Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH KASUS PPOK/COPD

Nama Kelompok :
1. Anastasya Santika Dewi / 201911005
2. Devita Oktavia Putri Sanusi / 201811058
3. Magdalena Novi Yuliana / 201911026
4. Rosinta / 201911036
5. Yohana Oktaviani / 201911048

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANTI RAPIH YOGYAKARTA


TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulilah, Puji Tuhan, kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha


Esa, karena atas rahmat serta berkat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas makalah yang berjudul “Keperawatan Medikal Bedah Kasus PPOK/COPD”
dengan baik.
Walaupun masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, namun
kami berharap agar makalah ini dapat dipergunakan dan dimanfaatkan dengan
baik oleh semua kalangan.
Dalam melaksanakan makalah ini banyak pihak yang terlibat dan
membantu sehingga dapat menjadi satu makalah yang dapat dibaca dan
dimanfaatkan.
Akhirnya kritik dan saran yang membangun sangat saya harapkan. Akhir
kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami khususnya dan bagi para
pembaca umumnya. Sekian dari kami mengucapkan banyak terimakasih.

Yogyakarta, 3 September 2020

( Kelompok 1 )

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i


KATA PENGANTAR ................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................... 1
C. Tujuan ...................................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep COPD ......................................................................................... 2
1. Pengertian COPD .............................................................................. 2
2. Penyebab COPD ................................................................................ 3
3. Tanda gejala COPD ........................................................................... 4
4. Patofisiologi COPD ........................................................................... 4
5. Pemeriksaan Penunjang ..................................................................... 5
6. Komplikasi ........................................................................................ 8
7. Penatalaksanaan ................................................................................. 9
a. Penatalaksanaan Farmakologi ..................................................... 9
b. Penatalaksanaan Non Farmakologi ............................................. 9
B. Konsep Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan COPD ..................... 10
1. Pengkajian ......................................................................................... 10
2. Diagnosis Keperawatan ..................................................................... 15
3. Rencana Keperawatan ....................................................................... 17
C. Analisa Kasus .......................................................................................... 19
1. Pengelompokan Data ......................................................................... 19
2. Diagnosis yang Muncul Berdasarkan Kasus ..................................... 20
3. Rencana Keperawatan Berdasarkan Diagnosis Keperawatan yang
Muncul ............................................................................................... 21

iii
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................................. 26
B. Saran ........................................................................................................ 26
DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit paru obstruktif kronis /PPOK adalah istilah yang digunakan
untuk sejumlah penyakit yang menyerang paru-paru untuk jnagka Panjang.
Penyakit ini menghalangi aliran udara dari dalam paru-paru sehingga
pengidap akan mengalami kesulitan dalam bernafas. PPOK umumnya
merupakan kombinasi dari dua penyakit pernapasan , yaitu bronchitis kronis
dan emfisema.
Bronchitis adalah infeksi pada saluran udara menuju pari-paru yang
menyebabkan pembengkakan dinding bronkus dan produksi cairan di saluran
udara berlebihan.
Emfisema adalah kondisi rusaknya kantung-kantung udara pada paru-
paru yang terjadi secara bertahap.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian PPOK/COPD?
2. Apa etiologi PPOK/COPD?
3. Apa tanda dan gejala PPOK/COPD?
4. Apa Tindakan yang dilakukan untuk penanganan kasus PPOK/COPD?
5. Apa saja pengobatan untuk PPOK?

C. Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian PPOK.
2. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami etiologi PPOK/COPD.
3. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami tanda dan gejala
PPOKCOPD.
4. Mahasiswa dapat memahami Tindakan untuk penanganan kasus PPOK.
5. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami pengobatan PPOK.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Penyakit
1. Pengertian
Chronic obstructive pulmonary disease (COPD) atau Penyakit paru
obstruktif kronik (PPOK) adalah suatu penyakit paru kronik yang ditandai
oleh adanya hambatan aliran udara di saluran nafas yang tidak sepenuhnya
reversible. Penyakit tersebut biasanya progresif dan berhubungan dengan
respons inflamasi abnormal paru terhadap partikel berbahaya atau gas
beracun.Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) merupakan salah satu
dari kelompok penyakit tidak menular yang telah menjadi masalah
kesehatan masyarakat di Indonesia. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya
usia harapan hidup dan semakin tingginya pajanan faktor risiko, seperti
faktor pejamu yang diduga berhubungan dengan kejadian PPOK, semakin
banyaknya jumlah perokok khususnya pada kelompok usia muda, serta
pencemaran udara di dalam ruangan maupun di luar ruangan dan di tempat
kerja.Penatalaksanaan PPOK secara umum bertujuan untuk mencegah
progresivitas dari penyakit, mengurangi gejala, meningkatkan toleransi
terhadap aktivitas, meningkatkan status kesehatan, mencegah dan
menangani komplikasi, mencegah dan menangani eksaserbasi, dan
menurunkan angka kematian.Menurut GOLD (Global Inisiative for
Chronic Obstructive Lung Disease), PPOK adalah penyakit paru yang
dapat dicegah diobati dengan beberapa efek ekstrapulmonal yang
signifikan berkontribusi terhadap tingkat keparahan penderita.
Karakteristik penyakit ini ditandai oleh hambatan aliran udara di saluran
napas yang tidak sepenuhnya reversibel. Hambatan aliran udara tersebut
biasanya bersifat progressif dan berhubungan dengan respon inflamasi
pulmonal terhadap partikel atau gas berbahaya.
PPOK adalah penyakit yang umum, dapat dicegah, dan dapat
ditangani, yang memiliki karakteristik gejala pernapasan yang menetap

2
dan keterbatasan aliran udara, dikarenakan abnormalitas saluran napas
dan/atau alveolus yang biasanya disebabkan oleh pajanan gas atau partikel
berbahaya (GOLD, 2017).
2. Penyebab
Meningkatnya produksi mukus,disebabkan oleh infeksi dan iritan
melalui udara yang menghambat jalur udara di paru-paru. mengakibatkan
berkurangnya kemampuan untuk menukar gas. ada 2 bentuk bronkitis
yaitu bronkitis akut dimana kemacetan udara dapat dibalik. dan bronkitis
kronis, dimana kemacetan tidak dapat di balik. Pasiem dengan bronkitis
akut gejala khas 7 sampai 10 hari sering karena kuman dan virus (tapi
kadang-kadang akibat bakteri) infeksi. pasien dengan bronkitis kronis,
akan mempunyai gejala- gejala bantuk produktif kronis untuk sedikitnya 3
bulan berurutan dalam 2 tahun berurutan. Ada peningkatan produksi
lendir, perubahan radang, dan yang terakhir fibrosis didalam dinding jalur
udara. Pasien dengan bronkitis kronis lebih mungkin untuk terkena infeksi
pernapasan.
Faktor risiko PPOK di seluruh dunia yang paling banyak ditemui
adalah merokok tembakau. Selain jenis tembakau, (misalnya pipa, cerutu,
dan ganja) juga merupakan faktor risiko PPOK. PPOK tidak hanya
berisiko bagi perokok aktif saja namun juga bisa berisiko bagi perokok
pasif yang terkenan pajanan asap rokok.
Selain itu faktor - faktor yang berpengaruh pada perjalanan dan
perburukan PPOK antara lain:
a. Faktor genetik
b. Usia & jenis kelamin
c. Pertumbuhan dan perkembangan paru
d. Pajanan terhadap partikel, gas berbahaya
e. Faktor sosial ekonomi
f. Asma dan hipereaktivitas saluran napas
g. Bronkitis kronis
h. Infeksi berulang di saluran napas (GOLD, 2017)

3
3. Tanda Gejala
Tanda-tanda dan gejala:
a. Batuk karena produksi lendir dan iritasi jalur udara.
b. Napas pendek.
c. Demam pada episode akut akibat infeksi.
d. Accessory muscle dipakai untuk bernapas ketika usaha pernapasan
bertambah, otot tambahan perlu membantu.
e. Batuk produktif karena iritasi jalur udara. Lendir adalah reaksi
protektif dari sistem pernapasan.
f. Berat badan naik karena edema pada bronkitis kronis karena gagal
jantung bagian kanan.
g. Desisan karena inflamasi di dalam jalur udara.
4. Patofisiologi
Hambatan aliran udara merupakan perubahan fisiologi utama pada
PPOK yangdiakibatkan oleh adanya perubahan yang khas pada saluran
nafas bagian proksimal, perifer, parenkim dan vaskularisasi paru yang
dikarenakan adanya suatu inflamasi yang kronik dan perubahan struktural
pada paru. Terjadinya peningkatan penebalan pada saluran nafas kecil
dengan peningkatan formasi folikel limfoid dan deposisi kolagen dalam
dinding luar salurannafas mengakibatkan restriksi pembukaan jalan nafas.
Lumen saluran nafas kecil berkurangakibat penebalan mukosa yang
mengandung eksudat inflamasi, yang meningkat sesuai berat sakit.
Dalam keadaan normal radikal bebas dan antioksidan berada dalam
keadaan seimbang.Apabila terjadi gangguan keseimbangan maka akan
terjadi kerusakan di paru. Radikal bebasmempunyai peranan besar
menimbulkan kerusakan sel dan menjadi dasar dari berbagai macam
penyakit paru. Pengaruh gas polutan dapat menyebabkan stress oksidan,
selanjutnya akan menyebabkanterjadinya peroksidasi lipid. Peroksidasi
lipid selanjutnya akan menimbulkan kerusakan sel daninflamasi. Proses
inflamasi akan mengaktifkan sel makrofag alveolar, aktivasi sel tersebut
akanmenyebabkan dilepaskannya faktor kemotataktik neutrofil seperti

4
interleukin 8 dan leukotrienB4,tumuor necrosis factor (TNF),monocyte
chemotactic peptide(MCP)-1 danreactive oxygen species(ROS). Faktor-
faktor tersebut akan merangsang neutrofil melepaskan protease yang
akanmerusak jaringan ikat parenkim paru sehingga timbul kerusakan
dinding alveolar dan hipersekresi mukus. Rangsangan sel epitel akan
menyebabkan dilepaskannya limfosit CD8,selanjutnya terjadi kerusakan
seperti proses inflamasi. Pada keadaan normal terdapatkeseimbangan
antara oksidan dan antioksidan. Enzim NADPH yang ada dipermukaan
makrofagdan neutrofil akan mentransfer satu elektron ke molekul oksigen
menjadi anion superoksidadengan bantuan enzim superoksid dismutase.
Zat hidrogen peroksida (H2O2) yang toksik akandiubah menjadi OH
dengan menerima elektron dari ion feri menjadi ion fero, ion fero
denganhalida akan diubah menjadi anion hipohalida (HOCl).
Pengaruh radikal bebas yang berasal dari polusi udara dapat
menginduksi batuk kronissehingga percabangan bronkus lebih mudah
terinfeksi.Penurunan fungsi paru terjadi sekunder setelah perubahan
struktur saluran napas. Kerusakan struktur berupa destruksi alveol
yangmenuju ke arah emfisema karena produksi radikal bebas yang
berlebihan oleh leukosit dan polusidan asap rokok.
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Uji Faal Paru dengan Spirometri dan Bronkodilator (post-
bronchodilator)
Uji faal paru berguna untuk menegakkan diagnosis, melihat
perkembangan penyakit, dan menentukan prognosa. Pemeriksaan ini
penting untuk memperlihatkan secara obyektif adanya obstruksi
saluran nafas dalam berbagai tingkat. Spirometri digunakan untuk
mengukur volume maksimal udara yang dikeluarkan setelah inspirasi
maksimal, atau disebut Forced vital capacity (FVC). Spirometri juga
mengukur volume udara yang dikeluarkan pada satu detik pertama
pada saat melakukan manuver tersebut, atau disebut dengan Forced
Expiratory Volume in 1 second (FEV1). Rasio dari kedua pengukuran

5
inilah (FEV1/FVC) yang sering digunakan untuk menilai fungsi paru.
Penderita PPOK secara khas akan menunjukkan penurunan dari FEV1
dan FVC serta nilai FEV1/FVC < 70%. Pemeriksaan post-
bronchodilator dilakukan dengan memberikan bonkodilator inhalasi
sebanyak 8 hisapan, dan 15-20 menit kemudian dilihat perubahan nilai
FEV1. Bila perubahan nilai FEV1 <20%, maka ini menunjukkan
pembatasan aliran udara yang tidak sepenuhnya reversibel. Uji ini
dilakukan saat PPOK dalam keadaan stabil (di luar eksaserbasi akut).
Dari hasil pemeriksaan spirometri setelah pemberian bronkodilator
dapat digunakan untuk menentukan klasifikasi penyakit PPOK
berdasarkan derajat obstruksinya. Klasifikasi berdasarkan GOLD
kriteria adalah:
1) Stage I : Ringan
Pemeriksaan spirometri post-bronchodilator menunjukan
hasil rasio FEV1/FVC < 70% dan nilai FEV1 ≥ 80% dari nilai
prediksi.
2) Stage II : Sedang
Rasio FEV1/FVC < 70% dengan perkiraan nilai FEV1
diantara 50-80% dari nilai prediksi.
3) Stage III : Berat
Rasio FEV1/FVC < 70%, dan nilai menunjukkan FEV1
diantara 30-50% dari nilai prediksi.
4) Stage IV : Sangat Berat
Rasio FEV1/FVC < 70%, nilai FEV1 diperkirakan kurang
dari 30% ataupun kurang dari 50% dengan kegagalan respirasi
kronik.
b. Foto Torak PA dan Lateral
Foto torak PA dan lateral berguna untuk menyingkirkan
kemungkinan penyakit paru lain. Pada penderita emfisema dominan
didapatkan gambaran hiperinflasi, yaitu diafragma rendah dan rata,
hiperlusensi, ruang retrosternal melebar, diafragma mendatar, dan

6
jantung yang menggantung/penduler (memanjang tipis vertikal).
Sedangkan pada penderita bronkitis kronis dominan hasil foto thoraks
dapat menunjukkan hasil yang normal ataupun dapat terlihat corakan
bronkovaskuler yang meningkat disertai sebagian bagian yang
hiperlusen.
c. Analisa Gas Darah (AGD)
Pada PPOK tingkat lanjut, pengukuran analisa gas darah sangat
penting dilakukan dan wajib dilakukan apabila nilai FEV1 pada
penderita menunjukkan nilai < 40% dari nilai prediksi dan secara klinis
tampak tandatanda kegagalan respirasi dan gagal jantung kanan seperti
sianosis sentral, pembengkakan ekstrimitas, dan peningkatan jugular
venous pressure. Analisa gas darah arteri menunjukkan gambaran yang
berbeda pada pasien dengan emfisema dominan dibandingkan dengan
bronkitis kronis dominan. Pada bronkitis kronis analisis gas darah
menunjukkan hipoksemi yang sedang sampai berat pada pemberian
oksigen 100%. Dapat juga menunjukkan hiperkapnia yang sesuai
dengan adanya hipoventilasi alveolar, serta asidosis respiratorik kronik
yang terkompensasi. Gambaran seperti ini disebabkan karena pada
bronkitis kronis terjadi gangguan rasio ventilasi/perfusi (V/Q ratio)
yang nyata. Sedangkan pada emfisema, rasio V/Q tidak begitu
terganggu oleh karena baik ventilasi maupun perfusi, keduanya
menurun disebabkan berkurangnya jumlah unit ventilasi dan capillary
bed. Oleh karena itu pada emfisema gambaran analisa gas darah arteri
akan memperlihatkan normoksia atau hipoksia ringan, dan
normokapnia. Analisa gas darah berguna untuk menilai cukup tidaknya
ventilasi dan oksigenasi, dan untuk memantau keseimbangan asam
basa.
d. Pemeriksaan sputum
Pemeriksaan bakteriologi Gram pada sputum diperlukan untuk
mengetahui pola kuman dan memilih antibiotik yang tepat. Infeksi

7
saluran napas berulang merupakan penyebab utama eksaserbasi akut
pada penderita PPOK di Indonesia.
e. Pemeriksaan Darah rutin
Pemeriksaan darah digunakan untuk mengetahui adanya faktor
pencetus seperti leukositosis akibat infeksi pada eksaserbasi akut,
polisitemia pada hipoksemia kronik.
f. Pemeriksaan penunjang lainnya
Pemeriksaan Electrocardiogram (EKG) digunakan untuk
mengetahui komplikasi pada jantung yang ditandai oleh kor pulmonale
atau hipertensi pulmonal. Pemeriksaan lain yang dapat namun jarang
dilakukan antara lain uji latih kardiopulmoner, uji provokasi bronkus,
CT-scan resolusi tinggi, ekokardiografi, dan pemeriksaan kadar alpha-
1 antitryipsin.
6. Komplikasi
Komplikasi yang dapat tejadi pada PPOK adalah:
a. Gagal nafas
1) Gagal nafas kronis, dapat diatasi dengan menjaga keseimbangan
PO2 dan PCO2, bronkodilator adekuat, terapi oksigen yang
adekuat terutama waktu aktivitas atau waktu tidur, antioksidan,
latihan pernapasan dengan pursed lips breathing.
2) Gagal nafas akut pada gagal nafas kronis, ditandai oleh sesak nafas
dengan atau tanpa sianosis, sputum bertambah dan purulen,
demam, kesadaran menurun.
b. Infeksi berulang
Pada pasien PPOK produksi sputum yang berlebihan
menyebabkan terbentuk koloni kuman, hal ini memudahkan terjadinya
infeksi berulang. Pada kondisi kronis ini imunitas menjadi lebih
rendah, ditandai dengan menurunnya kadar limfosit darah.
c. Kor pulmonal
Ditandai oleh P pulmonal pada EKG, hematokrit > 50%, dapat
disertai gagal jantung kanan.

8
7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada PPOK dapat dilakukan dengan dua cara
yaitu terapi non-farmakologis dan terapi farmakologis. Tujuan terapi
tersebut adalah mengurangi gejala, mencegah progresivitas penyakit,
mencegah dan mengatasi ekserbasasi dan komplikasi, menaikkan keadaan
fisik dan psikologis pasien, meningkatkan kualitas hidup dan mengurangi
angka kematian.
a. Penatalaksanaan Non Farmakologi
Terapi non farmakologi dapat dilakukan dengan cara
menghentikan kebiasaan merokok, meningkatkan toleransi paru
dengan olahraga dan latihan pernapasan serta memperbaiki nutrisi.
Edukasi merupakan hal penting dalam pengelolaan jangkan panjang
pada PPOK stabil. Edukasi pada PPOK berbeda dengan edukasi pada
asma. Karena PPOK adalah penyakit kronik yang bersifat irreversible
dan progresif, inti dari edukasi adalah menyesuaikan keterbatasan
aktivitas dan mencegah kecepatan perburukan penyakit.
b. Penatalaksanaan Farmakologi
Pada terapi farmakologis, obat-obatan yang paling sering
digunakan dan merupakan pilihan utama adalah bronchodilator.
Penggunaan obat lain seperti kortikoteroid, antibiotic dan antiinflamasi
diberikan pada beberapa kondisi tertentu. Bronkodilator diberikan
secara tunggal atau kombinasi dari ketiga jenis bronkodilator dan
disesuaikan denganklasifikasi derajat berat penyakit.Pemilihan bentuk
obat diutamakan inhalasi,nebuliser tidak dianjurkan pada penggunaan
jangka panjang. Pada derajat berat diutamakan pemberian obat lepas
lambat (slow release) atau obat berefek panjang (long acting).
Macam-macam bronkodilator :
1) Golongan antikolinergik.
Digunakan pada derajat ringan sampai berat, disamping
sebagaibronkodilator juga mengurangi sekresi lendir (maksimal 4
kaliperhari).

9
2) Golonganβ– 2 agonis.
Bentuk inhaler digunakan untuk mengatasi sesak,
peningkatan jumlah penggunaan dapat sebagai monitor
timbulnyaeksaserbasi. Sebagai obat pemeliharaan sebaiknya
digunakanbentuk tablet yang berefek panjang. Bentuk nebuliser
dapatdigunakan untuk mengatasi eksaserbasi akut, tidak
dianjurkanuntuk penggunaan jangka panjang. Bentuk injeksi
subkutanatau drip untuk mengatasi eksaserbasi berat.
3) Kombinasi antikolinergik danβ– 2 agonis.
Kombinasi kedua golongan obat ini akan memperkuat efek
bronkodilatasi, karena keduanya mempunyai tempat kerja
yangberbeda. Disamping itu penggunaan obat kombinasi
lebihsederhana dan mempermudah penderita.
4) Golongan xantin.
Dalam bentuk lepas lambat sebagai pengobatan
pemeliharaan jangka panjang, terutama pada derajat sedang dan
berat.Bentuk tablet biasa atau puyer untuk mengatasi sesak (pelega
napas),bentuk suntikan bolus atau drip untuk mengatasi
eksaserbasiakut.

B. Konsep Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan COPD


1. Pengkajian
Nama Mahasiswa :
NPM :
Tanggal : 1 September 2020
Bangsal : Lukas
Nama Pasien (Inisial) : Tn. L
Diagnosa Medik :

10
A. PENGKAJIAN (DATA FOKUS)
a. Keluhan utama saat ini
“apa yang bapak rasakan saat ini pak ?”
b. Keluhan penyerta
“apakah ada keluhan lain pak ?
c. Riwayat sakit
“Sebelumnya apakah bapak mempunyai Riwayat sakit pak ?”
d. Data psikologis
“Bagaimana pandangan bapak tentang penyakitnya bapak ?”
e. Data spiritual (cara pandang pasien terhadap sakitnya dalam
hubungannya dengan Tuhan)
“Saat dirumah maupun di rumah sakit apakah bapak rutin beribadah
pak ?”
f. Data sosiologis, kultural, dan lingkungan (di RS dan di rumah yang
berkaitan dengan sakitnya)
“bagaimana hubungan bapak dengan teman sekamar bapak dan dengan
masyarakat ?”
g. Data pemenuhan kebutuhan dasar pasien (nutrisi, eliminasi, hygiene
perseorangan, istirahat tidur, aktivitas, oksigenasi, cairan dan elektrolit,
keamanan dan keselamatan sesuai dengan kondisi sakitnya)
Nutrisi : “saat dirumah dan di rumah sakit bapak makan berapa kali ?”
Eliminasi :”saat di rumah dan di rumah sakit bapak BAK/BAB berapa
kali pak ?”
Hygiene perseorangan : “ saat di rumah dan di rumah sakit bapak
mandi berapa kali pak ?”
Istirahat tidur : saat sebelum sakit dan saat sakit bapak tidur berapa jam
pak per harinya ?”
Aktivitas :”saat sebelum sakit dan saat sakit apakah bapak bisa
beraktivitas dengan baik ?”
Oksigenasi : “ saat sakit dan sebelum sakit apakah ada kesulitan
bernafas pak ?”

11
Cairan dan elektrolit : saat sakit dan sebelum sakit sehari bapak minum
berapa gelas per hari pak ?”
Keamanan dan keselamatan : saat sakit dan sebelum sakit apakah
bapak nyaman di lingkungan bapak ?
Pemeriksaan Fisik (inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi sesuai dengan
keluhan dan penyakit pasien)
Kesadaran
Composmentis (sadar penuh)
Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 140/90 mmHg, nadi 88x/menit, teratur, lemah,
pernafasan 28x/menit, teratur dangkal, suhu 37 derajat celcius
Sistemik
Kesadaran composmentis (sadar penuh), Capillary refil 4 detik, tampak
pucat.

Program Therapy
Nama Obat Dosis Indikasi Kontra Alasan Pasien
Indikasi Mendapat
Obat
Oksigen 2 liter binasal Meningkatkan - Untuk
energi, meningkatkan
membuat rasa energi dalam
nyaman, tidur tubuh.
lebih nyenyak,
dan
menyingkirkan
racun tubuh
(detoksifikasi).
Oksigen
adalah unsur
vital untuk

12
regenerasi sel,
tanpa oksigen
akan terjadi
proses
degenerasi
(peluruhan).
Kejang
Salbutamol 3x 100 mg / bronkus pada Hipersensitif Untuk
inhalasi semua asma mengobati
bronkial, kejang.
bronchitis
kronis , dan
emfisema.
Untuk
Aminophilin 2x 500 mg/iv mengobati Hipersensitif untuk
berbagai mengobati
gangguan berbagai
pernapasan, gangguan
seperti asma, pernapasan,
penyakit paru seperti asma,
obstruktif penyakit paru
kronis, obstruktif
bronkitis, dan kronis,
emfisema. bronkitis, dan
Gabungan emfisema.
Infus dextrose 5% 20 antara Hipersensitif Menggantikan
tetes/menit senyawa gula cairan tubuh
sederhana dan yang keluar
air, yang banyak.
digunakan
untuk

13
meningkatkan
kadar gula di
dalam darah,
pada kondisi
hipoglikemia.
Hipoglikemia
merupakan
kondisi kadar
gula atau
glukosa darah
berada di
bawah normal.

Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan Laboratorium
Jenis Komponen
Nilai
Tanggal Pemeriksaa yang Hasil Satuan Interpretasi
Rujukan
n diperiksa
1 AGD Darah
September PH 7,30 7,35- mmHg Tidak
2020 7,45 normal
HCO3 24 7,38- mmHg Tidak
7,42 normal
50 35 – 45 mmHg Tidak
PCO2
normal
-3 - - -
BE

14
2) Pemeriksaan Radiologi
Tanggal Jenis Pemeriksaan Hasil
Tidak dilakukan
pemeriksaan radiologi

3) Pemeriksaan EKG/ MRI/ PEMERIKSAAN KHUSUS LAIN


Tanggal Jenis Pemeriksaan Hasil
Tidak dilakukan
pemeriksaan EKg/Mri
atau pemeriksaan lain

2. Diagnosis Keperawatan
a. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas
Adalah ketidakmampuan membersihkan sekret atau obstruksi jalan
napas untuk mempertahankan jalan napas tetap paten.
Penyebab :
- Fisiologis
1) Spasme jalan napas
2) Hipersekresi jalan napas
3) Disfungsi neuromuskuler
4) Benda asing dalam jalan napas
5) Adanya jalan napas buatan
6) Sekresi yang tertahan
7) Hiperplasia dinding jalan napas
8) Proses infeksi
9) Respon alergi
10) Efek agen farmakologis (mis. anastesi)
- Situational
1) Merokok aktif
2) Merokok pasif
3) Terpajan polutan
Gejala Dan Tanda Mayor

15
Subjektif : -
Objektif :
1) Batuk tidak efekt
2) Tidak mampu batuk
3) Sputum berlebih
4) Mengi, wheezing Dan atau ronkhi kering.
Gejala Dan Tanda Minor
Subjektif :
1) Dispnea
2) Sulit bicara
3) Ortopnea
Objektif :
1) Gelisah
2) Sianosis
3) Bunyi napas menurun
4) Frekuensi napas berubah
5) Pola napas berubah
b. Gangguan Pola Tidur
Adalah gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat faktor
eksternal.
Penyebab :
1) Hambatan lingkungan (mis. kelembapan lingkungan, pencahayaan,
kebisingan)
2) Kurang kontrol tidur
3) Kurang privasi
4) Restraint fisik
5) Ketiadaan teman tidur
6) Tidak familiar dengan peralatan tidur

Gejala dan Tanda Mayor

16
Subjektif : mengeluh sulit tidur, mengeluh seeing terjaga, mengeluh
tidak puas tidur, mengeluh Pola tidur berubah, mengeluh istirahat tidak
cukup
Objektif : -
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif : mengeluh kemampuan beraktivitas menurun
Objektif : -

3. Rencana Keperawatan
NO. TUJUAN DAN TTD
INTERVENSI RASIONAL
DP KRITERIA HASIL NAMA
1. Setelah dilakukan 1. Monitor pola 1. dapat
intervensi selama 3X24 napas (frekuensi, memantau pola
jam, diharapkan kedalaman, usaha napas pasien
bersihan jalan napas napas) 2. untuk
membaik, dengan 2. Pertahankan mengetahui
kriteria hasil: kepatenan jalan pernapasan
napas dengan pasien
- Batuk efektif cukup
head-tilt dan chin- 3. dapat
membaik (4)
lift (jaw-thrust mengurangi
- Produksi sputum
jika curiga trauma sesak napas
cukup membaik (4)
servikal) 4. membantu
- Mengi menurun (5)
3. Posisikan semi- bernapas dan
- Wheezing menurun
fowler mengeluarkan
(5)
4. Lakukan sekret
- Dispnea menurun (5)
fisioterapi dada, 5. untuk
- Sianosis menurun
jika perlu memenuhi
(5)
5. Berikan oksigen kebutuhan
- Gelisah menurun (5)
6. Ajarkan teknik cairan dalam
- Frekuensi napas
batuk efektif tubuh pasien
cukup membaik (4)
7. Kolaborasi 6. agar pasien

17
- Pola napas cukup pemberian dapat
membaik (4) bronkodilator, mempraktikan
ekspektoran, batuk efektif
mukolitik, jika dirumah
perlu 7. untuk
mengetahui
pemberian
obat yang
sesuai dengan
indikasi pasien
1. identifikasi pola 1. untuk
2. Setelah dilakukan aktivitas dan tidur memantau pola
intervensi selama 3X24 2. modifikasi tidur pasien
jam, diharapkan pola lingkungan (mis. 2. agar pasien
tidur pasien membaik, Pencahayaan, bisa istirahat
dengan kriteria hasil: kebisingan, suhu, yang cukup
dan tempat tidur) 3. dapat
- Sulit tidur menurun
3. lakukan prosedur meningkatkan
(1)
untuk kenyamanan
- Sering terjaga
meningkatkan pasien
- Tidak puas tidur
kenyamanan (mis. 4. agar pasien
menurun (1)
Pijat, pengaturan maupun
- Pola tidur meningkat
posisi, terapi keluarga
(5)
akupressur) mengetahui
- Istirahat pasien
4. jelaskan manfaat tidur
meningkat (5)
pentingnya tidur
- Kemampuan
cukup selama
beraktivitas
sakit
membaik cukup
meningkat (1)

18
C. Analisa Kasus
1. Pengelompokan Data
Nama : ......................................... Ruang : ..............................
No. RM : ......................................... Kamar : .............................
TANDA
TANGG KEMUNGKI
TANGA
No AL DATA MASALAH NAN
N&
JAM PENYEBAB
NAMA
1. Ds : Gangguan Perubahan
•Mengeluh sesak pertukaran membran
nafas (dyspnea) gas alveolus-
•Semakin sesak saat kapiler
beraktivitas
•Batuk berdahak
sejak 2 minggu yang
lalu

Do:
-Pernapasan :
28x/menit,teratur,dan
gkal
-TD : 140/90mmHg
-Kapilary refill 4
detik (1-3)
-Ph = 7,30 (7,35-
7,45)
-PCO2= 50 (35-45)
-Tampak pucat
-Terdengar wheesing
pada kedua lapang

19
paru
-Oksigen 2 liter
binasal

Ds:
2. • Sudah pernah
diinformasikan untuk Defisit Kurangnya
berhenti merokok pengetahuan minat dalam
namun tidak berhenti belajar
• Pasien tidak
mengetahui
penyakitnya
Do:
- Tampak pucat

2. Diagnosis yang Muncul Berdasarkan Kasus


Nama : ......................................... Ruang : .............................
No. RM : ......................................... Kamar : .............................
TANDA
No Diagnosis Keperawatan TANGAN &
NAMA
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan
perubahan membrane alveolus-kapiler dibuktikan
dengan:
-Pasien mengeluh sesak nafas (dyspnea)
Semakin sesak saat beraktivitas
Batuk berdahak sejak 2 minggu yang lalu
-Pernapasan : 28x/menit,teratur,dangkal
-TD : 140/90mmHg
-Kapilary refill 4 detik (1-3)

20
-Ph = 7,30 (7,35-7,45)
-PCO2= 50 (35-45)
-Tampak pucat
-Terdengar wheezing pada kedua lapang paru
-Oksigen 2 liter binasal

2. Defisit Pengetahuan berhubungan dengan kurangnya


minat dalam belajar ditandai dengan:
-Pasien mengatakan sudah pernah diinformasikan
untuk berhenti merokok namun tidak berhenti,pasien
tidak mengetahui penyakitnya, pasien tampak pucat

3. Rencana Keperawatan Berdasarkan Diagnosis Keperawatan yang Mucul


Nama : ......................................... Ruang : ......................................
No. RM : ......................................... Kamar : ......................................
NO. TUJUAN DAN KRITERIA TTD
INTERVENSI RASIONAL
DP HASIL NAMA
1. Setelah dilakukan intervensi 1. Monitor 1. Pantau
selama 3X24 jam, diharapkan frekuensi, frekuensi,
pertukaran gas pada pasien irama irama
meningkat, dengan kriteria kedalaman kedalaman
hasil: dan upaya dan upaya
1. dispnea menurun napas napas
2. PCO2 membaik menjadi 35- 2. Monitor pola 2. Pantau pola
45 napas napas
3. pH arteri membaik menjadi 3. Monitor 3. Pantau
7,35-7,45 kemampuan ketidakmam
4. warna kulit membaik batuk efektif puan batuk
4. Monitor efektif
adanya 4.Pantau
sumbatan adanya

21
jalan napas sumbatan
jalan napas
5. Palpasi
5. untuk
kesimetrisan
mengetahui
ekspansi paru
apakah
6. Auskultasi
ekspansi
bunyi napas
paru simetris
7. Monitor
atau tidak
saturasi
6.untuk
oksigen
mengetahui
8. Monitor nilai
frekuensi
AGD
napas pasien
7. Pantau
saturasi
oksigen
8.untuk
mengukur
kadar
oksigen,
9. Atur interval
karbon
pemantauan
dioksida,
respirasi sesuai
dan tingkat
kondisi pasien
asam basa
10. Jelaskan
(pH) dalam
tujuan dan
darah pasien.
prosedur
9.dapat
pemantauan
memantau
pernapasan
pasien
10. agar pasien
11. Kolaborasi
maupun

22
dengan dokter keluarga
untuk pemberian dapat
obat memahami
prosedur
yang ingin
dilakukan
perawat
11. Kolaborasi
pemberian
Salbutamol
3x100
mg/inhalasi,
Aminophilli
n 2x500
mg/IV dan
Infus
dextrose 5%
20
tetes/menit

1. Untuk
mengetahui
kemampuan
pasien
menerima
inmformasi
yang
disampaikan
oleh perawat

23
2. Memotivasi
pasien agar
1. Identifikasi berperilaku
2. Setelah dilakukan intervensi kesiapan dan hidup bersih
selama 3X24 jam, diharapkan kemampuan saat dirumah
tingkat pengetahuan pada pasien menerima 3. Agar pasien
menurun, dengan kriteria hasil: informasi mampu
- pucat menurun 2. Identifikasi memahami
faktor-faktor informasi
yang dapat yang
meningkatkan disampaikan
dan kemurunkan 4. Dapat
motivasi prilaku meminimalis
hidup bersih dan ir hal-hal
sehat yang tidak
3. Beri diinginkan
kesepatan untuk pada pasien
bertanya 5. Pasien dapat
4. Jelaskan mempraktik
faktor resiko kan perilaku
yang dapat hidup sehat
mempengaruhi dan bersih
kesehatan 6. Agar pasien
5. Ajarkan dapat
prilaku hidup mengetahui
sehat akibat
6. Jelaskan merokok
gejala berhenti 7. Untuk
merokok mengetahui
7. Jelaskan apakah
aspek pasien sudah

24
psikososial yang memahami
mempengaruhi yang sudah
prilaku merokok disampaikan
8. Ajarkan cara perawat
berhenti 8. Dapat
merokok membantu
9.Kolaborasi pasien
dengan keluarga berhenti
merokok
9. Memotivasi
pasien agar
mampu
melakukan
dengan baik

25
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Chronic obstructive pulmonary disease (COPD) atau Penyakit paru
obstruktif kronik (PPOK) adalah suatu penyakit paru kronik yang ditandai
oleh adanya hambatan aliran udara di saluran nafas yang tidak sepenuhnya
reversible. penyakit ini disebabkan oleh infeksi dan iritan melalui udara yang
menghambat jalur napas pada paru-paru, penyakit ini juga mempunyai gejala-
gejala batuk prodektif kronis untuk sedikitnya 3 bulan berurutan selama 2
tahun.

B. Saran
Sebagai calon perawat diharapkan mampu membuat asuhan
keperawatan dengan baik terhadap penderita penyakit saluran pernapasan
terutama PPOK. Oleh karena itu, perawat juga harus mampu berperan sebagai
pendidik dalam hal ini melakukan penyuluhan ataupun memberikan edukasi
kepada pasien maupun keluarga pasien terutama mengenai tanda-tanda,
penanganan dan penceganhanya.

26
DAFTAR PUSTAKA

IGN Paramartha Wijaya Putra, I. D. (2014, Juli 12). Unud. Retrieved September
03, 2020, from unud.ac.id:
https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum/article/download/4872/3658/

Khairani, F. (2019, Maret 21). Penyakit Paru Obstruktif Kronik. Retrieved


September 04, 2020, from Undip:
http://eprints.undip.ac.id/43859/2/FATHIA_KHAIRANI_G2A009079_BA
B_2_KTI.pdf

Lindayani, L. P. (2017, Agustus 23). Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK).


Retrieved September 03, 2020, from Unud:
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/ea91ca43e8db520c
8a1e16ebf600f7e5.pdf

RI, P. K. (2018, April 16). Apa itu Penyakit Paru Obstruktif Kronik? Retrieved
September 04, 2020, from p2ptm:
http://www.p2ptm.kemkes.go.id/infographic-p2ptm/penyakit-paru-
kronik/page/24/apa-itu-penyakit-paru-obstruktif-kronik-ppok

Unimus. (2018, Februari 16). PPOK. Retrieved September 02, 2020, from
Repository Unimus: repository.unimus.ac.id/1813/8/BAB%20II.pd

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Definisi dan Tindakan Keperawatan. Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia : Jakarta Selatan

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Definisi dan Indikator Diagnostik. Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia : Jakarta Selatan

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan.
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia : Jakarta
Selatan

Anda mungkin juga menyukai