Oleh:
Sonia Anggraini
Mira Kurnia
M. Rifath Akbar
Dila Aulia
01 Trial lens
02 Trial Frame
03 Snellen Chart
04 Astigmat Dial
● Pasien duduk menghadap snellen chart dengan jarak 6
meter.
● Apabila akan dilakukan pemeriksaan mata kanan, maka
mata kiri pasien ditutup dengan telapak tangan kiri,
begitu sebaliknya.
● Pasien diminta menyebutkan huruf/ angka yang ditunjuk
pemeriksa.
● Tunjuk huruf/ angka mulai dari yang paling besar sampai
terkecil yang bisa disebutkan pasien
● Catat dan simpulkan tajam penglihatan pasien. Visus
normal 6/6.
● Bila sampai batas 6/60 maka dilakukan pemeriksaan
hitung jari/ counting finger
● Pemeriksaan hitung jari: pasien diminta menyebutkan jumlah jari pemeriksa
dari jarak 1-5 m; apabila pasien bisa menghitung jari pemeriksa dengan benar
pada jarak 5 m maka tajam penglihatnnya adalah 5/60, apabila pasien bisa
menghitung jari pemeriksa dengan benar pada jarak 4 m maka tajam
penglihatnnya adalah 4/60, begitu seterusnya sampai jarak 1 m (visus=1/60)
● Apabila pasien tidak dapat menghitung jari, maka dilanjutkan dengan
pemeriksaan lambaian tangan/ hand moving.
● Pemeriksaan lambaian tangan: pemeriksa melambaikan tangan dari kiri-
kanan, kanan-kiri, atas-bawah, bawah-atas dsb, dan kemudian pasien diminta
menyebutkan arah lambaian tangan dengan benar. Apabila pasien dapat
menjawab dengan benar maka visusnya adalah 1/300.
● Apabila pasien tidak dapat menyebutkan pemeriksaan lambaian tangan, maka
dilakukan pemeriksaan sinar menggunakan penlight; visusnya adalah 1/~ PSB
(persepsi sinar baik; bila dapat menyebutkan arah datangnya sinar dengan
BENAR) atau 1/~PSS (persepsi sinar salah; bila SALAH menyebutkan arah
datangnya sinar)
● Apabila pasien tidak dapat melihat sinar, maka visusnya adalah 0 (nol).
● Bila visus kurang dari 6/6, dilakukan tes pinhole;
● Bila dengan tes pinhole visus maju/ membaik (bisa 6/6), berarti terdapat
kelainan refraksi yang belum terkoreksi.
● Bila dengan tes pinhole visus tidak maju/ tidak membaik kemungkinan
terdapat kelainan organik.
● Apabila pinhole maju/ membaik maka dicoba untuk dikoreksi dengan lensa
spheris negatif atau positif.
● Bila setelah koreksi maksimal visus belum mencapai 6/6, dilakukan
pemeriksaan astigmat dial
● Bila pada astigmat dial melihat ada garis yang paling tegas, diperiksa dengan
lensa cylindris negatif atau positif (dengan metode trial and error) dimana
axisnya tegak lurus pada garis yang paling tegas tersebut, sampai dapat
mencapai 6/6.
Pemeriksaan Posisi
Bola Mata
Uji Refleks Cahaya
Penilaian
● Arah deviasi pada satu mata dapat dinilai dengan membandingkan refleks cahaya pada kornea mata
tersebut dengan posisi refleks cahaya pada kornea mata yang berfiksasi
●Bila refleks berada di temporal maka mata “esotropia"
●Bila refleks berada di nasal maka mata “eksotropia"
●Bila refleks berada di atas maka mata "hipotropia"
●Bila refleks berada di bawah maka mata "hipertropia“
● Bila tidak ada strabismus, maka "ortho". Bila ada strabismus, catat deviasi untuk masing-masing
besar deviasi. Contoh : "Hirschberg ortho"
Uji Hirschberg
• Uji tutup adalah uji yang akurat untuk mendeteksi kelainan kedudukan bola mata.
• Kekurangan uji tutup adalah validitas uji ditentukan oleh kemampuan fiksasi pasien
secara konstan pada suatu target, sehingga sulit dilakukan pada pasien yang kurang
kooperatif
● Gerak vergensi dapat dinilai dengan meminta pasien memfiksasi pandangan pada sebuah target dekat,
pemeriksa menggerakkan objek ke arah mendekat dan menjauhi pasien.
● Pemeriksaan konvergensi dilakukan dengan cara mendekatkan objek berukuran kecil kearah pangkal
hidung pasien secara perlahan.
Subjektif
• Penderita duduk tegak, melirik ke bawah.
• Jari telunjuk kanan dan kiri pemeriksa bergantian menekan bola mata (dimata yang sedang
diperiksa) pada kelopak atas kearah belakang bawah 45 derajat dengan halus dan gentle. Tiga
jari yang lain bersandar pada kning dan tulang pipi, bandingkan kanan dan kiri
• Hasilnya TN, TN+1, TN+2, TN+3; TN-1, TN-2, TN-3
Objektif (Tonometri schiotz)
• Pasien diminta tidur terlentang, posisi kepala horizontal. Mata pasien
ditetesi panthocain 0,5% atau 2%, 1-2 tetes, 5 menit kemudian ditetes lagi
• Pasien diminta memandang satu titik tepat diatasnya
• Kelopak atas dan bawah dibuka lebar dengan jari telunjuk dan ibu jari
tangan kiri, tidak boleh menekan bola mata, kemudia tonometer diletakkan
dengan hati hati pada permukaan kornea, tepat ditengah, tanpa menggeser,
posisi benar benar vertical
• Setelah tonometry menunjukkan angka yang tetap pada beban 5 gr, baca
tekanan pada skala busuk schiotz yang berantara 0-15, tambahkan beban
7.5 atau 10 gr
• Mata diberi salep (kloramfenikol)
• Konversi skala pada busur menjadi satuan mmHg berdasarkan tekanan
yang digunakan
Objektif (Tonometri schiotz)
Pemeriksaan Visual
Pathway
(LAPANG PANDANG)
Visual Pathway
● Pasien duduk berhadapan dengan jarak 1 meter dengan pemeriksa
● Minta pasien untuk menutup mata kanan dengan tangan kanan. Pemeriksa
menutup mata pada sisi yang sama (mata kiri dengan tangan kiri).
● Minta pasien memfiksasi matanya (fokus melihat ke mata pemeriksa).
● Gerakkan jari tangan di bidang pertengahan antara pemeriksa dan pasien.
● Gerakan dari luar ke dalam dan dari semua arah.
● Minta pasien untuk memberikan tanda bila ia mulai melihat jari pemeriksa.
● Hasilnya adalah dengan membandingkan antara pemeriksa yang dianggap
normal dan orang yang diperiksa. Nilai apakah ada defek pada lapang
pandang pasien.
● Lakukan untuk mata yang satunya.
● Menyebutkan hasilnya:
● Lapang pandang penderita luasnya sama dengan lapang
pandang pemeriksa.
● Lapang pandang penderita lebih sempit dari lapang pandang
pemeriksa (sebutkan di daerah mana yang mengalami
penyempitan)
Puppilary Pathway
Jalur Refleks Cahaya
Refleks cahaya pupil atau refleks pupil adalah refleks yang mengontrol diameter pupil,
sebagai respons terhadap besarnya intensitas cahaya yang masuk ke dalam mata. Dengan
demikian refleks pupil ini membantu mengatur jumlah cahaya yang jatuh pada retina.
Intensitas cahaya tinggi (kondisi terang) menyebabkan pupil berkontraksi/miosis, baik mata
yang disinari maupun sebelahnya, sedangkan intensitas cahaya rendah (kondisi gelap)
menyebabkan pupil berdilatasi/midriasis.
Jaras Refleks Pupil
JARAS AFEREN
Saraf Kranial II
JARAS EFEREN
Saraf kranial III
Jaras Aferen Pupil
Refleks cahaya langsung pada mata kiri Serabut postganglion kemudian berjalan di
akan sebanding dengan refleks konsensual dalam nervus siliaris posterior melewati
yang terjadi pada mata kanan karena daerah suprakoroidal untuk meninervasi
terdapat dua persilangan di jalur pupil, yaitu otot sfingter pupil dan otot siliar,
di kiasma dan di antara nukleus pretektal menyebabkan terjadinya konstriksi pupil.
dan nukleus Edinger-Westphal
Jaras Aferen dan Eferen Pupil
Pemeriksaan Pupil
• Refleks cahaya pupil langsung (Direct) : adalah respons perubahan diameter pupil
yang terjadi pada mata yang disinari.
• Cara: cahaya diarahkan ke mata kanan pasien dan amati refleks pupil mata kanan
• Refleks cahaya pupil tak langsung Indirect : adalah respon perubahan diameter pupil
pada fellow eye, atau mata kontralateral
• Caranya: cahaya diarahkan ke mata kiri pasien dan amati refleks pupil mata kanan
• Perhatikan bentuk pupil apakah bulat teratur
• Nyatakan besarnya pupil dalam satuan mm : isokor (pupil simetris), anisokor (pupil
asimetris), besar pupil normal 3-5 mm (<2 mm miosis, >5 mm midriasis)
Relative Afferent Pupillary Defect (RAPD)
Tujuan:
Pada mata yang sehat, reaksi pupil terhadap mata kanan dan kiri
berhubungan.
Atau
• Apabila cahaya disinari pada salah satu bola mata, akan terjadi
konstriksi pada kedua pupil.
• Setelah cahaya disinari dijauhkan, kedua pupil akan melebar atau
dilatasi bersamaan.
Cara Melakukan Pemeriksaan
Grade :
+1 : Melemahnya awal konstriksi pupil yang
dilanjutkan dengan dilatasi pupil.
+2 : Pupil tidak konstriksi lalu dilanjutkan dengan
dilatasi pupil.
+3 : Dilatasi pupil secara langsung
+4 : Tidak bereaksi terhadap cahaya (Amaurotic
pupil)
Segmen Anterior
Mata
Pemeriksaan Segmen Anterior Mata
Konjungtiv Punctum
Palpebra Supersilia Sklera
a lacrimal
Camera
Lensa Pupil Okuli Iris Kornea
Anterior
• Normal / benjolan / hematom / edema / hiperemis, dll
Palpebra
• Gerakan membuka menutup mata, posisi palpebra
• Eversi → warna mukosa / benda asing / benjolan / struktur khas
Supersili Normal / madarosis / poliosis / blefaritis
a
Konjungtiv Normal / anemis / injeksi / sekret
a