Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

KONLFIK ANTAR KELAS SOSIAL

Kelompok :
1. Isnaini Nur Khasanah
2. Nuryana Magfiroh
3. Zidni Nur Solihah
Kelas XI IPS 3

MA YAPPI GUBUKRUBUH
2022/2023
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang


telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan
makalah dengan judul “Konflik Antar Kelas Sosial”.
Penulisan makalah ini tentu saja tidak dapat terlepas dari bantuan banyak pihak
yang dengan tulus memberikan doa, saran, dan kritik sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.
Saya menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang saya miliki. Oleh karena
itu, saya mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahwa kritik yang
membangun dari berbagai pihak. Akhirnya, saya berharap semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan.

Playen, Februari 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i


KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Konflik Sosial ........................................................................... 2
B. Jenis Konflik Sosial .................................................................................... 2
C. Pengertian Konflik Sosial Antar Kelas ....................................................... 4
D. Contoh Konflik Antar Kelas Sosial ............................................................ 5
E. Faktor Penyebab Konflik Sosial ................................................................. 6
F. Cara Penanganan Konflik Sosial ................................................................ 7
G. Dampak Konflik Sosial ............................................................................... 8
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................. 10
B. Saran ........................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Konflik merupakan suatu tingkah laku yang dibedakan dengan emosi-
emosi tertentu yang sering dihubungkan dengannya, misal kebencian atau
permusuhan. Konflik dapat terjadi pada lingkungan yang paling kecil yaitu
individu sampai kepada lingkup yang luas.
Tipe konflik ini timbul dari proses-proses yang tidak rasional dan
emosional dari pihak-pihak yang terlibat di dalamnya. Upaya untuk memecahkan
konflik selalu timbul selama berlangsungnya kehidupan suatu kelompok, namun
terdapat perbedaan-perbedaan di dalam sifat dan intensitas konflik pada berbagai
tahap perkembangan kelompok.
Dalam setiap kelompok social selalu ada benih-benih pertentangan antara
individu dengan individu, kelompok dan kelompok, individu atau kelompok
dengan pemerintah. Pertentangan ini biasanya berbentuk non fisik. Tetapi dapat
berkembang menjadi benturan fisik, kekerasaan dan tidak berbentuk kekerasaan.
Konflik berasal dari kata kerja Latin, yaitu configure yang berarti saling memukul.
Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang
atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan
pihak lain dengan menghancurkan atau membuatnya tidak berdaya.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari konflik sosial?
2. Apa saja jenis konflik sosial?
3. Apa yang dimaksud dengan konflik sosial antarkelas?
4. Sebutkan contoh-contoh konflik sosial antarkelas!
5. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan timbulnya konflik sosial?
6. Bagaimana cara penanganan konflik sosial?
7. Apa dampak dari terjadinya konflik sosial?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Konflik Sosial


Konflik berasal dari kata kerja latin configure, yang berarti saling memukul.
Berikut ini beberapa pendapat ahli tentang pengertia konflik :
1. Berstein, menyebutkan bahwa konflik merupakan suatu pertentangan atau
perbedaan yang belum pernah dicegah, konflik mempunnyai potensi yang
memberikan pengaruh positif dan ada pula yang negative didalam interaksi
manusia.
2. Robert M. Z Lawang mengemukakan bahwa konflik adalah perjuangan untuk
memperoleh nilai, status, dan kekuasan dimana tujuan dari mereka yang
berkonflik tidak hany memperoleh keuntungan, tetapi juga untuk menundukkan
saingannya.
3. Soerjono Soekanto, konflik merupakan proses sosial dimana orang perorangan
atau kelompok manusia berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan jalan
menentang pihak lawan yang disertai dengan ancaman dan kekerasan.
Dari pengertian di atas dapat diambil kesimpulan yang dimaksud dengan
konflik sosial adalah salah satu bentuk interaksi sosial antara satu pihak dengan
pihak lain didalam masyarakat yang ditandai dengan adanya sikap saling
mengancam, menekan, hingga saling menghancurkan. Konflik sosial sesungguhnya
merupakan suatu proses bertemunya dua pihak atau lebih yang mempunnyai
kepentingan yang relative sama terhadap hal yang sifatnya terbatas.

B. Jenis Konflik Sosial


Berikut ini beberapa jenis konflik yang sering terjadi di masyarakat :
1. Berdasarkan Sifatnya
a. Konfik Destruktif merupakan konflik yang muncul karena adanya perasaan
tidak senang,  benci dan dendam dari seseorang atau kelompok terhadap
pihak lain. Contohnya: konflik peristiwa Mei 1998 (reformasi) yang
mengakibatkan banyaknya jatuh korban seperti mahasiswa trisakti.
b. Konflik Konstruktif merupakan konflik yang bersifat fungsional, konflik ini
muncul karena adanya perbedaan pendapat dari kelompok-kelompok dalam

2
menghadapi suatu permasalahan. Contohnya: konflik persaingan bisnis,
perusahaan A & B sama2 berebut pelanggan & bersaing secara sehat pada
akhirnya kedua perusahaan berusaha meningkatkan kualitas produknya agar
menarik minat pelanggan.
2. Berdasarkan Posisi Pelaku yang Berkonflik
a. Konflik vertikal merupakan konflik antarkomponen masyarakat di dalam
satu struktur yang memiliki hirearki. Contohnya: konflik antar buruh
bangunan dengan mandornya atau manager, konflik antara nelayan dengan
juragan kapal.
b. Konflik horizontal merupakan konflik yang terjadi antara individu atau
kelompok yang memiliki kedudukan yang relatif lama. Contohnya: konflik
yang terjadi antar organisasi sekolah.
c. Konflik diagonal merupakan konflik yang terjadi karena adanya
ketidakadilan alokasi sumber daya keseluruh organisasi sehingga
menimbulkan pertentangan yang ekstrim. Contohnya: konflik antara para
Pilot suatu maskapai dengan managemen karena ketidakadilan jumlah gaji
yang diterima.
3. Berdasarkan Sifat Pelaku yang Berkonflik
a. Konflik terbuka merupakan konflik yang diketahui oleh semua pihak.
Contohnya: perebutan lahan parkir oleh beberapa pemuda.
b. Konflik tertutup merupakan konflik yang hanya diketahui oleh orang-orang
atau kelompok yang terlibat konflik. Contohnya: ketidakpuasan kelompok
masyarakat minoritas terhadap hasil pemilihan kepala desa.
4. Berdasarkan Konsentrasi Aktivitas Manusia di Dalam Masyarakat
a. Konflik antarkelas sosial merupakan konflik yang terjadi akibat adanya
perbedaan kepentingan sosial dari pihak yang berkonflik. Contohnya:
konflik antar orang kaya denganorang miskin.
b. Konflik politik yang terjadi karena adanya perbedaan kepentingan yang
berkaitan dengan kekuasaan. Contohnya: pertentangan antara pihak yang
berkuasa dengan pihak oposisi, konflikantara tokoh Golkar dengan tokoh
PDI-Perjuangan, dan sebagainya. Konflik ini bila tidak segera diatasi dapat
menggangu jalanya roda pemerintahan dan proses  pembangunan.

3
c. Konflik ekonomi merupakan konflik akibat adanya perebutan sumber daya
ekonomi dari pihak yang berkonflik. Contohnya: konflik persengketaan
tanah.
d. Konflik budaya merupakan konflik yang terjadi karena adanya perbedaan
kepentingan budaya dari pihak yang berkonflik. Contohnya: konflik
Indonesia dengan Malaysia. Sumber konfliknya karena pengakuan atas
kekayaan seni dan budaya Indonesia sudah sering dilakukan Malaysia,
bahkan mungkin sudah puluhan kali. Tidak ada rasa bersalah apalagi
berdosa sedikit pun saat mengakui, bahkan mempatenkan kekayaan seni
dan budaya milik Indonesia Berbagai alasan  sesudah dikemukakan untuk
mendapatkan justifikasi dari kejahatan plagiat yang dilakukan sebagai salah
satu contoh budaya yang diklaim oleh Malaysia adalah Tari Pendet.
e. Konflik ideologi merupakan konflik akibat adanya perbedaan paham yang
diyakini oleh seseorang atau sekelompok orang. Contohnya: konflik
Ambon.
5. Berdasarkan Cara Pengelolaannya
a. Konflik interindividu merupakan tipe yang paling erat kaitannya dengan
emosi individu hingga tingkat keresahan yang paling tinggi. Contohnya:
konflik bunuh diri, dikarenakan stres atau banyak beban pikiran yang sangat
berat.
b. Konflik antarindividu merupakan konflik yang terjadi antara seseorang
dengan satu orang atau lebih, sifatnya kadang-kadang subtansi, menyangkut
perbedaan gagasan, pendapat, kepentingan, atau bersifat emosional,
menyangkut perbedaan selera, dan perasaan likel dislike (suka/tidak suka).
Contohnya: konflik perselisihan antar tetangga, konflik persaingan bisnis.
c. Konflik antarkelompok merupakan konflik yang banyak dijumpai dalam
kenyataan hidup manusia sebagai makhluk sosial, karena mereka hidup
dalam kelompok-kelompok. Contohnya: fenomena tawuran antar pelajar.

C. Pengertian Konflik Sosial Antar Kelas


Begawan Sosiologi Indonesia, Soerjono Soekanto dalam buku Sosiologi:
Suatu Pengantar (2014) menuliskan bahwa pengertian konflik sosial antarkelas
adalah konflik yang muncul karena ada perbedaan kepentingan antara kelas-kelas

4
sosial yang ada di masyarakat. Kepentingan itu dapat berupa kepentingan ekonomi,
martabat, politik, kekuasaan, dan sebagainya. Ketika ada ketimpangan dan
ketidakpuasan dari salah satu pihak atas pihak lainnya, hal itu riskan menjadi
pemantik hadirnya konflik sosial antarkelas.
Murlianto Sumardi dan Hans-Diecter Evers membagi kelas sosial menjadi
tiga jenis, sebagaimana dikutip dari buku Kemiskinan dan Kebutuhan Pokok
(1982). Kelas-kelas sosial itu terdiri dari kelas atas (upper class), kelas menengah
(middle class), dan kelas bawah (lower class). Teoretikus lainnya, misalnya Karl
Marx membaginya menjadi dua, yaitu kelas borjuis (pemilik modal) dan kelas
proletar (golongan buruh). Pertentangan yang terjadi antar kelas-kelas sosial inilah
yang dikenal sebagai konflik sosial antarkelas. Pembagian kelas sosial terwujud
dalam lapisan kelas bertingkat (hierarkis). Bentuknya terbagi dalam kelas tinggi
dan kelas rendah. Lazimnya, kelompok yang berkedudukan lebih tinggi dalam
kelas sosial memiliki kesempatan lebih untuk mengakses kekuasaan dan sumber
daya dalam masyarakat tersebut.

D. Contoh Konflik Antar Kelas Sosial


Terdapat banyak kasus konflik sosial antarkelas yang terjadi di Indonesia,
di antaranya adalah sebagai berikut.
1. Konflik Perusahaan dan Karyawan
Karyawan yang termasuk kelas proletar kadang kala merasakan
ketidakadilan ketika tenaganya diperas, namun tidak diberi upah layak. Kelas
borjuis yang memiliki modal (kapital) menduduki posisi tinggi di perusahaan
tersebut dianggap sebagai penindas para karyawan. Ketika para karyawan
tersudut dan tidak puas dengan upah yang mereka terima, terjadi penuntutan
kepada pihak perusahaan. Kadang kala, ada demo atau tuntutan keadilan agar
keinginan mereka terpenuhi. Sebagai misal, pada 2020 Serikat Pekerja
TransJakarta (SPT) menuntut pelunasan upah lembur libur nasional dan libur
pemilu yang tidak dibayarkan sepanjang 2015 hingga 2019. Konflik
TransJakarta ini berujung ke laporan polisi pada Agustus 2020.
2. Konflik Pernikahan Bangsawan dan Rakyat Jelata
Di suatu masyarakat tertentu, ada strata sosial berdasarkan keturunan.
Orang dari keturunan rakyat biasa dilarang menikah dengan orang dari

5
keturunan bangsawan. Sebagai misal, di Bali, kelas ningrat tidak boleh menikah
dengan rakyat jelata atau orang luar Bali. Kasus nyatanya adalah pernikahan
ayah dan ibu Presiden Soekarno. Ayah Presiden Soekarno adalah Raden
Sukemi Sosrodiharjo, orang Jawa yang merantau ke Bali. Ia kemudian jatuh
cinta dan ingin menikahi Ida Ayu Nyoman Rai, gadis bangsawan Bali dari
keluarga ningrat. Pada akhirnya, keduanya harus kawin lari karena konflik
antara golongan ningrat yang merasa bahwa anak mereka, Ida Ayu tidak pantas
kawin dengan orang biasa, apalagi berasal dari Jawa. Kasus konflik sosial
antarkelas ini juga diceritakan dalam banyak karya sastra, misalnya dalam
roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck (1938) karangan Buya Hamka.
Zainuddin yang berasal dari golongan rakyat biasa, apalagi dianggap orang luar
Minangkabau tidak boleh menikahi Hayati yang berasal dari keluarga terhormat
Minang.
3. Konflik Aceh: GAM versus Pemerintah RI
Konflik sosial di Aceh antara Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dan
pemerintah RI memiliki sejarah panjang. Dari perspektif GAM, ada
ketidakpuasan di bidang pembangunan di Aceh karena standar ganda
Pemerintah RI. Dampaknya berujung pada kemiskinan, tidak meratanya
fasilitas pendidikan, serta tingkat keselamatan masyarakat Aceh yang dianggap
rendah. Pada 1976, Hasan Datuk di Tiro mendirikan GAM dengan membawa
propaganda anti Jawa. Mereka dianggap pemberontak oleh Pemerintah RI dan
berupaya dibasmi. Pada 2005, tonggak konflik antara GAM dan Pemerintah RI
berakhir damai melalui Kesepakatan Helsinki yang ditandatangani di Finlandia.

E. Faktor Penyebab Konflik Sosial


1. Perbedaan Antarindividu
Perbedaan ini dapat berupa perbedaan perasaan, pendirian, atau
pendapat. Hal ini mengingat bahwa manusia adalah individu yang unik atau
istimewa, karena tidak pernah ada kesamaan yang baku antara yang satu
dengan yang lain. Perbedaan-perbedaan inilah yang dapat menjadi salah satu
penyebab terjadinya konflik sosial, sebab dalam menjalani sebuah
pola interaksi sosial, tidak mungkin seseorang akan selalu sejalan dengan
individu yang lain

6
2. Perbedaan Kebudayaan
Perbedaan kebudayaan mempengaruhi pola pemikiran dan tingkah laku
perseorangan dalam kelompok kebudayaan yang bersangkutan. Selain
perbedaan dalam tataran individual, kebudayaan dalam masing-masing
kelompok juga tidak sama. Setiap individu dibesarkan dalam lingkungan
kebudayaan yang berbeda-beda. Dalam lingkungan kelompok masyarakat yang
samapun tidak menutup kemungkinan akan terjadi perbedaan kebudayaan,
karena kebudayaan lingkungan keluarga yang membesarkannya tidak sama.
Yang jelas, dalam tataran kebudayaan ini akan terjadi perbedaan nilai dan
norma yang ada dalam lingkungan masyarakat. Ukuran yang dipakai oleh satu
kelompok atau masyarakat tidak akan sama dengan yang dipakai oleh
kelompok atau masyarakat lain. Apabila tidak terdapat rasa saling pengertian
dan menghormati perbedaan tersebut, tidak menutup kemungkinan faktor ini
akan menimbulkan terjadinya konflik sosial.
3. Perbedaan Kepentingan
Perbedaan kepentingan dapat terjadi di bidang ekonomi, politik, dan
sebagainya. Hal ini karena setiap individu memiliki kebutuhan dan kepentingan
yang berbeda dalam melihat atau mengerjakan sesuatu. Demikian pula halnya
dengan suatu kelompok tentu juga akan memiliki kebutuhan dan kepentingan
yang tidak sama dengan kelompok lain.
4. Perubahan sosial yang terlalu cepat
Perubahan ini dapat menyebabkan terjadinya disorganisasi dan
perbedaan pendirian mengenai reorganisasi dari sistem nilai yang baru.
Perubahan-perubahan yang terjadi secara cepat dan mendadak akan membuat
keguncangan proses-prosessosial di dalam masyarakat, bahkan akan terjadi
upaya penolakan terhadap semua bentuk perubahan karena dianggap
mengacaukan tatanan kehidupan masyarakat yang telah ada.

F. Cara Penanganan Konflik Sosial


Banyak cara yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan konflik sosial yang
terjadi di masyarat, berikut ini adalah beberapa cara penanganan konflik sosial :
1. Akomodasi yaitu proses penyelesaian konflik ke arah tercapainya kesepakatan
sementara yang dapat diterima kedua belah pihak yang tengah bersengketa.

7
Akomodasi juga berarti sebagai usaha manusia untuk meredakan dan
menghindari konflik dalam rangka mencapai kestabilan.
2. Negosiasi atau Kompromi yaitu upaya penyelesaian konflik yang dilakukan
oleh masing-masing pihak dengan cara memberikan dan menawarkan sesuatu
pada waktu yang bersamaan, saling memberi dan menerima, serta
meminimalkan kekurangan semua pihak yang dapat menguntungkan semua
pihak.
3. Arbritasi yaitu bentuk akomodasi yang digunakan untuk menyelesaikan konflik
dengan cara meminta bantuan pihak ketiga yang dipilih oleh kedua belah pihak
atau oleh badan yang berkedudukannya lebih tinggi dari pihak-pihak yang
bertikai. keputusan yang dibuat harus dipatuhi oleh pihak-pihak yang
berkonflik.
4. Mediasi yaitu penyelesaian konflik sosial yang dilakukan dengan cara
mendatangkan pihak ketiga yang sifatnya netral dan tidak memihak. namun,
keputusan pihak ketiga tidak mengikat pihak manapun.
5. Adjudication yaitu penyelesaian konflik melalui pengadilan.
6. Toleransi yaitu suatu bentuk akomodasi tanpa adanya persetujuan formal.
Dalam masyarakat Jawa dikenal dengan istilah 'tepa slira' atau tenggang rasa
agar hubungan sesamanya bisa saling menyadari kekurangan diri sendiri
masing-masing.
7. Statlemate yaitu suatu bentuk akomodasi dimana pihak-pihak yang bertikai
mempunyai kekuatan yang seimbang. Mereka kemudia berhenti pada suatu titik
tertentu untuk tidak melakukan pertentangan atau menghentikan konflik.

G. Dampak Konflik Sosial


Selama ini dalam pola pikir kita telah tertanam kuat bahwa konflik
melahirkan dampak negatif yang berupa kerusakan, keresahan, dan kesengsaraan.
Padahal pemikiran tersebut tidak selamanya benar. Ada beberapa konflik yang
justru melahirkan dampak positif. Berikut ini beberapa dampak positif dan dampak
negatif ang disebabkan oleh terjadinya konflik sosial
1. Dampak Positif dari Konflik Sosial
a. Bertambah kuatnya rasa solidaritas sesama anggota kelompok. Hal ini
biasanya terjadi pada konflik antarkelompok, di mana anggota masing-

8
masing kelompok karena merasa mempunyai identitas yang sama bersatu
menghadapi ancaman yang datang dari luar kelompoknya.
b. Memperjelas aspek-aspek kehidupan yang belum jelas atau belum tuntas
untuk ditelaah.
c. Memungkinkan adanya penyesuaian kembali norma-norma dan nilai-nilai,
serta hubungan-hubungan sosial dalam kelompok yang bersangkutan sesuai
dengan kebutuhan individu atau kelompok. Terjadinya konflik dapat
menumbuhkan kesadaran dalam masyarakat terhadap norma dan nilai
sosial, serta hubungan sosial tentang perlunya diterapkan beberapa aturan
yang cenderung dapat membawa ke arah yang lebih baik.
d. Merupakan jalan untuk mengurangi ketergantungan antarindividu dan
antarkelompok.
e. Dapat membantu menghidupkan kembali norma-norma lama dan
menciptakan norma-norma yang baru.
f. Dapat berfungsi sebagai sarana untuk mencapai keseimbangan antara
kekuatan-kekuatan dalam masyarakat.
g. Memunculkan sebuah kompromi baru apabila pihak yang berkonflik dalam
kekuatan yang seimbang.
2. Dampak Negatif dari Konflik Sosial
a. Hancurnya atau retaknya kesatuan kelompok. Hal ini biasanya muncul
apabila terjadi konflik di antara anggota kelompok yang sama.
b. Adanya perubahan kepribadian pada diri individu yang bersifat negatif
seperti munculnya rasa dendam dan benci.
c. Hancurnya harta benda dan jatuhnya korban manusia.
d. Munculnya dominasi kelompok pemenang atas kelompok yang kalah.
e. Keretakan hubungan antar kelompok atau individu yang bertikai.

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul.
Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang
atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan
pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya. Konflik
dilatar belakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu
interaksi. perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri fisik,
kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya.
Konflik merupakan situasi yang wajar dalam setiap masyarakat dan tidak
satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau
dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan
dengan hilangnya masyarakat itu sendiri. Dampak yang ditimbulkan akibat
terjadiya konflik tidak hanya dampak negatif tetapi ada juga dampak positif yang
ditimbulkan.
Konflik sosial antarkelas adalah salah satu kajian sosiologi yang membahas
mengenai problematika kelompok. Konflik sosial antarkelas terjadi ketika ada
pertentangan antara kelas-kelas sosial dalam suatu masyarakat. Kelas sosial adalah
golongan masyarakat yang memiliki sejumlah kekayaan atau status tertentu. Materi
dalam bentuk kekayaan merupakan salah satu tolok ukur kelas sosial. Tolok ukur
lainnya adalah status sosial, misalnya keturunan bangsawan, hingga status politik,
misalnya keluarga pemegang kekuasaan di suatu wilayah tertentu.

B. Saran
Penyebab dan faktor-faktor yang dapat menyebabkan konflik sangat
beragam oleh karena itu diperlukan benteng toleransi yang sangat besar untuk
meminimalisir perbedaan yang ada sehingga dapat mengurangi terjadinya konflik
tersebut.

10
DAFTAR PUSTAKA

https://tirto.id/contoh-konflik-antar-kelas-sosial-di-indonesia-dan-pengertiannya-glU7.
Diakses pada 25 Februari 2023

http://id.wikipedia.org/wiki/Konflik. Diakses pada 25 Februari 2023

http://bathikmadrim.pun.bz/konflik-sosial.xhtml. Diakses pada 25 Februari 2023

http://www.psychologymania.com/2012/10/pengertian-konflik-sosial.html. Diakses
pada 25 Februari 2023

http://www.siswapedia.com/faktor-faktor-penyebab-konflik-sosial/ Diakses pada 26


Februari 2023

http://kamus-oke.blogspot.com/2012/06/pengertian-konflik-sosial.html. Diakses pada


26 Februari 2023

http://www.kamubisa-io.com/2015/11/pengertian-konflik-sosial-materi-pelajaran-
sosiologi-kelas-11.html. Diakses pada 26 Februari 2023

http://www.artikelsiana.com/2015/06/konflik-pengertian-penyebab-macam-
macam.html. Diakses pada 26 Februari 2023

Anda mungkin juga menyukai