Anda di halaman 1dari 42

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GLAUKOMA

Dosen Pengampu : Ns. Faradilla Miftah Suranata, S. Kep, M. Kep

Disusun Oleh :

Kelompok II

1. Adi Saputra 1901059


2. Rosalia Katili 1901049
3. Sukma Manahapu 1901047
4. Vivi Sri Utami Gobel 1901058
5. Devina Triana Ponengoh 1901040
6. Cindi Berliana D. Mayulu 1901060

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MUHAMMADIYAH MANADO

PROGRAM STUDY S1 KEPERAWATAN

T.A 2020-2021

MANADO
KATA PENGANTAR

Alhamdullilah dengan mengucapkan syukur kepada Allah SWT, akhirnya makalah tentang
“Asuhan Keperawatan Dengan Glaukoma” ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah
ini berisikan tentang Definisi sampai komplikasi dan asuhan keperawatan glaucoma.
Selanjutnya kami mengucapkan terima kasih kepada Ns. Faradilla Miftah Suranata, S. Kep, M.
Kep selaku dosen mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah III yang telah memberi tugas ini
sehingga kami dapat memperoleh banyak ilmu, informasi dan pengetahuan selama kami
membuat dan menyelesaikan makalah ini.
Kami berharap semoga makalah ini berguna bagi pembaca meskipun terdapat banyak
kekurangsempurnaan di dalamnya. Akhir kata kami meminta maaf sebesar-besarnya kepada
pihak pembaca jika terdapat kesalahan dalam penulisan, penyusunan maupun kesalahan lain
yang tidak berkenan di hati pembaca, karena hingga saat ini kami masih dalam proses belajar.
Oleh karena itu kami memohon kritik dan sarannya demi kemajauan bersama.

Manado, November 2021

Kelompok II
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN PENULISAN
BAB II TINJAUAN TEORI
A. DEFINISI
B. ETIOLOGI
C. KLASIFIKASI
D. PATOFISOLOGI
E. MANIFESTASI KLINIK
F. KOMPLIKASI
G. PENATALAKSAAN
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
I. PATHWAY
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN TEORI
BAB IV ASUHAN KEPERAWATAN KASUS
BAB V PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
J.
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Mata adalah alat indera kompleks yang berevolusi dari bintik – bintik peka sinar
primitif pada permukaan golongan intervertebrata. Dalam bungkus pelindungnya mata
memiliki lapisan reseptor, sistem lensa yang membiaskan cahaya ke reseptor tersebut,
dan sistem saraf yang menghantarkan impuls dari reseptor ke otak.
Iris adalah cincin sentral berwarna darimana secara normal berbentuk normal
sempurna, sangat responsif terhadap cahaya baik secara langasung maupun tidak
langsung, dan tepi perifernya sangat teratur. Setiap variasi dari kriteria normal ini
dianggap patologik. Satu – satunya keadaan dimana ketidakteraturan tepi iris dapat
dihilangkan secara diagnostik adalah setelah pembedahan katarak yang telah menggeser
sebagian dari iris secara mekanis. Iris yang berbentuk seperti lubang kunci dapat terjadi
pada kejadian yang jarang, kedua iris akan berbeda warnanya jika diperhatikan.
Ketidaksimetrisan dalam warna iris yang normla adalah kongenital (heterokromia) dan
terjadi sejak masa kecil.
Struktur – struktur utama pada mata yaitu lapisan pelindung luar bola mata,
sklera, dimodifikasi dibagian anterior untuk membentuk kornea yang tembus pandang
dan akan dilalui berkas sinar yang masuk ke mata. Di bagian sklera terdapat koroid,
lapisan yang mengandung banyak pembuluh darah yang memberi makan struktur –
struktur dalam bola mata. Lapisan di dua perposterior koroid adalah retina, jaringan saraf
yang mengandung sel – sel reseptor.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa Definisi Dari Glaukoma?
2. Apa Etiologi Dari Penyakit Glaucoma?
3. Apa Klasifikasi Dari Penyakit Glaucoma?
4. Bagaimana Patofisologi Dari Penyakit Glaucoma?
5. Apa Manifestasi Klinik Dari Penyakit Glaucoma?
6. Apa Komplikasi Dari Penyakit Glaucoma?
7. Apa Penatalaksaan Dari Penyakit Glaucoma?
8. Apa Pemeriksaan Penunjang Dari Glaucoma?
9. Pathway
10. Apa Asuhan Keperawatan Teori Dari Penyakit Glaucoma?
11. Apa Asuhan Keperawatan Kasus Dari Penyakit Glaucoma?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Mahasiswa Mampu Memahami Apa Definisi Dari Glaukoma?
2. Mahasiswa Mampu Memahami Apa Etiologi Dari Penyakit Glaucoma?
3. Mahasiswa Mampu Memahami Apa Klasifikasi Dari Penyakit Glaucoma?
4. Mahasiswa Mampu Memahami Bagaimana Patofisologi Dari Penyakit Glaucoma?
5. Mahasiswa Mampu Memahami Apa Manifestasi Klinik Dari Penyakit Glaucoma?
6. Mahasiswa Mampu Memahami Apa Komplikasi Dari Penyakit Glaucoma?
7. Mahasiswa Mampu Memahami Apa Penatalaksaan Dari Penyakit Glaucoma?
8. Mahasiswa Mampu Memahami Apa Pemeriksaan Penunjang Dari Glaucoma?
9. Mahasiswa Mampu Memahami Pathway
10. Mahasiswa Mampu Memahami Apa Asuhan Keperawatan Teori Dari Penyakit
Glaucoma?
11. Mahasiswa Mampu Memahami Apa Asuhan Keperawatan Kasus Dari Penyakit
Glaucoma?
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. DEFINISI
Glaukoma merupakan sekelompok penyakit kerusakan saraf optik(neoropati
optik) yang biasanya disebabkan oleh efek peningkatan tekanan okular pada papil saraf
optik. Yang menyebabkan defek lapang pandang dan hilangnya tajam penglihatan jika
lapang pandang sentral terkena. (Bruce James.  et al , 2006 : 95).
Glaukoma adalah salah satu jenis penyakit mata dengan gejala yang tidak
langsung, yang secara bertahap menyebabkan penglihatan pandangan mata semakin lama
akan semakin berkurang sehingga akhirnya mata akan menjadi buta. Hal ini disebabkan
karena saluran cairan yang keluar dari bola mata terhambat sehingga bola mata akan
membesar dan bola mata akan menekan saraf mata yang berada di belakang bola mata
yang akhirnya saraf mata tidak mendapatkan aliran darah sehingga saraf mata akan mati.

B. ETIOLOGI
Penyebabnya tergantung dari klasifikasi glaukoma itu sendiri tetapi pada
umumnya disebabkan karena aliran aqueous humor terhambat yang bisa meningkatkan
tekanan intra okuler.Faktor-faktor resiko dari glaukoma adalah (Bahtiar Latif,2009).
 Umur
 Riwayat anggota keluarga yang terkena glaucoma
 Tekanan bola mata/kelainan lensa
 Obat-obatan
1. Glaukoma Sudut Tertutup
Glaukoma akut hanya terjadi pada mata yang sudut bilik mata depannya memang
sudah sempit dari pembawaannya. Jadi ada faktor pre-disposisi yang memungkinkan
terjadinya penutupan sudut bilik mata depan.
a. Faktor Pre-Disposisi
Pada bilik mata depan yang dangkal akibat lensa dekat pada irirs maka akan
terjadi hambatan aliran akuos humor dari bilik mata belakang ke bilik mata depan,
yang dinamakan hambatan pupil (pupillary block) hambatan ini dapat menyebabkan
meningkatnya tekanan di bilik mata belakang.
Pada sudut bilik depan yang tadinya memang sudah sempit,dorongan ini akan
menyebabkan iris menutupi jaringan trabekulum.akibatnya akuos humor tidak dapat
atau sukar mencapai jaringan ini dan tidak dapat di salurkan keluar.terjadilah
glaukoma akut sudut tertutup.
Istilah pupillary block penting untuk di ingat dan di fahami karena mendasari
alasan pengobatan dan pembedahan pada glaukoma sudut tertutup. Keadaan-keadaan
yang memungkinkan terjadinya hambatan pupil ini ditemukan pada mata yang
bersumbu pendek dan lensa yang secara fisiologik trus membesar karena usia,iris
yang tebal pun di anggap merupakan faktor untukmempersempit sudut bilik depan.
b. Faktor Pencetus
Peningkatan jumlah akuos humor yang mendadak di bilik mata belakang akan
mendorong iris ke depan,hingga sudut bilik mata depan yang memang sudah sempit
akan mendadak tertutup. Tidak diketahui dengan jelas apa yang menyebabkan hal
tersebut.
c. Dilatasi Pupil
Apabila pupil melebar, iris bagian tepi akan menebal ; sudut bilik mata depan yang
asalnya sudah sempit, akan mudah tertutup.
2. Glaukoma Kongesif Akut
Seseorang yang datang dalam fase serangan akut glaukoma memberi kesan seperti
orang yang sakit berat dan kelihatan payah; mereka diantar oleh orang lain atau di papah.
Penderita sendiri memegang kepala nya karena sakit, kadang-kadang pakai selimut. Hal
inilah yang mengelabui dokter umum; sering dikiranya seorang penderita dengan suatu
penyakit sistemik.
Dalam anamnesis, keluarganya akan menceritakan bahwa sudah sekian hari
penderita tidak bisa bangun, sakit kepala dan terus muntah-muntah, nyeri dirasakan di
dalam dan sekitar mata. Penglihatanya kabur sekali dan dilihatnya warna pelangi di
sekitar lampu.
Apabila mata diperiksa, ditemukan kelopak mata bengkak,konjungtiva bulbi yang
sangat hiperemik (kongesif), injeksi siliar dan kornea yang suram. Bilik mata depan
dangkal dapat dibuktikan dengan memperhatikan bilik mata depan dari samping. Pupil
tampak melebar, lonjong miring agak vertikal atau midriasis yangg hampir total.
Refleks pupil lambat atau tidak ada. Tajam penglihatan menurun sampai hitung
jari. Sebenarnya dengan tanda-tanda luar ini ditambah anamnesis yang teliti sudah cukup
untuk membuat suatu diagnosis persangkaan yang baik.
 Glaukoma Absolut adalah istilah untuk suatu glaukoma yang sudah terbengkalai
sampai buta total. Bola mata demikian nyeri, bukan saja karena tekanan bola mata yang
masih tinggi tetapi juga karena kornea mengalami degenerasi hingga mengelupas
(keratopati bulosa).
3. Glaukoma Sudut Terbuka
Hambatan pada glaukoma sudut terbuka terletak di dalam jaringan trabekulum
sendiri, akuos humor dengan leluasa mencapai lubang-lubang trabekulum,tetapi sampai
di dalam terbentur celah-celah trabekulum yang sempit, hingga akuos humor tidk dapat
keluar dari bola mata dengan bebas.
4. Glaukoma Sekunder
Glaukoma sekunder ialah suatu jenis glaukoma yang timbul sebagai penyulit penyakit
intraokular.
a. Glaukoma Sekunder Karena Kelainan Lensa Mata
Beberapa contoh adalah luksasi lensa ke depan maupun ke belakang, lensa yang
membengkak karena katarak atau karena trauma, protein lensa yang menimbulkan
uveitis yang kemudian mengakibatkan tekanan bola mata naik.
b. Glaukoma Sekunder Karena kelainan Uvea
Uveitis dapat menimbulkan glaukoma karena terbentuknya perlekatan iris bagian
perifer ( sinekia ) dan eksudatnya yang menutup celah – celah trabekulum hingga
outflow akuos humor terhambat. Tumor yang berasal dari uvea karena ukuranya
dapat menyempitkan rongga bola mata atau mendesak iris ke depan dan menutup
sudut bilik mata depan.
c. Glaukoma Sekunder Karena Trauma Atau Pembedahan
Hifema di bilik mata depan karena trauma pada bola mata dapat memblokir saluran
outflow tuberkulum. Perforasi kornea karena kecelakaan menyebabkan iris terjepit
dalam luka dan karenanya bilik mata depan dangkal. Dengan sendirinya akuos humor
tidak dapat mencapai jaringan trabekulum untuk jaringan keluar. Pada pembedahan
katarak kadang – kadang bilik mata depan tidak terbentuk untuk waktu yang cukup
lama, ini mengakibatkan perlekatan iris bagian perifer hingga penyaluran akuos
humoer terhambat.
d. Glaukoma Karena Rubeosis Iris
Trombosis vena retina sentral dan retinopati diabetik acapkali disusul oleh
pembentukan pembuluh darah di iris.Di bagian iris perifer pembuluh darah ini
mengakibatkan perlekatan – perlekatan sehingga sudut bilik mata depan
menutup.Glaukoma yang ditimbulkan biasnya nyeri dan sulit diobati.
e. Galukoma Karena Kortikosteroid
Dengan munculnya kortikosteroid sebagai pengobatan setempat pada mata, muncul
pula kasus glaukoma pada penderita yang memang sudah ada bakat untuk glaukoma.
Glaukoma yang ditimbulkan menyerupai glaukoma sudut terbuka. Mereka yang harus
diobati dengan kortikosteroid jangka lama, perlu diawasi tekanan bola matanya secara
berkala.
f. Glaukoma Kongesif
Glaukoma konginental primer atau glaukoma infantil.
Penyebabnya ialah suatu membran yang menutupi jaringan trabekulum sehingga
menghambat penyaluran keluar akuos humor.Akibatnya kornea membesar sehingga
disebut Buftalmos atau “mata sapi”.
g. Glaukoma Absolut
Glaukoma absolut menurapakan stadium terakhir semua jenis glaukoma disertai
kebutaan total. Apabila disertai nyeri yang tidak tertahan, dapat dilakukan cyclocryo
therapy untuk mengurangi nyeri. Setingkali enukleasi merupakan tidakan yang paling
efektif. Apabila tidak disertai nyeri, bola mata dibiarkan.

C. KLASIFIKASI
1. Glaukoma Primer
Pada Glaukoma primer tidak diketahui penyebabnya, didapatkan bentuk :
a. Glaukoma sudut tertutup , (closed angle glaucoma, acute congestive glaukoma).
b. Glaukoma sudut terbuka, (open angle glaukoma, chronic simple glaucoma).
2. Glaukoma Sekunder
Glaukoma sekunder timbul sebagai akibat penyakit lain dalam bola mata,
disebabkan :
a. Kelainan lenas
- Luksasi
- Pembengkakan
- Fakoltik
b. Kelainan Uvea
- Uveitis
- Tumor
c. Trauma
- Perdarahan pada bilik mata depan (hifema)
- Perforasi kornea dan prolaps iris, yang menyebabkan leukoma adheren.
d. Pembedahan
Bilik mata depan yang tidak cepat terbentuk setelah pembedahan katarak.
e. Penyebab Glaukoma Sekunder Lainnya
- Rubeosis iridis (akibat trombosis vena retina sentral)
- Penggunaan kortikosteroid topikal berlebihan
3. Glaukoma Kongenital
Glaukoma konginetal primer atau glaukoma infantil (Buftalmos,
hidroftalmos).Glaukoma yang bertalian dengan kelainan kongenital lain.
4. Glaukoma Absolut
Keadaan  terakhir suatu glaukoma, yaitu dengan kebutaan total dan bola mata nyeri

D. PATOFISIOLOGI
Tingginya tekanan intraokular bergantung pada besarnya produksi humor aquelus oleh
badan siliari dan mengalirkannya keluar. Besarnya aliran keluar humor aquelus melalui
sudut bilik mata depan juga bergantung pada keadaan kanal Schlemm dan keadaan
tekanan episklera. Tekanan intraokular dianggap normal bila kurang dari 20 mmHg pada
pemeriksaan dengan tonometer Schiotz (aplasti). Jika terjadi peningkatan tekanan
intraokuli lebih dari 23 mmHg, diperlukan evaluasi lebih lanjut. Secara fisiologis,
tekanan intraokuli yang tinggi akan menyebabkan terhambatannya aliran darah menuju
serabut saraf optik dan ke retina. Iskemia ini akan menimbulkan kerusakan fungsi secara
bertahap. Apabila terjadi peningkatan tekanan intraokular, akan timbul penggaungan dan
degenerasi saraf optikus yang dapat disebabkan oleh beberapa faktor :
1. Gangguan perdarahan pada papil yang menyebabkan deganerasi berkas serabut saraf
pada papil saraf optik.
2.  Tekanan intraokular yang tinggi secara mekanik menekan papil saraf optik yang
merupakan tempat dengan daya tahan paling lemah pada bola mata. Bagian tepi papil
saraf otak relatif lebih kuat dari pada bagian tengah sehingga terjadi penggaungan
pada papil saraf optik.
3. Sampai saat ini, patofisiologi sesungguhnya dari kelainan ini masih belum jelas.
4. Kelainan lapang pandang pada glaukoma disebabkan oleh kerusakan serabut saraf
optic

E. MANIFESTASI KLINIS
1. Nyeri pada mata dan sekitarnya (orbita, kepala, gigi, telinga).
2. Pandangan kabut, melihat halo sekitar lampu.
3. Mual, muntah, dan berkeringat
4. Mata merah, hyperemia konjungtiva, dan siliar
5. Visus menurun
6. Edema kornea
7. Bilik mata depan dangkal (mungkin tidak ditemui pada glaukoma sudut terbuka).
8. Pupil lebar lonjong, tidak ada reflex terhadap cahaya
9. TIO meningkat

F. KOMPLIKASI
Kebutaan dapat terjadi pada semua jenis glaukoma, glaukoma penutupan sudut
akut adalah suatu kedaruratan medis. agens topikal yang digunakan untuk mengobati
glaucoma dapat memiliki efek sistemik yang merugikan, terutama pada lansia. Efek ini
dapat berupa perburukan kondisi jantung, pernapsan atau neurologis.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Tajam Penglihatan
Pemeriksaan tajam penglihatan bukan merupakan pemeriksaan khusus untuk glaukoma.
1. Tonometri
Tonometri diperlukan untuk mengukur tekanan bola mata. Dikenal empat cara
tonometri, untuk mengetahui tekanan intra ocular yaitu :
-       Palpasi atau digital dengan jari telunjuk
-       Indentasi dengan tonometer schiotz
-       Aplanasi dengan tonometer aplanasi goldmann
-       Nonkontak pneumotonometri
Tonomerti Palpasi atau Digital\
Cara ini adalah yang paling mudah, tetapi juga yang paling tidak cermat, sebab
cara mengukurnya dengan perasaan jari telunjuk. Dpat digunakan dalam keadaan
terpaksa dan tidak ada alat lain. Caranya adalah dengan dua jari telunjuk diletakan
diatas bola mata sambil pendertia disuruh melihat kebawah. Mata tidak boleh ditutup,
sebab menutup mata mengakibatkan tarsus kelopak mata yang keras pindah ke depan
bola mata, hingga apa yang kita palpasi adalah tarsus dan ini selalu memberi kesan
perasaan keras. Dilakukan dengan palpasi : dimana satu jari menahan, jari lainnya
menekan secara bergantian.
Tinggi rendahnya tekanan dicatat sebagai berikut :
N : normal
N + 1 : agak tinggi
N + 2 : untuk  tekanan yang lebih tinggi
N – 1 : lebih rendah dari normal
N – 2 : lebih rendah lagi, dan seterusnya
2. Gonioskopi
Gonioskopi adalah suatu cara untuk memeriksa sudut bilik mata depan dengan
menggunakan lensa kontak khusus. Dalam hal glaukoma gonioskopi diperlukan untuk
menilai lebar sempitnya sudut bilik mata depan.
3. Oftalmoskopi
Pemeriksaan fundus mata, khususnya untuk mempertahankan keadaan papil saraf
optik, sangat penting dalam pengelolaan glaukoma yang kronik. Papil saraf optik
yang dinilai adalah warna papil saraf optik dan lebarnya ekskavasi. Apakah suatu
pengobatan berhasil atau tidak dapat dilihat dari ekskavasi yang luasnya tetap atau
terus melebar.
4. Pemeriksaan Lapang Pandang
a. Pemeriksaan lapang pandang perifer :lebih berarti kalau glaukoma sudah lebih
lanjut, karena dalam tahap lanjut kerusakan lapang pandang akan ditemukan di
daerah tepi, yang kemudian meluas ke tengah.
b. Pemeriksaan lapang pandang sentral : mempergunakan tabir Bjerrum, yang
meliputi daerah luas 30 derajat. Kerusakan – kerusakan dini lapang pandang
ditemukan para sentral yang dinamakan skotoma Bjerrum, yang meliputi daerah
luas 30 derajat. Kerusakan – kerusakan dini lapang pandang ditemukan para
sentral yang dinamakan skotoma Bjerrum.(Sidarta Ilyas, 2002 : 242-248)

Pada penderita dengan dugaan glaukoma harus dilakukan pemeriksaan sebagai


berikut:
1. Biomikroskopi, untuk menentukan kondisi segmen anterior mata, dengan
pemeriksaan ini dapat ditentukan apakah glaukomanya merupakan glaukoma
primer atau sekunder.
2. Gonioskopi, menggunakan lensa gonioskop. Pemeriksaan ini bertujuan untuk
melihat sudut pembuangan humor akuos sehingga dapat ditentukan jenis
glaukomanya sudut terbuka atau tertutup.
3. Oftalmoskopi, yaitu pemeriksaan untuk menentukan adanya kerusakan saraf optik
berdasarkan penilaian bentuk saraf optik menggunakan alat oftalmoskop direk.
4. OCT (Optical Coherent Tomography). Alat ini berguna untuk mengukur
ketebalan serabut saraf sekitar papil saraf optik sehingga jika terdapat kerusakan
dapat segera dideteksi sebelum terjadi kerusakan lapang pandangan, sehingga
glaukoma dapat ditemukan dalam stadium dini
5. Perimetri, alat ini berguna untuk melihat adanya kelainan lapang pandangan yang
disebabkan oleh kerusakan saraf optik.
6. Tonometri, pemeriksaan ini bertujuan untuk mengukur besarnya tekanan bola
mata/tekanan intraokuler/TIO.

H. PENATALAKSAAN MEDIS & KEPERAWATAN


Penatalaksanaan Pembedahan
a. Iridektomi perifer.
Digunakan untuk membuat saluran dari bilik mata belakang dan depan karena telah
terdapat hambatan dalam pengaliran humor akueus. Hal ini hanya dapat dilakukan
jika sudut yang tertutup sebanyak 50%.
b. Trabekulotomi (Bedah drainase)
Dilakukan jika sudut yang tertutup lebih dari 50% atau gagal dengan iridektomi.

Terapi Farmakologi (Barbara C. Long, 2000 : 267)

Obat Efek terhadap Glaukoma


Agen Kolinergik (Miotik) : Merangsang reseptor kolinergik,
Pilocarpine mengkontraksikan otot-otot iris untuk
Carbachol ( Carbacel ) mengecilkan pupil dan menurunkan tahanan
terhadap aliran humor aqueous, juga
mengkontraksikan otot-otot ciliary untuk
meningkatkan akomodasi.

Kolinesterase Inhibitors (Miotik) :


Physostigmine (Eserine) Menghambat pepenghancuran
Demecarlum bromide (Humorsol) Asetylchloline yang berefek sebagai
Isoflurophate (Floropryl) kolinergik.
Echotiophate Iodide (Phospoline JANGAN MENGGUNAKAN OBAT
Iodide) KOLINESTERASE PADA GLAUKOMA
SUDUT TERTUTUP (Meningkatkan
tahanan pupil)
Edrenergic Beta Bloker :
Timolol meleate (Timoptic) Memblok – impuls adrenergik
Betaxolol hydrochloride (Betaoptic) (Sympathetik) yang secara normal
Levobunolol hydrochloride (Betagan) menyebabkan mydriasis, mekanisme yang
bisa menurunkan IOP, tidak jelas

Agen adrenergik :
Epinephryl borate (Eppy) Menurunkan produksi humor aqueous dan
Epinephrine hydrochloride (glaucom, meningkatkan aliran aqueous.
Epifrin) JANGAN MENGGUNAKAN UNTUK
Epinephrine bitatrate (Epitrate, GLAUKOMA SUDUT TERTUTUP
Mucocoll)
Dipivefrin (Propine)

Carbonic anhydrase inhibitors :


Acetazolamide (Diamox)
Menghambat produksi humor aqueous
Ethoxzolamide (Cardrase)
Dichlorhenamide (Daramide)
Methazolamide (Neptazane)

Agen Osmotik :
Meningkatkan osmolaritas plasma darah,
Glycerine (Glycerol, Osmoglyn)
meningkatkan aliran cairan dari humor
Mannitol (Osmitrol)
aqueous ke plasma
Urea (Ureaphil, Urevert)

Pencegahan
1. Deteksi dini
Salah satu satu cara pencegahan glaukoma adalah dengan deteksi sedinimungkin. Tidak
ada tindakan yang dapat mencegah terjadinya glaukoma sudutterbuka. Jika penyakit ini
ditemukan secara dini, maka hilangnya fungsi penglihatan dan kebutaan bisa dicegah dengan
pengobatan. Orang-orang yangmemiliki resiko menderita glaukoma sudut tertutup sebaiknya
menjalani pemeriksaan mata yang rutin dan jika resikonya tinggi sebaiknya menjalaniiridotomi
untuk mencegah serangan akut.
- Mengingat hilangnya penglihatan secara permanen yang disebabkan olehglaukoma,
sebaiknya setiap orang memperhatikan kesehatan matanya dengancara melakukan
pengukuran tekanan bola mata secara rutin setiap 3 tahun,terutama bagi orang yang
usianya di atas 40 tahun.
- Faktor risiko lain yang perlu diwaspadai adalah mereka yang memiliki riwayatkeluarga
penderita glaukoma, mata minus tinggi atau plus tinggi (miopia),serta penderita penyakit
sistemik seperti diabetes atau kelainan vaskular (jantung).
- Pemeriksaan mata rutin yang disarankan adalah setiap enam bulan sekali,khususnya bagi
orang dengan risiko tinggi. Untuk mengukur tekanan bolamata kerusakan mata yang
diderita dilakukan tes lapang pandang mata.- Sebaiknya diperiksakan tekanan bola mata
bila mata kemerahan dan sakitkepala berat.
2. Nutrisi yang adekuat (banyak mengandung vitamin A dan Beta Karoten)
Faktor risiko pada seseorang yang bisa menderita glaukoma adalah seperti
diabetesmellitus dan hipertensi, untuk itu bagi yang menderita diabetes mellitus
dianjurkan untuk mengurangi mengkonsumsi gula agar tidak terjadi
komplikasiglaukoma, sedangkan untuk penderita hipertensi dianjurkan untuk diet
rendahgaram karena jika tekanan darah naik cepat akan menaikkan tekanan bola mata.
3. Gaya Hidup (Life style) yang sehat seperti menghindari merokok dan olahragateratur.
Olahraga dapat merendahkan tekanan bola mata sedikit.
4. Pencegahan lanjutan bagi yang sudah menderita glaukoma agar tidak bertambah
parah/untuk mencegah tingginya tekanan intraokuler yaitu :
- Mengurangi stress
- Hindari membaca dekat karena pupil akan menjadi kecil sehingga glaucomaakan
memblok pupil
- Hindari pemakaian obat simpatomimetik karena pupil akan melebar (dilatasi)
- Diet rendah natrium
- Pembatasan kafein
- Mencegah konstipasi
- Mencegah manuver valsava seperti batuk, bersin, dan mengejan karena
akanmeningkatkan TD
- Menempatkan pasien dalam posisi supinasi dapat membantu pasien merasanyaman dan
mengurangi tekanan intra okular. Diyakini juga bahwa dengan posisi supinasi, lensa jatuh
menjauh dari iris yang mengurangi blok pupil.
I. PATHWAY

Usia > 40 th
DM
Kortikosteroid Jangka Panjang
Miopia
Trauma mata

Obstruksi Jaringan Peningkatan tekanan


Trabekuler Vitreus

Hambatan Pengaliran Pergerakan Iris Kedepan


Cairan Humor Aqueous

Nyeri

TIO Meningkat Glaukoma TIO Meningkat


Gangguan Saraf Optik Tindakan Operasi

Gangguan Persepsi Ansietas Kurang


Sensori Pengetahuan
Penglihatan Perubahan Penglihatan
Perifer

Kebutaan
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI

A. PENGKAJIAN
1. Data Umum
a. Identitas klien, meliputi :
Nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, alamat, agama.
b. Keluhan utama , meliputi apa yang menjadi alasan utama klien masuk ke RS.
Biasanya klien akan mengeluhkan nyeri di sekitar atau di dalam bola mata.
c. Riwayat Kesehatan Sekarang : meliputi apa-apa saja gejala yang dialami klien
saat ini sehingga menganggu aktivitas klien itu sendiri.
d. Riwayat Kesehatan Dahulu : meliputi penyakit apa saja yang pernah dialami klien
sebelumnya, baik itu yang berhubungan dengan penyakit yang dideritanya
ataupun tidak.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga : meliputi riwayat penyakit yang pernah dialami
anggota keluarga.
f. Pemeriksaan Fisik
1) Pemeriksaan fisik dilakukan dengan menggunakan oftalmoskop untuk
mengetahui adanya cupping dan atrofi diskus optikus. Diskus optikus menjadi
lebih luas dan lebih dalam. Pada glaucoma akut primer, kamera anterior
dangkal, akues humor keruh dan pembuluh darah menjalar keluar dari iris.
2) Pemeriksaan lapang pandang perifer, pada keadaan akut lapang pandang
cepat menurun secara signifikan dan keadaan kronik akan menurun secara
bertahap.
3) Pemeriksaan fisik melalui inspeksi untuk mengetahui adanya inflamasi mata,
sklera kemerahan, kornea keruh, dilatasi pupil sedang yang gagal bereaksi
terhadap cahaya. Sedangkan dengan palpasi untuk memeriksa mata yang
mengalami peningkatan TIO, terasa lebih keras dibanding mata yang lain.
4) Uji diagnostik menggunakan tonometri, pada keadaan kronik atau open angle
didapat nilai 22-32 mmHg, sedangkan keadaan akut atau angle closure ≥ 30
mmHg. Uji dengan menggunakan gonioskopi akan didapat sudut normal pada
glaukoma kronik. Pada stadium lanjut, jika telah timbul goniosinekia
(perlengketan pinggir iris pada kornea/trabekula) maka sudut dapat tertutup.
Pada glaukoma akut ketika TIO meningkat, sudut COA akan tertutup, sedang
pada waktu TIO normal sudutnya sempit.
2. Pengkajian Pola FungsionaL Gordon
a. POLA PERSEPSI DAN MANAJEMEN KESEHATAN
 Persepsi terhadap penyakit ; tanyakan bagaimana persepsi klien menjaga
kesehatannya. Bagaimana klien memandang penyakit glaukoma, bagaimana
kepatuhannya terhadap pengobatan.
 Perlu ditanyakan pada klien, apakah klien mempunyai riwayat keluarga
dengan penyakit DM, hipertensi, dan gangguan sistem vaskuler, serta riwayat
stress, alergi, gangguan vasomotor, dan pernah terpancar radiasi.

b. POLA NUTRISI/METABOLISME
 Tanyakan menu makan pagi, siang dan malam
 Tanyakan berapa gelas air yang diminum dalam sehari
 Tanyakan bagaimana proses penyembuhan luka ( cepat / lambat )
 Bagaimana nafsu makan klien
 Tanyakan apakah ada kesulitan dan keluhan yang mempengaruhi makan dan
nafsu makan
 Tanyakan juga apakah ada penurunan BB dalam 6 bulan terakhir Biasanya
pada klien yang mengalami glaukoma klien akan mengeluhkan mual muntah

c. POLA ELIMINASI
 Kaji kebiasaan defekasi
 Berapa kali defekasi dalam sehari, jumlah, konsistensi, bau, warna dan
karekteristik BAB
 Kaji kebiasaan miksi
 Berapa kali miksi dalam sehari, jumlah, warna, dan apakah ada ada
kesulitan/nyeri ketika miksi serta apakah menggunakan alat bantu untuk
miksi
 Klien dengan glaukoma, biasanya tidak memiliki gangguan pada pola
eliminasi, kecuali pada pasien yang mempunyai penyakit glukoma tipe
sekunder (DM, hipertensi).

d. POLA AKTIVITAS/LATIHAN
 Menggambarkan pola aktivitass dan latihan, fungsi pernafasan dan sirkulasi
 Tanyakan bagaimana kegiatan sehari-hari dan olahraga (gunakan table
gorden)
 Aktivitas apa saja yang dilakukan klien di waktu senggang
 Kaji apakah klien mengalami kesulitan dalam bernafas, lemah, batuk, nyeri
dada. Data bisa didapatkan dengan mewawancara klien langsung atau
keluarganya ( perhatikan respon verbal dan non verbal klien )
 Kaji kekuatan tonus otot
 Penyakit glaukoma biasanya akan mengganggu aktivitas klien sehari-hari.
Karena, klien mengalami mata kabur dan sakit ketika terkena cahaya
matahari.

e. POLA ISTIRAHAT TIDUR


 Tanyakan berapa lama tidur di malam hari, apakah tidur efektif
 Tanyakan juga apakah klien punya kebiasaan sebelum tidur
 Penyakit glaukoma biasanya akan mengganggu pola tidur dan istirahat klien
 sehari-hari karena klien mengalami sakit kepala dan nyeri hebat sehingga pola
tidur klien tidak normal.

f. POLA KOGNITIF-PERSEPSI
 Menggambarkan pola pendengaran, penglihatan, pengecap, penciuman.
Persepsi nyeri, bahasa dan memori
 Status mentalBicara : - apakah klien bisa bicara dengan normal/ tak
jelas/gugup
 Kemampuan berkomunikasi dan kemampuan memahami serta keterampilan
interaksi
 Kaji juga anxietas klien terkait penyakitnya dan derajatnya
 Pendengaran : DBN / tidak
 Peglihatan :DBN / tidak
 Apakah ada nyeri : akut/ kronik. Tanyakan lokasi nyeri dan intensitas nyeri
 Bagaimana penatalaksaan nyeri, apa yang dilakukan klien untuk mengurangi
nyeri saat nyeri terjadi
 Apakah klien mengalami insensitivitass terhadap panas/dingin/nyeri
 Klien dengan glaukoma pasti mengalami gangguan pada indera penglihatan.
Pola pikir klien juga terganggu tapi masih dalam tahap yang biasa.

g. POLA PERSEPSI DIRI-KONSEP DIRI


 Menggambarkan sikap terhadap diri dan persepsi terhadap kemampuan, harga
diri, gambaran diri dan perasaan terhadap diri sendiri
 Kaji bagaimana klien menggambar dirinya sendiri, apakah ada hal yang
membuaatnya mengubah gambaran terhadap diri
 Tanyakan apa hal yang paling sering menjadi pikiran klien, apakah klien
sering merasa marah, cemas, depresi, takut,  suruh klien menggambarkannya.
 Pada klien dengan glaukoma, biasanya terjadi gangguan pada konsep diri
karena mata klien mengalami gangguan sehingga kemungkinan klien tidak
PD dalam kesehariannya. Tapi, pada kasus klien tidak mengalami gangguan
pada persepsi dan konsep diri.

h. POLA PERAN HUBUNGAN


 Menggambarkan keefektifan hubungan dan peran dengan keluarga lainnya.
 Tanyakan pekerjaan dan status pekerjaan klien
 Tanyakan juga system pendukung misalnya istri,suami, anak maupun cucu dll
 Tanyakan bagaimana keadaan keuangan sejak klien sakit.
 Bagaimana dalam pengambilan keputusan dan penyelesaian konflik
 Tanyakan juga apakah klien aktif dalam kegiatan social
 Klien dengan glaukoma biasanya akan sedikit terganggu dalam berhubungan
dengan orang lain ketika ada gangguan pada matanya yang mengakibatkan
klien malu berhubungan de ngan orang lain.
 Biasanya klien dengan glaukoma akan sedikit mengalami gangguan dalam
melakukan perannya

i. POLA KOPING-TOLERANSI STRESS


 Menggambarkan kemampuan untuk menangani stress dan menggunakan
system pendukung
 Tanyakan apakah ada perubahan besar dalam kehidupan dalam beberapa
bulan terakhir
 Tanyakan apa yang dilakukan klien dalam menghadapi masalah yang
dihadapi, apakah efektif?Apakah klien suka berbagi maslah/curhat pada
 keluarga / orang lain
 Tanyakan apakah klien termasuk orang yang santai atau mudah panik
 Tanyakan juga apakah klien ada menggunakan obat dalam menghadapi stress
 Biasanya klien dengan glaukoma akan sedikit stress dengan penyakit yang
dideritanya karena ini berkaitan dengan konsep dirinya dimana klien
mengalami penyakit yang mengganggu organ penglihatannya.

j. POLA  REPRODUKSI/ SEKSUALITAS


 Bagaimana kehidupan seksual klien, apakah aktif/pasif
 Jika klien wanita kaji siklus menstruasinya
 Tanyakan apakah ada kesulitan saat melakukan hubungan intim berhubungan
penyakitnya, misalnya klien merasa sesak nafas atau batuk hebat saat
melakukan hubungan intim
 Biasanya klien tidak terlalu mengalami gangguan dengan pola reproduksi
seksualitas. Akan tetapi, pencurahan kasih sayang dalam keluarga akan
terganggu ketika anggota keluarga tidak menerima salah seorang dari mereka
yang mengalami penyakit mata.

k. POLA KEYAKINAN-NILAI
 Menggambarkan spiritualitas, nilai, system kepercayaan dan tujuan dalam
hidup
 Kaji tujuan, cita-cita dan rencana klien pada masa yang akan datang.
 Apakah agama ikut berpengaruh, apakah agama merupakan hal penting dalam
hidup
 Klien akan mengalami gangguan ketika menjalankan aktivitas ibadah sehari-
hari karena klien mengalami sakit mata dan sakit kepala yang akan
mengganggu ibadahnya.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
 Pre Operasi
1. Nyeri berhubungan dengan peningkatan TIO
2. Penurunan persepsi sensori visual / penglihatan berhubungan dengan serabut saraf
oleh karena peningkatan TIO.
3. Cemas berhubungan dengan Penurunan ketajaman penglihatan, Kurang
pengetahuan tentang prosedur pembedahan
4. Resiko cedera b/d penurunan lapang pandang

 Post operasi
1. Nyeri berhubungan dengan post tuberkulectomi iriodektomi
2. Resiko infeksi berhubungan dengan luka insisi operasi

C. RENCANA TINDAKAN
No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
Keperawatan Hasil
1. Nyeri b.d Setelah dilakukan a. Kaji tipe, intensitas, a. Mengenal berat
peningkatan tindakan dan lokasi nyeri ringannya nyeri dan
TIO keperawatan selama menentukan terapi
1 x 24 jam b. Pantau derajat nyeri b. Untuk
diharapakan nyeri mata setiap 30 mentit mengidentifikasi
hilang/ berkurang selama masa akut kemajuan atau
dengan Kriteria penyimpanan dari
Hasil: hasil yang
 Klien dapat diharapkan.
c. Pertahankan istirahat
mengidentifikasi c. Mengurangi
di tempat tidur dalam
penyebab nyeri rangsangan terhadap
ruangan yang tenang
 Klien syaraf sensori dan
dan gelap dengan
menyebutkan mengurangi TIO
kepala ditinggikan
faktor-faktor
30° atau dalam posisi
yang dapat
nyaman
meningkatkan
d. Berikan lingkungan d. Stress dan sinar
nyeri
yang nyaman menimbulkan TIO
 Klien mampu
melakukan yang mencetuskan

tindakan untuk nyeri


e. Anjurkan tehnik e. Keadaan rileks dapat
mengurangi
relaksasi. mengurangi nyeri.
nyeri.
f. Kolaborasi tentang f. untuk mengurangi
pemberian analgesic nyeri

2. Gangguan Setelah dilakukan a. Kaji dan catat a. Menentukan


Persepsi tindakan ketajaman penglihatan kemampuan visual
Sensori b.d keperawatan selama b. Kaji tingkat deskripsi b. Memberikan
Gangguan 1 x 24 jam fugnsional terhadap keakuratan terhadap
penglihatan diharapakan penglihatan dan penglihatan dan
peningkatan perwatan perawatan
persepsi sensori c. Sesuaikan lingkungan c. Meningkatkan self
dapat berkurang dengan kemampuan care dan mengurangi
dengan Kriteria penglihatan ketergantungan
Hasil: d. Kaji jumlah dan tipe d. Meningkatkan
 Klien dapat rangsangan yang dpat rangsangan pada
meneteskan obat diterima klien waktu kemampuan
mata dengan penglihatabn menurun
benar e. Observasi TTV e. Mengetahui kondisi
 Kooperatif dan perkembangan
dalam tindakan klien secara dini
 Menyadari f. Kolaborasi dengan tim f. Untuk mempercepat
hilangnya medis dalam proses penyembuhan
pengelihatan pemberian terapi

secara permanen
 Tidak terjadi
penurunan visus
lebih lanjut

3. Cemas b.d Setelah dilakukan a. Hati-hati penyampaian a. Jika klien belum siap
Penurunan tindakan hilangnya penglihtan akan menambah
ketajaman keperawatan selama secara permanen kecemasan
penglihatan, 1 x 24 jam b. Berikan kesempatan b. Mengekspresikan
Kurang diharapakan Cemas klien perasaan membantu
pengetahuan klien dapat mengekspresikan Kx mengidentifikasi
tentang berkurang dengan tentang kondisinya sumber cemas
prosedur Kriteria Hasil: c. Pertahankan kondisi c. Rileks dapat
pembedahan  Berkurangnya yang rileks menurunkan cemas
perasaan gugup d. Observasi TTV d. Untuk mengetahui
 Posisi tubuh TTV dan
rileks perkembangannya
 Mengungkapkan e. Siapkan bel ditempat e. Dengan memberikan
pemahaman tidur dan instruksikan perhatian akan
tentang rencana klien memberikan menambah
tindakan tanda bila mohon kepercayaan klien
bantuan
f. Kolaborasi dengan tim f. Diharapkan dapat
medis dalam mempercepat proses
pemberian terapi penyembuhan
4. Resiko cedera Setelah dilakukan a. Orietasikan klien a. Mengurangi
b/d penurunan tindakan terhadap lingkungan kecelakaan atau cidera
lapang keperawatan selama ketika tiba.
pandang 1 x 24 jam b. Lakukan modifikasi b. Menimalkan tingkat
diharapakan Klien lingkungan untuk cidera yang berasal
tidak mengalami meindahkan semua dari gangguan ini
cedera dengan bahaya:
Kriteria Hasil:  Singkirkan
 Klien mampu rintangan pada
mendemontrasi tempar lalu lalang
kan tentang  Sungkirkan
kewaspadaan gulungan dari kaki
kecemasan  Singkirkan
 Klien meminta barang-barang
bantuan petugas yang mungkin
saat memenuhi dapat mencederai
kebutuhan. klien. c. Mengurangi resiko
c. Serahkan benda- terjatuh
benda termasuk bel
pemanggil, alat
bantu ambulasi
kepada klien d. Mempertahankan yang
d. Bantu klien dan aman setelah pulang.
keluarga
mengevaluasi
lingkungan rumah
terhadap bahaya
yang mungkin
terjadi.

D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi keperawatan adalah kategori dari perilaku keperawatan, dimana perawat
melakukan tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari
asuhan keperawatan (Potter & Perry 1997, dalam Haryanto, 2007).
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat
untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang
lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Gordon, 1994, dalam Potter
& Perry, 2011).
Implementasi keperawatan adalah kegiatan mengkoordinasikan aktivitas pasien,
keluarga, dan anggota tim kesehatan lain untuk mengawasi dan mencatat respon pasien
terhadap tindakan keperawatan yang telah dilakukan (Nettina, 2002). Jadi, implemetasi
keperawatan adalah kategori serangkaian perilaku perawat yang berkoordinasi dengan
pasien, keluarga, dan anggota tim kesehatan lain untuk membantu masalah kesehatan pasien
yang sesuai dengan perencanaan dan kriteria hasil yang telah ditentukan dengan cara
mengawasi dan mencatat respon pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilakukan.

E. EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan untuk mengetahui sejauh
mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai. Evaluasi ini dilakukan dengan cara
membandingkan hasil akhir yang teramati dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat dalam
rencana keperawatan.
BAB IV

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN NY. R DENGAN GLAKOMA

Kasus

Ny. R (30 tahun) saat ini sedang dirawat dengan keluhan orbita dextra terasa sakit jika ditekan,
penglihatan kabur padahal Ny.R sudah menggunakan kaca minus 3 pada mata dextra dan
sinistra, dua bulan yang lalu Ny.R menderita kelainan Thyroid. Oleh dokter spesialis mata
dilakukan pemeriksaan Ofthalmoscope, Tonometri dan ukur lapang pandang. Hasil pemeriksaan
teernyata Ny.R menderita Glaukoma. Tanda-tanda vital saat ini TD : 150/100 mmHg, Nadi :
80x/menit, Suhu : 37oC Pernapasan : 20x/menit. Ny. R tidak tahu kenapa dia sampai mengalami
Glaukoma dan mendengar informasi dari orang-orang bahwa Glaukoma bisa buta, sehingga
Ny.R takut mengalami kebutaan

A. PENGKAJIAN
1. Data Pasien :
Nama : Ny. R
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 23 Februari 1973
Umur : 40 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status perkawinan : Menikah
Status pendidikan : SLTA
Diagnosa medis : Glaukoma
2. Riwayat penyakit :
a. Keluhan Utama
Klien datang ke Rumah Sakit hari Senin, 12Mei 2013 dengan keluhan orbita dextra
terasa sakit jika ditekan, penglihatan kabur padahal Ny.R sudah menggunakan kaca
minus 3 pada mata dextra dan sinistra, dua bulan yang lalu Ny.R menderita kelainan
Thyroid.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
KU lemah, hasil pemeriksaan TTV , Tanda-tanda vital saat ini TD : 150/100 mmHg,
Nadi : 80x/menit, Suhu : 37oC , Pernapasan : 20x/menit.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Klien tidak mempunyai riwayat penyakit atau riwayat masuk rumah sakit, tetapi dua
bulan yang lalu Ny.R menderita kelainan Thyroid.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga klien tidak ada yang mempunyai penyakit yang berhubungan dengan saraf
persepsi sensori
3. Pemeriksaan fisik
a. Aktivitas/Istirahat
Gejala : Perubahan aktivitas biasanya/hobi sehubungan dengan gangguan
penglihatan
b. Makanan/Cairan
Gejala : Mual, muntah (glaukoma akut)
c. Neurosensori
Gejala : Gangguan penglihatan (kabur/tidak jelas), sinar terang menyebabkan
silau dengan kehilangan bertahap penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan kerja
dengan dekat/merasa di ruang gelap (katarak).
Penglihatan berawan/kabur, tampak lingkaran cahaya/pelangi sekitar sinar,
kehilangan penglihatan perifer, fotofobia (glaukoma akut). Perubahan
kacamata/pengobatan tidak memperbaiki penglihatan.
Tanda : Tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil (katarak) Pupil
menyempit dan merah/mata keras dengan kornea berawan (glaukoma darurat)
Peningkatan air mata.
d. Nyeri/Kenyamanan
Gejala : Ketidaknyamanan ringan/mata berair (glaukoma kronis) Nyeri
tiba-tiba/berat menetap atau tekanan pada dan sekitar mata, sakit kepala (glaukoma
akut.
e. Penyuluhan /pembelajaran
Gejala : riwayat keluarga glaukoma, diabetes, gangguan sistem vaskuler. Riwayat
stres, alergi, gangguan vasomotor (contoh peningkatan tekaan vena),
ketidakseimbangan endokrin, diabetes (glaukoma) Terpajan pada radiasi, steroid/
toksistas fenotiazin.
Pertimbangan rencana pemulangan :
DRG menunjukkan rerata lama dirawat : 4,2 hati (biasanya dilakukan sebagai
prosedur pasien rawat jalan). Memerlukan bantuan dengan transportasi, penyediaan
maknaan, perawatan diri, perawatan / pemeliharaan rumah.

Data Fokus

Data Subjektif Data Objektif


1. Klien mengeluh orbita dextra 1. Tanda-tanda vital :
terasa sakit jika ditekan TD : 150/100 mmHg
2. Klien mengeluh penglihatan Nadi : 80x/menit
kabur padahal Ny.R sudah Suhu : 37oC
menggunakan kaca minus 3 Pernapasan : 20x/menit.
pada mata dextra dan Skala nyeri : 6
sinistraKlien mengatakan dua 2. Klien terlihat menggunakan kacamata
bulan yang lalu Ny.R 3. Klien tampak kecoklatan atau putih susu pada
menderita kelainan Thyroid pupil (katarak)
3. Klien mengatakan tidak tahu 4. Klien terlihat pupil menyempit dan merah / mata
kenapa dia sampai mengalami keras dengan kornea berawan (glaukoma darurat)
Glaukoma 5. Klien terlihat peningkatan produksi air mata
4. Klien mengatakan bahwa 6. Klien terlihat mual dan muntah
mendengar informasi dari
orang-orang bahwa Glaukoma
bisa buta, sehingga Ny.R takut
mengalami kebutaan.
5. Klien mengatakan mengalami
perubahan aktivitas biasanya
akibat gangguan penglihatan.
6. Klien mengeluh mual dan
muntah
4. ANALISA DATA
DATA PROBLEM ETIOLOGI
DS : Gangguan Persepsi Gangguan penerimaan,
- Klien mengeluh keluhan Sensori gangguan status organ
orbita dextra terasa sakit ditandai dengan kehilangan
jika ditekan lapang pandang progresif.
- Klien mengeluh
penglihatan kabur
padahal Ny.R sudah
menggunakan kaca
minus 3 pada mata
dextra dan sinistra
- Klien mengatakan dua
bulan yang lalu Ny.R
menderita kelainan
Thyroid
DO:
- Tanda-tanda vital :
TD : 150/100 mmHg
Nadi : 80x/menit
Suhu : 37oC
Pernapasan : 20x/menit.
- Klien terlihat
menggunakan kacamata
- Skala nyeri : 6
- Klien tampak
kecoklatan atau putih
susu pada pupil
(katarak)
- Klien terlihat pupil
menyempit dan merah /
mata keras dengan
kornea berawan
(glaukoma darurat)
- Klien terlihat
peningkatan produksi
air mata
- Klien terlihat
memokuskan saat meliat
sesuatu benda
- Klien terlihat
mengerutkan dahi pada
saat melihat
DS : Nyeri akut Peningkatan tekanan intra
- Klien mengeluh keluhan okuler (TIO)
orbita dextra terasa sakit
jika ditekan
- Klien mengeluh
penglihatan kabur
padahal Ny.R sudah
menggunakan kaca
minus 3 pada mata
dextra dan sinistra
- Klien mengatakan dua
bulan yang lalu Ny.R
menderita kelainan
Thyroid
DO:
- Tanda-tanda vital :
TD : 150/100 mmHg
Nadi : 80x/menit
Suhu : 37oC
Pernapasan : 20x/menit.
- Skala nyeri : 6
- Klien terlihat
menggunakan kacamata
- Klien terlihat
memegangi are kepala
dan sekitar mata
- Klien terlihat
memokuskan saat meliat
sesuatu benda
- Klien terlihat
mengerutkan dahi pada
saat melihat
DS : Risiko cedera Peningkatan TIO, kehilangan
- Klien mengeluh juga vitreous
nyeri area mata yang di
operasi
- Klien mengatakan
kesulitan melakukan
aktivitas
- Klien mengeluh takut
untuk melakukan
aktivitas
DO:
- Tanda-tanda vital :
TD : 130/70 mmHg
Nadi : 80x/menit
Suhu : 37oC
Pernapasan : 20x/menit.
- Klien terlihat gelisah
- Klien tampak pucat
- Klien memegangi area
mata yang dibedah

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan Persepsi Sensori b.d Gangguan penglihatan
2. Nyeri Akut b.d Agen pencedera fisiologis (mis. Inflamasi, iskemia, neoplasma)
3. Risiko cedera b.d Perubahan fungsi psikomotot
C. INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnose keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi


1. Gangguan Persepsi Persepsi sensori Minimalisasi Rangsangan
Sensori b.d Gangguan Setelah dilakukan tindakan Observasi :
penglihatan keperawatan selama 3x24 jam - Periksa status mental,
diharapkan masalah status sensori, dan tingkat
keperawatan Gangguan kenyamanan (mis. Nyeri,
persepsi sensori penglihatan kelelahan)
teratasi dengan kriterria hasil : Terapeutik :
- Distorsi sensori dari skala 1 - Jadwalkan aktivitas harian
(menurun) menjadi skala 3 dan waktu istirahat
(sedang) - Kombinasikan
- Menarik diri dari skala 1 prosedur/tindakan dalam
(menurun) menjadi 3(sedang) satu waktu, sesuai
kebutuhan.
- Trabec ulectomy adalah
prosedur pengobatan
glaukoma untuk
mengurangi tekanan
intraokular dengan
menghilang bagian dari
kerja trabecular mata dan
struktur yang berdekatan
Edukasi :
- Ajarkan cara
meminimalisasi stimulus
Kolaborasi :
- Kolaborasi dalam
meminimalkan
prosedur/tindakan
- Kolaborasi pemberian
obat yang
mempengaruhi persepsi
stimulus
2. Nyeri Akut b.d Tingkat Nyeri Managemen nyeri
Agen pencedera Setelah dilakukan tindakan Observasi :
fisiologis (mis. keperawatan selama 3x24 jam - Identifikasi skala nyeri
Inflamasi, iskemia, diharapkan masalah - Identifikasi respon nyeri non
neoplasma) keperawatan nyeri akut verbal
berkurang dengan kriteria hasil - Identifikasi faktor yang
: memperberat dan
- Keluhan nyeri dari 1 memperingan nyeri
(meningkat) menjadi 3 - Monitor keberhasilan terapi
(sedang) komplementer yang sudah
- Gelisah dari 3 (sedang) diberikan
menjadi 5 (menurun) Terapeutik :
- Nafsu makan dari 1 - Fasilitasi istirahat dan tidur
(memburuk) menjadi 3 - Pertimbangkan jenis dan
(sedang) sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
- Relaksasi benson : adalah
suatu teknik pengobatan
untuk menghilangkan nyeri,
insomnia atau kecemasan.
Edukasi :
- Jelaskan penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi
meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
- Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian anlgetik ,
jika perlu
3. Risiko cedera Fungsi Sensori Pencegahan cedera
b.d Perubahan fungsi Setelah dilakukan tindakan Observasi :
psikomotor keperawatan selama 3x24 jam - Identifikasi area
diharapkan masalah lingkungan yang berpotensi
keperawatan risiko cedera menyebabkan cedera
teratasi dengan kriterria hasil : - Identifikasi obat yang
- Ketajaman penglihatan dari berpotensi menyebabkan
3 (sedang) menjadi 1 cedera
(menurun) Terapeutik :
- Sediakan pencahayaaan
yang memadai
- Pertahankan posisi tempat
tidur di posisi terendah saat
digunakan
- Diskusikan mengenal
latihan dan terapi fisik yang
diperlukan
- Diskusikan bersama anggota
keluarga yang apat
mendampingi pasien.
- Pemberian obat- obatan,
terapi laser dan
pembedahan.
Edukasi :
- Anjurkan berganti posisi
secara perlahan dan duduk
selama beberapa menit
sebelum berdiri
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

No Dx Hari tanggal IMPELEMNTASI


I 17– 04–2013 Observasi :
- Memeriksa status mental, status sensori, dan tingkat
kenyamanan (mis. Nyeri, kelelahan)
Terapeutik :
- Mengjadwalkan aktivitas harian dan waktu istirahat
- Mengkombinasikan prosedur/tindakan dalam satu waktu,
sesuai kebutuhan.
- Mengtrabec ulectomy adalah prosedur pengobatan
glaukoma untuk mengurangi tekanan intraokular dengan
menghilang bagian dari kerja trabecular mata dan struktur
yang berdekatan
Edukasi :
- Mengajarkan cara meminimalisasi stimulus
Kolaborasi :
- Mengkolaborasi dalam meminimalkan prosedur/tindakan
- Mengkolaborasi pemberian obat yang mempengaruhi
persepsi stimulus
II 17– 04–2013 Observasi :
- Mengidentifikasi skala nyeri
- Mengidentifikasi respon nyeri non verbal
- Mengidentifikasi faktor yang memperberat dan
memperingan nyeri
- Memonitor keberhasilan terapi komplementer yang
sudah diberikan
Terapeutik :
- Mengfasilitasi istirahat dan tidur
- Mengpertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan nyeri
- Mengrelaksasi benson : adalah suatu teknik
pengobatan untuk menghilangkan nyeri, insomnia atau
kecemasan.
Edukasi :
- Mengjelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
- Mengjelaskan strategi meredakan nyeri
- Mengganjurkan memonitor nyeri secara mandiri
- Mengganjurkan menggunakan analgetik
- secara tepat
Kolaborasi :
- Mengkolaborasi pemberian anlgetik , jika perlu
III 17– 04–2013 Observasi :
- Mengidentifikasi area lingkungan yang berpotensi
menyebabkan cedera
- Mengidentifikasi obat yang berpotensi menyebabkan
cedera
Terapeutik :
- Menyediakan pencahayaaan yang memadai
- Mengpertahankan posisi tempat tidur di posisi terendah
saat digunakan
- Mengdiskusikan mengenal latihan dan terapi fisik yang
diperlukan
- Mengdiskusikan bersama anggota keluarga yang apat
mendampingi pasien.
- Pemberian obat- obatan, terapi laserdan pembedahan.
Edukasi :
- Menganjurkan berganti posisi secara perlahan dan duduk
selama beberapa
- menit sebelum berdiri

I 18-04-2013 Observasi :
- Memeriksa status mental, status sensori, dan tingkat
kenyamanan (mis. Nyeri, kelelahan)
Terapeutik :
- Mengjadwalkan aktivitas harian dan waktu istirahat
- Mengkombinasikan prosedur/tindakan dalam satu waktu,
sesuai kebutuhan.
- Mengtrabec ulectomy adalah prosedur pengobatan
glaukoma untuk mengurangi tekanan intraokular dengan
menghilang bagian dari kerja trabecular mata dan struktur
yang berdekatan
Edukasi :
- Mengajarkan cara meminimalisasi stimulus
Kolaborasi :
- Mengkolaborasi dalam meminimalkan prosedur/tindakan
- Mengkolaborasi pemberian obat yang mempengaruhi
persepsi stimulus
II 18-04-2013 Observasi :
- Mengidentifikasi skala nyeri
- Mengidentifikasi respon nyeri non verbal
- Mengidentifikasi faktor yang memperberat dan
memperingan nyeri
- Memonitor keberhasilan terapi komplementer yang
sudah diberikan
Terapeutik :
- Mengfasilitasi istirahat dan tidur
- Mengpertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan nyeri
- Mengrelaksasi benson : adalah suatu teknik
pengobatan untuk menghilangkan nyeri, insomnia atau
kecemasan.
Edukasi :
- Mengjelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
- Mengjelaskan strategi meredakan nyeri
- Mengganjurkan memonitor nyeri secara mandiri
- Mengganjurkan menggunakan analgetik
- secara tepat
Kolaborasi :
- Mengkolaborasi pemberian anlgetik , jika perlu
III 18-04-2013 Observasi :
- Mengidentifikasi area lingkungan yang berpotensi
menyebabkan cedera
- Mengidentifikasi obat yang berpotensi menyebabkan
cedera
Terapeutik :
- Menyediakan pencahayaaan yang memadai
- Mengpertahankan posisi tempat tidur di posisi terendah
saat digunakan
- Mengdiskusikan mengenal latihan dan terapi fisik yang
diperlukan
- Mengdiskusikan bersama anggota keluarga yang apat
mendampingi pasien.
- Pemberian obat- obatan, terapi laserdan pembedahan.
Edukasi :
- Menganjurkan berganti posisi secara perlahan dan duduk
selama beberapa
- menit sebelum berdiri
E.EVALUASI

No Dx Hari tanggal EVALUASI


I 17-04-2013 S:
- Klien mengatakan sudah tidak merasakan sakit jika di
tekan
- Klien mengatakan penglihatanya sudah agak mendingan
- Klien mengatakan kelainan Thyroid sudah ada perubahan
O:
- Tanda-tanda vital :
TD : 120/100 mmHg
Nadi : 80x/menit
Suhu : 36oC
Pernapasan : 20x/menit.
A : lanjutkan intervensi
P : masalah belum teratasi
II 17-04-2013 S:
- Klien mengatakan sudah tidak merasakan sakit jika di
tekan
- Klien mengatakan penglihatanya sudah agak mendingan
- Klien mengatakan kelainan Thyroid bulan ini sudah ada
perubahan
O:
- Tanda-tanda vital :
TD : 110/100 mmHg
Nadi : 90x/menit
Suhu : 36oC
Pernapasan : 20x/menit.
- Skala nyeri : 3
A : lanjutkan intervensi
P : masalah belum teratasi
III 17-04-2013 S:
- Klien mengatakan nyeri area mata yang di operasi sudah
menurun
- Klien mengatakan sudah bisah melekukan aktivitas
- Klien sudah tidak takut untuk melakukan aktivitas
O:
- Tanda-tanda vital :
TD : 120/70 mmHg
Nadi : 80x/menit
Suhu : 36oC
Pernapasan : 20x/menit.
- Klien terlihat gelisah
A : lanjutakan intervensi
P : masalah belum teratasi

Anda mungkin juga menyukai