Anda di halaman 1dari 15

TUGAS

MAKA
Budaya Melayu Riau
“Fungsi Alam Dalam Budaya Melayu Di Riau “

Disusun Oleh : Kelompok 1


Kelas : X IPS 4

1. Regina Wulandari
2. Rini Situmeang
3. Nayla Chandrayani
4. Ray Ifsani
5. Rizky Kurniawan
6. Johannes Butar-butar

SMA NEGERI 2 TUALANG


TA. 2021/2022

Page | 1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima
kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan
baik pikiran maupun materinya. Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat
menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh
lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Bagi kami
sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini
karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah
ini.

Tuaalang, Oktober  2021

Penyusun

Page | 2
DAFTAR ISI
HALAMAN COVER ............................................................................................ 1

KATA PENGANTAR ........................................................................................... 2

DAFTAR ISI .......................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang................................................................................... 4

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 4

1.3 Tujuan Penelitian................................................................................ 4

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Ruang Hidup Sesama Makhluk (Lebenstraum)....................... 5


2.2 Hubungan Manusia Dan Alam Dalam Budaya Melayu Di RIAU.... 6
2.2.1 Kearifan Loka Menjaga Hutan dan Lahan ............................ 6

2.3 Bentuk-bentuk Kearifan Lokal Melayu Riau Dalam Pemanfaatan

Alam.................................................................................................. 7

2.4 Teknik Berladang Masyarakat Melayu Riau.................................... 9

BAB III PNUTUP

3.1 Kesimpulan........................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 15

Page | 3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Pesatnya pembangunan pada dasarwasa terakhir dihadapkan pada munculnya
berbagai isu ingkungan sebagai akibat adanya benturan dan konflik kepentingan antara
ketersediaan Sumber Daya Alam yang semakin terbatas dengan jumah populasi yang
menggunakan dan mengeksplorasinya. Masalah ingkungan hidup dapat muncul karena
adanya pemanfaatan Sumber Daya Alam dan lingkungan yang berebihan sehingga
meningkatkan berbagai tekanan terhadap lingkungan hidup. Berbagai benturan dan konflik
kepentingan ini menimbulkan berbagai beban di lingkungan yang akan berakibat kerusakan
seperti pencemaran air, pencemaran tanah, pencemaran udara, krisis keanekaragaman hayati,
kerusakan hutan, kekeringan dan krisis air bersih, banjir, lumpur, pemanasan goba dan lain-
lain. Dalam setiap daerah tentunya memiliki kearifan dan aturan tersendiri dalam
pemanfaatan alam yang ada, daam budaya melayu yang ada di Riau tentunya kearifan lokal
dan adab dalam memanfaatkan alam sangat diperhatikan. Tidak hanya itu saja dalam
kehidupan bermasyarakat di lingkungan juga terdapat adab dalam berbahasa khususnya
berbahasa Melayu.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Adapun rumusan masalah pada pembahasan makalah ini adalah, sebagai berikut :
1. Bagaimana fungsi alam dalam budaya Melayu di Riau?
2. Bagaimana hubungan manusia dan alam dalam budaya Melayu di Riau?

1.3 TUJUAN MASALAH


Adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui fungsi alam dalam budaya Melayu di Riau
2. Untuk mengetahui hubungan manusia dan alam dalam budaya Melayu di Riau.

Page | 4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Ruang Hidup Sesama Makhuk (Labensraum)


Prinsip berkeanjutan yang mengintegrasikan aspek ekologi, ekonomi dan sosial
budaya di berbagai sektor pembangunan baik di pusat maupun di daerah penerapannya belum
optimal. Biaya lingkungan belum dihitung secara komprehensif ke dalam biaya produksi
sistem insentif juga belum berjalan bagi pemasaran produk yang akrab lingkungan (produk
hijau). Peningkatan ekonomi masyarakat serta penegakan supremasi hukum lingkungan
menjadi hal penting dan mendorong fungsi kontrol masyarakat dalam pengelolaan
lingkungan hidup.
1. Kondisi Geografis Provinsi Riau
Pada dasarnya, kondisi alam memiiki peranan penting dalam membentuk suatu
kebudayaan manusia. Luas wilayah Provinsi Riau meski telah berkurang menjadi
101.000 km2, wilayah Riau ini masih tergolong relatif luas dan sebagian besar hingga
95,79% terdiri atas perairan.
Pada umumnya kondisi alam yang dihuni oleh masyarakat Melayu Riau secara
administrasi berada di dalam wilayah provinsi Riau terbagi menjadi dua, yaitu :
a. Daerah Riau Daratan
b. Daerah Riau Kepulauan
2. Sistem Kemasyarakatan dalam Ruang Hidup Melayu Riau
Sistem Kemasyarakatan dalam Ruang Hidup Melayu Riau, yaitu sebagi berikut :
a. Pimpinan dalam kesatuan hidup setempat
b. Hubungan sosial dalam kesatuan hidup setempat
c. Stratifikasi Sosial dan Perubahnnya
3. Tugas dan Fungsi dari Struktur Kemasyarakatan dalam Kebudayaan Melayu Riau
Beberapa tugas dan fungsi struktur kemasyarakatn masyarakat Melayu di beberapa
daerah Riau sebagai berikut :
a. Kampar (Kenegrian)
b. Kuantan dan Singigi (Negeri Puluh Kurang Osu )
c. Siak (Kesultanan Siak Sri Inderapura)

Page | 5
2.2 Hubungan Manusia Dan Alam Dalam Budaya Melayu Di RIAU
Hubungan manusia Melayu itu dengan alam disebut interaktif dialogis atau  hubungan
dialog dengan alam. Orang melayu membaca lingkungan alamnya itu, membaca alam sekitar
kemudian mengekplorasinya , menjelajahinya, menelisiknya serta  mengakrabinya kemudian
alam sekitar diposisikan sebagai subjek bukan objek. “Sebagai sosok kawan berbagi, suatu
budaya yang bersifat ekologikal determinisme.
Kebudayaan Melayu mengkespresikan hubungan lingkungan itu dalam dua sikap.
Pertama ada yang dinamakan kepatuhan referensial, kebudayaan Melayu itu dalam satu pola
bergerak mengikuti gerak ekologis. Dalam hal itu, dicontohkannya, ada sejumlah bentuk
ekspresi budaya itu menampilkan penerimaan alam semesta sebagaimana adanya, ditafsirkan
dalam semangat kepatuhan yang dihidangkan dalam berbagai upacara ritual seperti semah
laut, tolak bala dan lain-lain. “Ritual-ritual seperti itu salah satu contoh yang menunjukkan
kepatuhan referensial manusia kepada gerak alam sekitarnya.
Inilah kita sebut alam terkembang menjadi guru. Alam berfungsi sebagai guru.
Berbagi pengalaman atau dialog itu tadi. Kreasi-kreasi dan ekpresi budaya bersumber dari
nilai-nilai yang dibentuk melalui keakraban dengan alam itu. Misalnya, ada ekspresi budaya
yang memperlihatkan hubungan harmonis manusia dan komuntias Melayu itu dengan
lingkungannya. Jadi, antara manusia dengan alam itu berbagi berkah, Jadi, ekologi alam
sekitar dan ekspresi budaya serta nilai-nilainya jika dianalogikan ibarat hubungan sarang dan
burung, antara tanah dan tumbuh-tumbuhan, air dan ikan, adanya penyatuan

2.2.1 Keraifan Lokal Menjaga Hutan dan Lahan


Dinamika kebudayaan Melayu itu di mana lingkungan ruang hidup itu mempengaruhi
kebudayaan Melayu yang berarti, berkembang atau terhambatnya perkembangan budaya
Melayu itu bergantung kepada lngkungan baik lingkungan fisik, lingkungan biologis, flora,
fauna dan lingkungan sosial.
Makanya banyak sekali tunjuk ajar, petuah tetua dahulu terkait dengan larangan anak
cucu untuk merusak hutan, tahu mana hutan yang boleh ditebang, mana yang kawasan
larangan. Pedoman-pedoman tentang penggunaan hutan ditetapkan dengan teliti. Tentang
menebang pohon diuraikan apa yang boleh ditebang, seberapa banyak, dan apa yang pantang
ditebang.

Page | 6
Tebang tidak merusakkan Kalau menebang berhingga-hingga
Tebang tidak membinasakan Tengoklah kayu di rimba
Tebang tidak menghabiskan Ada yang besar ada yang kecil
Tebang menutup aib malu Ada yang lurus ada yang bengkok
Tebang membuat rumah tangga Ada yang berpilin memanjat kawan
Membuat balai dengan istana Ada yang dihimpit oleh kayu lain
Membuat madrasah dengan alatnya. Ada yang licin ada yang berbongkol
Tentang pantangan dalam menebang Ada yang tegak ada yang condong
dikatakan:
Pantang menebang kayu tunggal Ada yang hidup ada yang mati
Pantang menebang kayu berbunga Ada yang berduri ada yang tidak
Pantang menebang kayu berbuah Ada yang bergetah ada yang tidak
Pantang menebang kayu seminai Ada yang berbuah ada yang tidak
Pantang menebang induk gaharu Beragam-ragam kayu di rimba
Pantang menebang induk kemenyan Beragam pula hidup manusia
Pantang menebang induk damar

2.3 Bentuk - bentuk Kearifan Lokal Melayu RIAU Dalam Pemanfaatan Alam
Budaya Melayu dengan sangat tegas dan jelas menata ruang. Tata ruang dalam
budaya Melayu itu jelas. Pembagian ruang menurut orang melayu :
1. Tanah kampung, yaitu berarti tempat rumah tegak berjajar, tempat masyarakat dan
membuat perkampungan dan negerinya. Ungkapan adat mengatakan :
Yang disebut tanah kampung Di situ anak dipinak
Tempat koto didirikan Disitu helat dengan jamu
Tempat rumah ditegakkan Yang disebut tanah kampung
Rumah besar berumah kecil Tempat berkampung orang ramai
Rumah berpagar puding puding Tempat berkumpul sanak saudara
Rumah elok berhalaman luas Tempat berhimpun dagang lalu
Di sana rumah dicacak Tempat berundi bermufakat
Di sana darah tertumpah Tempat beradat berpusaka
Di sana adat ditegakkan Tempat gelanggang didirikan
Di sana lembaga didirikan Yang disebut tanah kampung
Di situ ico pakaian dikekalkan Berkeliling tanah dusunnya
Di situ pendam pekuburan Berkeliling tanah ladangnya
Page | 7
Di situ rumah diatur Berkeliling rimba larangannya
Di situ pusaka turun Tanah bertentu pemakaiannya
Di situ tuan naik Tanah bertentu letak gunanya
Di situ harta bersalinan

2. Tanah dusun, yaitu tanah yang diperuntukkan bagi kebun tanaman keras, yang
nantinya dicadangkan pula untuk perluasan atau penambahan area perkampungan.
Ungkapan adat mengatakan :
Kampung ada dusunnya Mempelam bersabung buah
Dusun tua dan dusun muda Buah pauh bertindih tangkai
Tempat tumbuh tanaman keras Buah rambai masak berayun
Apalah tanda tanah dusun Buah durian masak bergantung
Jalin berjalin batang pinang Buah cempedak berlumut batang
Menghitam masaknya manggis Buah macang mematah dahan
Memutih bunga buah keras

3. Tanah Peladangan, yaitu tanah yang disediakan sebagai tempat berladang. Menurut
adat dalam kawasan itulah mereka berladang berpindah-pindah tetapi sangat dilarang
berpindah keluar dari areal yang disediakan. Dalam ungkapan adat dikatakan ‘ walau
ladang berpindah-pindah, pindahnya ke situ juga”, maksudnya , setiap tahun
masyarakat melakukan ladang berpindah tetapi dalam sirkulasi 5-10 tahun mereka
kembali lagi ke belukar lama (tempat berladang sebelumnya).
Ungkapan adat mengatakan :
Apalah tanda tanah peladangan Beralih tidak melanggaradat
Rimbanya sudah disukat Beralih tidak merusak lembaga
Belukarnya sudah dijangka Tidak beralih membuka rimba
Rimba tumbuh dari belukar Tidak beralih ke tanah dusun
Belukar kecil belukar tua Walau beralih ke sana juga
Bukan rimba kepungan sialang Beralih menyusuk belukar tua
Bukan pula rimpa simpanan Beralih menyesap belukar muda
apa tanda tanah peladangan Apalah tanda tanah peladangan
Tempat berladang orang banyak Tempat berladang berbanjar-banjar
Berladang menurut adatnya Bukan berladang pencil memencil
Setahun sedikitnya Bukan berladang bersuka hati
Page | 8
Tiga tahun naik panjatnya Bukan pula menurutkan selera
Cukup musim awak beralih Berladang menurut undang adatnya
Beralih ke belukar tua Yang disebut adat berladang

Karena berladang merupakan mata pencaharian pokok masyarakat melayu petalangan


mereka mengatur tata cara berladang dengan sebaik dan secermat mungkin yang disebut
adat berladang.

4. Rimba larangan, Menurut adat yang disebut rimba larangan ialah rimba yang tidak
boleh dirusak, wajib dipelihara dengan sebaik mungkin pelestariannya. Rimba larangan
ini terdiri dari dua jenis , yakni rimba kepungan sialang dan rimba simpanan. Rimba
kepungan sialang ialah rimba tempat pohon sialang tumbuh ( yakni pohon rimba tempat
lebah bersarang), ungkapan adat mengatakan :
Apa tanda kepungan sialang
Tempat sialang rampak dahan
Tempat lebah meletakkan sarang
Rimba dijaga dan dipelihara
Rimba tak boleh ditebas tebang
Bila ditebas dimakan adat
Bila ditebang dimakan undang

2.4 Teknik Berladang Masyarakat Melayu Riau

Tanaman adalah bagian dari lingkungan yang bisa dimanfaatkan untuk memenuhi
kebutuhan kehidupan manusia. Pertanian di Melayu Riau ini merupakan pertanian dengan
sistem ladang dan usaha perkebunan karet rakyat. Pada umumnya masyarakat Melayu Riau
menggunakan sistem berladang kasar yaitu cara berladang dengan cara menebang hutan
kemudian dibakar, dibersihkan lalu ditanami tanaman tua atau muda. Bercocok dengan cara
seperti ini melalui tahapan-tahapan berikut.

1. Ngawah
Ngawah adalah cara pertama kali dilakukan dalam artian mengaku bulan mulai
menebas ladang pertanian, misalnya pada hari-hari yang baikdalam bilangan bulan masehi,
satu atau dua hari dalam bulan tersebut untuk upacra adat ngawah ini yang perlu disiapkan
yaitu :

Page | 9
a. Sirih Sekapur
b. Rokok Daun
c. Tembakau Jawa
d. Nasi Sekapalp
e. Paku Sebatang

Kemudian diletakkan pada tanah yang akan menjadi ladang pertanian maka
barulah kita mulai menebas, berarti adat ini sama halnya kita meminta permisi pada penghuni
hutan tersebut. Dan jika adat ini tidak dilakukan maka hasil ladang kita akan lebih buruk.
Setelah melakukan adat ngawah biasanya yangsilakukan adalah menebas tempat perladangan
dengan cara balale. Balale adalah suatu cara yang dilakukan secara beramai-ramai dan
bergiliran atau saling bergotong-royong.

2. Nebang
Apabila kita sudah selesai menebas barulah memulai penebangan pohon-pohon
besar yang ada dilahan tersebut dan dipotong-potong dahan atau rantingnya supaya mudah di
makan api sampai hangus apabila dibakar. Setelah kayu-kayu tersebut kering maka perlu
dibakar dahulu, agar kayu-kayu itu akan menjadi abu atau arang sehingga menjadi pupuk
padi. Sebelum membakar dibuatlah adat bubur abang, adpun bahan-bahan tersebut adalah :

a. Beras
b. Gula merah, garam
c. Sirih sekapur
d. Rokok daun
e. Daun pisang

Dan selanjutnya dibikin menjadi seperti kotak lalu dipasang keempat penjuru
ladang. Setelah upacara adat bubur abang seslesai maka yang harus dilakukan adalah
memumpun, memumpun adalah mengumpulkan potongan-potongan kayu yang tidak habis
dibakar oleh api, pelaksanaannya cukup lama sampai makan waktu satu sampai dua minggu,
ketika sedang memumpun ini, biasa kita pergunakan untuk menanam sayuran-sayuran dll.

3. Morok
Morok adalah salah satu upacara yang dilakukan setelah selesai memumpun atau
membakar ulang barulah kita menaburkan benih atau menugalnya. Sebelum melaksankan
acara menugal di buat adat pemorokan terlebih dahulu adapun paraga adatnya adalah :

Page | 10
a. Benih Padi
b. Sirih Sekapur
c. Nasi Kuning
d. Panggang Ayam

Dengan cara membuat patok segi empat dengan ukuran 1x 1 meter dengan dibuat
patok-patok kecil dari akyu setelah itu lobang dengan ukuran yang sama 10 Cm kemudian
setiap patok ditugalkan, kemudian dibuatlah api unggun yang di taburi gula sehingga harum
keciumannya dan kemudian dibacakan doa rasul untuk meminta kepada tuhan semoga padi
tumbuh dengan baik, hidup subur dan mendapat hasil yang banyak kemudian barulah
meneruskan penugalan.
Setelah melakukan adat pemorokan barulah menuggal dilaksanakan dan ini
memakai tenaga yang benyak sekali sekitar dua puluh sampai tiga puluh orang dengan
memakan waktu sehari sampai dua hari. Waktu menugal membawa benih yang cukup
banyak sekali enam sampai tujuh gantang, tergantung pada luasnya lahan, jika bekerja
bergotong royong mereka membawa bakal sendiri-sendiri. Apabila tidak secara bergotong-
royong/balale, yang menyiapkan makanan adalah tuan ladang. Tuan ladang menyiapkan
seperti kue untuk sarapan pagi, minum dan nasi lauk pauknya apabila kira-kira sudah jam
tiga sore di siapkan snack berupa bubur atau kue yang lain. Anggota pembenih dan
penugalnya harus seimbang.

4. Melao
Setelah lebih kurang satu bulan umur padi, kita sudah boleh untuk memulai
perumputan yang ada disekeliling tanaman padi tersebut, agar padi tumbuh denga subur.
Setelah umur padi satu setengah bulan itu barulah juga dilaksankannya merumput dicelah-
celah dan disekitar pohon padi tersebut dengan memakan waktu skurang-kurangnya dua
sampai tiga minggu agar padi tumbuhnya semakin baik. Setelah itu menyesek, menyesek
adalah merumput untuk yang ketiga kalinya supaya buah padi jernih, tidak banyak gabah
yang kosong dan inipun tergantung pada iklim. Apabila padi sedang murai datang musim
kemarau maka padi itu kurang baik buahnya. Dan jika musim ada hujan ada panas padi akan
baik hasilnya.

Page | 11
5. Memangku Bulan
Apa bila padi sudah mulai menguning atau masak maka kita boleh mengaku
bulan. Menganku bulan adalah mematah atau memetik rumpun padi yang terbaik buahnya
dari yang lain. Ini kita menyiapkan : 1( Sirih Sekapur, 2) Nasi Kuning,3) Panggang Ayam.
Dan juga disiapkan tali untuk mengikat rumpunpadi tersebut, dan kemudian dibacakan Doa
Rasul yaitu memohon pada tuhan semoga hasil tersebut melimpah ruah, kemudian dipilih
sebanyak tujuh tangkai dan dibungkus dengan kain untuk dibawa pulang dan nasi kuning,
panggang ayam itu boleh di makan bersama keluarga dan sebagian diberikan bagi orang
memanen padi tersebut.
Bergotong royong atau balale masih rutinitas dilakukan masyarakat Melayu Darit
terutama juga dalam hal mengetam padi yang sudah si dipanen. Sebelum berangkat menuju
ladang atau tempatpengetaman. Sebelum berangkat menuju ladang atau tempat pengetaman
padi terlebih dahulu sarapan pagi, yang dimaksud perut kita kenyang dan cepat juga mengisi
tempat yang kita bawa, tuan ladang memasukan setangkai padinya kemasing-masing orang
yang akan mengetam. Setelah itu barulah rombongan mengetam sendiri untuk mengisi tempat
yang dibawa, cara pengetaman padi kita harus keliling memutari perladangan itu dan
menghadap pada mata hari terbit.

6. Meres Padi
Setelah pengetaman padi selesai, barulah rombongan membawa padi pulang
kerumah tuan ladang, dan serta membawa alat-alat seperti engge,kebudang atau rampun yang
atasnya disambung dengan tikar. Padi yang sudah di panen tadi dikumpulkan dan siap untuk
di irit dengan beramai-ramai sehingga tanggal dari tangkainya, kemudian padi tersebut diayak
oleh kaum wanitanya. Meruman adalah pekerjaan yang dilaksankan setelah padi diirit dari
tangkai-tangkainya, itu juga dilakukan oleh perempuan dengan menggunakan alat nyiru yang
terbuat dari bambu.

7. Menjemur ke Langko
Langko adalah tempat penyimpanan padi, pada langko itulah padi di jemur dan
dikeringkan selama sebulan atau dua bulan. Untuk meyimpan padi dilangko padi tersebut
diberi sirih sekapur, besi sebatang sebgai pengkeras. Kemudian padi yang pertama di ambil
untuk di jadikan beras setelah di jemur bisa ditumbuk atau digiling.

Page | 12
8. Syukuran
Setelah nasi dimasak diadakan acara mawai atau matik ( nasi baru ) dan kemudian
dibacakanlah doa selamat memohon syukur kepada Tuhan bahwa rezeki yang di berikan
berasal dari Dia kemudian dibagikan kepada tetangga-tetangga terdekat untuk mencicipi nasi
baru hasil ladang itu tadi.

9. Nyimpan Padi
Setelah padi kering semuanya di bawa kerumah dan disimpan. Waktu untuk
menyimpan di ber lagi besi sebatang untuk pangkaras. Sebelum mengeluarkan padi kita harus
membuat adat dengan membuat nasi kuning ,penggang ayam, maksudnya supaya padi yang
dikeluarkan ada berkatnya, dan kata mohon kepada Tuhan agar padi tersebut cukup untuk
kita menggunakannya, kemudian waktu kita mengeluarkan padi kita harus makan dahulu
supaya perut kita kenyang dan menurut hakekatnya supaya padi tersebut tidak cepat habis.
Bagi hasil panennya yang memuaskan diwajibkan untuk membayar zakat menurut Hukum
Islam. 

Page | 13
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Alam sangat berfungsi dalam tatanan kehidupan bermasyarakat Melayu di
Riau, khususnya dalam bidang pertanian seperti berladang yang telah diatur dalam
susunan adat dan tradisi yang ada di Riau itu sendiri.
2. Kebudayaan Melayu mengekpresikan hubungan lingkungan itu dalam
kepatuhan referensial, yaitu kebudayaan Melayu itu dalam satu pola bergerak
mengikuti gerak ekologis. Pembagian ruang menurut orang Melayu di antaranya
adalah Tanah Kampung, Tanah Dusun, dan Tanah Peradangan.

Page | 14
DAFTAR PUSTAKA

Effendi Tenas dan Mashuri. 2018. Budaya Melayu Riau untuk SMA/SMK/MA Kelas x.
Pekanbaru : PT. Inti Prima Aksara
https://mediaindonesia.com/humaniora/431439/contoh-kata-pengantar-untuk-tugas-makalah-
karya-ilmiah-dan-laporan

Page | 15

Anda mungkin juga menyukai