Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

“DALAM MENDIRIKAN PROVINSI RIAU”

D
I
S
U
S
U
N
Oleh :
Nama : 1. Andre Burju 9. Mhd. Ali
2. Anita Purba 10. Novita Damayani
3. Bendri Lumbangaol 11. Rido Priyanto
4. Dhea Nur Aisyah 12. Rindi Natali Sitopu
5. Dian Gustami 13. Reynaldi
6. Ifan Syahputra 14. Saradela
7. Jou Bichtar 15. Sri Wahyuni
8. Lasronika 16. Trisia Sari Dewi
Kelas : XII MIPA 4
Guru Pembimbing : Ibu Rini Hastuti
Tim penyusun : 1. Ngetik /buat makalah : Novita
2. Kata pengantar : Jou, Rido dan Andre
3. Pendahuluan : Mhd. Ali dan Dian
4. Daftar isi : Reynaldi, Trisia ,dan Ifan
5. Nge Print : Ifan
6. Rumusan masalah : Bendri, Sri Wahyuni ,Novi
7. Pembahasan : Lasronika, Saradela, Rindi, Dhea ,Anita, Sri
Wahyuni.
8. Kesimpulan dan saran : Novita dan Bendri

TAHUN AJARAN 2021 / 2022


SMA N 1 PINGGIR
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Allah yang mahakuasa dan dengan
karunia-Nya kami bisa menyelesaikan tugas yang telah diberikan oleh Ibu
pembimbing yang berjudul “ Mendirikan Provinsi Riau “ tepat pada waktunya.
Sholawat dan salam selalu tercurahkan kepada Baginda besar Nabi
Muhammad SAW. Yang berlafadzkan Allahuma Sholi a’la sayyidina Muhammad
wa a’la ali sayyidina Muhammad.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada sumber yang
telah memberikan informasi yang sangat membantu kami dalam
menyelesaikan rangkuman tugas makalah ini .
Makalah yang kami buat ini jauh dari kata sempurna ,dengan keterbatasan
waktu yang sangat singkat dan kemampuan kami yang sesungguhnya ,maka
kami berharap makalah yang kami buat dapat membangun dan mendukung.
Kami juga berharap semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat untuk
mata pelajaran selanjutnya.

Muara Basung ,13 November 2021

XII MIPA 4
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................iii
1.1 Latar Belakang.........................................................I
1.2 Rumusan Masalah..................................................II
1.3 Tujuan....................................................................III

BAB II PEMBAHASAN.........................................................iv
2.1 Sejarah Pembentukan / Berdirinya Provinsi
Riau ...............................................................................I
2.2 Tokoh-tokoh Yang Berperan Penting Dalam
Mendirikan Provinsi
Riau...............................................................................II
2.3 Adakah Pihak Yang Bertentangan Dalam
Mendirikan Provinsi
Riau................................................................................III
BAB III PENUTUP..................................................................v
3.1 Kesimpulan................................................................I
3.2 Saran.........................................................................II
3.3 Daftar Pustaka........................................................III
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Asal Muasal Nama Riau

Riau adalah salah satu provinsi di Indonesia yang terletak pada bagian
pulau Sumatra. Riau merupakan salah satu provinsi terbesar di pulau
Sumatra yang bercirikhas dengan budaya melayu. Secara etimologi ,kata
Riau berasal dari bahasa Portugis, yaitu “Rio” yang artinya sungai.

Ada tiga versi cerita yang dipercaya sebagai asal mula nama Riau.
Menurut penuturan sastrawan Hasan Junus, versi pertama berasal dari
toponomi Riau yang memiliki banyak sungai. Orang-orang Portugis pun
sering menyebutnya dengan kata rio yang berarti sungai. Versi kedua
adalah sebutan “riahi“ dari tokoh Sinbad Al-Bahar untuk suatu tempat di
Pulau Bintan. Sementara itu, versi ketiga menyatakan bahwa Riau
berasal dari kata “rioh atau riuh“ yang artinya hiruk pikuk atau ramai
orang bekerja. Konon kabarnya, pengucapan kata Riau berasal dari
masyarakat setempat. Hal tersebut bermula dari pendirian negeri baru
di Sungai Carang sebagai pusat kerajaan. Hulu sungai tersebut kemudian
diberi nama Ulu Riau.

Daerah Riau merupakan daerah yang sangat strategis, karena daerah


ini terletak di jalur perdagangan internasional selat malaka dan berada di
segitiga Pertumbuhan ekonomi negara yaitu Indonesia, Malaysia, dan
Thailand. Riau merupakan penggabungan dari beberapa kerajaan
melayu yang Pernah berjaya di wilayah ini,yaitu kerajaan Indragiri(1658-
1838), kerajaan siak Sri Indrapura (1723-1858), kerajaan Pelalawan
(1530-1879),dan kerajaan Riau Lingga(1824-1913).

Pembangunan provinsi Riau telah di susun melalui undang-undang


darurat No.19 Tahun 1957 dan di tandatangani oleh presiden Soekarno
di Bali ,adapun isinya yakni menjadikan kepresidenan Riau sebagai
sebuah provinsi yang terpisah dengan Sumatra tengah, serta
menjadikan tanjung pinang sebagai ibu kota provinsi Riau. Kemudian di
sahkan menjadi undang-undang No.61 tahun 1958. Provinsi Riau
memiliki luas wilayah sebesar 87.024 km2, dengan jumlah penduduk
provinsi Riau berdasarkan BADAN PUSAT STATISTIKA (BPS) provinsi Riau
pada tahun 2010 sebesar 5.543.031 jiwa.Riau memiliki kekayaan
sumber daya yang melimpah ,baik yang tersimpan di perut bumi, berupa
minyak bumi ,gas, serta emas, maupun hasil hutan serta perkebunannya.
Riau saat ini merupakan provinsi terkaya di Indonesia dari kekayaan
alamnya.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana sejarah pembentukan atau berdiri nya Provinsi Riau?


2. Siapakah tokoh-tokoh yang berperan penting dalam mendirikan
Provinsi Riau?
3. Apakah ada pihak yang bertentangan atau menentang saat
mendirikan Provinsi Riau?

1.3 Tujuan

1. Supaya kita mengetahui bagaimana sejarah pembentukan atau


berdirinya Provinsi Riau
2. Mengetahui siapa saja yang berperan penting dalam mendirikan
Provinsi Riau
3. Mengetahui lebih dalam apakah ada pihak yang menentang dalam
mendirikan Provinsi Riau.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Terbentuknya Provinsi Riau

Riau merupakan salah satu provinsi terbesar di Indonesia jauh


sebelum Kepulauan Riau berpisah menjadi provinsi sendiri pada saat itu.
Ya, sebelumnya, Riau dan Kepulauan Riau adalah satu provinsi. Negeri
melayu ini sungguhlah luas, bermula dari ranah Kampar, Kuantan hingga
terus ke utara, lingga, penyengat,johor, hingga Natuna. sesuai dengan
ungkapan adat berikut ini :

Lurus adat sambung lembaga


Melebah luas ranak samudera

Ukuran negeri Utara - Selatan


Ranah Kuantan hinga Natuna

Riuh menyeluruh Siak-Indragiri


Rokan Kampar berbaur umbi

Adat dan syara' bersanding jati


Pinang sebatang tuah negeri

Pasca kemerdekaan di Indonesia, masih terdiri dari beberapa


provinsi. Seperti provinsi Sumatera yang dibagi menjadi Sumatera
bahagian Utara, Sumatera Bahagian Tengah, dan Sumatera Bahagian
Selatan. Di Jawa, ada provinsi DKI Jakarta, Provinsi Jawa Barat, Provinsi
Jawa Tengah, Jawa Timur, selebihnya Sulawesi (celebes), Kalimantan
(Borneo), Nusa Tenggara, dan Irian-Maluku (Indonesia Timur). RIAU
sendiri saat itu tergabung dalam Provinsi Sumatera Bagian Tengah
bersama Sumatera Barat dan Jambi. Bagaimanakah cerita sejarah
hingga sampai terbentuknya sebuah provinsi Riau ini ? Dan siapakah
pahlawan dan tokoh yang begitu cerdas dan berani memperjuangkan
Riau menjadi sebuah provinsi sendiri , merdeka dari otoriternya
Sumatera tengah sehingga manfaat daripada kemerdekaan berdiri nya
provinsi ini dapat kita rasakan dengan lajunya pembangunan.
Bapak (Alm) H. Wan Ghalib bersama beberapa tokoh lainnya
menjadi tokoh sentral dalam perjuangan pembentukan Provinsi Riau.
Bapak (Alm) H. Wan Ghalib mendedahkan kronologis perjuangan
sejarah, dengan membuka lembaran ingatannya. Menurut mantan Ketua
Penghubung di Jakarta dalam perjuangan Provinsi Riau ini, awalnya
keinginan untuk menjadikan residen Riau sebagai sebuah provinsi,
dilatarbelakangi untuk sebuah keadilan bagi masyarakat Riau. Karena
memang Provinsi Sumatera Tengah yang memiliki tiga Residen yaitu
Jambi, Riau, dan Sumbar. Karena pusat pemerintahan terdapat di
Residen Sumatera Barat, Riau memang tidak terlalu terperhatikan oleh
pemerintah provinsi. Karena karakteristik daerah yang berbeda,
sehingga pemahaman visi dari masing-masing residen tidak bisa bersatu.
Ditambah lagi ada kesan pihak pemegang kekuasaan di Sumatera
Tengah selalu memaksakan diri setiap kebijakan yang diambilnya. Ide
pendirian provinsi awalnya hanya ada tingkat elit dan tokoh masyarakat
Riau. Namun saat itu pihak Provinsi Sumatera Tengah tidak mau
memberikan apa yang diinginkan Riau, sehingga muncullah intimidasi
upaya penghalangan, ungkap Wan Ghalib.
Adanya tekanan tersebut perjuangan Riau untuk menjadi provinsi
semakin kuat, bahkan masyarakat empat Kabupaten yaitu Bengkalis,
Kepri, Indragiri, dan Kampar telah membulatkan tekad untuk sama-sama
berjuang membentuk Provinsi Riau. Keinginan tersebut dimulai dengan
membentuk provinsi sudah digaungkan melalui pembentukan Panitia
Persiapan Provinsi Riau (PPPR) pada rapat Panitia Persiapan Provinsi
Riau, 2-6 Desember 1955. PPPR dipimpin oleh H Abdul Hamid Yahya dan
HM Amin sebagai wakil ketua serta T Kamarulzaman sebagai sekretaris.
Sejumlah nama seperti Zaini Kunin, Ridwan Taher dan H Abdullah Hasan
juga masuk dalam anggota PPPR. PPPR yang beranggotakan 60 orang
dalam beberapa kali rapatnya, berkesimpulan bahwa untuk mewujudkan
terbentuknya Provinsi Riau diperlukan adanya Kongres Rakyat Riau.
Tujuan digelarnya kongres ini berlandaskan pada pelaksanaan azas
demokrasi sebagai dasar pemerintahan desentralisasi. Berbagai upaya
dilakukan untuk mewujudkan keinginan pembentukan Provinsi Riau.
Salah satunya adalah digelarnya Kongres Pemuda Riau pada 17 Oktober
1954 di Pekanbaru. Pembentukan Provinsi Sumatera Tengah yang
dibentuk dengan UU Nomor 10/1948 dan UU Nomor 22/1948 yang
terdiri dari Riau, Jambi dan Sumatera Barat memiliki corak dan ragam
yang berlainan. Masing-masing daerah memiliki kondisi alam dan
kebudayaan yang berbeda.
Keinginan membentuk Provinsi Riau juga didasari pada keinginan
untuk mewujudkan otonomi seluas-luasnya. Tanpa membentuk provinsi
sendiri, otonomi luas yang didengung-dengungkan pemerintah pusat
dinilai sulit untuk dilaksanakan. Kebulatan tekad rakyat Riau untuk
membentuk provinsi sendiri lahir melalui Kongres Rakyat Riau (KRR) ke-1
yang berlangsung di Pekanbaru, 31 Januari hingga 2 Februari 1956.
Kongres Rakyat Riau I merupakan langkah besar yang melandasi
terbentuknya Provinsi Riau. Kongres ini dihadiri 277 perwakilan dari
empat kabupaten, yaitu Indragiri, Kepulauan Riau, Kampar dan
Bengkalis. Selain utusan dari kabupaten, kongres ini juga dihadiri
peninjau yang jumlahnya mencapai 700 orang. Dari kongres inilah
kebulatan tekad untuk membentuk Provinsi Riau terlahirkan. Seluruh
masyarakat Pekanbaru dan Riau umumnya bersatu, bahkan warga sudah
menyiapkan rumahnya untuk menampung para peserta kongres. Karena
memang Pekanbaru dulunya belum ada apa-apanya, jangankan hotel,
tempat pelaksanaan kongres saja dilaksanakan di gedung Kaum Wanita
Islam ujar Wan Ghalib.
Kongres Rakyat Riau tersebut meskipun tidak mendapat restu, tapi
Gubernur Sumatera Tengah Ruslan Mulyohardjo turut serta hadir.
Seluruh bupati juga hadir seperti Bupati Kabupaten Bengkalis BA
Mochtar, Bupati Indragiri Abdul Rachman, Bupati Kampar Ali Loeis dan
Bupati Kepulauan Riau Rakanaljan. Riau yang kala itu memiliki penduduk
750.000 jiwa dinilai telah layak menjadi provinsi sendiri. Riau akan
berkembang jika rakyatnya memiliki inisiatif dan aktif. Namun, jika
rakyat di provinsi ini hanya pasif, maka daerah ini akan sulit
berkembang. Usulan membagi Provinsi Sumatera Tengah menjadi tiga
provinsi juga dilandasi pada kondisi daerah masing-masing. Rakyat Riau
banyak bergantung kepada sektor perikanan dan kelautan. Sedangkan
Sumatera Barat lebih banyak bergantung kepada sektor pertanian.
Pembentukan Provinsi Riau, berpisah dari Provinsi Sumatera Tengah
sudah menjadi sebuah ikrar mati bagi seluruh masyarakat Riau. Sehingga
perjuangan untuk mewujudkan hal itu mendapat dukungan luas dari
masyarakat. KONGRES Rakyat Riau (KRR I) yang dilaksanakan selama tiga
hari, benar-benar menggambarkan sebuah perjuangan yang merata.
Semua elemen, baik tokoh, politisi, dan masyarakat larut dalam sebuah
euforia perjuangan yang padu. Tak heran, dalam KRR I itu, tidak ada
perbedaan pendapat yang berujung perpecahan. Perjuangan
sebelumnya masih bersifat berkelompok, namun karena tekad sudah
kuat, maka seluruh kelompok masyarakat tersebut sudah mulai
melakukan rapat-rapat untuk menyatukan dan menyamakan persepsi
perjuangan pembentukan Riau, ujar Wan Ghalib. Kongres tersebut
berakhir 2 Februari 1956, dan berhasil melahirkan beberapa keputusan
penting. Keputusan itu meliputi, pertama, menuntut supaya daerah Riau
yang meliputi Kabupaten Kampar, Indragiri, Bengkalis dan Kepulauan
Riau dijadikan daerah otonom setingkat provinsi. Kedua, memberikan
definisi mengenai apa yang dimaksud dengan Rakyat Riau. Selanjutnya
kongres juga menghasilkan beberapa keputusan yang intinya, bahwa
pemerintah harus mempercepat seluruh proses keinginan dari 750.000
jiwa masyarakat Riau tersebut. Perjuangan setelah KRR I berakhir tidak
hanya dipusatkan di Pekanbaru, bahkan sampai ke tingkat pusat. Dengan
tujuan agar pihak pemerintah pusat bisa langsung mengetahui keinginan
masyarakat Riau tersebut. Untuk melaksanakan tujuan tersebut, kongres
menugaskan PPPR untuk mengirimkan resolusi kepada pemerintah dan
DPR. Kongres juga menugaskan PPPR untuk menyelenggarakan dan
melaksanakan segala pekerjaan guna mencapai tujuan tuntutan tersebut
kata Wan Ghalib kembali.
Amanat yang dihasilkan dari KRR I menjadi tugas berat bagi Panitia
Persiapan Provinsi Riau (PPPR) yang berpusat di Pekanbaru dan Badan
Penghubung yang berpusat di Jakarta. Badan Penghubung yang dipimpin oleh
Wan Ghalib menjadi ujung tombak bagi perjuangan pembentukan Provinsi
Riau. Badan Penghubung bertugas menjalankan tugas-tugas dari PPPR. Badan
Penghubung juga diberikan kewenangan mengambil inisiatif demi kelancaran
perjuangan sepanjang tidak menyimpang dari kesepakatan Kongres Rakyat
Riau. Anggota Badan Penghubung awalnya terdiri dari Wan Ghalib (Ketua), A
Djalil (sekretaris) dan anggota yang terdiri dari M Sabir, Ali Rasahan, Azhar
Husni, T Arief, Dt Bendaro Sati, Nahar Efendi dan Kamarudin R. Setelah
dilakukan perombakan anggotanya berubah menjadi Wan Ghalib (Ketua), A
Djalil M (sekretaris) dan anggota terdiri dari T Arief, DM Yanur, Kamaruddin
AH, Hasan Ahmad, A Manaf Hadi, Azhar Husni dan Hasan Basri. Perjuangan
pembentukan provinsi juga dilakukan melalui parlemen. Terdapat satu putra
terbaik Riau yang duduk di parlemen pada waktu itu adalah Marifat Mardjani
dari unsur partai. Dalam setiap kesempatan Marifat Mardjani selalu
menyuarakan tuntutan pembentukan Provinsi Riau di parlemen. Putra asal
Kuansing ini merupakan seorang tokoh yang sangat konsen dalam menuntut ke
pemerintah pusat agar Riau menjadi provinsi. Bahkan dalam berbagai
kesempatan, ia mencoba melakukan lobi-lobi politik kepada anggota DPR
lainnya. Dengan gaung yang dilakukan oleh almarhum Marifat Mardjani
tersebut, tentang keinginan membentuk provinsi sendiri berpisah dari provinsi
induk, membuat pemerintah pusat sedikit memperhatikan keinginan ini.
Keinginan yang besar tersebut tidak mampu dibendung pihak mana pun,
sehingga beberapa waktu, usai pelaksanaan Kongres Rakyat Riau I tersebut,
Pemerintah Provinsi Sumatera Tengah mulai melunak dan tidak mampu untuk
membendungnya, kata Wan lagi.
Kabar gembira bagi rakyat Riau akhirnya tersiar ketika Presiden Soekarno,
akhirnya menandatangani Undang-Undang Darurat Nomor 19 tahun 1957
tanggal 9 Agustus 1957 di Bali. Undang-undang ini menyatakan pembentukan
daerah-daerah tingkat I, yaitu Sumatera Barat, Jambi dan Riau. Hingga saat ini
Tanggal 9 Agustus di peringati sebagai Hari Jadinya Provinsi Riau. Kabar
lahirnya undang-undang ini diterima langsung oleh Ketua Badan Penghubung
Wan Ghalib beserta Wakil Ketua DM Yanur dari Menteri Dalam Negeri Sanusi
Hardjadinata. Menteri mengatakan bahwa undang-undang ini akan
diundangkan dalam lembaran negara oleh Menteri Kehakiman GA Maengkom
pada tanggal 10 Agustus 1957.
  Dengan lahirnya undang-undang ini, maka dengan sendirinya Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) Nomor 4 tahun 1950 yang
menggabungkan Sumatera Barat, Jambi dan Riau dalam wadah pemerintahan
Sumatera Tengah dinyatakan batal. Setelah mengirim berita ke Tanjung
pinang, kembali Badan Penghubung mengirim rilis ke seluruh surat kabar yang
ada di ibukota tentang keputusan Riau menjadi provinsi terpisah dari Provinsi
Sumatera Tengah. Beberapa elemen masyarakat Riau di Jakarta seperti Ikatan
Warga Riau, Ikatan Pelajar Riau, dan Badan Penghubung sendiri sepakat untuk
menyiarkan informasi ini secara besar-besaran atas kelahiran Provinsi Riau.
Setelah adanya keputusan ini selanjutnya dipersiapkanlah penyambutan untuk
menyambut Provinsi Riau dengan mengadakan malam syukuran dan malam
syukuran ini diberi nama ‘’Malam Riau’’. Dibentuklah suatu panitia pelaksana
yang diketuai DM Yanu. Pada ‘’Malam Riau’’ ini akan ditampilkan kesenian
daerah Riau. Dan tamu yang diundang termasuk beberapa menteri seperti
Menteri Agraria, Menteri Urusan antara Daerah, Sri Sultan Siak, dan Mendagri.
  Pada ‘’Malam Riau’’ inilah awal mula tampilnya lagu Lancang Kuning yang
menjadi lagu daerah Provinsi Riau sampai saat ini. Penetapan Riau menjadi
provinsi juga disambut gembira hampir di seluruh pelosok negeri Riau.
Masyarakat dengan caranya masing-masing melakukan perayaan dengan
penuh kebahagiaan. Keputusan penetapan UU pada tanggal 9 Agustus 1957
tersebut menjadi hari paling bersejarah bagi seluruh masyarakat Riau.
Keputusan tersebut merupakan keputusan yang terbaik demi untuk membawa
masyarakat Riau ke arah yang lebih baik.
Pembentukkan Provinsi Riau lepas dari Provinsi Sumatera Tengah
mendapat tantangan dari penguasa waktu itu. Jika ada saja masyarakat yang
berbicara tentang Provinsi Riau bersiap-siaplah akan dibawa ke camp penjara
di daerah Situjuh. Pada masa itu sangat banyak aktivis Riau yang diantar dan
dibuang ke camp Situjuh tersebut. Jika sudah masuk dan diantar ke camp
jawabannya pasti mati, tidak ada yang selamat jika sudah berada di dalam
camp tersebut.  Saya termasuk tokoh yang paling dicari untuk dimasukkan ke
dalam camp Situjuh tersebut.
Orang-orang Riau yang menjadi camat, bupati maupun gubernur mereka
ganti dengan orang-orang mereka yang berasal dari luar Riau. Saat itu, orang
Riau tidak menjadi tuan rumah di rumahnya sendiri, semuanya dikuasai oleh
orang lain. Sebagai daerah yang memiliki kekayaan alam yang juga sebagai
penopang pembangunan Sumatera Tengah, di Riau malah tidak ada sekolah
sama sekali. Sementara ibukota Sumatera Tengah sana, di semua kecamatan
berdiri sekolah-sekolah mulai dari jenjang Sekolah Dasar (SD) sampai dengan
Sekolah Menengah Atas (SMA). Mereka bangun sekolah dan berbagai sarana
infrastruktur lainnya di ibukota Sumatera Tengah dengan kekayaan negeri Riau
ini. Jika terus seperti ini, Riau tidak akan maju-maju. Selagi Riau masih di
bawah Provinsi Sumatera Tengah orang Riau tidak akan hidup berkembang,
selagi masih bernaung di bawah Provinsi Sumatera Tengah orang Riau tidak
bisa hidup di kampungnya sendiri. Tindakan penguasa saat itu sangat melukai
hati rakyat, karenanya mulailah muncul perlawanan-perlawanan dan diwacana
pembentukan Provinsi Riau.
Setiap hari di media massa harus ada berita tentang keinginan
pembentukkan Provinsi Riau, ujarnya. Hampir 2,5 tahun perjuangan untuk
memisahkan diri dari Provinsi Sumatera Tengah mulai menemui titik terang
setelah diberlakukan UU darurat tanggal 9 Agustus tahun 1957. Di dalam UU
darurat tanggal 9 Agustus tahun 1957. Di dalam UU tersebut dinyatakan bahwa
Provinsi Sumatera Tengah dipecah menjadi tiga provinsi masing-masing
Provinsi Sumbar, Riau dan Jambi. Namun Dewan Banteng tidak setuju. Dewan
Banteng selanjutnya membentuk gubernur muda Riau yang dipegang oleh
Syamsu Nurdin yang kemudian dilanjutkan dengan pembentukkan DPR. Upaya
lobi ke Mendagri yang saat itu Sanusi Hardja terus dilakukan dan kami katakan
sebaiknya pembentukkan Provinsi Riau jangan lewat dari tanggal 31 Agustus
karena pada tanggal tersebut Malaysia akan merdeka, karenanya
dikhawatirkan akan ada gerakan-gerakan untuk bergabung dengan Malaysia.
Isu akan ada gerakan untuk bergabung dengan Malaysia itu memang sengaja
kami sampaikan agar pembentukkan Provinsi Riau itu bisa terwujud segera dan
Alhamdulillah pada akhirnya keinginan itu terwujud dan sampai saat ini Riau
menjadi salah satu Provinsi terkemuka di Indonesia. Setelah resmi menjadi
Provinsi Riau, maka selanjutnya dilantiklah Gubernur Riau yang pertama MR
SM Amin pada tanggal 3 Maret 1958. Setelah terbentuk pun masih banyak
kerja yang harus diselesaikan terutama sekali menumpas para anggota Dewan
Banteng yang masih enggan mengakui Provinsi Riau. Hingga saat ini, kisah
penzaliman terhadap Provinsi Riau masih berlanjut, ketidakadilan birokrasi di
pemerintahan pusat pada masa orde baru terutama dalam keadilan
pemerataan pembangunan, keadilan pembagian DBH migas, infrastruktur,
kelistrikan, dan lain-lain dikarenakan regulasi masih dipegang sesuai dengan
kebijakan pusat hingga pasca reformasi menghantarkan Riau menuju sebuah
wacana khusus yaitu otonomi khusus Provinsi Riau.

2.2 Tokoh-tokoh Yang Berperan Penting Dalam Mendirikan Provinsi


Riau.
Untuk itu, melihat latar belakang sejarah perjuangan para tokoh ini,
tentunya tidak mungkin diragukan lagi pengabdiannya. Mereka ini telah
menunjukkan contoh dan teladan berjuang tanpa pamrih dan balas jasa.
Adapun 12 tokoh Riau yang diberi penghargaan pada HUT Riau ke 62 adalah:
1. Kapten Mansyurdin
2. Tengku Buang Asmara Gelar Sultan Abdul Jail Muzarfaesyah
3.Mahmud Marzuki
4.Ismail Suko
5 Syech Abdul Wahab Rokan
6. HM Wasmad Rads
7. Lamtarodi bergelar datuk sinaro nan putih
8. H Endoet Gani
9. Wan Idris Bin Abdul Kasim
10. Raja Abdul Rachman
11. Kolonel Himron Saheman
12. H Tengku Said Jaafar

2.3Apakah ada Pihak yang bertentangan saat Mendirikan Provinsi Riau.


Sepertinya tidak ada yang menentang dalam mendirikan provinsi Riau.
Namun ada beberapa pemerintah yang ikut campur tangan.
Dalam pelaksanaan Pemerintahan Daerah Riau nampak adanya campur
angan pemerintah pusat dalam penentuan kepala daerah di Indonesia secara
umum, dan Riau khususnya. Hal ini bukan saja tentang monopolistik terhadap
kuasa tetapi juga terjadi penguasaan terhadap ekonomi daerah Riau. Sehingga
monopolistik kekuasaan ini juga berpengaruh terhadap sosial, ekonomi dan
budaya di dalam masyarakat di daerah Riau. Bahkan berujung kepada
penolakan yang menyebabkan konflik terhadap respons kepemimpinan kepala
daerah dalam masyarakat di daerah Riau.
Perjuangan masyarakat Riau untuk keluar dari Sumatera Tengah, seiring
dengan gerakan daerah menentang pemerintahan pusat yang dikenal dengan
wan Benteng. Perjuangan pembentukan Provinsi Riau juga tidak terlepas dari
tindakan Dewan Benteng pada tanggal 7 Januari 1957 yang memutuskan untuk
memberikan ekonomi daerah Tingkat I untuk Provinsi Riau. Pada tanggal 6
September 1957 Dewan Benteng meresmikan pembentukan di Sumatera
Tengah. Tindakan Dewan Benteng yang memproklami memproklamirkan RI
membuat pemerintahan segera mengambil langkah untuk menghentikan
pemberontakan daerah tersebut dan memutuskan untuk segera
merealisasikan UU Darurat No.19 Tahun 1957, dengan tujuan mecah kekuatan
PRRI keberadaan Provinsi Riau yang baru. Beberapa kalangan masyarakat Riau
membuat perhitungan putra daerah yang layak menjadi gubernur.
Pilihan jatuh kepada Sis Tjakradiningrat. Oleh karena itu Wan Ghalib
mengusulkan Sis Tjakradiningrat sebagai Gubernur Riau kepada Ketua
Penghubung Pembentukan Provinsi Riau. Usulan untuk mengangkat Sis
Tjakradiningrat, ternyata diterima oleh Menteri Dalam Negeri Sanusi
Hardjadinata. Tetapi yang jadi masalah Presiden tidak menghendakinya
menjadi Gubernur Riau. Pada akhirnya pilihan jatuh kepada Mr. S.M. Amin.
Dengan demikian terlihat dominasi kekuasaan pemerintahan saat pertama
terhadap pemerintahan daerah Riau pasca berpisah dari Sumatera.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Riau merupakan salah
satu provinsi terbesar di pulau Sumatra yang bercirikhas dengan budaya
melayu. Dalam proses Mendirikan Provinsi Riau tidaklah mudah. Banyak aspek-
aspek yang mempengaruhi dalam berdiri nya Provinsi Riau. Banyak
penderitaan yang dirasakan oleh masyarakat Riau. Juga setelah berdiri nya pun
masih ada campur tangan dari beberapa pemerintahan. Dan yang terakhir
setiap tanggal 09 Agustus selalu diperingati hari jadi nya Provinsi Riau.

3.2 Saran
Saran nya yaitu dengan lebih mengembangkan budaya-budaya dan ciri khas
yang ada di Provinsi Riau. Dengan begitu maka Provinsi Riau lebih makin maju
lagi apalagi dengan memperkenalkan budaya yang ada di Riau ke orang luar
( orang asing ). Makin mengembangkan tradisi-tradisi yang ada. Dan tidak lupa
selalu menghormati serta menghargai pahlawan-pahlawan atau tokoh-tokoh
yang telah memperjuangkan dari awal sampai akhir berdirinya Provinsi Riau.

3.3 Daftar Pustaka


Adapun sumber-sumber yang kami ambil dari internet agar bisa selesai
tugas yang telah diberikan oleh guru pembimbing yaitu :

https://www.cakaplah.com/berita/baca/41479/2019/08/09/ini-nama-12-
tokoh-perjuangan-riau-yang-dianugerahi-penghargaan#sthash.Bu7bHOkl.dpbs

https://kesbangpol.riau.go.id/media.php?p=detail_artikel&id=223

Itulah sumber-sumber yang kami ambil dari internet. Dengan adanya


sumber tersebut, kami pun berterima kasih akhirnya tugas kelompok kami bisa
selesai dengan waktu yang tepat.

Anda mungkin juga menyukai