AC/A RATIO
Dosen Pembimbing :
Disusun Oleh :
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………….
BAB I
PENDAHULUAN
Konvergensi dan akomodasi adalah suatu proses yang dapat timbul ketika ada
seseorang yang melihat objek dengan jarak yang cukup dekat. Akomodasi konvergensi
adalah istilah yang dipakai ketika terjadinya konvergensi bola mata ketika akomodasi itu
terjadi. Akomodasi adalah sebuah mekanisme yang dilakukan mata untuk merubah fokus
agar dapat melihat benda dengan jarak lebih dekat. Untuk melihat lebih dekat, badan silier
yang terdapat pada bola mata akan merubah lensa mata menjadi lebih cembung akibat dari
kontraksi badan silier yang mengendurkan zonula zinn. Badan silier sendiri adalah otot
yang berbentuk segitiga yang merupakan terusan dari lapisan koroid. Badan silier ini
merupakan otot polos yang tersusun longitudinal, sirkuler dan radial. Dalam beberapa buku
badan silier hanya dibagi menjadi dua yaitu serat meridional dan serat sirkuler. Badan silier
ini bekerja diatur oleh saraf parasimpatis yang merupakan terusan dari nervus III
(Okulomotorius). Lanjutan dari badan silier adalah prosesus siliaris. Prosesus siliaris
sendiri merupakan lanjutan dari badan silier bagian dalam. Terusan dari prosesus siliaris
adalah zonula zinn atau zonula fibers yang melekat pada lensa bola mata, yang menahan
lensa mata sehingga tetap berada di tempatnya. Karena, zonula zinn melekat pada korteks
lensa sehingga seluruh zonula zinn yang melekat pada lensa dapat dikatakan sebagai
besar derajat pembiasan dan semakin kuat lensa. Ketika suatu berkas cahaya mengenai
permukaan yang melengkung dengan densitas lebih besar, arah refraksi bergantung pada
konvergensi (penyatuan). Jadi refraksi mata bersifat konveks. Konvergensi dari bola mata
juga menentukan kejelasan objek.Pergerakan mata yang singkron bertujuan untuk
menetapkan objek yang kita lihat tetap jatuh pada fovea.Ketika kita melihat benda yang
jauh, kedua mata kita terarahkan lurus, namun ketika kita melihat objek yang dekat, mata
Lensa mata pada orang dewasa berbentuk asimetris oblik sferis yang tidak memiliki
nervus, pembuluh darah dan jaringan ikat didalamnya. Letak lensa ini berada di belakang
iris dan pupil yang merupakan bagian anterior dari anatomi mata. Pada bagian anterior dari
lensa mata bersinggungan dengan aqueous humour dan pada bagian posterior bersentuhan
dengan vitreous humour. Lensa mata selalu berada ditengah karena diikat oleh zonula zinn
yang berada diantara lensa dengan badan silier. Jaring - jaring zonula ini berasal dari epitel
badan silier merupakan jaring yang mengandung banyak fibrilin yang menbentuk zona
sirkuler pada lensa mata. Secara keseluruhan anatomi mata dapat dibagi menjadi kapsul,
Badan silier diinverasi oleh nervus III yaitu nervus okulomotorius yang merupakan
jalur saraf parasimpatis. Saraf parasimpatis preganglionik berasal dari nukleus Edinger-
Westphal dan terus berlanjut ke ganglion siliaris yang berada tepat dibelakang bola mata.
Saraf preganglionik bersinaps dengan saraf parasimpatis postganglionik yang akan berubah
menjadi nervus siliaris ke bola mata. Saraf ini mempersarafi badan silier yang membantu
mengatur fokus lensa dan otot sfingter iris yang menyebabkan miosis.6,7
Pada proses akomodasi, terdapat beberapa teori eksitasi yang mengakibatkan aktifnya
Aberasi kromatik yang terjadi pada saat pupil midriasis akan mengakibatkan cahaya
putih dipecah menjadi beberapa warna cahaya seperti merah dan biru. Cahaya berwarna
merah akan difokuskan lebih ke belakang bola mata sedangkan cahaya berwarna biru
dibiaskan lebih dekat dibandingkan cahaya merah. Bola mata dianggap dapat mendeteksi
kedua warna cahaya ini untuk menguatkan kekuatan lensa atau melemahkan kekuatan
lensa.
Ketika bola mata melakukan fikasasi pada jarak dekat, maka akan terjadi konvergensi.
Karena fovea yang terletak lebih dalam dibandingan dengan retina, maka mata perlu
untuk mengubah kekuatan lensa yang dibutuhkan agar bayangan yang jatuh di fovea lebih
untuk melihat suatu benda. Suatu benda akan tidak terlihat jelas ketika derajat akomodasi
kurang dan suatu benda akan terlihat lebih jelas ketika derajat akomodasi sesuai dengan
objek yang ada. Perubahan objek yang terjadi yang menyebabkan saraf parasimpatis
Korteks pada otak yang mengatur akomodasi memiliki area yang sama dengan yang
mengatur gerakan fiksasi bola mata. Dengan analisa signal visual pada area Brodmann’s
18 dan 19 serta transmisi yang dikirimkan ke otot silier melalui area pretectal yang berada
di batang otak kemudian melalui nukleus Edinger-Westphal dan akhirnya melalui saraf
TINJAUAN PUSTAKA
Daya Akomodasi mata adalah daya untuk membuat lensa mata lebih cembung
atau lebih datar sesuai dengan jarak benda yang dilihat oleh mata. Lensa mata mampu
mata, yang dikenal sebagai akomodasi. Akomodasi memungkinkan baik berkas cahaya
dekat maupun berkas cahaya jauh dapat difokuskan dan jatuh tepat di retina. Pada saat
istirahat, otot siliaris relaksasi menyebabkan zonula zinn menarik lensa, capsul lensa
tertarik dan lensa menjadi lebih datar sehingga memungkinkan mata untuk fokus
terhadap berkas cahaya jauh. Berkas cahaya dari objek yang dekat akan jatuh
dibelakang retina dengan bentuk lensa seperti dijelaskan diatas. Lensa akan
berakomodasi dengan kontraksi otot siliaris yang menyebabkan zonula zinn relaksasi
meningkatkan daya refraksi cahaya, sehingga berkas cahaya yang masuk dapat
Akomodasi bersamaan dengan terjadinya miosis pupil dan konvergensi dari dua
mata. Berkas cahaya hanya dapat melalui bagian paling tebal pada tengah lensa mata
dan kedua gambar objek hasil pembelokan lensa menyatu. Mekanisme akomondasi
dapat dibagi menjadi dua proses, proses secara fisik maupun proses fisiologis.
Akomondasi dengan proses secara fisik merupakan pengukuran terhadap bentuk lensa
yang berubah selama proses akomodatif, yang nilainya diukur dengan satuan unit
kekuatan otot siliaris yang ukur dengan satuan unit myodioptri. Nilai myodioptri
Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengukur kekuatan akomodasi
seseorang. Pengukuran yang digunakan terbagi menjadi metode objektif dan metode
metode subjektif terdiri atas metode push-up, metode push-down (dapat disebut juga
Metode push-up (PU) diukur dengan salah satu mata ditutup. Perhitungan
dimulai dengan meminta pasien untuk melihat target dari jarak 40cm (Gambar 1),
kemudian secara perlahan, target akan bergerak ke arah pasien. Pasien diminta untuk
tetap melihat target sampai pasien merasa target menjadi buram. Sewaktu pasien
merasa melihat target buram dan setelah 3 detik target tetap terlihat buram, jarak ini lah
yang menjadi titik terakhir. Jarak terakhir antara target dan pasien diukur dengan
monokular dan merupakan variasi dari pengukuran metode push-up. Target akomodasi
yang digunakan adalah Snellen chart pada ukuran 20/20. Target ini digerakan ke arah
dimundurkan perlahan sampai pasien dapat melihat target akomodasi ukuran 20/20
pada Snellen chart dengan jelas. Jarak antara target dengan pasien diukur dengan
Metode lensa minus memiliki cara kerja yang sedikit berbeda dengan metode
push-up dan metode push away. Metode lensa minus dilakukan dengan menempatkan
Snellen chart dengan jarak 40 cm dari mata pasien. Pasien diminta untuk melihat
snellen chart ukuran 20/20 dan secara bertahap lensa minus ditambahkan pada mata
(penambahan 0,25D) sampai pasien merasa snellen chart ukuran 20/20 mulai terlihat
degenerasi serat dan semakin lemahnya kontraksi otot siliar yang terdapat di badan
siliar. Kontraksi otot siliar yang semakin lemah juga akan menyebabkan
penglihatan manusia. Sinyal dalam penglihatan telah tercatat atau direkam dalam
memberikan efek negatif atau penuruanan fungsi kerja pada nukleus ini.
2. Penyakit
lensa mata pada penyakit katarak. Peningkatan kadar glukosa dalam darah
(hiperglikemia) memberikan efek pada jaringan tubuh yang tidak bergantung pada
bantuan insulin untuk dapat masuk dalam selnya yaitu lensa mata. Glukosa dapat
berdifusi ke dalam lensa mata dengan bebas. Dalam lensa pemecahan glukosa dapat
terjadi melalui beberapa jalur salah satu diantaranya adalah jalur Poliol. Pada jalur
polior gluksoa diubah menjadi sorbitol (bentuk alcohol dari glukosa) oleh enzim
Aldose Reductase (AR). Normalnya sorbitol akan dipecah menjadi fruktosa oleh
enzim Polyol Dehydrogenase, namun pada diabetes mellitus kadar enzim ini rendah
sehingga sorbitol menumpuk di dalam lensa. Hal ini akan menyebabkan kondisi
hipertonik yang akan menarik cairan aqueous masuk ke dalam lensa mata, merusak
lensa, menyebabkan keadaan pencairan serat lensa dan terjadilah kekeruhan lensa.
Selain itu stress osmotik pada lensa akibat akumulasi sorbitol akan menginduksi
apoptosis sel epitel lensa yang mengarah pada perkembangan katarak. Bila telah
terjadi gangguan pada lensa akan berdampak terhadap terjadinya gangguan refraksi,
Akomodasi dan koreksi pada mata normal, rabun jauh, dan rabun dekat:3
Pada mata normal berkas sinar dari sumber jauh difokuskan di retina tanpa
Pada rabun jauh, bola mata terlalu panjang atau lensa terlalu kuat. Bila tidak
dilakukan koreksi, sumber jauh terfokus di depan retina, sedangkan sumber dekat
terfokus di retina tanpa akomodasi. Bila dikoreksi dengan lensa konkaf (lensa cekung
atau lensa minus) yang menyebabkan divergensi (menyebarkan) berkas sinar pada
sumber jauh terfokus di retina tanpa akomodasi, dan sumber dekat terfokus di retina
dengan akomodasi.
Pada rabun dekat, bola mata terlalu pendek atau lensa terlalu lemah. Bila tidak
dikoreksi, sumber jauh terfokus pada retina dengan akomodasi, sumber dekat terfokus
di belakang retina bahkan dengan akomodasi. Bila dikoreksi dengan lensa konveks
sinar pada sumber jauh terfokus di retina tanpa akomodasi, dan sumber ekat terfokus
bergerak mendekat ke depan mata, maka kedua mata harus berputar kedalam untuk
depan mata tersebut. Konvergensi termasuk kedalam gerakan disjungtif atau gerakan
dua bola mata dalam arah yang berlawanan, atau disebut juga sebagai vergensi. Terdiri
dari konvergensi atau mata berputar ke arah dalam dan divergensi atau mata berputar
ke arah luar. Berputarnya bola mata ke arah dalam dimediasi oleh muskulus rektus
medialis.16
sebuah objek kecil atau sumber cahaya secara perlahan. Orang yang diperiksa
diharapkan fokus kepada benda dan memberitahu kepada pemeriksa jika bayangan
benda terlihat ganda. Normalnya, konvergensi dapat dipertahankan sampai benda atau
objek terletak dekat dengan hidung. Titik dekat konvergensi bernilai 5 cm masih
dianggap dalam batas normal. Titik dekat ini ditentukan dengan mengukur jarak dari
hidung dengan benda atau objek yang didekatkan sampai ketika mata yang dominan
C/A rasio didefinisikan jumlah konvergensi yang diukur dalam satuan prisma
dioptri pada setiap 1 dioptri perubahan akomodasi.10 AC/A rasio adalah perhitugan
rasio diukur untuk menentukan perubahan konvergensi akomodatif yang terjadi ketika
akomodasi pasien terstimulasi atau terrelaksasi.Perhitungan AC/A rasio penting untuk
1. Heterophoria Method
Metode heterophoria diukur dengan jarak 6 m dan diukur lagi dengan jarak 0.33m
𝑃𝐷 + ⍙2 − ⍙1
𝐴𝐶 ⁄𝐴 =
𝐹
Keterangan :
Δ2: deviasi sewaktu jarak dekat dalam prisma dioptri (exo -, eso+)
2. Gradient Method
Metode gradient diukur dengan jarak 0.33 m dan menempatkan lensa plus di depan
mata pasien. Pengukuran ini didapat dari sebelum ditambahkan lensa dan setelah
ditambahkan lensa.
⍙2 − ⍙1
𝐴𝐶 ⁄𝐴 =
𝐷
Δ1: phoria dalam diopter
D : kekuatan lensa
1. Miopia
(ditunjukan dalam meter). Dengan demikian, akomodasi dengan 1 dioptri akan disertai
digunakan dengan syarat deviasi dalam prisma dioptric per akomodasi dalam dioptri.
Dengan menggunakan cara ini, normal AC/A rasio adalah 3:1-5:1. Pada umumnya,
AC/A rasio memiliki nilai yang tetap pada setiap individu, tapi dapat bervariasi diantara
beberapa individu. Contohnya seorang pasien dengan miopia tidak dikoreksi harus
konvergensi tanpa melakukan usaha akomodasi untuk melihat jelas pada jarak terjauh
mata.18
dihubungkan dengan kelambatan akomodasi yang lebih besar, tapi hal ini tidak
Pada anak-anak, dikenal bahwa ada hubungan antara AC/A Ratio dan
perkembangan miopia, meskipun lebih banyak dikaitkan pada orang dewasa yang
terdapat pada penelitian Jane Gwiazda et al (2002), bertujuan untuk meneliti interaksi
antara akomodasi dan konvergensi yang berhubungan dengan kelainan refraksi pada
anak-anak. Akomodasi di ukur pada mata kanan dengan menggunakan Canon R-1
autorefraktor, dan secara bersamaan terjadi perubahan dalam konvergensi yang di ukur
dengan menggunakan Maddox Rod test dan Risley Prism di depan mata kiri. Dari
penelitian tersebut didapatkan bahwa, pada anak-anak dengan rabun jauh menunjukkan
dekat dengan esophoria kurang terakomodasi pada jarak dekat. Hal ini menunjukkan
bahwa seorang anak yang esophoria harus melonggarkan akomodasi untuk mengurangi
akomodasi bisa membuat penglihatan kabur selama melihat dekat yang dapat
menyebabkan miopia.20
2. Convergence Excess
Convergence excess esotropia adalah sebuah kondisi dimana konvergensi yang terjadi
saat melihat dekat lebih besar dibandingkan konvergensi yang dilakukan saat melihat
objek yang berada jauh. Istilah ini pertama kali dikenalkan oleh Donders pada tahun
1864. Untuk membedakan Convergence excess esotropia dengan esotropia jarak dekat,
maka dilakukan penambahan lensa cembung dengan kekuatan +3.00 dioptri. Pada
pemeriksaan ini akan terlihat pengurangan sudut esotropia yang signifikan pada
Convergence Excess Esotropia dibandingkan dengan esotropia jarak dekat. Pasien yang
hyperopia tinggi sehingga mata harus berakomodasi lebih banyak oleh karena itu
konvergensi pun mengikuti tingginya akomodasi. Tidak hanya hal tersebut terkadang
pada pasien dengan hyperopia tipikal ( +2.5 dioptri ) yang memiliki rasio Ac/A tinggi
juga dapat menyebabkan convergence excess. Terdapat tiga jenis Convergence excess
yaitu convergence excess dengan akomodasi, convergence excess tanpa akomodasi dan
mata berlebih yang diakibatkan oleh akomodasi. Pada pasien dengan hyperopia tinggi
seringkali kelainan ini muncul. Pasien dengan hyperopia tinggi harus melakukan
meningkatkan daya akomodasi sehingga ketika daya akomodasi ini meningkat maka
konvergensi akomodasi juga meningkat sehingga muncul rasio Ac/A yang tinggi.
adalah dengan memberikan lensa sferis -2.00 dioptri dan +2.00 dioptri secara
bergantian. Ketika pasien diberikan lensa sferis -2.00 dioptri makan konvergensi juga
meningkat karena daya akomodasi juga meningkat. Ketika pasien diberikan lensa sferis
+2.00 dioptri maka konvergensi mata akan berkurang karena daya akomodasi yang
dilakukan berkurang dengan adanya bantuan dari lensa sferis +2.00 dioptri.23
mata berlebih yang diakibatkan bukan karena akomodasi. Pada pasien yang memiliki
sedikit esotropia atau ortoporia atau sedikit exotropia pada saat melihat objek dengan
jarak jauh dan sudut esoforia yang tinggi saat melihat objek dengan jarak dekat dengan
rata rata 15 dioptri prisma. Pada pasien yang memiliki kelainan ini dapat dibuktikan
dengan tidak adanya pengurangan sudut deviasi esotropia saat diberikan lensa sferis
+2.00. Hal ini dikarenakan pada pasien dengan kelainan ini akomodasi bukan jadi
penyebab utamanya melainkan ketidakseimbangan antara tonus dari otot bola mata.
Nilai rasio Ac/a pada pasien dengan gangguan ini tidak tinggi melainkan normal atau
konvergensi mata dengan sudut deviasi esoforia karena usaha untuk melakukan daya
akomodasi yang tinggi karena berkurangnya Near Point Accomodation. Kelainan ini
adalah yang paling jarak ditemukan dan hanya ditemukan pada anak dengan rentan usia
1 - 4 tahun. Pada pasien dengan penurunan akomodasi ini dapat dikenal sebagai prekok
presbiopi. Penurunan akomodasi pada pasien ini juga diakibatkan oleh adanya
Costenbader hal ini juga dapat disebut sebagai pengurangan daya akomodasi yang
disertai esotropia pada usia 1 - 4 tahun. Pada beberapa penelitian disebutkan pemakaian
lensa bifokal lebih dari 4 tahun dapat menyebabkan penurunan daya akomodasi.25,26
1. Insufisiensi Konvergensi
Definisi
binokular saat berfokus pada jarak dekat. Biasanya ditandai dengan tanda-tanda
berikut: 1) eksoforia yang lebih besar pada jarak dekat, 2) titik dekat jarak jauh
lebih besar dari 3 inci, atau 3) penurunan konvergensi fusional positif/Positif Fusional
Convergence (PFC) di dekat. Dalam sebuah studi klinis ditemukan bahwa 55% pasien
tidak memiliki tanda-tanda CI; 33% memiliki 1 tanda; 12% memiliki 2 tanda; dan 6%
memiliki semua 3 tanda. Pasien sering mengeluh penglihatan ganda, kelelahan mata,
sakit kepala, penglihatan kabur , dan kehilangan tempat saat membaca atau melakukan
pekerjaan dekat.27,28
Prevalensi
CI dapat terjadi pada hampir semua usia, paling sering terjadi pada populasi
dewasa muda, dimana dewasa muda menghabiskan lebih banyak waktu melakukan
1. Diplopia
2. Mata tegang
3. Penglihatan kabur
4. Sakit kepala
6. Kelelahan mata.18,27
Eksoforia
Konvergensi Fusional
Sebagian besar pasien dengan CI memiliki amplitudo PFC yang tidak
mencukupi. PFC kurang dari 15D akan dianggap abnormal untuk pasien dengan CI.
Konvergensi amplitudo diukur dengan prisma dan pasien fokus pada target saat dekat.
Amplitudo konvergensi normal adalah 38 prisma dioptri saat dekat dan 14 prisma
dioptri pada jarak. Amplitudo konvergensi fusional ≤ 15-20 prisma dioptri saat dekat
Titik dekat konvergensi adalah titik yang garis pandang diarahkan ketika
konvergensi maksimum. Menurut Duane, NPC yang hilang (NPC. 3 inci atau 7,5 cm)
adalah tanda klinis yang paling konsisten ditemukan pada orang dengan CI. NPC sering
digunakan untuk membuat diagnosis CI. NPC diuji dengan meminta pasien fokus pada
Etiologi
akibat dari usia yang terkait kehilangan amplitudo akomodasi sekunder untuk hubungan
rasio AC/A. Selain itu, eksoforia mungkin bahkan meningkat sebagai akibat dari prisma
dasar yang diinduksi dalam penambahan kacamata baca. Lebih banyak wanita
dibandingkan pria yang datang dengan CI dalam rasio 3: 2. Faktor utama yang telah
insufisiensi konvergensi:
1. Fakta bahwa harus ada keseimbangan konstan akomodasi dan konvergensi
Hyperopia
pembiasan mata dimana sinar sejajar jauh tidak cukup dibiaskan sehingga titik fokusnya
terletak di belakang retina.29 Kasus hipermetropia lebih banyak karena proses fisiologi
tubuh manusia. Dari segi pandang fisiologi optik, hipermetropia terjadi ketika panjang
dari bola mata lebih pendek daripada media refraksi mata yang membutuhkan cahaya
untuk memfokuskan langsung tepat di retina dan biasanya terjadi pada bayi-bayi yang
baru lahir. Pada umumnya, hiperemetropia bisa membuat kurvatura dari kornea
menjadi datar atau disertai dengan insufisiensi dari kekuatan lensa kristal,
meningkatnya ketebalan lensa, panjang aksial bola mata yang pendek atau variasi dari
lensa konvergen yang dibutuhkan untuk lebih memfokuskan cahaya agar masuk tepat
Pada penelitian Gunter dan Cynthia yang membandingkan antara AC/A rasio
grup A dengan grup B didapatkan data penelitian menunjukkan bahwa AC/ A rendah
harus menambahkan akomodasi konvergensi yang belebihan dan rentang fusi motorik
dari hubungan antara akomodasi dan konvergensi, yang didasarkan pada susunan
sistem saraf pusat yang tidak akan berubah sampai usia presbiopi atau usia tua. Jadi
kaitan antara akomodasi dan konvergensi itu adalah proses embelajaran, kemungkinan
dikoreksi gagal untuk membuat usaha akomodasi yang diperlukan untuk memfokus dan
tipe convergence excess yang dia miliki. Pasien dengan convergence excess tipe
yang berbeda. Dengan demikian hal ini akan dibagi menjadi 2 bagian yaitu terapi non-
Lensa Bifokal
Pada pasien dengan convergence excess tipe akomodasi, perbaikan yang harus
dilakukan pada pasien ini adalah lensa bifokal. Pada pasien yang mengalami akomodasi
esotropia, hal ini menjadi salah satu jalan utama agar pasien terutama pasien anak
berubah dari mata esotropia menjadi mikrotropia atau normal. Pada kesehariannya
penggunaan kacamata bifokal mengalami banyak kesulitan. Dahulu kala, lensa bifokal
memiliki harga yang lebih mahal dibandingkan lensa mata biasa. Dari segi estetis pada
pasien anak seringkali tidak suka dengan kacamata bifokal ini karena bentuk kacamata
Tujuan dari pemakaian lensa bifokal adalah agar pasien dapat mempertahankan
kesejajaran atau menghilangkan esodeviasi yang ada sebelum memakai lensa bifokal.
Jika pasien setelah 6 bulan diperiksa menggunakan lensa koreksi berlebih yaitu -0.50
dioptri sampai -1.00 dioptri tidak terjadi esodeviasi dapat dilakukan penurunan
kekuatan lensa secara progresif. Pasien diperiksa setiap 6 bulan untuk memeriksa ulang
Untuk melakukan koreksi pada lensa bifokal seringkali pasien tidak akan
diberikan kacamata secara langsung pada saat pertama kali pasien datang. Pasien akan
kembali lagi setelah 2 - 3 hari setelah ditetes obat atropine. Pada pemakaian atropine
pasien akan terasa silau sampai kurang lebih 2 minggu. Untuk pasien yang ingin segera
diberikan koreksi kacamata dapat diberikan tropicamide. Pada pasien yang telah
melakukan pemeriksaan koreksi dapat diberikan adisi sebesar +3.00 - +3.50 dioptri.
+ 0.50 dioptri.33,34
akan adanya terapi pembedahan bila pasien tidak melakukan perbaikan dengan lensa
bifokal. Dalam beberapa penilitian, pasien yang menggunakan lensa bifokal selama
kurang lebih 2 - 3 tahun, 80% dari mereka harus dilanjutkan dengan tindakan
bifokal yakni tidak ada perubahan setelah penggunaan lensa bifokal. Pada pasien yang
tidak dapat menurunkan secara progresif kekuatan kacamata bifokal selama kurang
2. Terapi Pembedahan
Pada pasien yang dianjurkan melakukan terapi pembedahan adalah pasien yang
gagal dalam terapi bifokal. Kegagalan terapi bifokal dapat berupa intoleransi dari lensa
bifokal dan kegagalan dalam pengurangan lensa bifokal secara progresif. Indikasi terapi
pembedahan juga dapat dilakukan pada pasien dengan Ac/A rasio tinggi. Penelitian
yang dilakukan oleh Tillson, beliau melakukan operasi pada pasien dengan esodeviasi
yang terjadi sudah lebih dari 10 dioptri prisma. Pada pasien yang mengalami esodeviasi
maka otot rektus medial akan dilakukan modifikasi pada bagian origo.35
Y-Split Recession
Pada teknik operasi ini dilakukan pembelahan pada otot rektus medial sehingga
pada pasien esodeviasi yang memiliki sudut lebih lebar saat melihat dekat dibandingkan
saat melakukan fiksasi untuk melihat jauh. Teknik ini juga dapat dilakukan sendiri atau
bersamaan dengan teknin faden fixation surgery atau fiksasi posterior. Penggunaan
Untuk melakukan teknik ini, otot rektus medial akan dibelah menjadi 2 bagian
sebanyak 15 mm dari bagian anterior. Kedua ujung dari otot ini direkatkan dengan
menggunakan benang yang dapat diserap nantinya. Untuk meletakkan ujung dari
masing masing otot yang sudah dibelah tadi, dilakukan pengukuran jarak dari poin A
ke poin B sebanyak 6 mm. Kemudian dilakukan penarikan garis membentuk segitiga
siku siku dengan poin C sebagai tempat untuk melalukan fiksasi otot pada sklera.37
Teknik operasi ini diperkenalkan oleh Cupers pada tahun 1976. Teknik operasi
ini bertujuan untuk mengurangi kekuatan otot rektus medial yang berlebih sehingga
menghasilkan esodeviasi pada jarak dekat. Dengan melakukan penempelan otot bagian
posterior pada sklera maka kekuatan otot rektus medial akan berkurang sehingga pada
pasien yang mengalami esodeviasi akan terjadi penarikan karena otot rektus lateral
bekerja sudah sama kuat dengan otot rektus medial. Sehingga pasien yang mengalami
1. Insufisiensi Konvergensi
Terapi Orthoptic adalah terapi utama yang digunakan oleh sebagian besar ahli
perawatan mata untuk pengobatan CI. Perawatan utama untuk CI termasuk latihan di
Tiga terapi konvergen yang umumnya diberikan untuk pasien dengan gejala CI:
lebih banyak terapi penglihatan berbasis rumah, 16% terapi penglihatan berbasis
kantor, 15% kacamata prisma, dan 3% tidak ada terapi. Pencil push-up terapi yang
penglihatan berbasis kantor, di sisi lain, memerlukan kunjungan kantor yang berulang
dan karena itu lebih mahal dan memerlukan waktu lebih lama.12
Vergence System (CVS) digunakan oleh banyak ahli perawatan mata. Program ini
secara online.11
sejumlah perangkat dan teknik lain untuk meningkatkan PFC. Perangkat ini termasuk
prisma, stereoscopes, dan kartu cheiroscopic yang dirancang untuk meningkatkan PFC.
2. Beberapa anak mungkin tidak merespon dengan benar menggunakan teknik ini,
diinginkan.
3. Agar pembelajaran terjadi, umpan balik harus akurat, segera, konsisten, dan
tidak bias. Umpan balik harus disediakan oleh orang tua di rumah. Mengingat
sifat manusia, umpan balik tidak selalu konsisten atau secepat yang diperlukan.
4. Menciptakan grafik kemajuan untuk umpan balik jangka pendek di akhir sesi
terapi spesifik dengan medatangi kantor (misalnya, sekali atau dua kali per minggu).
Biasanya, terapi diberikan oleh terapis di kantor dan dilengkapi dengan berbagai prosedur
terapi rumahan yang dianjurkan untuk dilakukan di rumah 5 hingga 7 hari per minggu.
kantor. 12
berhasil. Praktisi biasanya akan meresepkan paling sedikit prisma yang diperlukan untuk
mencapai Binocular Single Vision (BSV) yang nyaman saat dekat. Sebuah penelitian
menunjukkan bahwa kacamata prisma efektif dalam mengurangi gejala CI pada pasien
presbyopic.11
BAB III
KESIMPULAN
konvergensi bola mata ketika akomodasi itu terjadi. Akomodasi adalah sebuah mekanisme
yang dilakukan mata untuk merubah fokus agar dapat melihat benda dengan jarak lebih
dekat. Untuk melihat lebih dekat, badan silier yang terdapat pada bola mata akan merubah
lensa mata menjadi lebih cembung akibat dari kontraksi badan silier yang mengendurkan
zonula zinn, begitu juga sebaliknya. Akomodasi bersamaan dengan terjadinya miosis pupil
dan konvergensi dari dua mata. Pengukuran yang digunakan terbagi menjadi metode
objektif dan metode subjektif. Metode pengukuran objektif terdiri atas pengukuran
menggunakan metode subjektif terdiri atas metode push-up, metode push-down (dapat
disebut juga dengan metode push-away) dan metode lensa minus. Terdapat beberpa faktor
yang mempengaruhi kekuatan akomodasi yaitu pengaruh usia, penyakit sistemik seperti
diabetes mellitus, dan kondisi mata sendiri seperti emmetropia, myopia, hipermetropia.
Konvergensi adalah suatu proses aktif yang terjadi sewaktu mengikuti benda yang
bergerak mendekat ke depan mata, maka kedua mata harus berputar kedalam untuk
mempertahankan kesejajaran sumbu penglihatan dengan benda atau objek yang di depan
mata tersebut. Berputarnya bola mata ke arah dalam dimediasi oleh muskulus rektus
sebuah objek kecil atau sumber cahaya secara perlahan. Normalnya konvergensi
dipertahankan sampai benda atau objek terletak dekat hidung yaitu jarak dekatnya bernillai
5 cm.
Akomodasi konvergensi/akomodasi adalah jumlah konvergensi yang diukur dalam
satuan prisma dioptric pada setiap 1 dioptri perubahan akomodasi. Bertujuan untuk
terstimulasi ataupun terrelaksasi. Mengukur AC/A ratio dapat dilakukan dengan dua
metode yaitu matode heterophoria dan metode gradient. Normalnya AC/A ratio yaitu 3:1
sampai 5:1.
Gangguan yang dapat terjadi terkait AC/A ratio berupa gangguan mata dengan
AC/A ratio tinggi dan gangguan mata dengan AC/A ratio rendah. Gangguan mata dengan
AC/A ratio tinggi yaitu myopia dan convergen excess. Gangguan mata dengan AC/A ratio
dihubungkan dengan kelambatan akomodasi yang lebih besar, tapi hal ini tidak
mempengaruhi kecepatan dari peningkatan myopia. Anak-anak yang rabun dekat dengan
esophoria kurang terakomodasi pada jarak dekat. Hal ini menunjukkan bahwa seorang anak
dengan akomodasi adalah dengan memberikan lensa sferis -2.00 dioptri dan +2.00 dioptri
secara bergantian. Ketika pasien diberikan lensa sferis -2.00 dioptri makan konvergensi
juga meningkat karena daya akomodasi juga meningkat. Ketika pasien diberikan lensa
sferis +2.00 dioptri maka konvergensi mata akan berkurang karena daya akomodasi yang
dilakukan berkurang dengan adanya bantuan dari lensa sferis +2.00 dioptri. Convergence
excess tanpa akomodasi adalah kondisi kelainan konvergensi mata berlebih yang
diakibatkan bukan karena akomodasi. Pada pasien yang memiliki sedikit esotropia atau
ortoporia atau sedikit exotropia pada saat melihat objek dengan jarak. Pada pasien yang
memiliki kelainan ini dapat dibuktikan dengan tidak adanya pengurangan sudut deviasi
esotropia saat diberikan lensa sferis +2.00. Convergence excess dengan akomodasi minimal
adalah kondisi kelainan konvergensi mata dengan sudut deviasi esoforia karena usaha
untuk melakukan daya akomodasi yang tinggi karena berkurangnya Near Point
Accomodation. Pada pasien dengan penurunan akomodasi ini dapat dikenal sebagai prekok
presbiopi. Penurunan akomodasi pada pasien ini juga diakibatkan oleh adanya ambliopia
oleh penurunan kemampuan untuk konvergensi mata dan mempertahankan binokular saat
berfokus pada jarak dekat. Biasanya ditandai dengan tanda-tanda berupa eksoforia yang
lebih besar pada jarak dekat, titik dekat jarak jauh konvergensi/Near Point of Convergence
(NPC), yaitu gangguan dalam konvergensi lebih besar dari 3 inci, atau penurunan
Tatalaksana gangguan mata dengan AC/A ratio tinggi dengan terapi non bedah
berupa lensa bifocal dengan tujuan agar pasien dapat mempertahankan kesejajaran atau
menghilangkan esodeviasi yang ada sebelum memakai lensa bifokal dan kegagalan dalam
pengurangan lensa bifocal secara progresif. Kemudian dilakukan terapi pembedahan pada
pasien yang gagal dalam terapi bifocal berupa intoleransi dari lensa bifocal. Tatalaksana
gangguan mata dengan AC/A ratio rendah yaitu Terapi pencil push-up berbasis rumah,
terapi menggunakan prisma berbasis rumah, program komputer seperti Home Therapy
System (HTS), stereoscopes, atau free-space fusion cards, dan terapi penglihatan berbasis
kantor
DAFTAR PUSTAKA
3. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. 6th ed. Jakarta: EGC;
2012:216-20.
Ophthalmology.1974;58(3):248-254.
6. Jogi R. Basic ophthalmology. 4th ed. New Delhi, India: Jaypee Brothers
SCIENCE; 2018.
10. Mathebula, S., Kekana, T., Ledwaba, M., Mushwana, D. and Malope, N. (2016).
13. Lukitasari A. Katarak Diabete. Jurnal Kedokteran Syiah Kuala. 2011; 11(1):42-
7.
14. Hadini MA, Eso A, Wicaksono S. Analisis Faktor Risiko yang Berhubungan
ISSN:2443-0218. 2016;3(2):256-67.
15. West CE, Asbury T. 2016. Strabismus. Dalam: Vaughan & Asbury.
16. Majumder, C dan Mutusamy, R. Variatiation in AC/A Ratio While Using the
Gradient Method With Plus or Minus Lenses. Optom Vis Perf 2016;4(4):152-5
http://www.ovpjournal.org/uploads/2/3/8/9/23898265/ovp4-
4_article_majumder_web.pdf
17. American Academy of Opthalmology. Clinical Refraction. Clinical Optics.
18. Donald O, Micthell G, Lisa A, et al. The Response AC/A Ratio Before and After
19. Gwiazda J, Grice K, Thorn F. Response AC/A Ratios are elevated in myopic
Journal. 2011;8(0):23.
2015;2015:1-7.
24. Burke J. Distance–near disparity esotropia: can we shrink the gap?. Eye.
2014;29(2):208-213.
28. Ilyas S, Yulianti S. Ilmu Penyakit Mata Edisi Kelima. Badan Penerbit Fakultas
29. Moore B, et al. Optometric Clinical Practice Guidline Care of the Patient with
32. Wallace D. Are Bifocals Necessary for Children with High AC/A Esotropia?.
Ophthalmology. 2016;123(4):679-680.
2006;142(4):632-635.
34. Clark R, Ariyasu R, Demer J. Medial rectus pulley posterior fixation: A novel
2017;2017:1-6.