Anda di halaman 1dari 18

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III

“ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN


GLAUKOMA”
Makalah ini disusun untuk melengkapi tugas mata kuliah keperawatan medical
bedah semester ganjil 2019

Dosen Pengampu :

Esi Afriyanti, S.Kp, M.Kes

Disusun Oleh :

KELOMPOK 6

1. Uthari Chintya Dewi (1711311007)


2. Lilian Meutia (1711311027)
3. Mutya Amal Dwi Safura (1711311033)
4. Dea Angelaberti (1711313033)

JURUSAN ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ANDALAS

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah subhanawata’ala yang telah memberikan kami


berbagai macam nikmat, sehingga aktivitas hidup ini banyak yang
diberikankan keberkahan. Dengan kemurahan yang telah diberikan oleh Tuhan
Yang Maha Esa sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Ucapan terimakasih tidak lupa kami haturkan kepada dosen dan teman –
teman yang banyak membantu dalam penyusunan makalah ini. Kami
menyadari didalam penyusuhan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Masih banyak kekurangan yang harus diperbaiki, baik dari segi tata bahasa
maupun hal pengkonsilidasian.

Oleh karena itu kami minta maaf atas ketidak sempurnaannya dan juga
memohon kritik dan saran untuk kami agar bisa lebih baik lagi dalam membuat
karya tulis ini. Harapan kami mudah – mudahan apa yang kami susun bisa
memberikan manfaat untuk diri sendiri ,teman – teman serta orang lain.

Padang, 27 Agustus 2019

Penyusun

ii
Daftar Isi

Halaman Judul ...................................................................................................... i


Kata Pengantar .................................................................................................... ii
Daftar Isi .............................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN .....................................................................................1
1. Latar Belakang ...............................................................................................1
2. Rumusan Masalah .........................................................................................1
3. Tujuan Penulisan ...........................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...........................................................................2
1. Landasan Teoritis Penyakit Glaukoma ..........................................................2
a. Pengertian ........................................................................................................ 2
b. Klasifikasi ................................................................................................3
c. Etiologi ....................................................................................................4
d. Manifestasi Klinis ....................................................................................5
e. Patofisiologi .............................................................................................6
f. Penatalaksanaan Medis ...........................................................................8
2. Asuhan Keperawatan pada Pasien Glaukoma ..............................................10
BAB III PENUTUP ............................................................................................14
A. Kesimpulan .................................................................................................14
B. Saran ............................................................................................................14
Daftar Pustaka ....................................................................................................15

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Glaukoma merupakan sekumpulan gangguan okular yang ditandai
dengan peningkatan tekanan inatrakoular, atrofi saraf optik dan kehilangan
lapang pandang.
Glaukoma diperkirakan menyebabkan kebutuhan pada 80.000 orang
di amerika serikat. Insiden glaukoma sekitar 15 % dan pada ras kulit hitam
berusia 45- 65 tahun prevelensi meningkat lima kali lipat dibanding kulit
putih dengan rentang umur yang sama. Pada kebanyakan kasus, kebutaan
dapat dicegah dengan pemberian terapi dini.
Bila glaukoma didiagnosis lebih awal dan ditangani dengan benar,
kebutaan hampir selalu dapat dicegah. Namun kebanyakan kasus glaukoma
tidak bergejala sampai sudah terjadi kerusakan ekstensi.
Maka dari makalah inilah kami akan memberikan informasi tentang
glaukoma serta asuhan keperawatan yang tepat untuk pasien dengan
glaukoma.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana landasan teori tentang glaukoma?
2. Bagaimana asuhan keperawatan untuk pasien dengan glaukoma?
1.3 Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui dan memberikan informasi tentang hal yang
berkaitan dengan penyakit glaukoma mulai dari pengertian, penyebab,
gejala sampai dengan cara mengatasinya secara medis dan keperawatan, dan
dapat mengetahui asuhan keperawatan kepada pasien glaukoma.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Landasan Teori Glaukoma


A. Pengertian
Glakoma adalah suatu penyakit yang memberikan gambaran klinik berupa
tekanan intraokuler penggaungan pupil saraf optik dengan defek lapang
pandangan mata.
Glaukoma adalah sekelompok kelainan mata yang ditandai dengan
peningkatan tekanan intraokuler. ( Long Barbara, 1996).
Glaukoma merupakan sekumpulan gangguan okular yang ditandai dengan
peningkatan tekanan inatrakoular, atrofi saraf optik dan kehilangan lapang
pandang.
Glaukoma diperkirakan menyebabkan kebutuhan pada 80.000 orang di
amerika serikat. Insiden glaukoma sekitar 15 % dan pada ras kulit hitam berusia
45- 65 tahun prevelensi meningkat lima kali lipat dibanding kulit putih dengan
rentang umur yang sama. Pada kebanyakan kasus, kebutaan dapat dicegah
dengan pemberian terapi dini.
Galukoma dapat timbul secara perlahan dan menyebabkan hilangnya
pandangan ireversibel tanpa timbulnya gejala lain yang nyata atau dapat timbul
secara tiba-tiba dan menyebbkan kebutaan dalam beberapa jam. Glaukoma
terbagi menjadi tipe primer, sekunder, dan kongenital. Tipe primer terbagi lagi
menjadi glaukoma sudut terbuka dan galukoma sudut tertutup.

2
B. Klasifikasi
1. Glukoma primer
Glukoma sudut terbuka terjadi karena tumor aqueus mempunyai pintu
terbuka ke jaringan trabekular kelainannya berkembang lambat. Sedagkan
glukoma sudut tertutup terjadi karena ruang anterior menyempit, sehingga
iris terdorong kedepan, menempel ke jarigan trabekular dan menghambat
tumor aqoeus mengalir ke saluran schlemm.
Glaukoma sudut terbuka primer merupakan bentuk yang paling umum,
gangguan ini merupakan gangguan mulotaktorial yang sering didapatkan
secara genetik, bilateral, onset tiba- tiba dan progres nya lambat. Tipe
glaukoma ini sering disebut sebagai “ pencuri dimalam hari “ karena tidak
ada manifestasi klinis awal yang menjadi penanda kehilangan penglihatan
2. Glaukoma sekunder
Glaukoma yang terjadi akibat penyakit mata lain yang menyebabkan
penyempitan sudut/peningkatan volume cairan dari dalam mata dapat
diakibatkan oleh perubahan lensa, kelainan uvea, trauma, bedah.
Suatu serangan akut glaukoma sudut tertutup padat terjadi hanya pada satu
mata pada sudut kamera okuli yang secara anatomis sempit. Serangan
terjadi karena hambatan mendadak sudut anterior karena dasar iris
3. Glaukoma kongenital
Glaukoma yang terjadi akibat kegagalan jaringan mesodermal
memfungsikan trabekuler.
4. Glaukoma absolut
Merupakan stadium akhir, sudah terjadi kebutaan total akibat tekanan bola
mata memberikan gangguan fungsi lanjut.

Berdasarkan lamanya :
1. Glaukoma akut
Penyakit mata yang disebabkan oleh tekanan intraokuler yang meningkat
mendadak sangat tinggi.
2. Glaukoma kronik

3
Penyakit mata dengan gejala peningkatan tekanan bola mata sehingga
terjadi kerusakan anatomi dan fungsi mata yang permanen.

C. Etiologi
1. Primer
Terdiri dari :
a. Akut
Dapat disebabkan karena trauma
b. Kronik
Dapat disebabkan karena keturunan dalam keluarga seperti :
- Diabetes meliitus
- Arterisklerosis
- Pemakaian kortikosteroid jangka panjang
- Miopa tinggi dan progresif
2. Sekunder
Disebabkan penyakit mata lain seperti :
- Katarak
- Perubahan lensa
- Kelainan uvea
- Pembedahan

Sekitar 90 % glaukoma primer terjadi pad orang dengan sudut terbuka.


Oleh karena tidak ada manifestasi klinis sebagai tanda peringatan awal, maka
pemeriksaan fisik teratur termasuk pemeriksaaan tonometri pada pengkajian
saraf mata (diskus) sangat diperlukan. Penyebab utama glaukosa sudut terbuka
kronis merupakan proses degeneratif pada jaringan trabekular sehingga terjadi
penurunan aliran humor aqous. Hipertensi penyakit kardiovaskuler, diabetes,
dan obesitas berhubungan dengan perkembangan glaukoma, peningkatan
tekanan intrakoular juga terjadi karena uveritis (inflamasi pada uvea, struktur
penyaring). penekanan akibat tumor yang tumbih cepat dan penggunaan
kortikosteroid topikal kronis juga dapat menghasilkan manifestasi glaukoma
sudut terbuka. Penyebab glaukoma tekanan darah rendah atau mengapa saraf
aptik rusak walaupun tekanan intrakoular normal (antara 12 dan 22 mm Hg)

4
tidak diketahui. Seorang dengan riwayat keluarga dengan glaukoma tekanan
normal, keturunan jepang, dan riwayat penyakit jantung sitemik seperti
gangguan irama jantung dapat memiliki resiko tinggi untuk mengalami
glaukoma tekanan rendah. Glaukoma sekunder terjadi akibat edema, cedera
pada mata (hifema), inflamasi, tumor dan proses lanjut katarak dan diabetes.
Jaringan edematosa dapat menghambat aliran tumor aqous melalui jaringan
trabekular. Penyembuhan luka tepi kornea yang terlambat dapat menyebabkan
pertumbuhan sel epitel di ruang okuh interior.

D. Manifestasi klinis
1. Glaukoma primer
a. Glaukoma sudut terbuka
- Kerusakan visus yang serius
- Lapang pandang mengecil dengan macam-macam skotoma yang
khas
- Perjalanan penyakit progresif lambat
b. Glaukoma sudut tertutup
- Nyeri hebat didalam dan sekitar mata
- Timbulnnya halo disekitar cahaya
- Pandangan kabur
- Sakit kepala
- Mual, muntah
- Kedinginan
- Demam bahkan perasaan takut mati mirip serangan angina, yang
dapat sedemikian kuatnya sehingga keluhan mata (gangguan
penglihatan mata, fotopobia, dan lakrimasi) tidak begitu dirasakan
oleh klien.
2. Glaukoma sekunder
- Pembesaran bola mata
- Gangguan lapang opandang
- Nyeri didalam mata
3. Glaukoma kongenital
- Gangguan penglihatan

5
Glaukoma sudut tertutup akut menyebabkan nyeri berat dan
penglihatan kabur dan kebutaan. Beberapa klien melihat gambaran halo
(lingkaran seperti pelang di sekelilingnya cahaya) dan beberapa mengalami
mual muntah. Glaukoma sekunder memberikan gejala yang sama dengan
glaukoma sudut tertutup akut. Penyempitan lapang pandang terjadi akibat
kehilangan suplai darah ke are diretina. Respons individu dapat mengalami
kerusakan akibat tekanan intrakoular yang rendah sedangkan yang lain
mengalami kerusakan akibat tekanan intrakoular yang tinggi.

Pemeriksaan mata menunjukkan (warnaa pucat) dan cupping.


Diskus saraf optik. Pemeriksaan lapang pandang penglihatan digunakan
untuk menentukan kehilangan penglihatan prefer (lihat pandang pada sudut
glaukoma awal sudut terbuka nampak skotona (bintik buta) sebagai garis
lengkung. Pada glaukoma suudut tertutup akut, lapang pandang yang hilang
ini lebih luas

E. Patofisiologi
Tekanan intraokuler ditentukan oleh kecepatan produksi aqueus humor dan
aliran keluar aqueus humor dari mata. TIO normal 10-21 mmHg dan
dipertahankan selama terdapat keseimbangan antara produksi didalam badan
silier dan mengalir ke luar melalui kanal schlemm ke dalam sistem vena.
Ketidakseimbangan dapat terjadi akibat produksi berlebih badan silier atau
oleh peningkatan hambatan abnormal terhadap aliran keluar aqueus melalui
camera oculi anterior (COA). Peningkatan tekanan intraokuler > 23 mmHg
memerlukan evaluasi yang seksama. Iskemia menyebabkan struktur ini
kehilangan fungsinya secara bertahap.
Tekanan intrakoular (TIO) ditentukan oleh laju produksi akous hmor d badan
slinaris dan hambatan aliran akous humor dari mata. TIO bervariasi dengan
siklus diurnal (tekanan tinggi biasnya pada waktu bangun tidur) dan posisi
tubuh (meningkat ketika terbaring). variasi nomal biasanya tidak melebihi 2-3
mm Hg. Peningkatan TIO dapat terjadi karena peningkatan produksi humor
aqous terakulasi pada mata, peningkatan tekanan suplai darah ke saraf optik
dan retina. Jaringan lunak in menjadi iskemik dan terjadi penurunan fungsi
secara bertahap.

6
WOC

7
F. Intervensi Bedah

Jika obat tidak dapat mengontrol glaukoma dan peningkatan TIO menetap,
maka operasi merupakan terapi alternatif. Alternatif operasi yang dilakukan
meliputi

a) Laser Trabeculoplasty. Tindakan ini dilakukan dengan lokal anestesi


untuk membuat lubang di jaringan trabekular untuk membuka sudut
untuk mempermudah aliran keluar akuos humor. Salep mata steroid
pascaoperasi diberikan mengikuti bedah laser. Komplikasi bedah laser
ditandai dengan sakit kepala yang tidak berkurang dengan asetaminofen
dan / atau disertai mual, nyeri dahi dan / atau perubahan tajam
penglihatan.
b) Operasi Filtrasi, jenis ini meliputi trefinasi, sklerektomi atau sklerostomi
dengan membuat saluran dari ruang anterior keruang subkonjungtiva.
c) Laser Iridotomy atau Iridectomy Perifer, kedua prosedur ini mengurangi
tekanan dengan mengeluarkan bagian iris untuk membangun kembali
outflow akuos humor.
d) Cyclocrytherapy, tindakan ini secara permanen merusak sel dalam
badan silier dan menurunkan produksi akuos humor.

Perawatan Preoperasi

Lakukan perawatan preoperasi rutin yang meliputi mencukur bulumata,


pemeriksaan TIO, mencuci rambut (keramas). Medikasi untuk menurunkan TIO
sesuai program yang meliputi:

 Gliserin per oral, 1 ml/kg berat badan ditambah air / air jeruk nipis dengan
volume yang sama (untuk mengurangi bau)
 Pilokarpin atau KSR tetes mata
 Asetazolamid manitol 20% kalau perlu
 Berikan antibiotik topikal sesuai pesanan

Perawatan Pascaoperasi

 Lakukan perawatan pascaoperasi rutin

8
 Pemberian antibiotik subkonjungtiva oleh ahli oftalmologis
 Tinngikan bagian kelapa tempat tidur 15-20 derajat untuk menurunkan
tekanan dalam mata selama tidur.
 Laporkan drainase pada dokter segera, tetapi jangan mengangkat balutan
sampai ada instruksi tertulis
 Klien mungkin mengalami sakit kepala ringan dan pandangan kabur selama
24 jam pertama. Ada kemungkinan TIO meningkat karena respon inflamasi,
oleh karena itu instruksikan klien untuk mencegah meningkatnya tekanan
darah vena pada kepala, leher dan mata dengan menghindari manuver
valsalva, tidak membungkuk, mempertahankan kepala diatas dan tidak
melakukan gerakan mendadak.
 Berikan laksan untuk mencegah konstipasi
 Bantu klien ambulasi dan makan sesuai kebutuhan begitu efek anestesi
hilang
 Instruksikan klien untuk tidak berbaring pada sisi operatif
 Instruksikan klien untuk melaporkan gejala nyeri dahi, nyeri mata hebat atau
mual
 Observasi dan laporkan komplikasi pembedahan
 Hindari latihan fisik / olahraga berat selama 3 minggu

Komplikasi Pembedahan

 Peningkatan TIO
Ditandai dengan nyeri okular, nyeri diatas alis dan mual.
Cegah klien membungkuk, mengangkat benda berat, mengejan saat
buang air besar, batuk dan muntah
 Hipotoni (penurunan TIO)
Dapat menyebabkan perdarahan koroid, atau lepasnya
koroid ditandai dengan nyeri yang dalam didalam mata dengan
awitan pasti, diaforesis atau perubahan tanda-tanda vital.
 Infeksi
Pantau tanda vital. Iinfeksi harus dicegah karena klien dapat
mengalami kehilangan pandangan atau kehilangan mata itu sendiri.

9
 Jaringan Parut
Dapat mengurangi keefektidan jalur baru. Steroid topikal
dapat digunakan karena efek samping penggunaan steroid adalah
memperpanjang pemulihan luka.

2.2 Asuhan keperawatan


1. Pengkajian
a. Anamnesis
Anamnesis meliputi data demografi yang meliputi :
- Umur, glaukoma primer terjadi pada individu berumur > 40 tahun
- Ras, kulit hitam mengalami kebutaan akibat glaukoma peling
sedikit 5 kali dari kulit putih
- Pekerjaan, terutama yang berisiko besar mengalami trauma mata
b. Pemeriksaan fisik
- Neurosensori
 Gangguan penglihatan (kabur/tidak jelas), sinar terang dapat
menyebabkan silau dengan kehilangan bertahap penglihatan
perifer, kesulitan memfokuskan kerja dengan dekat/merasa
diruang gelap(katarak), tampak lingkaran cahaya/pelangi
sekitar sinar, kehilangan penglihatan perifer, fotofobia
(glaukoma akut) bahan kaca mata/pengobatan tidak
memperbaiki penglihatan.
 Tanda : pupil menyempit dan merah/mata keras dengan
kornea berwarna, peningkatan air mata.
 Pemeriksaan fisik dilakukan dengan menggunakan
oftalmaskop untuk mengetahui adanya cupping dan atrofi
diskus optikus. Diskus optikus menjadi lebih luas dan dalam
pada glaukoma akut primer, karena anterior dangkal, aqueus
humor keruh dan pembuluh darah menjalar keluar dari iris
 Pemeriksaan lapang pandang perifer, pada keadaan akut
lapang padang cepat menurun secara signifikan dan keadaan
kronik akan menurun secara bertahap

10
 Pemeriksaan melalui inspeksi, untuk mengetahui adanya
inflamasi mata, sklera kemerahan, kornea keruh, dilatasi
pupil, sedang yang gagal bereaks terhadap cahaya.
- Nyeri/kenyamanan
 Ketidaknyamanan ringan/mata berair (glaukoma kronis)
 Nyeri tiba-tiba/ berat menetap atau tekanan pada dan sekitar
mata, sakit kepala
c. Pemeriksaan diagnostik
a. Kartu snellen/mesin telebinokelar
Digunakan untuk mengetahui ketajaman mata dan sentral
penglihatan.
b. Lapang penglihatan `
Terjadi penurunan disebabkan oleh CSV, masa tumor pada
hipofisis/otak, karotis/patofisiologi, arteri serebral atau glaukoma
c. Pengukuran tonografi
Mengkaji intraokuler (TIO) (normal 12-25 mmHg)
d. Pengukuran gonoskopi
Membantu membedakan sudut terbuka dan sudut tertutup
e. Tes provokatif
Digunakan dalam menentukan tipe glaukoma jika TIO
normal/hanya menignkat ringan
f. Pemeriksaan aftalmoskop
Menguji struktur internal okuler, mencatat atrofi lempeng optik,
papiledema, perdarahan retina dan mikroaneurisma
g. Darah lengkap, LED
Menunjukkan anemia sistemik/infeksi
h. EKG, kolestrol serum dan pemeriksaan lipid
Memastikan arterosklerosis, PAK
i. Tes toleransi glukosa
Menentukan adanya DM

11
No. Diagnosa NOC NIC
1. Nyeri Akut b/d Kontrol Nyeri Manajemen Nyeri
peningkatan Setelah dilakukan Aktivitas :
tekanan tindakan keperawatan, 1. Lakukan pengkajian nyeri
intraokuler maka klien dapat komprehensif (lokasi,
mengontrol nyeri karakteristik, durasi,dll)
dengan kriteria hasil : 2. Gali pengetahuan dan
1. Pasien mengatakan kepercayaan pasien mengenai
nyeri nyeri
berkurang/hilang 3. Berikan informasi mengenai
2. Ekspresi wajah nyeri
rileks 4. Ajarkan prinsip-prinsip
3. Pasien manajemen nyeri
mendemostrasikan 5. Dorong pasien untuk
pengetahuan akan memonitor nyeri dan
penilaian menangani nyerinya dengan
pengontrolan nyeri tepat
6. Ajarkan pasien penggunaan
teknik non farmakologi
7. Berikan individu penurunan
nyeri yang optimal dengan
peresepan analgesik
8. Beritahu dokter jika tindakan
tidak berhasil atau jika
keluhan pasien saat ini
berubah signifikan
2. Risiko cidera Kontrol Risiko Manajemen Lingkungan :
b/d kebutaan Setelah dilakukan Keselamatan
atau penurunan tindakan keperawatan, Aktivitas :
pandangan maka klien dapat 1. Identifikasi kebutuhan
perifer meningkatkan lapang keamanan pasien
pandang optimal dengan 2. Identifikasi hal-hal
kriteria hasil : membahayakan dilingkungan
1. Tidak terjadi 3. Singkirkan bahan bahaya
cedera 4. Gunakan peralatan
perlindungan
5. Bantu pasien saat melakukan
perpindahan kelingkungan
yang lebih aman
6. Edukasi individu dan
kelompok yang berisiko
tinggi terhadap bahan
berbahaya yang ada
dilingkungan
3 Defisit Pengetahuan : Bimbingan Antisipatif
. pengetahuan b/d Promosi Kesehatan Aktivitas :
kurangnya Setelah dilakukan 1. Bantu klien mengidentifikasi
informasi dan / tindakan keperawatan, kemungkinan perkembangan

12
atau mispersepsi maka klien dapat situasi krisis terjadi dan efek
informasi yang meningkatkan lapang dari krisis
didapat pandang optimal dengan 2. Instruksikan klien mengenai
sebelumnya. kriteria hasil : perilaku dan perkembangan
1. Klien mengetahui dengan cara yang tepat
penatalaksaan 3. Pertimbangkan metode-
penyakitnya dan metode yang biasa digunakan
mampu mengulang klien dalam memecahkan
dan masalah
mendemonstrasika 4. Latih teknik yang digunakan
n kembali untuk beradaptasi terhadap
pendidikan perkembangan situasi krisis,
kesehatan yang dengan klien secara tepat
diberikan. 5. Jika gejala akut terkontrol,
berikan informasi tentang
kondisinya. Tekankan bahwa
glaukoma memerlukan
pengobatan sepanjanf hidup,
harus teratur dan tidak
terputus.
6. Instruksikan klien untuk
mencari pertolongan media
jika ketidaknyamanan mata
dan gejala peningkatan TIO
terulang saat menggunakan
obat-obatan. Ajari klien
tanda dan gejala yang
memerlukan perhatian medis
dengan segera.
7. Ajarkan klien dan keluarga
serta izinkan klien
mempraktikkan sendiri cara
pemberian tetes mata.
Gunakan teknik aseptik yang
baik pada saat meneteskan
obat mata.

Evaluasi :

1. Klien dapat mempertahankan visus optimal.


2. Tidak terjadi komplikasi.
3. Klien mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari secara aman.\klien
mempunyai pengetahuan yang adekuat tentang penyaki dan
penatalaksanaannya.

13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Glaukoma adalah sekelompok kelainan mata yang ditandai dengan
peningkatan tekanan intraokuler. ( Long Barbara, 1996).
Glakoma adalah suatu penyakit yang memberikan gambaran klinik
berupa tekanan intraokuler penggaungan pupil saraf optik dengan defek
lapang pandangan mata.
Ada banyak klasifikasi dari glaukoma itu sendiri, antara lain
glaukoma primer, glaukoma sekunder, glaukoma kongenital dan glaukoma
absolut. Ada tiga diagnosa keperawatan utama pada pasien glaukoma yaitu
nyeri akut, risiko cedera, dan defisit pengetahuan.

3.2 Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna,
kedepannya penulis akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang
makalah di atas dengan sumber – sumber yang lebih banyak yang tentunga
dapat di pertanggung jawabkan.

14
Daftar Pustaka

Joyce M.black, Jane Hokanson Hawks. 2008. Keperawatan Medikal Bedah


Manajemen Klinis untuk Hasil yang Siharapkan. Jakarta : CV Pentasada
Media Edukasi.

Bararh Taqqiyah, M. Jauhar. 2013. Asuhan Keperawatan : Panduan Lengkap


Menjadi Perawat Profesional. Jakarta: Prestasi Pustakarya

Istiqomah, Indrianan N. 2003. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Mata.


Jakarta: Buku Kedokteran EGC

15

Anda mungkin juga menyukai