Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

KONSERVASI SUMBER DAYA HUTAN


“Kearifan Lokal Sumber Daya Alam Hayati”

Oleh :
RAHMA INDAH MAYANG SARI
L13120106

JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas “Makalah
Konservasi Sumber Daya Hutan” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari pembuatan laporan ini adalah untuk memenuhi tugas pada
mata kuliah konservasu sumber daya Hutan. Selain itu,makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan dikehidupan sehari-hari bagi para pembaca dan juga
bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Kartika Megawati, S. Hut., M.


Sc selaku Dosen yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni ini.

Terimakasih atas bantuannya sehingga sehingga saya dapat menyelesaikan


tugas ini. Kami menyadari, bahwa laporan yang saya buat ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun kami butuhkan
demi kesempurnaan makalah ini.

Palu,26 april 2022

Penyusun

Rahma Indah
Mayang Sari

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Tujuan................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
2.1 Pemanenan Hasil Hutan : Satu Pemikiran.........................................................3
2.2 Dampak Dari Pemanenan Hasil Hutan..............................................................4
BAB III STUDI KASUS........................................................................................8
BAB IV PENUTUP..............................................................................................10
4.1 Kesimpulan......................................................................................................10
DAFTAR PUTASKA...........................................................................................11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kondisi lingkungan Indonesia menghasilkan keanekaragaman ekosistem
beserta sumber daya alam, melahirkan manusia Indonesia yang berkaitan erat
dengan kondisi alam dalam melakukan berbagai aktivitas untuk menunjung
kelangsungan hidupnya. Manusia Indonesia menaggapi alam sebagai guru
pemberi petunjuk gaya hidup masyarakat, yang terlahir dalam bentuk
kebiasaan alami yang dituangkan menjadi adat kehidupan yang berorientasi
pada sikap alam terkembang menjadi guru (Salim, 2006).
Kearifan lokal merupakan warisan nenek moyang kita dalam tata nilai
kehidupan yang menyatu dalam bentuk religi, budaya dan adat istiadat. Dalam
perkembangannya masyarakat melakukan adaptasi terhadap lingkungannya
dengan mengembangkan suatu kearifan yang berwujud pengetahuan atau ide,
peralatan, dipadu dengan norma adat, nilai budaya, aktivitas mengelola
lingkungan guna mencukupi kebutuhan hidupnya (Suhartini, 2009)
Jika melihat evolusi hubungan manusia dengan alam di masa lampau telah
terbentuk suatu hubungan yang harmonis yang disebut pan cosmism dimana
manusia berusaha untuk hidup selaras dengan alam (Hadi, 2009). Dalam
pandangan manusia pada masa itu, alam itu besar dan sakral karena itu harus
dipelihara sehingga tidak terjadi kerusakan alam dan berakibat negatif bagi
manusia itu sendiri. Dalam merealisasikan gagasan itu manusia menciptakan
pamali-pamali atau etika bagaimana bertindak dan bertingkah laku terhadap
alam. Hampir sebagian besar etnis di Negara ini memiliki aturan-aturan
dimaksud yang disebut sebagai kearifan lingkungan (Suhartini, 2009).
Masyarakat lokal yang hidup seimbang berdampingan dengan alam
memiliki pengetahuan yang diwariskan turun-temurun tentang bagaimana
memenuhi

21
kebutuhan hidup tanpa merusak alam. Hal ini didukung oleh pendapat Nygrin (1999)
dalam Shohibuddin “a local community who lives in ecological balance with nature,
is regarded as an environmental expert and the keeper of the wisdom of an equitable
and sustainable traditional resources management system”
Kearifan tradisional yang bersifat lokal sesuai dengan daerahnya masing-
masing merupakan salah satu warisan budaya yang ada di masyarakat dan secara
turun-temurun dilaksanakan oleh kelompok masyarakat bersangkutan. Lampe
(2009), menjelaskan bahwa dari sisi lingkungan hidup keberadaan kearifan lokal
tradisional sangat menguntungkan karena secara langsung ataupun tidak langsung
dalam memelihara lingkungan serta mencegah terjadinya kerusakan lingkungan.

1.2 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut
1. Menganalisis persepsi masyarakat terhadap kearifan lokal sasi kelapa di desa
Ngilngof Kecamatan Kei Kecil Kabupaten Maluku Tenggara.
2. Menganalisa perilaku masyarakat dalam pelaksanaan sasi kelapa sebagai salah
satu bentuk kearifan lokal oleh masyarakat adat Kei di desa Ngilngof Kei
Kecil Kabupaten Maluku Tenggara.
3. Mengkaji dampak pelaksanaan sasi kelapa terhadap lingkungan ekologis,
sosial, dan ekonomi masyarakat di desa Ngillngof Kei Kecil Kabupaten
Maluku Tenggara.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kearivan Lokal


Kearifan lokal merupakan warisan nenek moyang kita dalam tata nilai
kehidupan yang menyatu dalam bentuk religi, budaya dan adat istiadat. Dalam
perkembangannya masyarakat melakukan adaptasi terhadap lingkungannya
dengan mengembangkan suatu kearifan yang berwujud pengetahuan atau ide,
peralatan, dipadu dengan norma adat, nilai budaya, aktivitas mengelola
lingkungan guna mencukupi kebutuhan hidupnya (Suhartini, 2009)
Kearifan tradisional yang bersifat lokal sesuai dengan daerahnya masing-
masing merupakan salah satu warisan budaya yang ada di masyarakat dan secara
turun-temurun dilaksanakan oleh kelompok masyarakat bersangkutan. Lampe
(2009), menjelaskan bahwa dari sisi lingkungan hidup keberadaan kearifan lokal
tradisional sangat menguntungkan karena secara langsung ataupun tidak langsung
dalam memelihara lingkungan serta mencegah terjadinya kerusakan lingkungan.
Banyak kearifan lokal yang sampai saat ini terus menjadi panutan
masyarakat antara lain di Jawa seperti pranoto mongso, nyabuk gunung yang
menyarankan daerah pertanian ditanami tanaman untuk mencegah erosi dan
membuat sengkedan mengikuti garis contour (Hadi, 2009). Menganggap Suatu
Tempat Keramat); di Sulawesi (dalam bentuk larangan, ajakan, sanksi) dan di
Badui dalam bentuk buyut dan pikukuh serta dasa sila).
Kearifan lokal - kearifan lokal tersebut ikut berperan dalam pengelolaan
sumberdaya alam dan lingkungannya (Suhartini, 2009). Tradisi subak di Bali yang
menyalurkan air untuk pertanian, kearifan lokal zoning di Papua dan karuhan di
tanah Sunda yang mengatur pengelolaan lahan hutan dan air kearifan lokal lubuk
larangan yang digunakan untuk melestarikan wilayah sungai, danau dan waduk
dalam batas tertentu, pakem wetu alam yang mengatur tata guna lahan dan pola
tanam pada masyarakat Lombok Tengah. Semuanya merupakan kearifan lokal
yang merupakan kekayaan budaya yang tumbuh dan berkembang dalam
masyarakat, mampu mempertebal kepaduan sisial warga masyarakat dan secara
empiris mampu mencegah terjadinya kerusakan lingkungan. Namun dengan

3
berjalannya waktu tradisi-tradisi tersebut saat ini sudah mulai pudar sebagai
akibat penetrasi budaya modern yang sulit dihindarkan (Siswadi, 2010).

2.2 Hasil dan Pembahasan

4
5
BAB IV
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
Hutan adalah suatu hamparan lapangan tumbuhan pohon-pohon yang secara
keseluruhan merupakan Tuan hidup alam hayati beserta alam lingkungan dan
yang ditetapkan oleh pemerintah sebagai hutan. Hutan sangat berperan dalam
kehidupan.
Hutan akan bernilai tinggi bila mempunyai jumlah produksi yang dihasilkan
oleh hutan itu tinggi dan mutu hasil kayu juga tinggi serta tegangan sisa yang
ditimbulkan bernilai tinggi pula.
Namun di sisi lain, penerapan pemanenan modern menimbulkan dampak
negatif terhadap ekologi hutan titik penggunaan alat-alat berat dalam kegiatan
pemanenan kayu menyebabkan kerusakan teakan tinggal, keterbukaan tanah,
pemadatan tanah, penggusuran lapisan tanah dan erosi tanah hutan ( Thaib, 1985;
Dulsalam et al. 1989; Sianturi et al., 1984; Idris, 1996; Suhartana, 2003).

6
DAFTAR PUSTAKA

Conway S. 1982. Timber Cutting Practices. Principle of Timber Harvesting


Revised. New York (US): Miller Freeman Publication, Inc.
Mujetahid A. 2010. Analisis biaya penebangan pada Hutan Jati Rakyat di
Kabupatn Bone.Perennial. 6(2) : 108-115
Nugroho B. 1995. Perencanaan Pemanenan Kayu. Bogor (ID): Fakultas
Kehutanan IPB
Suhartana S. 2006. Effisiensi penggunaan chainsaw pada kegiatan penebangan:
Studi kasusdi PT. Surya Hutani Jaya, Kalimantan Timur. Jurnal Penelitian
Hasil Hutan. 24(1):
Yuniawati. 2007. Penggunaan jumlah chainsaw yang tepat dan efisien pada
penebangan: Studi kasus di satu perusahaan hutan di Kalimantan
Timur. Jurnal Rimba Kalimantan. 12(1):62-66.

http://forpro.org/index.php/detail/783/pemanenan-hasil-hutan-suatu-pemikiran

Thaib, 1985; Dulsalam et al. 1989; Sianturi et al., 1984; Idris, 1996; Suhartana,
2003.

Anda mungkin juga menyukai