TENTANG GLAUKOMA
Disusun oleh :
YOGYAKARTA
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kita haturkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas Rahmat dan
Karunia yang di berikan kepada kita, sehingga kelompok kami bisa menyelesaikan
makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Hal ini
karena kemampuan dan pengalaman kami yang masih ada dalam keterbatasan. Untuk
itu kami mengarapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun, demi perbaikan
dalam makalah ini yang akan datang.
Akhir kata kami sampaikan terima kasih semoga Tuhan senantiasa membimbing
segala usaha kita. Amin.
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................................1
1.3. Tujuan.........................................................................................................................2
BAB II ISI.........................................................................................................................3
2.1.1 Pengertian.................................................................................................................3
2.1.2 Etiologi.....................................................................................................................4
2.1.3 Klasifikasi.................................................................................................................4
2.1.5. Patway......................................................................................................................6
2.1.8. Komplikasi..........................................................................................................8
3.1. Kesimpulan............................................................................................................20
3.2 Saran.......................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................21
BAB 1
PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk memperolah informasi tentang penyakit Glaukoma.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk memperoleh informasi mengenai pengertian Galukoma.
b. Untuk memperoleh informasi mengenai etiologi dan patofisiologis dari
Glaukoma.
c. Untuk memperoleh informasi mengenai tanda & gejala penyakit
Galukoma.
d. Untuk memperoleh informasi mengenai penatalaksanaan penyakit
Glaukoma.
e. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan pasien dengan glaukoma.
BAB II
ISI
2.1.2 Etiologi
Salah satu penyebab utama kebutaan ireversibel di seluruh dunia,
Glaukoma dapat menyerang siapa saja, dan disebut sebagai 'pencuri penglihatan'
karena fakta tersebut asimptomatik (tidak menimbulkan gejala) pada tahap awal,
dan bahkan kerugian berikutnya penglihatan tepi dengan mudah melewati tanpa
disadari.
Setelah kerusakan telah terjadi, tidak dapat dibatalkan, itulah sebabnya
membangun kesadaran untuk mendorong orang melakukan pemeriksaan mata
rutin yang menyaring glaukoma, adalah wajib. Seberapa teratur pemeriksaan
mata ini perlu ditentukan oleh beberapa faktor termasuk usia, ras dan riwayat
keluarga dari penyakit tersebut.
Sekitar 90% glaukoma primer terjadi pada orang dengan sudut terbuka.
Oleh karena tidak ada manifestasi klinis sebagai tanda peringatan awal. Maka
pemeriksaan fisik teratur termasuk pemeriksaan tonometry dan pengkajian saraf
mata atau diskus sangat diperlukan. Penyebab utama glaukoma sudut terbuka
kronis merupakan proses degeneratif pada jaringan trabecular sehingga terjadi
penurunan aliran humor aquoius, hipertensi, penyakit kardiovaskular, diabetes
dan obesitas berhubungan dengan perkembangan kortikostiroid topikal kronis
juga dapat menghasilkan manifestasi glaukoma sudut terbuka.
Penyebab glaukoma tekanan darah atau syaraf optik rusak walaupun
tekanan intracular normal atau antara 12 dan 22 mmHg tidak diketahui.
Seseorang dengan riwayat penyakit keluarga dengan glaukoma tekanan normal,
keturunan jepang dan riwayat penyakit jantung sistemik. [ CITATION Bla20 \l
1033 ]
2.1.3 Klasifikasi
Beberapa terminologi untuk mendeskripsikan tipe glukoma :
- Glaukoma primer dan sekunder mengacu pada apakah penyakit terjadi
sendiri atau di sebabkan gangguan yang lain
- Akut dan kronis dimaksudkan onset dan durasi penyakit
- Terbuka (sudut lebar) dan tertutup (sudut sempit) digunakan untuk
mendeskripsikan lebar sudut antara iris dan kornea (Figur 65-1, A), sudut
kamera okuli anterior yang sempit secara anatomis menjadi predisposisi
untuk mengalami onset akut glaukoma sudut tertutup
A. Glaukoma Sudut Terbuka Primer
Glaukoma sudut terbuka merupakan bentuk yang paling umum,
gangguan ini merupakan gangguan multifaktorial yang sering didapatkan secara
genetik, bilateral, onset tiba-tiba, dan progresnya lambat. Tipe glaukoma ini
sering disebut sebagai “pencuri di malam hari” karena tidak ada manifestasi
klinis awal yang menjadi penanda kehilangan penglihatan. Aliran humor
aquous / cairan mata (aqueous humor) menjadi lebih lambat atau terhenti karena
obstruksi jaringan trabekular (Figur 65-1,B)
B. Glaukoma Sudut Tertutup
Suatu serangan akut glaukoma sudut tertutup padat terjadi hanya pada
satu mata pada sudut kamera okuli yang secara anatomis sempit. Serangan
terjadi karena hambatan mendadak sudut anterior karena dasar iris (Figur 65-1,
C)
2.1.4. Tanda Dan Gejala
1. Kornea suram
2. lapang pandang menurun
3. Penglihatan kabur
4. Terdapat lingkaran seperti pelangi ketika melihat ke arah cahaya terang
5. Memiliki sudut buta (blind spot)
6. Kelainan pada pupil mata, seperti ukuran pupil mata tidak sama
7. Nyeri pada mata
8. Sakit kepala
9. Mata memerah
10. Mual atau muntah
11. Penglihatan yang makin menyempit hingga akhirnya tidak dapat melihat
obyek sama sekali
2.1.5. Patway
2.1.6. Pemeriksaan Penunjang
1. Tonometri
Merupakan suatu pengukuran intraokuler yang menggunakan alat berupa
tonometer Goldman. Penilaian biasanya tergantung pad aketebalan kornea
masing maisng individu.semakin tebal kornea pasien maka tekanan
intraokuler yang dihasilkan cenderung tinggi, begitu pula sebaliknya.
Tonometer yang biasanya digunakan adalah tonometer Schiotz karena cukup
sederhana, praktis, mudah dibawa, murah, kalibrasi alat mudah dan tanpa
komponen elektrik. Penilaian tekanan intraokuler berkisar 10-21mmHg
(Kanski JJ, 1994)
2. Oftalmoskopi
Oftalmoskpi adalah jenis pemeriksaan untuk menentukan adanya kerusakan
saraf optik berdasarkan penilaian bentuk saraf optik (RS Mata Yap,2009).
Apabila terdapat peninggian TIO yang signifikan, rasio C/D yang lebih besar
dari 05 atau adanya asimetris yang bermakna antara kedua mata,
mengidentifikasikan adanya atropi glaukomatosa (Kanski JJ, 1994)
3. Gonioskopi
Gonioskopi ini merupakan pemeriksaan dengan alat yang menggunakan
lensa khusus kontak untuk melihat aliran keluarnya humor aquos. Fungsi
dari gonioskopi secara diagnostik dapat mengidentifikasi sudut abnormal
dan menilai lebar sudut kamera okuli anterior (Kanski JJ, 1994)
4. Biometri
Biometri ini digunakan untuk menentukan kondisi segmen anterior mata,
dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan apakah glaukomanya merpakan
glaukoma primer dan sekunder (Kanski JJ, 1994)
2.1.7. Penatalaksanaan medis
1. Terapi Medikamentosa
a. Supresi Pembentukan Humor Aqueus
Dalam hal ini dapat diberikan beberapa macam obat yaitu golongan
adrenergik Bloker, golongan adrenergik agonis, penghambat karbonat
anhidrase.
2. Fasilitasi Aliran Keluar Humor Aqueus
Disini obat yang digunakan ada dua yaitu parasimpatomimetik dan analog
prostaglandin
3. Penurunan Volume Vitreus
Obat yang digunakan dalam penurunan volume vitreus dapat menggunakan
obat hiperosmotik dengan cara mengubah darah menjadi hipertonik sehingga
air tertarik keluar dari vitreus.
4. Tindakan Operatif
a. Laser Iridektomi
Iridektomi ini diindikasikan pada pasien dengan glaukoma sudut
tertutup. Laser iridektomi melibatkan pembuatan satu lubang pada
bagian mata yang berwarna (iris) agar cairan mengalir secara merata
pada dengan sudut sempit.
b. Laser Trabeculoplasty
Laser trabeculoplasty merupakan suatu laser yang dilakukan hanya pada
penderita glaukoma dengan sudut terbuka. Laser ini tidak
menyembuhkan glaukoma namun sering dilakukan daripada
meningkatkan jumlah obat obat tetes mata yang berbeda. Laser ini
dilakukan untuk terapi permulaan.
c. Trabeculetomy
Trabeculetomy merupakan prosedur operasi mikro yang sulit dan
digunakan untuk merawat glaukoma. Pada operasi ini, suatu potongan
kecil dari trabecuar meshwork yang tersumbat dihilangkan untuk
menciptakan suatu pembukaan dan suatu jalan kecil penyaringan yang
baru dibuat untuk cairan keluar dari mata.
d. Viscocanalostomy
Ini adalah suatu operasi alternatif yangdigunakan untuk menrunkan
tekanan mata.
2.1.8. Komplikasi
1. Glaukoma absolut : stadium akhir dari golongan apabila tidak terkontrol atau
tidak diberikan penanganan pengobatan lebih lanjut. [ CITATION Abd201 \l 1033 ]
2. Kebutaan total : kondisi seseorang yang mengalami gangguan atau hambatan
dalam penglihatan yang gangguan tidak bisa melihat secara total atau
keseluruhan. [ CITATION wik202 \l 1033 ]
3. Neovaskularitis iris : neovaskularisasi yang terdapat pada sudut bilik mata akan
mencapai sklera spur meluas ke tracbecular mebswork. [ CITATION ind20 \l 1033 ]
3.1. Konsep asuhan Keperawatan
2.2.1. Pengkajian
a. Riwayat atau adanya faktor-faktor resiko :
1) Riwayat keluarga positif ( diyakini berhubungan dengan glaucoma
2) sudut terbuka primer )
3) Tumor mata
4) Hemoragi intraokuler
5) Inflamasi intraokuler uveiti
6) Kontusio mata dari trauma.
b. Pemeriksanan fisik berdasrkan pengkajian umum pada mata dapat
menunjukan :
1) Untuk sudut terbuka primer
Melaporkan kehilangan penglihatan perifer lambat ( melihat terowongan)
2) Untuk sudut tertutup primer :
a. Kejadian tiba-tiba dari nyeri berat pada mata sering disertai dengan sakit
kepala , mual dan muntah.
b. Keluhan -keluhan sinar halo, penglihatan kabur, dan enurunan persepsi
sinar.
c. Pupil terfiksasi secara sedang dengan sclera kemerahan karena radang
dan kornea tampak berawan.
d. Kaji pemahaman klien tentang kondisi dan respons emosional terhadap
kondisi dan rencana tindakan.
2.2.2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan persepsi sensori : penglihatan behubungan dengan gangguan
penerimaan;
b. gangguan status organ ditandai dengan kehilangan lapang pandang
c. progresif.
d. Nyeri berhubungan dengan peningkatan TIO.
e. Ansietas berhubungan dengan penurunan penglihatan aktual.
f. Resti injuri berhubungan dengan penurunan lapang pandang.
g. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan hilangnya penglihatan.
h. Ketidakmampuan dalam perawatan diri berhubungan dengan penurunan
penglihatan.
i. Isolasi sosial berhuungan dengan penurunan pandangan perifer, takut cedera
atau respons negatif lingkungan terhadap ketidakmampuan visual.
2.2.3. Perencanaan Dan Implementasi
No. Tujuan dan kriteria Rencana tindakan Rasional Ttd
hasil
1. Gangguan persepsi 1) Pasti derajat 1) mempengaruhi
sensori : penglihatan atau tipe harapan masa
b/d gangguan penglihatan depan pasien
penerimaan;gangguan
status organ ditandai
2) Dorong 2) pasien
dengan kehilangan
pasien menghadapi
lapang
mengekspres kemungkinan
pandang progresif.
ikan parasaan atau
tentang mengalami
Tujuan :
kehilangan pengalaman
Penggunaan
Penglihatan kehilangan
penglihatan yang
penglihatan
optimal
sebagian atau
3) Tunjukkan
total.
pemberian
tetes mata,
contoh
3) mengontrol
menghitung
TIO, mencegah
tetesan,
kehilangan
mengikuti
penglihatan
jadwal, tidak
lanjut
salah dosis
4) menurunkan
4) Lakukan
bahaya
untuk
keamanan
membantu
sehubungan
pasien
dengan
menangani
perubahan
keterbatasan
lapang
penglihatan,
pandang
contoh: atur
perabot,
kurangi
kekacauan, 5) menurunkan
perbaiki sinar laju produksi
suram, dan akueus humor
masalah
penglihatan
malam
5) Kolaborasi
pemberian
asetazolamid
(diamox)
2. Nyeri b/d 1) Kaji tingkat 1) Mengetahui
peningkatan TIO nyeri tingkat nyeri
untuk
Tujuan : memudahkan
2) Pantau
Nyeri hilang atau intervensi
derajat nyeri
berkurang Selanjutnya
mata setiap
30 menit
2) untuk
selama fase
mengidentifika
akut
si kemajuan
atau
3) Siapkan penyimpangan
pasien untuk dari hasil
pembedahan yang
sesuai diharapkan
peranan
3) setelah TIO
terkontrol pada
4) Pertahankan
glukoma sudut
tirah baring
terbuka,
ketat pada
pembedahan
posisi semi
harus
fowler
dilakukan
untuk secara
5) Berikan permanent
lingkungan menghilangkan
gelap dan blok pupil
terang
4) tekanan pada
mata
6) Berikan
ditingkatkan
analgesic
bila tubuh
narkotik yng datar
di resepkan
peran dan 5) stress dan sinar
evaluasi menimbulkan
keefektifanya TIO yang
mencetuskan
nyeri
6) untuk
mengontrol
nyeri, nyeri
berat
menentukan
menuver
valasava,
menimbulkan
TIO
3. Ansietas b/d 1) Kaji tingkat 1) factor ini
penurunan ansietas mempengaruhi
pengelihatan aktual. persepsi pasien
terhadap
2) Beri
Tujuan : ancaman diri
informasi
Cemas hilang atau
yang akurat
berkurang 2) menurunkan
dan jujur
ansietas
sehubungan
3) Dorong dengan
pasien untuk ketidaktahuan /
mengakui harapan
masalah dan yang akan
mengekspres dating
ikan
Perasaan
3) memberikan
kesempatan
4) Dorong untuk pasien
partisipasi menerima
keluarga atau situasi nyata
orang yang
berarti dalam 4) membantu
perawatan pasien dalam
Pasien menurunkan
kecemasan
5) Identifikasi
5) memberikan
sumber atau
keyakinan
orang yang
bahwa pasien
menolong
tidak sendiri
3) Ajarkan
individu
memantau
kemajuannya
sendiri
6. Ketidakmampuan 1) Kaji kemampuan 1) Dapat
dalam perawatan diri klien dalam mengetahui
b/d penurunan melakukan aktivitas kemampuan
penglihatan. perawatan diri. klien dan
memudahkan
Tujuan : 2) Bantu klien dalam intervensi
Meningkatkan melakukan aktivitas Selanjutnya
aktivitas perawatan perawatan diri.
diri
2) Pemenuhan
3) Libatkan keluarga
kebutuhan
dalam aktivitas
perawatan diri
perawatan diri klien.
klien.
4) Rencanakan
aktivitas dan latihan 3) Keluarga
klien. merupakan
orang terdekat
5) Berikan dorongan dalam
untuk melakukan pemenuhan
perawatan diri kebutuhan
kepada klien dan perawatan diri
klien.
4) Istirahat klien
tidak
terganggu
dengan adanya
aktivitas dan
latihan
yang
terencana.
5) Dapat
mencegah
komplikasi
imobilitas.
7. Isolasi sosial b/d 1) Jalin hubungan 1) agar klien
penurunan pandangan baik dengan klien tidak merasa
perifer, takut cedera asing
atau respons 2) Jelaskan
negatif lingkungan kondisi/gangguan 2) klien akan
terhadap yang terjadi pada menerima
ketidakmampuan matanya keadaannya.
visual.
3) Libatkan keluarga 3) membantu
Tujuan : dalam berinteraksi pasien
Mendorong dengan pasien berinterksi
sosialisasi dan dengan orang
ketrampilan koping 4) Libatkan dengan lain
kegiatan lingkungan
4) klien akan
5) Dorong pasien merasa punya
untuk menerima teman dalam
pengunjung dan lingkungan.
bersosialisasi
5) agar pasien
6) Mengetahui dapat
tingkat koping klien bersosialisasi
dan berguna dalam dengan
intervensi masyarakat
dan dapat
menerima
kondisi
penyakitnya
6) Untuk
mengetahui
sejauh mana
koping klien.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Glaukoma merupakan sekumpulan gangguan okular yang ditandai
dengan peningkatan tekanan intraokuler, atrofi saraf optik dan kehilangan lapang
pandang. Apabila glaukoma tidak segera ditatalaksana dengan benar dan tepat,
maka dpat mengakibatkan kebutaan permanen atau penglihatan yang terganggu
tidak dapat dipulihkan kembali. Klasifikasi pada glaukoma yaitu Glaukoma
primer dan sekunder mengacu pada apakah penyakit terjadi sendiri atau di
sebabkan gangguan yang lain, Akut dan kronis dimaksudkan onset dan durasi
penyakit, Terbuka (sudut lebar) dan tertutup (sudut sempit) digunakan untuk
mendeskripsikan lebar sudut antara iris dan korne.
Glaukoma memiliki fakto-faktor yaitu adanya Riwayat keluarga positif
(diyakini berhubungan dengan glaucoma sudut terbuka primer), Tumor mata,
Hemoragi intraokuler, Inflamasi intraokuler uveiti, Kontusio mata dari
trauma.Dapat disimpukan glaukoma merupakan penyakit mata yang memiliki
asuhan keperawatan penanganan masalah yang terjadi pada glaukoma.
3.2 Saran
Meningkatkan promosi kesehatan pencegahan kebutaan tentang
glaukoma kepada masyarakat maupun tenaga kesehatan. Meningkatnya
sosialisasi ini dapat memberi dampak posistif bagi klien untuk tidak terjadinya
kebutaan. Dan tetap melaksanakan upaya peningkatan faktor-faktor pendidikan
yang mengubah pendidikan karena pengaruh terhadap upaya keberhasilan
kesehatan masyarakat. Resiko pada penderita glaukoma yang terjadi pada sudut
tertutup di bandingakan sudut terbuka dan tentang penyebab klien yang
mendapatkan pengobatan, pemeriksaan penunjang dan penatalaksanaan medis
sebelumnnya sudah mengalami atau emmpunyai risiko lebih besar mengalami
kebutaan.
DAFTAR PUSTAKA
Yunivita D., Aditya M. (2016). Glaukoma Akut dengan Katarak Imatur Okuli Dekstra
et Sinistra. Jurnal Medula, 4.
Black.M Joyce., Hwks.hokanson.jane. (t.thn.). EDISI BAHASA INDONESIA (Vol. 8). Dipetik 9 30,
2020
Engram, B. (Jakarta). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah (Vol. 3). Buku Kedokteran
EGC.
GLAUKOMA: GEJALA, PENYEBAB, PERAWATAN & PENCEGAHAN. (2020, 9 30). Diambil kembali
dari https://www.essilor.co.id/vision/eye-problems/glaucoma
Loeffler, A.G., Hart. M.N. (2015). Patofisiologi Untuk Profesi Kesehatan. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.
Pajong, Y. (2019). ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. J.M. DENGAN DIAGNOSA MEDIK KANKER
USUS DI RUANG ASOKA RSUD PROF.DR.W.Z.JOHANES KUPANG. Dipetik September 8,
2020, dari http://repository.poltekeskupang.ac.id/1604/1/KTI%20%28ASKEP%20CA
%20COLON%20PADA%20Tn.J.M%29%20Yustinus%20E%20pajong-converted.pdf
PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus
Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
PPNI, T. P. (2019). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus
Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus
Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Susanty, A., Dachriyanus., Yanwirasti., Wahyuni, F, S., Fadhli, H., Aswan, P, A. (2018). Aktivitas
Sitotoksik Ekstrak Etil Asetat Daun Tampa Badak (Voacanga foetida (Bl.)K.Schum) pada
Kanker Kolon HTB-38. Sains Farmasi & Klinis, V(2), 142.
artini.widya. (n.d.). Tatalaksana glaukoma primer stadium lanjut. Retrieved 10 11, 2020, from
https://staff.ui.ac.id/system/files/users/widya.artini/publication/6_ugm_current_man
agement_-_tatalaksana_glaukoma_primer_stadium_lanjut.pdf