Anda di halaman 1dari 60

PEMERIKSAAN FISIK MATA

Oleh:
Sonia Anggraini
Mira Kurnia
M. Rifath Akbar
Dila Aulia

Perceptor: dr. Sisca Mayasari, Sp.M

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MATA


RSUD DR. H. ABDUL MOELOEK LAMPUNG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG
2021
Pemeriksaan Tajam
Pengelihatan
(VISUS)
Alat yang Digunakan

01 Trial lens

02 Trial Frame

03 Snellen Chart

04 Astigmat Dial
● Pasien duduk menghadap snellen chart dengan jarak 6
meter.
● Apabila akan dilakukan pemeriksaan mata kanan, maka
mata kiri pasien ditutup dengan telapak tangan kiri,
begitu sebaliknya.
● Pasien diminta menyebutkan huruf/ angka yang ditunjuk
pemeriksa.
● Tunjuk huruf/ angka mulai dari yang paling besar sampai
terkecil yang bisa disebutkan pasien
● Catat dan simpulkan tajam penglihatan pasien. Visus
normal 6/6.
● Bila sampai batas 6/60 maka dilakukan pemeriksaan
hitung jari/ counting finger   
● Pemeriksaan hitung jari: pasien diminta menyebutkan jumlah jari pemeriksa
dari jarak 1-5 m; apabila pasien bisa menghitung jari pemeriksa dengan benar
pada jarak 5 m maka tajam penglihatnnya adalah 5/60, apabila pasien bisa
menghitung jari pemeriksa dengan benar pada jarak 4 m maka tajam
penglihatnnya adalah 4/60, begitu seterusnya sampai jarak 1 m (visus=1/60)
● Apabila pasien tidak dapat menghitung jari, maka dilanjutkan dengan
pemeriksaan lambaian tangan/ hand moving.
● Pemeriksaan lambaian tangan: pemeriksa melambaikan tangan dari kiri-
kanan, kanan-kiri, atas-bawah, bawah-atas dsb, dan kemudian pasien diminta
menyebutkan arah lambaian tangan dengan benar. Apabila pasien dapat
menjawab dengan benar maka visusnya adalah 1/300.
● Apabila pasien tidak dapat menyebutkan pemeriksaan lambaian tangan, maka
dilakukan pemeriksaan sinar menggunakan penlight; visusnya adalah 1/~ PSB
(persepsi sinar baik; bila dapat menyebutkan arah datangnya sinar dengan
BENAR) atau 1/~PSS (persepsi sinar salah; bila SALAH menyebutkan arah
datangnya sinar)
● Apabila pasien tidak dapat melihat sinar, maka visusnya adalah 0 (nol).
● Bila visus kurang dari 6/6, dilakukan tes pinhole;
● Bila dengan tes pinhole visus maju/ membaik (bisa 6/6), berarti terdapat
kelainan refraksi yang belum terkoreksi.
● Bila dengan tes pinhole visus tidak maju/ tidak membaik kemungkinan
terdapat kelainan organik.
● Apabila pinhole maju/ membaik maka dicoba untuk dikoreksi dengan lensa
spheris negatif atau positif.
● Bila setelah koreksi maksimal visus belum mencapai 6/6, dilakukan
pemeriksaan astigmat dial
● Bila pada astigmat dial melihat ada garis yang paling tegas, diperiksa dengan
lensa cylindris negatif atau positif (dengan metode trial and error) dimana
axisnya tegak lurus pada garis yang paling tegas tersebut, sampai dapat
mencapai 6/6.
Pemeriksaan Posisi
Bola Mata
Uji Refleks Cahaya

• Uji refleksi cahaya kornea bertujuan untuk membandingkan posisi


refleksi cahaya kornea pada kedua mata.
• Uji ini dapat menilai kedudukan bola mata pada pasien dengan
kesulitan fiksasi atau pasien yang kurang kooperatif seperti
pasien anak dan bayi.
UJI CORNEAL LIGHT REFLEX
(REFLEKS HIRSCHBERG)

1. Memberikan penjelasan pada penderita mengenai pemeriksaan yang dilakukan


2. Meminta pasien duduk atau berdiri berjarak sejangkauan tangan dari pemeriksa
3. Menyinarkan senter setinggi mata pasien dengan jarak 30 cm sebagai sinar fiksasi
4. Meminta pasien untuk melihat ke sinar fiksasi
5 Menilai letak refleks sinar pada kornea pada kedua mata kemudian menyebutkan
posisi/kedudukan bola mata
● Bila posisi refleks sinar ada di pertengahan pupil pada kedua mata, berarti bola mata
disebut orthoforia (pasien tidak mengalami strabismus)
● Pada keadaan normal, refleks sinar pada kedua kornea sedikit ke nasal dari kornea dan
simetris pada kedua mata. Bila posisi refleks sinar berbeda, berarti strabismus.

Penilaian
● Arah deviasi pada satu mata dapat dinilai dengan membandingkan refleks cahaya pada kornea mata
tersebut dengan posisi refleks cahaya pada kornea mata yang berfiksasi
●Bila refleks berada di temporal maka mata “esotropia"
●Bila refleks berada di nasal maka mata “eksotropia"
●Bila refleks berada di atas maka mata "hipotropia"
●Bila refleks berada di bawah maka mata "hipertropia“

● Bila tidak ada strabismus, maka "ortho". Bila ada strabismus, catat deviasi untuk masing-masing
besar deviasi. Contoh : "Hirschberg ortho"
Uji Hirschberg

• Uji Hirschberg dapat menilai kedudukan bola mata dan


mengukur sudut deviasi secara kasar.
• Pantulan cahaya dari bagian tengah pupil yang bergeser
1 mm, diinterpretasikan dengan deviasi sebesar 7° atau
15 D.

Desentralisasi pantulan cahaya 2 mm pada tepi pupil, 4


mm pada tengah iris, dan 6 mm pada limbus,
menggambarkan deviasi yang didapat adalah 15°, 30°, dan
45° secara berurutan
Uji Krimsky

• Uji Krimsky bertujuan untuk mendapatkan besar sudut


deviasi secara presisi.
• Pemeriksaan ini dapat dilakukan pada pasien dengan
visus 20/400 atau lebih buruk.
• Tahap pemeriksaan yang dilakukan sama seperti Uji
Hirschberg dengan tambahan meletakkan prisma di
depan mata yang tidak berdeviasi.
• Kekuatan derajat prisma selanjutnya ditambahkan
secara progresif sampai deviasi refleksi cahaya berada
di tengah pupil, sehingga tampak simetris dengan
refleksi cahaya mata normal.
UJI TUTUP MATA
(COVER TEST)

• Uji tutup adalah uji yang akurat untuk mendeteksi kelainan kedudukan bola mata.
• Kekurangan uji tutup adalah validitas uji ditentukan oleh kemampuan fiksasi pasien
secara konstan pada suatu target, sehingga sulit dilakukan pada pasien yang kurang
kooperatif

1. Memberikan penjelasan pada penderita mengenai pemeriksaan yang akan


dilakukan
2. Meminta pasien duduk 6 meter dari kartu uji baca atau optotip
3. Meminta pasien melihat pada satu titik atau pada baris 20/40 kartu Snellen
4. Menutup salah satu mata pasien
5. Melihat ada tidaknya gerakan yang mungkin terjadi pada mata yang tidak
ditutup
Penilaian (COVER TEST)
Cover test dilakukan untuk mendeteksi heterotropia. Langkah-langkah dan interpretasi dari
pergerakan mata yang terbuka (saat mata yang kolateral sedang tiba-tiba ditutup adalah :
a. Penderita fiksasi pandangan jauh lurus ke depan
b. Apabila diperkirakan mata kanan mengalami deviasi, maka pemeriksa melakukan
penutupan dengan okluder pada mata kiri
c. Apabila saat mata kiri ditutup, perhatikan mata kanan. Bila fiksasi tetap dan tidak ada
deviasi, maka berarti normal
d. Apabila terjadi pergerakan dan fiksasi tidak tetap, berarti menandakan heterotropia
● Bila mata yang terbuka tidak bergerak dan tetap fiksasi, berarti normal
● Bila mata kanan adduksi (bergerak ke dalam ke arah nasal), menunjukkan mata
kanan eksotropia
● Bila mata kanan abduksi (bergerak ke luar ke arah temporal), menunjukkan mata
kanan esotropia
e. Langkah di atas diulangi untuk pemeriksaan mata kiri.
UNCOVER TEST

1. Memberikan penjelasan pada penderita mengenai pemeriksaan yang


dilakukan
2. Meminta pasien duduk 6 meter dari kartu uji baca atau optotip
3. Meminta pasien melihat pada satu titik atau pada baris 20/40 kartu Snellen
4. Menutup salah satu mata pasien
5. Melihat ada tidaknya gerakan yang mungkin terjadi pada mata yang ditutup
okluder dibuka
UNCOVER TEST
Uncover test dilakukan untuk mendeteksi heteroforia. Langkah-langkah dan interpretasi dari
pergerakan mata yang tertutup (saat okluder mata sedang tiba-tiba dibuka) adalah :
a. Penderita fiksasi pandangan lurus jauh ke depan
b. Pemeriksa menutup mata kanan sekitar 2-3 detik dengan okluder kemudian membuka
okluder
c. Jika pada mata yang dibuka tersebut tidak ada pergerakan dan fiksasi tetap, berarti
normal
d. Jika pada mata yang dibuka tersebut ada pergerakan, berarti ada kelainan. Kemudian pemeriksaan
uncover dapat diulangi untuk lebih detail memperhatikan pergerakan tersebut :
● Bila mata yang terbuka bergerak ke luar (ke arah temporal), berarti mata ini sebelumnya esotropia
● Bila bergerak ke atas atau bawah, menunjukkan ada phoria vertical
Ulangi langkah di atas pada mata kiri
Uji Tutup Bergantian
• Uji tutup bergantian dilakukan dengan tujuan menemukan keadaan heteroforia pada mata yang
tampak normal dari hasil penilaian uji tutup buka.
• Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara menutup mata kanan dan kiri bergantian secara cepat
tanpa kesempatan untuk fiksasi binokular.
• Pemeriksa kemudian melakukan observasi adanya perubahan refiksasi ke sentral pada mata yang
tidak ditutup.
• Keadaan heteroforia akan menghasilkan refiksasi mata ke arah sentral sedangkan pada ortoforia
tidak ada perubahan fiksasi mata.

A. Mata tampak lurus


B. Mata kiri didtutup, disosiasi fusi
mengakibatkan esophoria
C. Okluder secara cepat dipindahkan ke
mata kanan, tampak mata kiri refiksasi
sentral dan mata kanan bergerak ke
arah nasal
D. Kedua mata tampak lurus kembali saat
okluder dibuka karena fusi kembali
Uji Tutup Bergantian dengan Prisma
• Pemeriksaan dapat dilanjutkan dengan menggunakan uji tutup bergantian dengan prisma.
• Teknik pemeriksaan ini sama dengan uji tutup bergantian, namun diukur dengan prisma untuk
mengetahui derajat deviasi secara kuantitatif.
• Apeks prisma diletakan sesuai arah deviasi, dengan derajat prisma yang lebih rendah terlebih
dahulu. Uji tutup bergantian dilakukan kembali bersamaan dengan prisma tetap diletakkan di
depan mata pasien.
• Pemeriksa dapat menambahkan derajat prisma secara progresif sampai tidak ada lagi gerakan
refiksasi mata (netralisasi).
• Hasil uji ini adalah besarnya derajat prisma yang diperlukan untuk refiksasi mata ke arah sentral
Pemeriksaan Gerak
Bola Mata
(G B M)
Pemeriksaan Duksi dan Versi

1. Minta pasien melihat lurus ke depan. Perhatikan


adanya arah yang abnormal pada salah satu mata.
2. Kemudian minta pasien menggerakkan mata untuk
mengikuti gerakan jari pemeriksa yang digerakkan
ke arah lateral-medial, lateral-medial atas, lateral-
medial bawah, bergantian jari tangan kanan dan
kiri.
3. Perhatikan apakah mata pasien mengikuti gerakan
tangan pemeriksa dan
4. Perhatikan gerakannya apakah mulus atau kaku.
Pemeriksaan Duksi dan Versi
• Interpretasi dinilai dalam skala +4 sampai -4, dengan 0
adalah gerak mata normal.
• Gerak otot yang berlebihan dinilai dengan +4 dan -4
adalah aksi gerak otot yang paling kurang.
• -4 berarti mata yang dilihat dari sentral kornea tidak
dapat abduksi melewati garis tengah,
• -3 berarti mata tidak dapat melebihi 22,5° dari garis
tengah,
• -2 berarti mata tidak dapat melebihi 45° dari garis
tengah,
• -1 berarti mata tidak dapat melebihi 67,5° dari garis
tengah.
• Gerak otot yang berlebihan dalam nilai +1 sampai
Pemeriksaan Vergensi

● Gerak vergensi dapat dinilai dengan meminta pasien memfiksasi pandangan pada sebuah target dekat,
pemeriksa menggerakkan objek ke arah mendekat dan menjauhi pasien.
● Pemeriksaan konvergensi dilakukan dengan cara mendekatkan objek berukuran kecil kearah pangkal
hidung pasien secara perlahan.

Hasil Uji Subjektif: Hasil Uji Objektif:

Didapatkan di titik dimana pasien • Didapatkan dengan mengukur near point of


mengeluhkan adanya pandangan convergence yaitu titik saat mata yang tidak
ganda. dominan bergerak kearah lateral, dimana terjadi
divergensi dari gerak mata.
• Pengukuran near point of convergence
menggunakan penggaris (cm) atau dengan RAF
rule
• Hasil near point of convergence ≤5 cm  Normal
Pemeriksaan
Tekanan Intra-
Okular
-aliran aquous humour-
Pemeriksaan Tekanan
Intraokular

Subjektif
• Penderita duduk tegak, melirik ke bawah.
• Jari telunjuk kanan dan kiri pemeriksa bergantian menekan bola mata (dimata yang sedang
diperiksa) pada kelopak atas kearah belakang bawah 45 derajat dengan halus dan gentle. Tiga
jari yang lain bersandar pada kning dan tulang pipi, bandingkan kanan dan kiri
• Hasilnya TN, TN+1, TN+2, TN+3; TN-1, TN-2, TN-3
Objektif (Tonometri schiotz)
• Pasien diminta tidur terlentang, posisi kepala horizontal. Mata pasien
ditetesi panthocain 0,5% atau 2%, 1-2 tetes, 5 menit kemudian ditetes lagi
• Pasien diminta memandang satu titik tepat diatasnya
• Kelopak atas dan bawah dibuka lebar dengan jari telunjuk dan ibu jari
tangan kiri, tidak boleh menekan bola mata, kemudia tonometer diletakkan
dengan hati hati pada permukaan kornea, tepat ditengah, tanpa menggeser,
posisi benar benar vertical
• Setelah tonometry menunjukkan angka yang tetap pada beban 5 gr, baca
tekanan pada skala busuk schiotz yang berantara 0-15, tambahkan beban
7.5 atau 10 gr
• Mata diberi salep (kloramfenikol)
• Konversi skala pada busur menjadi satuan mmHg berdasarkan tekanan
yang digunakan
Objektif (Tonometri schiotz)
Pemeriksaan Visual
Pathway
(LAPANG PANDANG)
Visual Pathway
● Pasien duduk berhadapan dengan jarak 1 meter dengan pemeriksa
● Minta pasien untuk menutup mata kanan dengan tangan kanan. Pemeriksa
menutup mata pada sisi yang sama (mata kiri dengan tangan kiri).
● Minta pasien memfiksasi matanya (fokus melihat ke mata pemeriksa).
● Gerakkan jari tangan di bidang pertengahan antara pemeriksa dan pasien.
● Gerakan dari luar ke dalam dan dari semua arah.
● Minta pasien untuk memberikan tanda bila ia mulai melihat jari pemeriksa.
● Hasilnya adalah dengan membandingkan antara pemeriksa yang dianggap
normal dan orang yang diperiksa. Nilai apakah ada defek pada lapang
pandang pasien.
● Lakukan untuk mata yang satunya.
● Menyebutkan hasilnya: 
● Lapang pandang penderita luasnya sama dengan lapang
pandang pemeriksa. 
● Lapang pandang penderita lebih sempit dari lapang pandang
pemeriksa (sebutkan di daerah mana yang mengalami
penyempitan)
Puppilary Pathway
Jalur Refleks Cahaya

Refleks cahaya pupil atau refleks pupil adalah refleks yang mengontrol diameter pupil,
sebagai respons terhadap besarnya intensitas cahaya yang masuk ke dalam mata. Dengan
demikian refleks pupil ini membantu mengatur jumlah cahaya yang jatuh pada retina.

Intensitas cahaya tinggi (kondisi terang) menyebabkan pupil berkontraksi/miosis, baik mata
yang disinari maupun sebelahnya, sedangkan intensitas cahaya rendah (kondisi gelap)
menyebabkan pupil berdilatasi/midriasis.
Jaras Refleks Pupil

JARAS AFEREN
Saraf Kranial II

JARAS EFEREN
Saraf kranial III
Jaras Aferen Pupil

● Tubuh memiliki neuron aferen yang membawa


pesan sensorik ke otak (seperti gambar &
cahaya)
● Jaras Aferen pupil:
- Retina
- N. Optikus (N. II)
- Chiasma Optikus
- Traktus Optikus
- Pretectal Nucleus
- Endiger Westphal Nucleus (Bagian dari
nukleus N. III)
Jaras Aferen Pupil
Jaras aferen dimulai dari retinadan berakhir di
tektum otak tengah (nukleus pretektal)

Saat cahaya menstimulasi Serabut pupil dan


fotoreseptor retina, impuls impuls listrik menuju ke
penglihatan berjalan menuju
listrik ditransmisikan oleh trktus optikus melewati
nervus optik dan menuju
retina melalui akson sel korpus genikulatum lateral
kiasma, tempat persilangan
ganglion yang mengandung menuju otak tengah
nervus optik yang pertama.
serabut pupilomotor.

Serabut nervus optik kemudian akan


menyilang untuk kedua kalinya di komisura
posterior dan bersinaps di sisi ipsilateral Sinaps pertama terjadi di
dan kontralateral nukleus Edinger- nukleus prektektal di dekat
Westphal yang merupakan pusat kolikulus superior.
parasimpatis nervus okulomotor.
Jaras Eferen Pupil
Setelah otak menerima pesan aferen (sensorik) dan menafsirkannya, kemudian
otak mengirimkan pesan eferen (motorik) untuk menyesuaikan ukuran pupil.

Impuls selanjutnya akan meninggalkan


dimulai dari nukleus Edinger- batang otak, masuk ke dalam orbita
Westphal menuju nervus melalui divisi inferior nervus okulomotor,
okulomotor superfisial untuk bersinaps dengan ganglion siliar.

Refleks cahaya langsung pada mata kiri Serabut postganglion kemudian berjalan di
akan sebanding dengan refleks konsensual dalam nervus siliaris posterior melewati
yang terjadi pada mata kanan karena daerah suprakoroidal untuk meninervasi
terdapat dua persilangan di jalur pupil, yaitu otot sfingter pupil dan otot siliar,
di kiasma dan di antara nukleus pretektal menyebabkan terjadinya konstriksi pupil.
dan nukleus Edinger-Westphal
Jaras Aferen dan Eferen Pupil
Pemeriksaan Pupil
• Refleks cahaya pupil langsung (Direct) : adalah respons perubahan diameter pupil
yang terjadi pada mata yang disinari.
• Cara: cahaya diarahkan ke mata kanan pasien dan amati refleks pupil mata kanan
• Refleks cahaya pupil tak langsung Indirect : adalah respon perubahan diameter pupil
pada fellow eye, atau mata kontralateral
• Caranya: cahaya diarahkan ke mata kiri pasien dan amati refleks pupil mata kanan
• Perhatikan bentuk pupil apakah bulat teratur
• Nyatakan besarnya pupil dalam satuan mm : isokor (pupil simetris), anisokor (pupil
asimetris), besar pupil normal 3-5 mm (<2 mm miosis, >5 mm midriasis)
Relative Afferent Pupillary Defect (RAPD)

Suatu gejala medis yang didapatkan saat pemeriksaan


swinging light test yang mana pupil kurang berkonstriksi
apabila cahaya dayunkan (swing) dari mata normal ke
mata tidak normal

Tujuan:

Untuk mengetahui apakah serabut aferen penglihatan


berfungsi dengan baik dengan melihat reaksi pupil
langsung atau tidak langsung pada kedua mata.
Dasar Pemeriksaan RAPD

Pada mata yang sehat, reaksi pupil terhadap mata kanan dan kiri
berhubungan.
Atau
• Apabila cahaya disinari pada salah satu bola mata, akan terjadi
konstriksi pada kedua pupil.
• Setelah cahaya disinari dijauhkan, kedua pupil akan melebar atau
dilatasi bersamaan.
Cara Melakukan Pemeriksaan

Swinging Light Test


1. Gunakan lampu /penlight yang terang. Pemeriksaan dilakukan pada kamar semi
gelap
2. Pasien diminta untuk melihat pada satu arah
3. Lampu/ penlight digerakkan dari samping hingga ke bola mata .
4. Pastikan jarak cahaya yang disinari sama pada mata untuk memastikan stimulus
cahaya sama pada kedua bola mata.
5. Kekalkan cahaya selama 3 detik hingga ukuran pupil stabil.
6. Gerakkan penlight pada mata yang disebelahnya. Tunggu hingga 3 detik.
Interpretasi
RAPD (+)  mengindikasikan bahwa terdapat
lesi pada saraf jalur visual anterior.

Grade :
+1 : Melemahnya awal konstriksi pupil yang
dilanjutkan dengan dilatasi pupil.
+2 : Pupil tidak konstriksi lalu dilanjutkan dengan
dilatasi pupil. 
+3 : Dilatasi pupil secara langsung
+4 : Tidak bereaksi terhadap cahaya (Amaurotic
pupil)
Segmen Anterior
Mata
Pemeriksaan Segmen Anterior Mata

Konjungtiv Punctum
Palpebra Supersilia Sklera
a lacrimal

Camera
Lensa Pupil Okuli Iris Kornea
Anterior
• Normal / benjolan / hematom / edema / hiperemis, dll
Palpebra
• Gerakan membuka menutup mata, posisi palpebra
• Eversi → warna mukosa / benda asing / benjolan / struktur khas
Supersili Normal / madarosis / poliosis / blefaritis
a
Konjungtiv Normal / anemis / injeksi / sekret
a

Normal / ikterik / injeksi


Sklera

Punctum Normal / edema / penyumbatan


lacrimal
• Jenih / ulkus / Jar. parut / erosi
Kornea
• → Fluoresen
• Uji sensitivitas kornea
Iris & • Inspeksi iris → warna / bentuk (iris tremulans, sinekia, iris bombe,
COA iridodialisis)
• Inspeksi COA → hifema / hipopion, kedalaman
• Cara periksa kedalaman → Sinari iris dari samping, perhatikan
luas permukaan iris yang tersinari, Sebagian iris mendapatkan
sinar = COA dangkal, semua/sebagian besar iris mendapatkan
sinar = COA dalam
• Inspeksi bentuk → bulat, lonjong, ireguler
Pupil
• Ukuran normal 3-5 mm (<2 mm Miosis, >5 mm Midriasis)
isokor/anisokor
• Reflek Pupil → direct & indirect, akomodasi

• Sebaiknya pupil dilebarkan jika tidak ada kontraindikasi


Lensa
• Sinari dari arah 30-45 derajat temporal kornea, perhatikan
letak dak kejernihannya
• Shadow test negaif → tidak ada bayangan iris di lensa
(lensa jernih, katarak matur
• Shadow test positif → ada bayangan iris di lensa (katarak
imatur)
Sistem Lakrimal
Kelenjar air mata ada dua kelompok:
kelenjar utama produksi reflex
- Bagian orbital : ukuran seperti kacang almond,
memiliki dua
Permukaan – permukaan superior kontak dengan
tulang
Sedangkan permukaan inferior bersandar pada
m.levator palpebral
Superior
- Bagian palpebral : berukuran kecil dan terdiri dari dua
lobus.
Kelenjar aksesoris produksi basal
- Kelenjar Krause : kelenjar mikroskopik pada
konjungtiva palpebra Dan terletak antara fornix dan
ujung dari tarsus. Ada sekitar 42 kelenjar di fornix
superior dan 6-8 di fornix inferior.
- Kelenjar Wolfring: terletak dekat dengan garis atas
dari lempeng tarsus superior dan sepanjang garis
bawah tarsus inferior
Fungsi Air Mata

● Menjaga kelembaban kornea dan konjungtiva


● Menyuplai oksigen untuk epitel kornea
● Membasuh debris dan bahan iritan
● Mencegah infeksi melalui substansi anti bakterinya
● Memfasilitasi pergerakan palpebra pada bola mata
Terimakasih 

CREDITS: This presentation template was created by


Slidesgo, including icons by Flaticon, and infographics &
images by Freepik.

Please keep this slide for attribution.

Anda mungkin juga menyukai