Anda di halaman 1dari 15

Elma Rosa Vidia

Learning Objectives 1418011071


Skenario I “Bule” Tutorial 8
Blok Emergensi Semester 7 Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung
1. JENIS GANGGUAN
BERNAFAS PARSIAL DAN
TOTAL.
Total
• Obstruksi total dikenali bila penolong tidak dapat mendengar atau merasakan
aliran udara pada mulut atau hidung pasien. Pada sumbatan jalan nafastotal,
biasanya korban tidak dapat berbicara, bernafas dan mungkin korban memegang
lehernya disertai rasa gelisah, bisa juga disertai penurunan kesadaran bila pasien
sudah tidak sadar sejak sianosis sampai tidak bergejala sama sekali,saat itu perlu
dicari penyebab sumbatan jalan napas dan perlu diatasi dengan segera.

Parsial
• Obstruksi parsial dikenali bila terdapat suara aliran nafas yang berisik,yang dapat disertai
retraksi otot)otot interkosta dan suprasternum (otot-otot pernafasan) bila pasien bernafas
spontan
• menandakan adanya obstruksi parsial di hipofaring yang

Snoring disebabkan oleh pangkal lidah yang terdorong ke belakang,


dapat terjadi pada pasien yang tidak sadar atau penurunan
kesadaran atau patahnya tulang rahang bilateral

• suara bersiul menandakan spasme laring atau trakhea, bisa


Crowing disebabkan edema padadaerah tersebut akibat peradangan,
infeksi, luka bakar, atau neoplasma

Gurgling • Suara berkumur" menandakan adanya benda asing berupa


cairan seperti darah,sekret, aspirasi asam lambung, dsb.

• menandakan spasme bronkus. Pada sumbatan jalan nafas


Wheezing  parsial, korban mungkin masih mampu melakukan pertukaran
udara yang baik atau pertukaran udara yang buruk
2. JELASKAN MENGENAI
PNEUMOTHORAX
Definisi
• Suatu keadaan terdapatnya udara atau gas di dalam pleura yang menyebabkan paru
terkena.

Klasifikasi
 Menurut penyebabnya : Traumatik dan Non Traumatik
 Menurut Jenis fistulanya : Simple, Open, Tension
PATOGENESIS
PATOFISIOLOGIS
Tension penumothoraks terjadi ketika udara dalam
rongga pleura memiliki tekanan tinggi dari pada
udara disebelahnya.

Udara memasuki rongga pleura dari tempat ruptur


pleura yang bekerja seperti katup satu arah. Udara
dapat masuk melalui rongga pleura tetapi tidak
dapat keluar karena tempat pleura tersebut akan
tertutup saat ekspirasi
Peningkatan tekanan udara akan
mendorong paru yang keadaan
Pada saat aspirasi akan terdapat banyak udara lagi
recoiling sehingga terjadi atelektasis
yang masuk dan tekanan udara melampaui tekanan
kompresi , menekan mediastinum serta
barometrik.
pergeseran jantung dan pembuluh
darah  kolaps Paru
SIGN AND SYMPTOMS
Sign Symptoms
Deviasi trakea menjauhi bagian paru
Nyeri tajam timbul tiba-tiba
yang mengalami tension

Sesak nafas Dada hiperekspansi,

Takikardia Peningkatan nada perkusi

Sianosis Hilangnya suara nafas unilateral


HOW TO DIAGNOSE THE
PNEUMOTHORAX ?
Keluhan Pneumothorax
Pemeriksaan fisik
Sesak nafas berat Inspeksi : Hiperekspansi Pemeriksaan
dada , bagian sakit dapat penunjang
Keringat dingin tertinddal saat ekspirasi ,
trakea dan jantung terdorong Foto toraks PA : pleural
Takikardia ke arah yang sehat line +, hiperlusen,
Sianotic Palpasi : iktus kordis jantung dan paru
terdorong ke arah yang sehat,
Disorientasi Fremitus suara melemah atau
terdorong ke arah yang
menghilang pada sisi yang sehat, Diafragma
Gelisah sakit terdorong ke yang
Suara ketok pada sisi sakit, sehat
hipersonor-timpani , batas
jantung bergeser ke arah yg Analisis gas darah
sehat
TATALAKSANA
(BRITISH THORACIC SOCIETY AND AMERICAN COLLEGE OF
CHEST PHYSICIAN)

Torakoskopi dengan pleurodosis


dan penanganan terhadap bleb

Obeservasi+O2 , aspirasi dengan


jarum pemasangan tube
torakostomi

Dekompresi (membuat hubungan


udara luar dengan pleura) ; jarum
abocath 14
3. GEJALA
KEGAWATDARURATAN
RESPIRASI
Ketidakseimbangan perfusi pulmonal (akibat
kontusio, hematome dan kolaps alveolar)
Hiperkapnia (kegagalan ventilasi Hipoksia (kegagalan distribusi
akibat perubahan tekanan intrakostal oksigen menuju jaringan
dan penurunan derajat kesadaran) akibat hipovolemi)

Asidosis metabolik (akibat Sianosis


hipoperfusi jaringan)
4. PENANGANAN PASIEN
DENGAN GANGGUAN JALAN
NAFAS
Survei ABCDE (Airway, Breathing, Circulation, Disability, Exposure) ini
disebut survei primer yang harus selesai dilakukan dalam 2 - 5 menit.
Airway
Menilai jalan nafas bebas. Apakah pasien dapat bicara dan bernafas dengan bebas ?
Jika ada obstruksi maka lakukan :
• Chin lift / jaw thrust (lidah itu bertaut pada rahang bawah)
• Suction / hisap (jika alat tersedia)
• Guedel airway / nasopharyngeal airway
• Intubasi trakhea dengan leher di tahan (imobilisasi) pada posisi netral
Breathing
Menilai pernafasan cukup. Sementara itu nilai ulang apakah jalan nafas bebas. Jika
pernafasan tidak memadai maka lakukan :
• Dekompresi rongga pleura (pneumotoraks)
• Tutuplah jika ada luka robek pada dinding dada
• Pernafasan buatan
Berikan oksigen jika ada
Sirkulasi
Menilai sirkulasi / peredaran darah. Sementara itu nilai ulang apakah jalan nafas
bebas dan pernafasan cukup. Jika sirkulasi tidak memadai maka lakukan :
• Hentikan perdarahan eksternal
• Segera pasang dua jalur infus dengan jarum besar (14 - 16 G)
• Berikan infus cairan
Disability
Menilai kesadaran dengan cepat, apakah pasien sadar, hanya respons terhadap nyeri
atau sama sekali tidak sadar. Tidak dianjurkan mengukur Glasgow Coma Scale
AWAKE = A
RESPONS BICARA (verbal) = V
RESPONS NYERI = P
TAK ADA RESPONS = U
Eksposure
Lepaskan baju dan penutup tubuh pasien agar dapat dicari semua cedera yang
mungkin ada. Jika ada kecurigaan cedera leher atau tulang belakang, maka imobilisasi
in-line harus dikerjakan.
Survei Sekunder hanya dilakukan bila ABC pasien sudah stabil Bila sewaktu survei
sekunder kondisi pasien memburuk maka kita harus kembali mengulangi
PRIMARY SURVEY.
Semua prosedur yang dilakukan harus dicatat dengan baik. Pemeriksaan dari kepala
sampai ke jari kaki (head-to-toe examination) dilakukan dengan perhatian utama:
Pemeriksaan kepala
• Kelainan kulit kepala dan bola mata
• Telinga bagian luar dan membrana timpani
• Cedera jaringan lunak periorbital
Pemeriksaan leher
• Luka tembus leher
• Emfisema subkutan
• Deviasi trachea
• Vena leher yang mengembang
Pemeriksaan neurologis
• Penilaian fungsi otak dengan Glasgow Coma Scale (GCS)
• Penilaian fungsi medula spinalis dengan aktivitas motorik
• Penilaian rasa raba / sensasi dan refleks
Pemeriksaan dada
• Clavicula dan semua tulang iga
• Suara napas dan jantung
• Pemantauan ECG (bila tersedia)
Pelvis dan ekstremitas
• Cari adanya fraktura (pada kecurigaan fraktur pelvis jangan melakukan tes gerakan
apapun karena memperberat perdarahan)
• Cari denyut nadi-nadi perifer pada daerah trauma
• Cari luka, memar dan cedera lain

Anda mungkin juga menyukai