien melihat dua tampilan dari satu
objek. Hal ini dapat terjadi ketika satu mata ditutup (diplopia monokuler), atau
hanya ketika kedua mata terbuka (diplopia binokuler).
Pada diplopia monokuler, kemungkinan penyebabnya adalah kesalahan
refraksi tidak terkoreksi, gangguan kornea, katarak dan gangguan retina.
Diplopia binokuler terjadi karena ketidaksejajaran mata, yang mungkin
disebabkan akibat gangguan pada saraf, otot, persimpangan otot saraf atau
tulang disekitar mata.

B. Tujuan
Tujuan Instruksional Umum
Memahami mekanisme timbulnya diplopia
Tujuan Khusus
Mendemostrasikan peristiwa diplopia dan menjelaskan mekanisme timbulnya
diplopia.

C. Alat yang diperlukan


-

D. Cara Kerja
1. Pandang suaru benda dengan kedua mata
2. Tekan bola mata kiri dari lateral untuk menimbulkan pergeseran sumbu
bola mata kemedial.
3. Perhatikan terjadinya penglihatan rangkap

E. Hasil
Dari praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil pada orang
percobaan (OP) tidak terjadi penglihatan ganda/rangkap ketika menekan bola
mata kiri dari lateral ke medial dengan pandangan kedua mata memandang
pada suatu benda.

F. Pembahasan
Objek yang tadinya dilihat satu setelah mata ditekan dengan satu jari
melalui pelupuk mata disebelah samping. Maka objek tersebut akan kelihata
buram ataupun rangkap. Hal ini karena, titik identik atau bintik kuning (covea
nasalis) di ganggu. Sehingga adanya pergeseran letak bintik kuning saat
pelupuk mata ditekan.1,2

G. Daftar Pustaka
1. Ganong, W. F. 2008. Buku AjarFisiologi Kedokteran Ganong. Edisi 22,
Jakarta:EGC
2. Sherwood, Lauralee. 2011. Fisiologi Manusia, dar Sel ke Sistem. Edisi 6.
Jakarta : EGC.

H. Lampiran
23. Bagaimana mekanisme terjadinya penglihatan rangkap pada
percobaan diplopia?
Kesan rangkap dua atau dobel ini terjadi karena titik identik (bintik
kuning atau fovea nasalis) diganggu karena ada pergeseran letak bintik
kuning saat pelupuk mata ditekan. Bila kita melihat satu benda dengan
kedua mata maka benda tersebut dapat terlihat dengan baik karena jatuh di
titik identik, tetapi bila salah satu bola mata terganggu maka akan terlihat
benda rangkap (diplopia) karena tidak jatuh di titik identik.
Refleks Pupil

A. Pendahuluan
Pupil adalah lubang bundar di bagian tengah iris tempat masuknya
cahaya ke interior mata. Ukuran lubang ini dapat disesuaikan oleh kontraksi
otototot iris untuk menerima sinar lebih banyak atau lebih sedikit. Iris
mengandung dua set anyaman otot polos, satu sirkular dan satu radial. 1

B. Tujuan
Tujuan Instruksional Umum
Memahami dasar-dasar refleks pupil langsung dan tak langsung (konsensual)
Tujuan Khusus
1. Mendemonstrasikan refleks pupil langsung dan tak langsung
(konsensual)
2. Menjelaskan dasar-dasar refleks pupil langsung dan tak langsung
(konsensual)

C. Alat yang diperlukan


- Penlight

D. Cara Kerja
1. Sorot mata kanan OP dengan lampu senter dan perhatikan perubahan
diameter pupil pada mata tersebut.
2. Sorot mata kanan OP dengan lampu senter dan perhatikan perubahan
diameter pupil pada mata kirinya.

E. Hasil
Langsung:
 Cahaya mendekat : pupil mengecil
 Cahaya menjauh : pupil membesar
Tidak Langsung
 Cahaya mendekat : pupil mengecil
 Cahaya menjauh : pupil membesar

F. Pembahasan
Pada praktikum, tampak pupil mata mengecil ketika diberi cahaya
(miosis). Hal ini terjadi apabila cahaya masuk mengenai retina, maka akan
terjadi beberapa impuls yang mula-mula berjalan melalui nervus optikus
menuju nukleus pretektalis. Dari sini, impuls sekunder berjalan ke nukleus
Edinger-Westphal dan akhirnya kembali melalui saraf parasimpatis untuk
mengkonstriksikan sfingter iris. Sebaliknya, dalam keadaan gelap, refleks ini
dihambat sehingga mengakibatkan dilatasi pupil. Fungsi refleks cahaya adalah
membantu mata untuk beradaptasi secara sangat cepat terhadap keadaan
perubahan cahaya. Batas diameter pupil kira-kira 1,5 mm pada yang kecil dan 8
mm pada yang besar. Oleh karena itu, disebabkan terangnya cahaya akan
meningkat berbanding lurus dengan besarnya diameter pupil, batas adaptasi
terang dan gelap yang daat ditimbulkan oleh refleks pupil adalah sekitar 30
sampai 1-yaitu, mencapai 30 kali perubahan jumlah cahaya yang memasuki
mata.2
Mata yang tidak dapat cahaya langsung pupilnya akan mengecil secara
perlahan dan irisnya akan mendekat secara perlahan. Daya akomodasi mata
diatur melalui saraf parasimpatis, perangsangan saraf parasimpatis
menimbulkan kontraksi otot siliaris yang selanjutnya kan mengendurkan
ligamen lensa dan meningkatkan daya bias. Dengan meningkatkan daya bias,
mata mampu melihat objek lebih dekat dibanding waktu daya biasnya rendah.
Akibatnya dengan mendekatnya objek kearah mata frekuensi impuls
parasimpatis kedotsiliaris progresif ditingkatkan agar objek tetap dilihat dengan
jelas. Pupil mata yang terkena cahaya senter secara tiba-tiba akan mengecil
dibanding pupil mata yang tidak terkena cahaya dari senter. Mata yang terkena
cahaya secara tiba-tiba akan mengecil secara cepat dan iris mendekat secara
cepat, sedangkan mata yang tidak terkena cahaya tiba-tiba, pupil akan mengecil
secara lambat dan iris mendekat secara lambat.3
Pupil mata tergantung dari iris atau semacam otot kecil. Iris mendekati
jika cahaya ysng masuk terlalu terang dan iris menjauhi jika cahaya yang
masuk terlalu redup. Jika mata tidak siap saat terkena cahaya maka pupil
mengecil atau meredup secara langsung, kalau siap maka pupil akan mengecil
atau meredup secara perlahan. Bisa saja terjadi refleks apabila mata kiri yang di
senter maka yang meredup mata kanan. Hal itu disebabkan karena ada kiasma
optikus yaitu persilangan bawah otak.3

G. Daftar Pustaka
1. Sherwood, Lauralee. 2012. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem.Edisi 6.
Jakarta. EGC
2. Guyton AC, John EH. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 12. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2013.
3. Siti NA. Psikologi Faal. Surabaya: Digital Press; 2009.

H. Lampiran
24. Pada cara kerja 1, Peristiwa apa yang Saudara lihat di sini dan
bagaimana mekanismenya?
Diameter pupil mengecil. Mekanismenya adalah akibat otot sirkular
pada iris berkontraksi. Pupil mengecil apabila otot sirkuler berkontraksi
yang terjadi pada cahaya terang untuk mengurangi jumlah cahaya yang
masuk ke mata. Apabila otot radialis memendek, ukuran pupil meningkat
yang terjadi pada cahaya temaram untuk meningkatkan jumlah cahaya
yang masuk.
25. Pada cara kerja 2, Peristiwa apa yang Saudara lihat di sini dan
bagaimana mekanismenya?
Diameter pupil pada mata kiri ikut mengecil. Pada refleks tak langsung
juga terjadi konstriksi pupil. Hal ini disebut peristiwa respon konsensual
(consensual response), yaitu perubahan ukuran pupil pada mata yang
berlawanan dari mata yang disoroti lampu. Hal ini disebabkan karena
sinyal aferen yang dikirim melalui satu nervus optic berhubungan dengan
nucleus Edinger-Westphal, dimana aksonnya berjalan pada nervus
okulomotor mata kanan dan kiri.
Pada OP didapatkan bahwa pupil yang disinari mengecil, dan pupil
yang tidak disinari juga mengecil ketika mata yang lain disinari.Hai ini
disebabkan oleh saraf motorik yang mempersarafi di kedua mata
merupakan saraf yang sama sehingga ketika salah satu mata dirangsang,
mata yang lain ikut bereaksi.
Reaksi Melihat Dekat

A. Pendahuluan
Dalam sehari-hari, manusia selalu melihat benda baik dari jarak yang jauh
maupun dekat. Ketika sesorang melihat benda pada jarak yang jauh (di atas 6
meter) maka otot siliaris pada mata akan relaksasi dan cahaya paralel dari
benda tersebut akan masuk ke mata secara emmetropik, cahaya benda tersebut
akan tepat jatuh pada fokus retina dan terbentuk gambaran benda secara jelas.
Namun selama melihat benda yang jauh tersebut otot siliaris tetap relaksasi dan
benda-benda lain yang ada di jarak kurang dari 6 meter dari mata akan terlihat
kabur. Hal ini karena cahaya benda dari benda yang kurang dari 6 meter
tersebut jatuh di belakang retina. Ketika mata berubah melihat benda dari jauh
ke benda yang dekat maka untuk memfokuskan cahaya divergen dari benda
yang dekat tersebut lensa harus meningkatkan kelengkungannya sehingga
benda tepat jatuh pada fokus retina. Kemampuan untuk menyesuaikan kekuatan
lensa ini dikenal sebagai akomodasi.1 Selain mata berakomodasi ketika melihat
dekat, pupil mata juga mengecil ketika melihat benda pada jarak yang dekat.
Hal ini terjadi karena adanya kedalaman fokus sistem lensa. Semakin kecil
pupil maka semakin besar kedalaman fokus sistem lensa.1,2
Bila sistem lensa memiliki kedalaman fokus yang besar, retina dapat
dipindahkan jauh dari bidang fokus atau kekuatan lensanya sangat berubah dari
normal sehingga bayangan benda akan tetap tegas dan tidak buram. Kedalaman
fokus terbesar bisa tercapai bila pupil sangat kecil. Alasannya karena dengan
lubang pupil yang kecil hampir seluruh berkas cahaya akan melalui bagian
tengah lensa, dan cahaya bagian paling tengah selalu terfokus baik. Bila benda
difiksasikan pada objek yang dekat, mata harus berkonvergensi. Mekanisme
gerak bola mata ini dilakukan oleh otot ekstraokular dan persarafannya. saraf
untuk konvergensi menimbulkan sinyal secara serentak untuk memperkuat
lensa mata.1,2
B. Tujuan
Tujuan Instruksional Umum
Memahami Peristiwa yang terjadi pada waktu mata berubah dari melihat
jauh ke melihat dekat
Tujuan Khusus
1. Menemonstrasikan 3 peristiwa yang terjadi pada waktu mata berubah dari
melihat jauh ke melihat dekat
2. Menjelaskan 3 peristiwa yang terjadi pada waktu mata berubah dari
melihat jauh ke melihat dekat

C. Alat yang diperlukan


-

D. Cara Kerja
1. Instruksikan OP untuk melihat jari pemeriksa yang ditempatkan pada jarak
± ½ m di depannya
2. Sambil memperhatikan pupil OP, dekatkan jari pemeriksa sehingga kedua
mata OP terlihat berkonvergensi

E. Hasil
Didapatkan hasil pengamatan berupa:
 Pupil tidak berubah
 Bola mata bergerak ke arah medial

F. Pembahasan
Pada praktikum reaksi melihat dekat ini, OP diminta untuk melihat
jari yang didekatkan pada jarak ± ½ meter didepan OP. Ketika jari
perlahan mendekati ke arah mata OP, terlihat perubahan yang terjadi
pada pupil mata yang terlihat mengalami konstriksi/mengecil dan mata
yang terlihat berkonvergensi. Sebaliknya ketika jari dijauhkan dari mata
OP, terlihat pupil berdilatasi/membesar dan mengalami divergensi.
Mengecilnya Pupil pada saat melihat dekat terjadi karena adanya
perangsangan pada saraf parasimpatis yang akan menyebabkan
kontraksi pada otot siliaris untuk meningkatkan daya biasnya agar mata
mampu melihat benda dekat. Selain itu persarafan parasimpatis
menyebabkan perangsangan pada sfringter iris sehingga menyebabkan
terjadinya konstriksi pupil.3,4
Semakin fokus suatu benda ke mata, pupil akan semakin mengecil.
Cahaya yang masuk akan mengalami pembiasan di mata, oleh karena itu
pupil secara refleks mengecil untuk mengurangi cahaya yang masuk
yang akan membuat bayangan dapat lebih terfokus pada retina.3
Perubahan yang terlihat saat jari didekatkan ke mata adalah kedua
pupil yang mengecil/konstriksi dan perlahan membesar/dilatasi saat jari
dijauhkan. Pada saat melihat dekat terjadi perangsangan pada saraf
parasimpatis yang akan menyebabkan kontraksi pada otot siliaris untuk
meningkatkan daya biasnya agar mata mampu melihat benda dekat.
Selain itu persarafan parasimpatis menyebabkan perangsangan pada
sfringter iris sehingga menyebabkan terjadinya konstriksi pupil.4

G. Daftar Pustaka
1. Jenkins JL, Braen GR. Manual of emergency medicine 5th edition.
Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins; 2005
2. Dudee J, Cantab MA. Diplopia. Medical Vision Institute, 2014 [cited 19
February 2014]
3. Guyton AC, John EH. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 12. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2013.
4. Sherwood L. Human Physiology From Cells to Systems. Edisi 6. USA:
Brooks/Cole; 2011
H. Lampiran
26. Perubahan apa yang saudara lihat pada pupil?
Perubahan yang terjadi pada pupil adalah konstriksi ketika objek
didekatkan pada kedua mata. Seharusnya pupil menjadi konstruksi dan
memfokuskan objek.
27. Peristiwa apa saja yang terjadi pada peristiwa melihat dekat?
Terangkan mekanismenya?
Pada saat melihat dekat terjadi perangsangan pada saraf parasimpatis
yang akan menyebabkan kontraksi pada otot siliaris untuk meningkatkan
daya bias lensa agar mata mampu melihat benda yang berada dalam jarak
dekat. Selain itu persarafan parasimpatis menyebabkan perangsangan pada
sfringter iris sehingga menyebabkan terjadinya konstriksi pupil.
Ketika OP melihat benda dengan jarak dekat, mata berkonvergensi
untuk memfokuskan objek. Dibelakang pupil terdapat lensa yang
memfokuskan cahaya yang datang dari retina. Ketika OP melihat objek
berjarak dekat, ligament menegang untuk mempertahankan lensa agat tetap
berada di tempatnya yang disesuaikan oleh otot siliaris.
Pemeriksaan Bintik Buta

A. Pendahuluan
Lapang pandang masing-masing mata adalah area yang dapat dilihat
oleh sebuah mata pada suatu jarak tertentu. Dibagi menjadi bagian
nasal(medial) dan bagian temporal (lateral). Proses pemetaan lapang pandang
disebut perimetri,dengan menggunakan alat yang disebut perimeter.Perimetri
dilakukan dengan menutup satu mata,dengan mata lain melihat pada suatu titik
sentral didepan matanya. Kemudian suatu bintik kecil cahaya atau benda kecil
digerakkan ke arah titik sentral ini di seluruh lapangan pandang, ke arah nasal
dan lateral serta ke atas dan ke bawah, dan orang yang diperiksa memberitahu
jika bintik cahaya atau benda tersebut sudah terlihat dan bila tidak terlihat. 1
Pada saat yang sama, dibuat peta lapang pandang mata yang diperiksa,
yang menunjukkan area orang tersebut dapat atau tidak dapat melihat target.
Dengan memperhatikan lokasi dimana target tidak terlihat dan menjadi terlihat
lagi, bintik buta juga dapat dipetakan. Berikut nilai normal area lapangan
pandang. Di bagian lapangan pandang yang ditempati diskus optikus terdapat
sebuah titik buta (blindspot). Titik buta di bagian lain lapangan pandang
disebut skotoma. Bintik buta merupakan daerah di mana cahaya tidak dapat
ditangkap oleh retina sehingga bayangan tidak dapat di deteksi. Bintik buta
terletak di papila saraf optik yang merupakan daerah tempat keluarnya saraf
optik menembus lapisan retina menuju sistem saraf pusat. Pada daerah ini tidak
mengandung fotoreseptor yaitu sel kerucut maupun sel batang. 1
Pada retinitis pigmentosa, bagian-bagian retina mengalami degenerasi
dan terjadi pengendapan berlebihan pigmen melanin di bagian-bagian ini.
Proses biasanya berawal di retina perifer dan kemudian meluas kearah
tengah. Salah satu kegunaan perimetri yang penting adalah untuk mengetahui
lokalisasi lesi di jaras saraf penglihatan. Lesi pada saraf optik, kiasma
optikum, traktus optikus, dan radiasio optika menimbulkan pola daerah
kebutaan lapang pandang yang berbeda. Kerusakan pada saraf
optik menimbulkan kebutaan pada mata tersebut. Kerusakan kiasma optikum
menghambat penjalaran impuls pada kedua retina bagian nasal yang berfungsi
untuk melihat lapang pandang bagian temporal. 1
Gangguan pada traktus optikus memutuskan persarafan separuh bagian
tiap retina pada sisi yang sama dengan lesi. Akibatnya, kedua mata tidak dapat
melihat objek pada sisi yang berlawanan. Keadaan ini disebut hemianopsia
homonim. Kerusakan pada radiasio optika atau pada korteks penglihatan juga
akan menyebabkan hemianopsia homonym.1

Tabel 1. Lapang pandang normal manusia1

Pemeriksaan lapang pandang bertujuan untuk memeriksa batas perifer


penglihatan, yaitu batas dimana benda dapat dilihat bila mata difiksasi
pada satu titik. Lapang pandang yang normal mempunyai bentuk tertentu
dan tidak sama ke semua jurusan, misalnya ke lateral kita dapat melihat 90
– 100o dari titik fiksasi, ke medial 60o, ke atas 50 – 60o dan ke bawah 60 –
75o. Terdapat dua jenis pemeriksaan lapang pandang yaitu pemeriksaan
secara kasar (tes konfrontasi) dan pemeriksaan yang lebih teliti dengan
menggunakan kampimeter atau perimeter.1
B. Tujuan
Tujuan Instruksional Umum
Memahami letak bintik buta terhadap fovea sentralis di retina.
Tujuan khusus
Menjelaskan cara membuat proyeksi eksternal bintik buta terhadap fovea
sentralis.

C. Alat yang diperlukan


1. Kertas putih
2. Pulpen

D. Cara Kerja
1. Gambarlah tanda + di tengah sehelai kertas putih. Letakkan kertas itu di
atas meja.
2. Instruksikan OP untuk menutup mata kirinya, menempatkan mata kanan
tepat di atas tanda + pada jarak 20 cm, dan mengarahkan pandangannya
pada tanda tersebut.
3. Dengan mata OP tetap diarahkan pada tanda +, gerakkan ujung pensil mulai
dari tanda + tersebut ke lateral mata yang diperiksa, perlahan-lahan sampai
ujung pensil tidak terlihat dan kemudian terlihat kembali. Beri tanda pada
kertas dimana ujung pensil mulai tidak terlihat dan mulai terlihat kembali.
Tetapkan titik tengahnya (beri tanda T).
4. Dengan titik T sebagai titik pusat, buat 8 garis sesuai dengan 8 penjuru
angin. Gerakkan ujung pensil ke 8 garis dengan setiap kali melewati titik T
sambil mata OP tetap difokuskan pada tanda palang. Buatlah tanda di kertas
tiap kali ujung pensil mulai tidak terlihat dan mulai terlihat lagi (jumlah
tanda: 8, selain titik T).
5. Hubungkan semua titik ini, maka ini merupakan proyeksi eksternal bintik
buta mata kanan OP.
E. Hasil
Berikut gambaran proyeksi bintik buta OP berdasarkan arah mata angin.

Gambar 6. Hasil Praktikum Bintik Buta OP

F. Pembahasan
Bintik buta OP terletak di temporal, di bawah garis horizontal. Hal ini
disebabkan bintik buta terletak di sebelah nasal dari fovea. Bagian nasal retina
menangkap lapang pandang temporal, sehingga bintik buta pada bagian nasal
tidak menangkap bayangan benda di temporal. Oleh sebab itu, bintik buta OP
dalam batas normal.

G. Daftar Pustaka
1. Mardjono Mahar & Sidharta Priguna. Neurologi klinis dasar. Edisi V.
jakarta : dian rakyat. 2004. p 116 – 126.
H. Lampiran
28. Di mana letak proyeksi bintik buta terhadap gambar palang kecil dan
mengapa demikian?
Letak proyeksi bintik buta terhadap gambar palang kecil yakni di
sebelah temporal, 15º dibawah garis horizontal. Hal ini disebabkan bintik
buta terletak di sebelah nasal dari fovea. Bagian nasal retina menangkap
lapang pandang temporal, sehingga bintik buta pada bagian nasal tidak
menangkap bayangan benda di temporal.
29. Di mana letak bintik buta terhadap fovea sentralis di retina?
Letak bintik buta terhadap fovea sentralis di retina berada di 15º di
sebelah nasal dari fovea sentralis.
Buta Warna

A. Pendahuluan
Buta warna adalah penglihatan warna-warna yang tidak sempurna.
Pasien tidak atau kurang dapat membedakan warna yang dapat terjadi
kongenital ataupun didapatkan akibat penyakit tertentu. Hampir 5% laki-laki di
negara barat menderita buta warna yang diturunkan, lebih sering terdapat pada
laki-laki dibanding perempuan. Buta warna total merupakan keadaan yang
jarang. Pada protanomali terdapat kekurangan kerentanan merah sehingga
diperlukan lebih banyak merah untuk bergabung dengan kuning baku. Sedang
yang disebut sebagai protanopia Adalah kurangnya sensitifnya pigmen merah
kerucut. 1
Pada deutranomali diperlukan lebih banyak hijau untuk menjadi kuning
baku. Sedang deutranopia merupakan kurangnya pigmen hijau kerucut.
Tritanomali terdapat kekurangan pada warna biru, pada keadaan ini akan sukar
membedakanwarna biru terhadap kuning. Akromatopsia atau monokromat berarti
ketidakmampuan membedakan warna dasar atau warna antara. Pasien hanya
mempunyai satu pigmen kerucut(monokromatrod atau batang). 1
Pada monokromat, sel kerucut hanya dapat membedakan warna dalam
arti intensitasnya saja dan biasanya mempunyai tajam penglihatan 6/30. Buta
warna fungsional merupakan sensasi melihat bayangan, atau warna, atau
cahaya, saat tak ada cahaya sebenarnya. Hal ini biasanya disebabkan oleh
kelelahan dari sel kerucut merespon warna. Salah satu kejadian yang menarik
adalah negatif after images. Jika kita melihat warna merah dalam waktu 30
detik atau lebih, sel kerucut akan kelelahan. Ketika diganti melihat kertas putih,
maka mata kita tidak melihat warna merah, jadi yang terlihat adalah warna
komplementernya yaitu hijau. Begitu juga sebaliknya, dan antara warna biru-
kuning. Hal ini juga berhubungan dengan adaptasi sel kerucut terhadap pajanan
yang diberikan.1
B. Tujuan
Tujuan Instruksional Umum
Memahami Buta warna organik dan fungsional
Tujuan Khusus
1. Menentukan ada tidaknya buta warna organik pada seseorang dan jenis
kelainan buta warna seseorang (jika ada) berdasarkan buku
pseudoisokromatik ishihara
2. Mendemonstrasikan cara menimbulkan buta warna fungsional pada
seseorang dan menerangkan mekanisme terjadinya

C. Alat yang diperlukan


1. Buku pseudoisokromatik Ishihara
2. Plastik mika warna merah dan hijau

D. Cara Kerja
Buta Warna Organik
1. Instruksikan OP untuk mengenali angka atau gambar yang terdapat di
dalam buku pseudoisokromatik Ishihara.
2. Catat hasil pemeriksaan saudara.

Buta Warna Fungsional


1. Instruksikan OP untuk melihat melalui plastic mika warna merah atau
hijau selama minimal 10 menit ke arah suatu bidang yang terang (awan
putih).
2. Segera setelah itu, periksa keadaan buta warna yang terjadi dengan
menggunakan buku pseudoisokromatik Ishihara.
Catat hasil pemeriksaan saudara.

E. Hasil
Berdasarakan percobaan yang dilakukan, didapatkan hasil bahwa OP
tidak mengalami buta warna organik.
F. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan pada praktikum ini dimana pada
probandus dapat menebak buku isihara dengan benar dan tepat, itu
menandakan bahwa semua penglihatan probandus normal.
Buta warna merupakan kelainan genetik / bawaan yang diturunkan dari
orang tua kepada anaknya, kelainan ini sering juga disebut sex linked, karena
kelainan ini dibawa oleh kromosom X. Artinya kromosom Y tidak membawa
faktor buta warna. Hal inilah yang membedakan antara penderita buta warna
pada laki dan wanita. Seorang wanita terdapat istilah 'pembawa sifat' hal ini
menujukkan ada satu kromosom X yang membawa sifat buta warna. Wanita
dengan pembawa sifat, secara fisik tidak mengalami kelalinan buta warna
sebagaimana wanita normal pada umumnya. Tetapi wanita dengan pembawa
sifat berpotensi menurunkan faktor buta warna kepada anaknya kelak. Apabila
pada kedua kromosom X mengandung faktor buta warna maka seorang wanita
tsb menderita buta warna. Saraf sel di retina terdiri atas sel batang yang peka
terhadap hitam dan putih, serta sel kerucut yang peka terhadap warna lainnya.
Buta warna terjadi ketika syaraf reseptor cahaya di retina mengalami
perubahan, terutama sel kerucut. Tipe buta warna ada 3, yaitu:2
1. Monokromat atau buta warna total (monochomacy)
Sering dianggap sebagai buta warna oleh orang umum. Kondisi ini
ditandai dengan retina mata mengalami kerusakan total dalam merespon
warna. Hanya warna hitam dan putih yang mampu diterima retina.
2. Dikromat atau buta warna parsial (dichromacy)
Dikromat yaitu keadaan ketika satu dari tiga sel kerucut tidak ada.
Ada tiga klasifikasi turunan, yakni:
a. Protanopia, sel kerucut warna merah tidak ada sehingga tingkat
kecerahan warna merah atau perpaduannya kurang.
b. Deuteranopia, retina tidak memiliki sel kerucut yang peka terhadap
warna hijau.
c. Tritanopia, sel kerucut warna biru tidak ditemukan
3. Anomaly trikromat (anomalous trichromacy)
Anomaly trikromat yaitu mata mengalami perubahan tingkat
sensitifitas warna dari satu atau lebih sel kerucut pada retina. Jenis buta
warna inilah yang sering dialami oleh orang-orang. Ada tiga klasifikasi
turunan pada trikromasi, yaitu:
a. Protonomali, lemah mengenal warna merah.
b. Deuteromali, warna hijau sulit dikenal.
c. Trinomali, warna biru sulit dikenal.

G. Daftar Pustaka
1. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata FKUI. Edisi Ketiga. Jakarta: EGC; 2004
2.Widianingsih, R. Kridalaksana, A. Hakim, Ahmad. 2010. Aplikasi Tes Buta
Warna Dengan Metode Ishihara Berbasis Komputer. Jurnal Informatika
Mulawarman Vol 5 No.1.

H. Lampiran
-
Pertanyaan tambahan dari dr. Willy Handoko, M. Biomed
1. Mengapa mata merupakan indra paling istimewa?
Mata adalah salah satu indra yang paling kompleks dalam indra
manusia. Selain berfungsi untuk melihat, mata juga merupakan salah satu alat
keseimbangan bagi manusia. Mata juga dapat merangsang indra lain dalam
meneruskan persepsi ke otak, misalnya ketika memesan makanan di sebuah
restoran, indera pengecap kita akan terstimulasi jika hanya melihat menu
makanan yang disajikan. Hal ini menunjukkan bahwa mata adalah indra paling
istimewa karena tidak hanya berfungsi sebagai penglihatan tetapi sebagai
pusat keseimbangan dan mempengaruhi indera lain.

2. Jelaskan definisi buta menurut WHO!


Kebutaan menurut WHO sebagai badan kesehatan dunia adalah
ketidak mampuan mata untuk melihat dalam jarak 3 meter atau kurang.
Buta menurut kategori WHO adalah sebagai berikut1 :
- Kategori 1 : rabun atau penglihatan < 6/18
- Kategori 2 : rabun, tajam penglihatan < 6/60
- Kategori 3 : buta
- Tajam penglihatan < 3/60
- Lapang pandangan < 10 derajat
- Kategori 4 : buta
- Tajam penglihatan < 1/60
- Lapang pandangan < 5 derajat
- Kategori 5 : buta dan tidak ada persepsi sinar.

3. Mengapa mata bisa silindris?


Astigmatisme atau silinder adalah suatu keadaan dimana sinar yang
sejajar tidak dibiaskan dengan kekuatan yang sama pada seluruh bidang
pembiasan sehingga fokus pada retina tidak pada satu titik.2 Astigmatisme
biasanya bersifat diturunkan atau terjadi sejak lahir. Astigmatisme biasanya
berjalan bersama dengan miopia dan hipermetropia dan tidak banyak terjadi
perubahan selama hidu. Astigmatisme merupakan akibat bentuk kornea yang
oval seperti telur, makin lonjong bentuk kornea makin tinggi astigmatisme
mata tersebut. Pada usia pertengahan, kornea menjadi lebih sferis kembali
sehingga astigmatisme menjadi silinder yang tidak lazim. Astigmatisme juga
dapat terjadi akibat jaringan parut pada kornea atau setelah pembedahan mata.
Jahitan yang terlalu kuat pada bedah mata dapat mengakibatkan perubahan
pada permukaan kornea. Bila dilakukan pengencangan dan pengenduran
jahitan pada kornea maka dapat terjadi astigmatisme akibat terjadi perubahan
kelengkungan kornea.3

Daftar Pustaka
1. World Health Organization. Visual impairment and blindness in 2011.
2. Ilyas, S., 2004., Ilmu Penyakit Mata, Ed. 3, Jakarta, Balai Penerbit FKUI.
Hlm : 64-67, 72-82.
3. Ilyas S. Ilmu penyakit mata. Jakarta: Sagung Seto; 2006.

Anda mungkin juga menyukai