SKENARIO 1
ADUH, KENAPA YA MATAKU.....
OLEH : KELOMPOK 1
Rina, seorang pelajar berusia 15 tahun mengeluh penglihatannya kabur pada saat melihat bacaan
di papan tulis. Dia sangat takut matanya buta. Dia pernah membaca sebuahartikel bahwa
kebutaan dapat terjadi karena kekurangan vitamin A. Dia bertanya dalam apakah dia
kekurangan vitamin A karena dia memang kurang menyukai sayur-sayuran. Namun setelah dia
memeriksakan diri ke dokter dan diharuskan oleh dokter untuk memakai kacamata minus,
penglihatannya menjadi jelas kembali.
LANGKAH 1: IDENTIFIKASI DAN KLARIFIKASI MASALAH
5. Mengapa setelah memakai kacamata minus, mata Rina dapat melihat dengan jelas kembali?
6. Struktur apa yang rusak pada mata Rina sehingga mata Rina menjadi kabur?
> Cornea
· Terdiri dari 5 lapis: (luar – dalam)
1. Epitel anterior à conjunctiva bulbi
2. Lamina limitans anterior (Bowman)
3. Substansia propria (stroma) à sclera
4. Lamina limitans posterior (Descemet)
5. Endotel
· Limbus cornea: junctio conjunctivocornealis, junctio sclerocornealis
· Angulus iridocornealis
Dapat diukur besar sudutnya dengan gonioskop
· Spatium anguli iridocornealis
· Vaskularisasi: avaskular
· Inervasi: nn. ciliares n. ophthalmicus (N. V1)
> Sclera
· Sinus venosus sclerae (canalis Schlemm)
> Choroidea
· Lapisan: (luar – dalam)
1. Lamina suprachoroidea à sel2 pigmen
2. Lamina vasculosa à arteriae cabang a. ciliaris posterior brevis, venae à vv. verticosae
3. Lamina choriocapillaris
4. Lamina basalis
> Corpus ciliare
· Proc. ciliaris, memproduksi humor aqueos
· Zonula ciliaris (lig. suspensorium lentis)
· M. ciliaris, bila kontraksi à akomodasi
Inervasi: ganglion ciliares (parasimpatis)
> Iris
· Pupil
· Camera oculi anterior (COA) et posterior
· Aliran humor aqueos: proc. ciliaris à camera oculi posterior à pupil à camera oculi anterior
à spatium anguli iridocornealis à sinus venosus sclerae (canalis Schlemm)
· M. sphincter pupillae
Fungsi: miosis
Inervasi: ganglion ciliare à nn. ciliares breves (parasimpatis)
· M. dilatator pupillae
Fungsi: midriasis
Inervasi: C8-T4 à ganglion cervicale superius (simpatis)
NB:
Inervasi otonom mata:
· Inervasi parasimpatis (ganglion ciliare): m. sphincter pupillae, m. ciliaris
· Inervasi simpatis (ganglion cervicale superius): m. dilatator pupillae, m. orbitalis, m.
tarsalis superior, vasa darah choroid & retina
> Retina
· Terdiri dari 2 lapis:
Ø Stratum pigmentosum retinae
Ø Stratum cerebri à dibagi 10 lapis lagi
· Pars optica, pars ciliaris, pars iridica
· Ora serrata: batas pars optica – pars ciliaris
· Discus nervi optici à blind spot
· Macula lutea
· Fovea centralis à avaskular, hanya ada sel conus
· Sumbu visual, mrpk garis penghubung benda dilihat à foveola
· Vaskularisasi:
A. centralis retinae à r. superior et inferior à r. temporalis et nasalis
V. centralis retinae à sinus cavernosus
RABUN
FAKTOR JENIS
VITAMIN A
MATA
PERKEMBANGAN MEKANISME
MATA PENGLIHATAN
LANGKAH 5 : SASARAN BELAJAR
- Kelenjar seperti : kelenjar sebasea, kelenjar Moll atau kelenjar keringat, kelenjar Zeis pada
pangkal rambut, dan kelenjar Meibom pada tarsus.
- Otot seperti : M. orbikularis okuli yang berjalan melingkar di dalam kelopak atas dan bawah,
dan terletak di bawah kulit kelopak. Pada dekat tepi margo palpebra terdapat otot orbikularis
okuli yang disebut sebagai M. Rioland. M. orbikularis berfungsi menutup bola mata yang
dipersarafi N. facial M. levator palpebra, yang berorigo pada anulus foramen orbita dan
berinsersi pada tarsus atas dengan sebagian menembus M. orbikularis okuli menuju kulit kelopak
bagian tengah. Bagian kulit tempat insersi M. levator palpebra terlihat sebagai 2 sulkus (lipatan)
palpebra. Otot ini dipersarafi oleh n. III, yang berfungsi untuk mengangkat kelopak mata atau
membuka mata.
- Di dalam kelopak terdapat tarsus yang merupakan jaringan ikat dengan kelenjar di dalamnya
atau kelenjar Meibom yang bermuara pada margo palpebra.
- Septum orbita yang merupakan jaringan fibrosis berasal dari rima orbita merupakan pembatas
isi orbita dengan kelopak depan.
- Tarsus ditahan oleh septum orbita yang melekat pada rima orbita pada seluruh lingkaran
pembukaan rongga orbita. Tarsus (terdiri atas jaringan ikat yang merupakan jaringan penyokong
kelopak dengan kelenjar Meibom (40 bush di kelopak atas dan 20 pada kelopak bawah).
- Persarafan sensorik kelopak mata atas didapatkan dari ramus frontal N.V, sedang kelopak
bawah oleh cabang ke II saraf ke V. Konjungtiva tarsal yang terletak di belakang kelopak hanya
dapat dilihat dengan melakukan eversi kelopak. Konjungtiva tarsal melalui forniks menutup
bulbus okuli. Konjungtiva merupakan membran mukosa yang mempunyai sel Goblet yang
menghasilkan musin. [2]
Sistem sekresi air mata atau lakrimal terletak di daerah temporal bola mata. Sistem ekskresi
mulai pada pungtum lakrimal, kanalikuli lakrimal, sakus lakrimal, duktus nasolakrimal, meatus
inferior.
1. Sistem produksi atau glandula lakrimal. Glandula lakrimal terletak di temporo antero superior
rongga orbita.
2. Sistem ekskresi, yang terdiri atas pungtum lakrimal, kanalikuli lakrimal, sakus lakrimal dan
duktus nasolakrimal. Sakus lakrimal terletak di bagian depan rongga orbita. Air mata dari duktus
lakrimal akan mengalir ke dalam rongga hidung di dalam meatus inferior (Ilyas, 2010). Film air
mata sangat berguna untuk kesehatan mata. Air mata akan masuk kedalam sakus lakrimal
melalui pungtum lakrimal. Bila pungtum lakrimal tidak menyinggung bola mata, maka air mata
akan keluar melalui margo palpebra yang disebut epifora. Epifora juga akan terjadi akibat
pengeluaran air mata yang berlebihan dari kelenjar lakrimal (Ilyas, 2010) Untuk melihat adanya
sumbatan pada duktus nasolakrimal, maka sebaiknya di lakukan penekanan pada sakus lakrimal.
Bila terdapat penyumbatan yang disertai dakriosistitis, maka cairan berlendir kental akan keluar
melalui pungtum lakrimal (Ilyas, 2010).
Konjungtiva merupakan membran yang menutupi sklera dan kelopak bagian belakang. Bermaca-
macam obat mata dapat diserap melalui konjungtiva ini. Konjungtiva mengandung kelenjar
musin yang di hasilkan oleh sel Goblet. Musin bersifat membasahi bola mata terutama kornea.
Konjungtiva terdiri atas tiga bagian, yaitu :
1. Konjungtiva tarsal yang menututpi tarsus, konjungtiva tarsal sukar di gerakkan dari tasus.
2. Konjungtiva bulbi menututpi sklera dan mudah di gerakkan dari sklera di bawahnya.
Konjungtiva tarsal dengan konjungtiva bulbi. Konjungtiva bulbi dan forniks berhubungan
dengan sangat longgar dengan jaringan di bawahnya sehingga bola mata mudah bergerak (Ilyas,
2010).
Bola mata berbentuk bulat dengan panjang maksimal 24 mm. Bola mata di bagian depan
(kornea) mempunyai kelengkungan yang lebih tajam sehingga terdapat bentuk dengan 2
kelengkungan yang berbeda. Bola mata dibungkus oleh 3 lapis jaringan, yaitu:
1. Sklera merupakan jaringan ikat yang kenyal dan memberikan bentuk pada mata, merupakan
bagian terluar yang melindungi bola mata. Bagian terdepan sklera disebeut kornea yang bersifat
transparan yang memudahkan sinar masuk ke dalam bola mata. Kelengkungan kornea lebih
besar dibanding sklera.
2. Jaringan uvea merupakan jaringan vaskular. Jaringan sklera dan uvea dibatasi oleh ruang yang
potensial mudah dimasuki darah bila terjadi perdarahan pada ruda paksa yang disebut perdarahan
suprakoroid. Badan siliar yang terletak di belakang iris menghasilkan cairan bilik mata (akuous
humor), yang dikeluarkan melalui trabekulum yang terletak pada pangkal iris di batas kornea dan
sklera.
3. Lapis ketiga bola mata adalah retina yang terletak paling dalam dan mempunyai susunan lapis
sebanyak 10 lapis yang merupakan lapis membran neurosensoris yang akan merubah sinar
menjadi rangsangan pada saraf optik dan diteruskan ke otak. Badan kaca mengisi rongga di
dalam bola mata dan bersifat gelatin dan hanya menempel papil saraf optik, makula dan pars
plana. Bila terdapat jaringan ikat didalam badan kaca disertai dengan tarikan pada retina, maka
akan robek dan terjadi ablasi retina (Ilyas, 2010). Lensa terletak dibelakang pupil yang dipegang
di daerah ekuatornya pada badan siliar melalui Zonula Zinn. Lensa mata mempunyai peran dan
akomodasi atau melihat dekat sehingga sinar dapat difokuskan di daerah makula lutea (Ilyas,
2010).
Terdapat 6 otot pergerakkan bola mata, dan terdapat kelenjar lakrimal yang terletak di daerah
temporal atas di dalam rongga orbita.
Saraf optik yang keluar dari polus posterior bola mata membawa 2 jenis serabut saraf, yaitu:
saraf penglihat dan serabut pupilomotor. Kelainan saraf optik menggambarkan gangguan yang
diakibatkan tekanan langsung atau tidak langsung terhadap saraf optic ataupun perbuatan toksik
dan anoksik yang mempengaruhi penyaluran aliran listrik(Ilyas,2010).
> Sklera
Bagian putih bola mata yang bersama-sama dengan kornea merupakan pembungkus dan
pelindung isi bola mata. Sklera berjalan dari papil saraf optik sampai kornea.
Foramen optik terletak pada apeks rongga orbita, dilalui oleh saraf optik, arteri, vena, dan saraf
simpatik yang berasal dari pleksus karotid. Fisura orbita superior di sudut orbita atas temporal
dilalui oleh saraf lakrimal (V), saraf frontal (V), saraf troklear (IV), saraf okulomotor (III), saraf
nasosiliar (V), abdusen (VI), dan arteri vena oftalmik. Fisura orbita inferior terletak di dasar
tengah temporal orbita dilalui oleh saraf infra-orbita, zigomatik dan arteri infra orbita. Fosa
lakrimal terletak di sebelah temporal atas tempat duduknya kelenjar lakrimal.
Otot ini menggerakkan mata dengan fungsi ganda dan untuk pergerakan mata tergantung pada
letak dan sumbu penglihatan sewaktu aksi otot (Ilyas, 2010). Otot penggerak mata terdiri atas 6
otot yaitu :
1. Oblik inferior mempunyai origo pada fosa lakrimal tulang lakrimal, berinsersi pada sklera
posterior 2 mm dari kedudukan makula, dipersarafi saraf okulomotor, bekerja untuk
menggerakkan mata keatas, abduksi dan eksiklotorsi (Ilyas, 2010).
2. Oblik superior berorigo pada anulus Zinn dan ala parva tulang sfenoid di atas foramen optik,
berjalan menuju troklea dan dikatrol balik dan kemudian berjalan di atas otot rektus superior,
yang kemudian berinsersi pada sklera dibagian temporal belakang bola mata. Oblik superior
dipersarafi saraf ke IV atau saraf troklear yang keluar dari bagian dorsal susunan saraf pusat
(Ilyas, 2010).
3. Otot Rektus Inferior mempunyai origo pada anulus Zinn, berjalan antara oblik inferior dan
bola mata atau sklera dan insersi 6 mm di belakang limbus yang pada persilangan dengan oblik
inferior diikat kuat oleh ligamen Lockwood. Rektus inferior dipersarafi oleh n. III (Ilyas, 2010).
4. Otot Rektus Lateral mempunyai origo pada anulus Zinn di atas dan di bawah foramen optik.
Rektus lateral dipersarafi oleh N. VI. Dengan pekerjaan menggerakkan mata terutama abduksi
(Ilyas, 2010).
5. Otot Rektus Medius mempunyai origo pada anulus Zinn dan pembungkus dura saraf optik
yang sering memberikan dan rasa sakit pada pergerakkan mata bila terdapat retrobulbar, dan
berinsersi 5 mm di belakang limbus. Rektus medius merupakan otot mata yang paling tebal
dengan tendon terpendek. Menggerakkan mata untuk aduksi (gerakan primer) (Ilyas, 2010).
6. Otot Rektus Superior mempunyai origo pada anulus Zinn dekat fisura orbita superior beserta
lapis dura saraf optik yang akan memberikan rasa sakit pada pergerakkan bola mata bila terdapat
neuritis retrobulbar. Otot ini berinsersi 7 mm di belakang limbus dan dipersarafi cabang superior
N.III (Ilyas, 2010). [3]
Cornea merupakan membran transparan yang jernih dan menutupi dan melindungi sclera , sclera
sendiri merupakan bagian putih pada mata dimana tempat dari berkas cahaya masuk ke anterior
mata . Iris merupakan otot spiral yang berwarna gelap danterdapat lubang ditengahnya yang
merupakan pupil, iris berfungsi untuk mengatur banyk nya cahaya dengan kemampuan mengatur
ukuran pupil . Pupil berfungsi untuk mengatur banyaknya cahaya yang masuk ke mata. [4]
Presbiopia merupakan kelainan mata yang banyak dialami pada usia lanjut ,ini disebabkan
karena lensa dibentuk oleh 1000 lapisan sel yang tidak memiliki nukleus dan organel karena
dihancurkan selama proses pembentukannya , pada bagian tengah lensa utamanya letaknya yang
jauh dari Aqueos humor menyebabkannya tidak mendapat nutrisi yang cukup sehingga seiring
berjalannya waktu keelastisitisan nya semakin menurun dan ini lah yang disebut presbiopia .
Buta senja terjadi akibat defisiensi vit A yang berimbas pada reduksi ringan dari rhodopsin yang
berpengaruh pada sensitivitas sel batang sehingga tidak berespon terhadap sinar minim.
Ada 2 jenis fotoreseptor yaitu sel rod(batang) dan sel kerucut(conus). Pigmen penglihatan milik
sel rod,kehidupan,terdiri dari aldehyde yang berasal dari vitamin A(retinaldehyde) yang
berikatan spesifik pada protein pesona. Karena sel rod memiliki resolusi yang rendah mereka
membentuk gambar namun dengan detail yang kurang jelas,sel ini tidak sensitive terhadap
warna.Sedangkan sel conus,memiliki ambang yang lebih tinggi dan bertanggung jawab untuk
memberikan gambar yang tajam dan berwarna. Sel conus mengandung iodopsin. Sel batang juga
bereaksi lebih lambat dibanding sel kerucut, rangsangan yang diterima akan di proses dalam
waktu lebih dari 100 milidetik, sehingga walaupun sel batang lebih sensitif terhadap cahaya yang
redup, namun sel batang kurang mampu mendeteksi objek yang bergerak cepat. Itulah mengapa
jika lebih banyak perempuan mengalami mata kabur karena perempuan lebih banyak beraktivitas
di dalam ruangan dan ketika dialihkan ke luar ruangan otomatis sel batang akan bereaksi lebih
lambat untuk memprosesnya sehingga kadang bisa memberikan efek.mata kabur/pusing dan
sebagainya. [5]
Sumber,masuk ke mata melalui kornea & melewati pupil yang lebarnya diatur oleh iris &
dibiaskan oleh lensa terbentuk bayangan di retina yang bersifat nyata, terbalik, diperkecil & Sel-
sel batang dan sel kerucut meneruskan sinyal cahaya melalui saraf optik & Otak membalikkan
lagi bayangan yang terlihat di retina; obyek terlihat sesuai dengan aslinya Lensa didesain
berbentuk cembung atau konveks karena lensa yang cembung menyebabkan konvergensi berkas
sinar, membawa berkas-berkas sinar lebih dekat satu sama lain. Karena konvergensi penting
untuk membawa suatu bayangan ketitik fokus, maka permukaan refraktif (lensa) mata berbentuk
cembung atau konveks. Penderita miopi biasanya disebabkan oleh lensa mata yang terlalu
cembung atau bola mata yang terlalu panjang. Karena lensa matanya cembung atau koveks
sehingga menyebabkan konvergensi atau konvergensi berkas-berkas sinar terjadi lebih cepat atau
sebelum mencapai titik fokus atau retina yang disebabkan karena daya bias yang terlalu besar,
sehingga bayangan jatuh didepan retina yang menyebabkan penderita miopi tidak dapat melihat
benda dengan jarak yang jauh. Oleh karena itu, penderita miopi ditangani dengan kacamata
berlensa cekung atau konkaf karena lensa konkaf bersifat menyebarkan atau divergensi berkas-
berkas cahaya yang masuk ke mata, sehingga penderita mampu melihat dengan jelas kembali.[5]
- Mata adalah organ fotosensitif yang sangat berkembang dan rumit, yang memungkinkan
analisis cermat dari bentuk, intensitas cahaya, dan warna yang dipantulkan objek. Mata terletak
dalam struktur bertulang yang protektif di tengkorak, yaitu rongga orbita. Setiap mata terdiri atas
sebuah bola mata fibrosa yang kuat untuk mempertahankan bentuknya, suatu sistem lensa untuk
memfokuskan bayangan, selapis sel fotosensitif, dan suatu sistem sel dan saraf yang berfungsi
mengumpulkan, memproses, dan meneruskan informasi visual ke otak (Junqueira, 2007). Tidak
semua cahaya yang melewati kornea mencapai fotoreseptor peka cahaya karena adanya iris,
suatu otot polos tipis berpigmen yang membentuk struktur seperti cincin di dalam aqueous
humour. Lubang bundar di bagian tengah iris tempat masuknya cahaya ke bagian dalam mata
adalah pupil. Iris mengandung dua kelompok jaringan otot polos, satu sirkuler dan yang lain
radial. Karena serat- serat otot memendek jika berkontraksi, pupil mengecil apabila otot sirkuler
berkontraksi yang terjadi pada cahaya terang untuk mengurangi jumlah cahaya yang masuk ke
mata. Apabila otot radialis memendek, ukuran pupil meningkat yang terjadi pada cahaya
temaram untuk meningkatkan jumlah cahaya yang masuk (Sherwood, 2001).
Untuk membawa sumber cahaya jauh dan dekat terfokus di retina, harus dipergunakan lensa
yang lebih kuat untuk sumber dekat. Kemampuan menyesuaikan kekuatan lensa sehingga baik
sumber cahaya dekat maupun jauh dapat difokuskan di retina dikenal sebagai akomodasi.
Kekuatan lensa bergantung pada bentuknya, yang diatur oleh otot siliaris. Otot siliaris adalah
bagian dari korpus siliaris, suatu spesialisasi lapisan koroid di sebelah anterior. Pada mata
normal, otot siliaris melemas dan lensa mendatar untuk penglihatan jauh, tetapi otot tersebut
berkontraksi untuk memungkinkan lensa menjadi lebih cembung dan lebih kuat untuk
penglihatan dekat. Serat-serat saraf simpatis menginduksi relaksasi otot siliaris untuk
penglihatan jauh, sementara sistem saraf parasimpatis menyebabkan kontraksi otot untuk
penglihatan dekat (Sherwood, 2001).
Proses visual dimulai saat cahaya memasuki mata, terfokus pada retina dan menghasilkan sebuah
bayangan yang kecil dan terbalik. Ketika dilatasi maksimal, pupil dapat dilalui cahaya sebanyak
lima kali lebih banyak dibandingkan ketika sedang konstriksi maksimal. Diameter pupil ini
sendiri diatur oleh dua elemen kontraktil pada iris yaitu papillary constrictor yang terdiri dari
otot-otot sirkuler dan papillary dilator yang terdiri dari sel-sel epitelial kontraktil yang telah
termodifikasi. Sel-sel tersebut dikenal juga sebagai myoepithelial cells (Saladin, 2006). Jika
sistem saraf simpatis teraktivasi, sel-sel ini berkontraksi dan melebarkan pupil sehingga lebih
banyak cahaya dapat memasuki mata. Kontraksi dan dilatasi pupil terjadi pada kondisi dimana
intensitas cahaya berubah dan ketika kita memindahkan arah pandangan kita ke benda atau objek
yang dekat atau jauh. Pada tahap selanjutnya, setelah cahaya memasuki mata, pembentukan
bayangan pada retina bergantung pada kemampuan refraksi mata (Saladin, 2006).
Kornea merefraksi cahaya lebih banyak dibandingkan lensa. Lensa hanya berfungsi untuk
menajamkan bayangan yang ditangkap saat mata terfokus pada benda yang dekat dan jauh.
Setelah cahaya mengalami refraksi, melewati pupil dan mencapai retina, tahap terakhir dalam
proses visual adalah perubahan energi cahaya menjadi aksi potensial yang dapat diteruskan ke
korteks serebri. Proses perubahan ini terjadi pada retina (Saladin,2006). Retina memiliki dua
komponen utama yakni pigmented retina dan sensory retina. Pada pigmented retina, terdapat
selapis sel-sel yang berisi pigmen melanin yang bersama-sama dengan pigmen pada koroid
membentuk suatu matriks hitam yang mempertajam penglihatan dengan mengurangi penyebaran
cahaya dan mengisolasi fotoreseptor-fotoreseptor yang ada. Pada sensory retina, terdapat tiga
lapis neuron yaitu lapisan fotoreseptor, bipolar dan ganglionic. Badan sel dari setiap neuron ini
dipisahkan oleh plexiform layer dimana neuron dari berbagai lapisan bersatu. Lapisan pleksiform
luar berada diantara lapisan sel bipolar dan ganglionic sedangkan lapisan pleksiformis dalam
terletak diantara lapisan sel bipolar dan ganglionic (Seeley, 2006). Setelah aksi potensial
dibentuk pada lapisan sensori retina, sinyal yang terbentuk akan diteruskan ke nervus optikus,
optic chiasm, optic tract, lateral geniculate dari thalamus, superior colliculi, dan korteks serebri
(Seeley, 2006). [6]
Mata mulai tampak pada mudigah berusia 22 hari sebagai sepasang alur dangkal di samping otak
depan. Seiring penutupan tabung saraf, kedua alur ini membentuk kantong luar di otak depan,
yaitu vesikula oftalmika (optic vesicle). Berikutnya, kedua vesikula ini bersentuhan dengan
ektoderm permukaan dan menyebabkan perubahan ektoderm yang diperlukan untuk
pembentukan lensa dengan segera vesikula oftalmika mulai mengalami invaginasi dan
membentuk cawan optik (optic cup) berdinding ganda.
Lapisan dalam dan luar dari cawan ini awalnya dipisahkan oleh suatu lumen, yaitu ruang
intraretina,tapi lumen ini segera menghilang, dan kedua lapisan tersebut berhadapan satu sama
lain. Invaginasi tidak terbatas pada bagian tengah cawan optik tapi juga melibatkan sebagian
permukaan inferior yang membentuk fisura koroidea. Pembentukan fisura ini memungkinkan
arteri hialoidea mencapai ruangan dalam mata. Lapisan luar dari cawan optik, ditandai oleh
Granula-granula pigmen kecil, dikenal sebagai lapisan pigmen retina . Perkembangan lapisan
dalam (saraf) cawan optik berlangsung lebih rumit. Empat perlima bagian posterior, pars optika
retinae, mengandung sel-sel yang membatasi ruang intraretina yang berdiferensiasi menjadi
elemen reseptif cahaya, sel batang (rod) dan sel kerucut (cone). Di permukaan terdapat lapisan
fibrosa yang mengandung akson sel saraf dari lapisan yang lebih dalam. Serabut saraf di zona ini
mengumpul ke arah tangkai optik, yang berkembang menjadi nervus optikus.Sehingga, impuls
cahaya berjalan melalui sebagian besar lapisan retina sebelum mencapai sel batang dan kerucut.
Seperlima lapisan dalam bagian anterior, yaitu pars seka retinae, tetap memiliki ketebalan satu
lapis sel. Bagian ini kemudian terbagi menjadi pars iridika retinae, yang membentuk lapisan
dalam iris, dan pars siliaris retinae yang ikut serta membentuk korpus siliare. Sementara itu,
regio antara cawan optik dan epitel permukaan di atasnya terisi oleh mesenkim longgar. M.
sfingter pupilae dan m. dilator pupilae terbentuk dalam jaringan ini. Otot-otot ini berkembang
dari ektoderm di bawah cawan optik. Pada orang dewasa, iris terbentuk oleh lapisan luar yang
mengandung pigmen, lapisan dalam cawan optik yang tak mengandung pigmen, dan lapisan
jaringan ikat yang kaya akan pembuluh darah dan mengandung otot-otot pupil. Pars siliaris
retinae mudah dikenali karena berlipat- lipat. Di sebelah luar, bagian ini ditutupi oleh satu
lapisan mesenkim yang membentuk m. siliaris;[7]
- Pembentukan mata merupakan proses yang sangat kompleks dimana setiap tahap memerlukan
koordinasi antar jaringan yang berkontribusi.
Perkembangan mata mulai tampak pada tahap embrio (22 hari setelah ovulasi) sebagai sepasang
lekukan dangkal pada sisi kanan dan kiri otak depan. Lekukan ini selanjutnya menjadi vesikel
optik.
Trimester Pertama
Neuroretina, EPR (epitel pigmen retina/retinal pigment epithelium) dan saraf optik berasal dari
neuro-ektoderm. Vesikel optik mulai mengalami invaginasi dan membentuk optic cup yang
berdinding rangkap segera setelah menempel pada ektoderm permukaan. Dua lapisan optic cup
merupakan calon retina, lapisan eksternal adalah calon EPR dan lapisan internal adalah calon
retina sensoris (sensoric retina). Invaginasi memungkinkan penyebaran akson sel ganglion
pertama retina untuk menembus tangkai optik dan memungkinkan penyempitan rongga vesikel
optik untuk menjadi ruang potensial subretinal.
Perkembangan EPR terlihat pada minggu kelima dan terdiri dari dua atau tiga lapis sel kolumnar,
yang kemudian akan menipis pada minggu keenam sampai memiliki ketebalan satu sel. EPR
memanjang secara posterior sebagai lapisan luar dari sel tangkai optik pada minggu ketujuh, dan
minggu kedelapan mengalami maturasi. Calon retina sensoris terdiri dari lapisan luar inti (zona
proliferasi atau zona germinativum) dan zona marginal yang tidak berinti (anuclear marginal
zone) saat minggu kelima, dan kemudian akan menebal pada minggu keenam. Sel germinativum
berproliferasi pada zona inti dan bermigrasi ke zona marginal pada minggu ketujuh, proses ini
membentuk lapisan neuroblastik interna dan eksterna (inner and outer neuroblastic layer),
dipisahkan oleh prosesus yang membentuk lapisan serat transien Chievitz.
Sel ganglion dan sel Müller mulai bermigrasi ke arah dalam pada lapisan neuroblastik interna.
Akson sel ganglion akan mulai menembus tangkai optik pada minggu kedelapan, akson ini
merupakan awal dari lapisan serat saraf (nerve fiber layer). Sel Müller membentuk serat radial
dalam (inner radial fibers) yang memanjang ke membrana limitans interna (internal limiting
membrane) pada saat yang bersamaan. Calon astroglia retina yang merupakan glioblas retina
yang bermigrasi, menyusun diri sepanjang akson-akson menuju membrana limitans interna.
Proliferasi retina dimulai dari zona inti luar dan berlangsung ke arah dalam pada bulan ketiga,
sementara diferensiasi berlangsung dari lapisan dalam menuju ke luar. Sel ganglion interna
merupakan sel pertama yang berdiferensiasi dan fotoreseptor eksterna adalah sel terakhir yang
berdiferensiasi. Sel ganglion pertama diikuti sel Müller akan bermigrasi ke arah dalam dan
membentuk lapisan yang terpisah pada lapisan neuroblastik interna, kemudian membentuk
lapisan pleksiform interna (inner plexiform layer). Sel Müller menempel pada membrana
limitans eksterna dan interna retina. Diferensiasi juga dimulai dari polus posterior dan
berlangsung secara bertahap ke arah perifer. Calon sel horizontal dan sel bipolar bermigrasi ke
arah dalam dan menyumbat lapisan Chievitz pada lapisan neuroblastik eksterna, kemudian
membentuk lapisan pleksiform eksterna (external plexiform layer).
Trimester Kedua
Semua pendukung utama retina seperti fotoreseptor, lapisan plaksiform eksterna, lapisan inti
dalam, lapisan pleksiform interna, lapisan sel ganglion, lapisan serat saraf, dan membrana
limitans interna telah muncul saat trimester kedua. Fovea putatif muncul pada bagian posterior
zona inti luar. Sel Müller mulai bermaturasi dan memproduksi asam hialuronat. Apoptosis
menyebabkan penurunan jumlah sel ganglion dan akson-aksonnya di saraf optik, proses ini lebih
besar pada bagian perifer, menyebabkan distribusi sentrifugal sel ganglion pada retina fetal.
Makula muncul sebagai daerah tonjolan dengan lapisan sel ganglion yang menebal. Sel
horizontal lebih terlihat jelas dan tersusun dalam satu baris yang ireguler. Sel amakrin terletak
pada posisi yang sudah pasti pada lapisan dalam retina.
Sel bagian luar dari lapisan neuroblastik eksterna yaitu calon fotoreseptor, mulai berdiferensiasi
dan akan bertambah jelas pada bulan kelima. Plasma membran fotoreseptor membentuk lekukan.
Diferensiasi fotoreseptor terjadi paling banyak pada fotoreseptor kerucut saat bulan keenam,
ketika inti sel kerucut tersusun dalam baris yang dekat dengan membran limitans eksterna dan
inti sel batang terletak lebih dalam. Segmen luar dan dalam serta pedikel kerucut primitif mulai
terlihat.
Proses penting dari tahap ini adalah munculnya vaskularisasi retina yang berlangsung secara
cepat. Kapiler yang baru terbentuk memanjang ke arah perifer kemudian membentuk arteri dan
vena. Sel yang melakukan kontak langsung dengan aliran darah menjadi sel endotel dan yang
mengelilinginya menjadi perisit pada kapiler. Kanalis arteri dan vena mulai terbentuk, sementara
beberapa cabang mengalami retraksi dan atrofi, membentuk zona perivaskular bebas kapiler; hal
ini disebut dengan remodeling retina. Maturasi retina mendahului pertumbuhan pembuluh darah.
Pleksus kapiler interna terbentuk lebih awal diikuti oleh pleksus kapiler dalam.
Proses maturasi dimulai dari polus posterior dan berlangsung menuju bagian perifer dengan
kecepatan yang sama dengan vaskularisasi retina. Proses lain yang terjadi saat trimester kedua ini
adalah munculnya physiological cup, ora serrata, ruang subretina saat usia kehamilan lima bulan,
dan masih terdapatnya sisa dari lapisan Chievitz.
Trimester Ketiga
Diferensiasi fotoreseptor batang terlihat saat bulan ketujuh. Struktur tubular tersusun sebagai
kantung lamelar dan mitokondria terkumpul pada elipsoid pada saat ini. Ujung fotoreseptor
berdiferensiasi dan membentuk vesikel sinaps (synaptic vesicles) dan pita sinaps (synaptic
ribbons). Makula masih terlihat menonjol pada tahap ini dan perkembangan fovea berlanjut di
makula. Pembentukan celah fovea (foveal pit), lekuk fovea (foveal slope), serta migrasi
fotoreseptor ke arah dalam merupakan hasil migrasi sel ganglion ke arah luar. Fotoreseptor dan
sel EPR yang dekat dengan fotoreseptor mengalami proses migrasi sentripetal. Makula
dikelilingi oleh kapiler yang tidak berproliferasi ke arah sentral sehingga fovea menjadi daerah
yang avaskular. Vaskularisasi retina berlanjut ke arah perifer namun tidak memanjang ke ora
serrata, sehingga pada saat ini zona avaskular retina tetap berada di perifer. Bagian perifer
vaskularisasi retina yang berkembang tersusun dari sel mesenkim yang berbentuk kumparan,
disebut juga dengan the vanguard of vasoformative tissue. Sel endotel berproliferasi di bagian
belakang vanguard dan membentuk lingkaran (loops). Kapiler sudah berkembang secara normal
di dalam lapisan serabut saraf pada tahap yang sudah berdiferensiasi penuh, sementara pada
tahap ini sel endotel akan memiliki beberapa taut longgar (gap junctions). Jumlah taut longgar
akan bertambah dan dapat bertindak sebagai sawar untuk perkembangan kapiler intraretinal lebih
lanjut saat sel endotel mengalami aktivasi.
Fotoreseptor serta daerah subretinal tampak memanjang hingga ora serrata saat bulan kedelapan
kehamilan. Perkembangan vaskular retina pada bagian perifer nasal secara umum sudah lengkap
pada usia ini. Jumlah sel ganglion bertambah sedikit, namun tetap lebih tebal di posterior dan
perifoveal dimana sel ganglion jarang.
Retina sudah berdiferensiasi dengan baik pada bulan kehamilan kesembilan yang ditandai
dengan maturasi sel EPR dan fotoreseptor. Pigmentasi makular terjadi saat minggu ke-34-35
kehamilan dan menghasilkan penampakan merah gelap yang berbeda dari retina sekitarnya. Hal
ini disebabkan karena perubahan histologis pada sel EPR di daerah makula. Refleks perimacular
annular muncul pada minggu ke-34-36 kehamilan, berbentuk sirkular mengelilingi pusat fovea
dengan diameter sekitar 1,5 mm. Refleks ini disebabkan karena perubahan histologis pada
lapisan sel ganglion retina, ketika sel ganglion, sel amakrin, sel bipolar, sel Müller, dan sel
horizontal berpindah dari fovea. Refleks fovea merupakan temuan oftalmoskopis terakhir pada
bayi matur, umumnya dapat terlihat pada minggu ke-37 kehamilan dan menjadi matur pada
minggu ke-42 kehamilan. Hal ini berhubungan dengan penipisan lapisan inti dalam dan luar
fovea, yang menghasilkan cekungan pada bagian tengah makula. Makula mungkin tampak matur
pada minggu ke-42 kehamilan, namun maturitas histologis tidak terlihat sampai masa kanak-
kanak.[7]
1. TUNICA FIBROSA
Sclera
Lapisan fibrosa luar bola mata melindungi struktur internal yang lebih halus dan menyediakan
temPat untuk insersi otot-otot yang hubungannya dengan mata, istilah "eksternal/luar" dan
"internal/dalam" merujuk pada struktur yang lebih dekat, masing-masing, pada permukaan bola
mata atau di bagian dalamnya. Lapisan luar berwarna opak di lima Perenam bagian posterior
bola mata adalah sklera pada orang dewasa, lapisan ini membentuk segmen bola yang
berdiameter sekitar 22 mm. Sklera memiliki ketebalan rerata 0,5 mm, relatif avaskular, terdiri
atas iaringan ikat padat kuat, yang terdiri atas berkas kolagen tipe I pipih yang berselang-seling
dalam berbagai arah tetapi tetap sejajar dengan permukaan organ, substansi dasar dalam jumlah
cukup, dan sebaran fibroblas. Tendon ekstraokular yang menginsersi mata ke dalam area anterior
sklera. Di posterior sklera menebal kira-kira sebesar 1 mm dan bergabung dengan epineurium
yang melapisi nervus opticus. Sebuah regio internal tipis di sklera yang berdekatan dengan
choroid, kurang padat dengan serabut kolagen yang lebih tipis, lebih banyak fibroblas. serat
elastin, dan melanosil.
Kornea
Berbeda dengan sklera, seperenam anterior mata, yaitu kornea tidak berwarna dan transparan dan
sepenuhnya avaskular. Potongan melintang kornea memperlihatkan bahwa struktur ini terdiri
atas lima lapisan:
2. suatu membrana limitans anterior (membran Bowmam, membran basal epitel berlapis)
3. stroma
4. suatu membrana limitans posterior (membran Descemet, membran basal endotel), dan
2. TUNICA VASCULOSA
Lapisan tengah vaskular mata, yang juga dikenal sebagai uvea, terdiri atas tiga bagian, dari
posterior ke anterior: choroid, badan siliar, dan iris
Choroid
Choroid merupakan suatu lapisan yang sangat vaskular pada dua pertiga posterior mata, dengan
jaringan ikat vaskuler yang banyak. Bagian luar choroid yang terhubung dengan sklera adalah
lamina suprachoroidalis. Area dalam koroid lebih banyak mengandung pembuluh darah kecil
daripada lapisan luar dan disebut lamina choriocapillaris. Mikrovaskular ini berfungsi penting
untuk nutrisi dan pemeliharaan retina. Suatu lapisan hialin amorf tipis (2-4 prm) yang dikenal
sebagai membran Bruch memisahkan lapisan koriokapiler dari retina. Membran ini terbentang
dari ora serrata kembali ke nervus opticus.
Badan siliaris
Badan siliar, suatu pelebaran anterior choroid di tingkat lensa, merupakan suatu cincin tebal
jaringan yang terdapat tepat di dalam bagian anterior sklera. Badan siliar memiliki stroma
jaringan ikat longgar, kaya akan mikrovaskular, serat elastin, dan melanosit, yang mengeliiingi
banyak otot polos. Musculus ciliaris memiliki fasikulus kecil otot yang berinsersi pada sklera dan
tersusun sedemikian rupa sehingga kontraksinya (sebagai respons saraf parasimpatis)
mengurangi diameter intemal cincin badan siliar, yang mengurangi tegangan pada serabut yang
berjalan dari badan siliar ini ke Iensa. Permukaan badan siliar yang menghadap corpus vitreum,
bilik posterior, dan lensa ditutupi oleh lapisan ganda sel epitel kolumnar rendah, epitel siliar,
yang terbentuk dari tepi mangkuk optik embrionik. Sel epitel yang langsung melapisi stroma
siliar banyak mengandung melanin dan berhubungan dengan proyeksi anterior epitel berpigmen
retina. Lapisan permukaan sel tidak me- ngandung melanin dan bersambung dengan lapisan
sensorik retina.
Epitel kotumnar berlapis ini melapisi Processus ciliaris, yakni sederet rabung (ridge) yang
berjumlah sekitar 75 buah dan terjulur dari permukaan badan siliar.
lris
Iris adalah perluasan uvea yang paling anterior (lapisan tengah) yang sebagian menutupi lensa,
dan menyisakan lubang bundar di pusat yang disebut pupil. Permukaan anterior iris, yang
terpajan bilik anterior, tidak dilapisi oleh epitel, tetapi terdiri atas lapisan diskontinu fibroblas
dan melanosit yang iregular, terkemas rapat dengan prosesus yang saling mengunci. Jauh di
dalam iris, stroma berupa jaringan ikat longgar yang lebih khusus dengan mikrovaskular.
Permukaan posterior iris bersifat polos dengan epitel berlapis ganda yang berlanjut dengan epitel
yang melapisi badan siliar dan prosesusnya.
3. TUNICA NERVOSUM
Retina
Retina, lapisan internal mata, berasal dari mangkuk optik embrionik. Seperti mangkuk optik,
retina terdiri atas dua lapisan utama. Lapisan dalam, retina neural, mengandung neuron dan
fotoreseptor. Regio visual pada lapisan ini terbentang pada sisi anterior hanya sejauh ora serrata,
tetapi berlanjut sebagai epitel kuboid yang melapisi permukaan badan siliar dan iris posterior.
Lapisan pigmen luar adalah epitel yang berada pada membran Bruch tepat di dalam choroid.
Epitel kuboid berpigmen ini juga melapisi badan siliar dan iris posterior, yang ikut membentuk
epitel ganda yang sudah dijabarkan beserta strukfur di atas. Retina neural memiliki tiga lapisan
neuron utama suatu lapisan luar sel fotosensitif, sel kerucut dan batang; suatu lapisan
pertengahan neuron bipolar, yang menghubungkan sel kerucut dengan batang; dan lapisan
internal sel ganglion, yang bersinaps dengan sel bipolar melalui dendritnya dan mengirimkan
akson yang bergabung membenfuk nervus opticus yang meninggalkan mata dan menuju otak.[8]
1. VITAMIN A
Dikenal bentuk-bentuk vitamin A, yaitu bentuk alkohol, dikenal sebagai retinol, bentuk
aldehid disebut retinal, dan berbentuk asam, yaitu asam retinoat. Retinol dan retinal mudah
dirusak oleh oksidasi terutama dalam keadaan panas dan lembab dan bila berhubungan
dengan mineral mikro atau dengan lemak/minyak yang tengik. Retinol juga sukar berubah,
jika disimpan dalam tempat tertutup rapat, apalagi disediakan antioksidan yang cocok. Secara
kimia, penambahan vitamin E dan antioksidan alami dari tanaman bisa melindungi vitamin
A dalam bahan makanan.
Vitamin A atau retinol adalah suatu senyawa poliisoprenoid yang mengandung cincin
sikloheksinil. Vitamin A termasuk vitamin yang larut dalam lemak (fat soluble) dan agak stabil
terhadap suhu yang tinggi. Di dalamnya termasuk retinol (ester retinil alcohol vitamin A, ester
vitamin A), retinal (aldehid vitamin A) dan asam retinoat (asam vitamin A). Vitamin A hanya
terdapat pada jaringan hewan dan produknya dan tidak terdapat pada tumbuh-tumbuhan. Namun
banyak tumbuh-tumbuhan mengandung pigmen yang disebut karoten dan dapat diubah menjadi
vitamin A di dalam tubuh. Karena karoten dapat diubah menjadi vitamin A, maka karoten
disebut pro-vitamin A. Bahan makanan yang banyak mengandung vitamin A adalah hati, lemak
hewan, telur, susu, mentega, keju. Sedangkan makanan yang banyak mengandung pro-vitamin A
adalah sayuran yang berupa daun seperti bayam, kangkung, wortel, pepaya, dan lain-lain. [11]
[12] [13]
Terminologi vitamin A meliputi all-trans-retinol (disebut juga retinol) dan keluarga alamiahnya
yang terjadi dari molekul-molekul yang dihubungkan dengan aktifitas biologi retinol (seperti
retinal, asam retinoik , retinil esters). Nilai substansi biologi dari aktifitas vitamin A dinyatakan
sebagai retinol equivalent (RE). Spesifik rasio equivalentkarotenoids/retinol didefinisikan untuk
provitamin A karotenoid, yang dihitung dari kekurangan efisiensi absorsi karotenoids dan
biokonversi ke retinol. Berlandaskam bukti yang ada, Panel EFSA (European Food Safety
Authority)memutuskan, 1 μg RE sama dengan 1 μg retinol, 6 μg β-carotene dan 12 μg
provitamin A karotenoids. Kebutuhan Vitamin A dapat digabungkan dari gabungan preformed
vitamin A dan provitamin A karotenoids yang tersedia sebagai jumlah equivalent vitamin A
equivalent yang dirujukan dengan nilai European Food Safety Authority μg RE/day. [11] [12]
[13]
Metabolisme Vitamin A
Dalam sumber makanan vitamin A terdapat dalam bentuk karoten, alkohol vitamin A dan ester
vitamin A. Vitamin A diabsorbsi sempurna melalui saluran cerna dan kadarnya dalam plasma
mencapai puncak setelah 4 jam. Setelah seseorang makan, vitamin A yang sudah terbentuk dan
karotenoid dilepaskan oleh kerja pepsin dalam lambung dan oleh berbagai enzim proteolitik
dalam saluran usus bagian atas.Dalam dinding usus sebagian ß karoten diabsorbsi melalui
pembuluh limfe intestinal dan sebagian lagi terpecah menjadi 2 molekul retinol. Kemudian
dalam sel mukosa ini, retinol akan mengalami proses esterisasi dengan asam palmitat menjadi
retinil palmitat yang akan disimpan di hati sebagai cadangan vitamin A. Diperkirakan 90-95%
persediaan vitamin A dalam tubuh terdapat dalam bentuk retinil ester dalam hati ( 95% dalam sel
parenkim, dan sisanya di sel kuffer), dan dalam jumlah kecil ditemukan di ginjal, adrenal, paru,
lemak intra peritoneal dan retina. [11][14][15]
Fungsi Vitamin A
Vitamin A diperlukan oleh tubuh untuk menyokong pertumbuhan dan kesehatan, terutama
diperlukan untuk penglihatan, sekresi mukus, pemeliharaan jaringan epitel dan reproduksi.
Vitamin A dipergunakan untuk regenerasi pigmen retina mata dalam proses adaptasi gelap.
Selain itu vitamin A juga berperan dalam sistim kekebalan tubuh. Retinol (vitamin A) memegang
peranan penting pada kesempurnaan fungsi dan struktur sel epitel, karena retinol berperan dalam
diferensiasi sel dan proliferasi epitel. Dengan adanya retinol sel epitel basalis distimulasi untuk
memproduksi mukus. Kelebihan retinol akan menyebabkan pembentukan mukus yang
berlebihan dan menghambat keratinisasi. Bila tidak ada retinol, sel goblet mukosa hilang dan
terjadi atrofi sel epitel yang diikuti oleh proliferasi sel basal yang berlebihan. Sel-sel baru yang
terbentuk ini merupakan epitel berkeratin dan menggantikan epitel semula. Penekanan sekresi
mukus menyebabkan mudah terjadi iritasi dan infeksi terjadi, hambatan dalam sekresi RBP
("Retinol binding protein") sedangkan pada defisiensi protein terdapat gangguan
sintesis RBP. Dalam sistim kekebalan tubuh, retinol berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
deferensiasi limfosit B (leukosit yang berperan dalam proses kekebalan humoral). Disamping itu,
kekurangan vitamin A menurunkan respon antibodi yang bergantung pada sel-T (limfosit yang
berperan pada kekebalan selular). Bila vitamin A kurang, maka fungsi kekebalan tubuh menjadi
menurun, sehingga mudah terserang infeksi. Lapisan sel yang menutupi trakea dan paru-paru
juga akan mengalamI keratinisasi, berkurangnya sel goblet, sel silia dan produksi mukus
sehingga mudah dimasuki mikroorganisme penyebab infeksi saluran pernapasan. Bila terjadi
pada permukaan usus halus dapat terjadi diare.[16]
Daftar Pustaka