Kelas : X - 1
Absen : 11
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
berkah dan karunia – Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah PPKN
ini dengan judul Desentralisasi atau Otonomi Daerah Dalam Konteks Negara
tanpa batuan pihak lain.Untuk itu, pada kesempatan kali ini penulis ingin
langsung.
Demikian penulis berharap semoga makalah ini dapat dijadikan bahan kajian,
walaupun penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu,
kritik dan saran guna perbaikan yang bersifat membangun sangat penulis
harapkan. Akhir kata, penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat.
Penulis
1
Daftar Isi
Kata Pengantar…………………………………………………………………... 1
Daftar Isi…………………………………………………………………………. 2
Bab 1 Pendahuluan………………………………………………………………. 3
1.2 Permasalahan…………………………………………………………… 3
Bab 2 Permasalahan……………………………………………………………... 4
Bab 3 Penutup………………………………………………………………….. 15
3.1 Kesimpulan…………………………………………………………….. 15
Daftar Pustaka………………………………………………………………….. 16
2
BAB 1
PENDAHULUAN
Puji Syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa ,karena atas rahmatnya.
Karena pada kesempatan kali ini kita akan mendalami Harmonisasi pemerintah pusat
kedudukan dan peran pemerintah daerah dan memaknai hubungan struktural dan
Namun,pada kali ini saya kan lebih berfokus pada sub bab pada bab 4
1.2 Permasalahan
3
4. Apa saja Landasan Hukum yang mendasari Penerapan Otonomi Daerah?
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Desentralisasi
yang berarti lepas, dan centerum yang berarti pusat. Desentralisasi adalah sesuatu
hal yang terlepas dari pusat. Terdapat dua kelompok besar yang memberikan
wewenang dari pemerintah pusat, baik kepada para pejabat pusat yang ada di
4
administratif. Adapun Kelompok Kontinental membedakan desentralisasi
Bagian :
yang meliputi hak mengatur dan mengurus kepentingan rumah tangga sendiri
bagi badan-badan politik di daerah yang dipilih oleh rakyat dalam daerah-daerah
tertentu.
ik terikat maupun tidak pada suatu daerah tertentu, seperti mengurus irigasi bagi
petani.
ritual kebudayaan.
Pemekaran daerah
5
kepada pemerintaha daerah untuk mengurusi daerahnya sendiri yang diatur dalam
karenanya, penetapan suatu daerah menjadi daerah khusus atau daerah istimewa
Pemberian dana istimewa atau dana otonomi khusus merupakan contoh upaya
Pilkada
dengan penetapan kepala daerah yang dipilih oleh pemerintah pusat dimana
6
2.2 Otonomi Daerah dan Penerapanya
Otonomi daerah adalah kewajiban yang diberikan kepada daerah otonom untuk
7
wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan
masyarakat.
daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan
bentuk hak dan wewenang serta kewajiban dan tanggung jawab badan pemerintah
daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sesuai keadaan dan
berada pada kisaran 1,7 juta. Dengan jumlah tersebut di kota pelajar ini seseorang
8
Di kota lain berbeda jumlah lagi. Jika hal sama diterapkan di daerah lain, maka
belum tentu masyarakatnya dapat hidup dengan baik. Misalnya hal sama
diterapkan di daerah Jakarta, jumlah tersebut pasti sangatlah kurang, karena UMR
disana saja saat ini ada di angka 3,5 juta. Aturan mengenai UMR ini telah diatur
dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 01 / MEN / 1999 tentang Upah
Minimum.
Alam, dan Bahasa Indonesia. Akan tetapi, disini pemerintah pusat memberikan
apa saja yang bisa ditambahkan dalam pendidikan anak, biasanya disebut dengan
muatan lokal.
Misalnya di Jawa Tengah pasti ada tamabahan pelajaran Bahasa Jawa, di Jawa
Barat ada pelajaran Bahasa Sunda, dan lain sebagainya. Penerapan ini jelas jika
Betawi wajib untuk seluruh Indonesia. Jelas ini tidak benar. Disinilah peran
Otonomi.
3. PENGGUNAAN APBD
Adalah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. APBD satu daerah dan yang
9
lainnya bisa berbeda – beda. Tergantung kepada kebutuhan daerah setiap tahun,
keleluasaan untuk apa dana akan dialokasikan asalkan semua yang dibuat oleh
sumber daya yang ada di dalam daerah tersebut. Termasuk wisatanya, dalam
diperlukan.
untuk menaikkan taraf ekonomi mereka. Selain itu, dengan adanya kunjungan
wsata dari orang di berbagai daerah, juga akan membuat UMKM yang berfokus
5. PENENTUAN RETRIBUSI
Sering kali tarif retribusi ketika memasuki daerah wisata, parkir, dan yang
lainnya antar satu daerah dan yang lainnya ditemukan berbeda – beda. Membayar
parkir di kota Solo hanya cukup 2000 rupiah, sedangkan di Bandung sudah
dihitung perjam. Perbedaan ini bukan bersumber dari kemauan juru parkir, tetapi
peraturan daerah yang telah ditetapkan oleh pemerintah daerah atas wewenang
10
dari pusat.
daerah masing-masing. Hal ini merupakan kesempatan yang sangat baik bagi
yang diberdayakan dengan cara memberikan daerah kewenangan yang lebih luas,
lebih nyata, dan bertanggung jawab terutama dalam mengatur, memanfaatkan dan
atau tidaknya suatu daerah sangat ditentukan oleh kemampuan dan kemauan
11
untuk melaksanakan pemerintahan daerah. Pemerintah daerah bebas berkreasi
12
Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah.
daerah di Indonesia.
enheidstaat), yang berarti kedaulatan yang melekat pada rakyat, bangsa, dan
b. Nilai Dasar Desentralisasi Teritorial, yang bersumber dari isi dan jiwa Pasal 18
Dengan demikian, titik berat pelaksanaan otonomi daerah adalah pada daerah
13
kedaerahan sehingga risiko gerakan separatisme dan peluang berkembangnya
daerahnya.
Dalam pelaksanaan otonomi daerah, prinsip otonomi daerah yang dianut adalah
a. Nyata, otonomi secara nyata diperlukan sesuai dengan situasi dan kondisi
obyektif di daerah.
c. Dinamis, otonomi menjadi sarana dan dorongan untuk lebih baik dan maju.
2. Prinsip Riil dan Tanggung Jawab Pemberian otonomi kepada daerah harus
14
untuk kreatif dalam membangun daerahnya.
kesatuan bangsa.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk
demokrasi politik melalui parti politik dan DPRD. Dengan adanya otonomi
15
Daftar Pustaka
1.https://www.maxmanroe.com/vid/umum/pengertian-otonomi-
daerah.html
2. https://thegorbalsla.com/otonomi-daerah/
3. http://sosiologis.com/desentralisasi
4. https://bsd.pendidikan.id/data/2013/kelas_10sma/siswa/Kelas_10_
SMA_Pendidikan_Pancasila_&_Kewarganegaraan_Siswa_2016.pdf
16