Anda di halaman 1dari 13

BRONCHITIS

Disusun oleh:

1. URWATUN WUSKIA

2. NADIA SABRINA

3. HIKMAH MARISA

4. VIVI FERONIKA JASTI

5. SRI HERLIANA

AKADEMI KEBIDANAN SALEHA BANDA ACEH


TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan
RAHMAT DAN HIDAYAH-NYA sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul: ”BRONCHITIS” Makalah ini disusun dengan maksud untuk
memenuhi salah satu tugas kuliah di semester 4 Akademi Kebidanan Saleha Kota
Banda Aceh.

Kami menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai


pihak, makalah ini tidak dapat diselesaikan dengan baik.

Kami menyadari bahwa dalam perbuatan dan penulisan makalah ini


memiliki banyak kekurangan sehingga dengan segala kerendahan hati kami
mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan makalah
ini. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca. Aamiin.

Banda aceh, 28 Juli 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................2

DAFTAR ISI.......................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................3

1. Latar Belakang..........................................................................................................3

2. Tujuan.......................................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................5

1. Definisi Bronkhitis....................................................................................................5

2. Etiologi......................................................................................................................6

3. Patofisiologi..............................................................................................................6

4. Tanda dan Gejala Klinis............................................................................................8

5. Komplikasi Bonkhitis...............................................................................................9

6. Prognosa Bronkhitis................................................................................................10

7. Diagnosis Banding..................................................................................................10

8. Penatalaksanaan Bronkhitis....................................................................................11

BAB V PENUTUP............................................................................................................12

1. Kesimpulan...............................................................................................................12

2. Saran.........................................................................................................................12
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Bronkitis merupakan penyakit infeksi pada saluran pernapasan yang

menyerang bronkus. Penyakit ini banyak menyerang anak-anak yang

lingkungannya banyak polutan, misalnya orang tua yang merokok dirumah,

asap kendaraan bermotor, asap hasil pembakaran pada saat masak yang

menggunakan bahan bakar kayu. Di Indonesia masih banyak keluarga yang

setiap hari menghirup polutan ini, kondisi ini menyebabkan angka kejadian

penyakit bronkhitis sangat tinggi (Marni, 2014).

Pada tahun 2007 di Negara berkembang seperti Indonesia infeksi saluran

pernafasan bawah masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang

penting. Resiko penularan setiap tahun di Indonesia di anggap cukup tinggi.

Di Indonesia yang terinfeksi bronkhitis sekitar 1.6 juta orang. Bronkhitis

adalah suatu peradangan pada bronkus, bronkhiali, dan trakhea (saluran udara

ke paru-paru). Penyakit ini biasanya bersifat ringan dan pada akhirnya akan

sembuh sempurna. Tetapi pada penderita yang memiliki penyakit menahun

(misalnya penyakit jantung atau penyakit paru-paru) dan usia lanjut,

bronkhitis bisa menjadi masalah serius (Arif, 2008).

Untuk Bronkitis, jumlah anak yang terdiagnosa Bronkitis pada tahun

2007 di Amerika Serikat adalah 7,6 juta orang. Dampak yang timbul akibat

menderita penyakit bronkitis adalah infeksi saluran napas yang berat dan
sering, penyempitan dan penyumbatan bronchus, sulit bernapas, hingga

kematian (Puspitasari, 2009).

Menurut American Academy of Family Physian lebih dari 90% pasien

bronkitis memiliki riwayat pernah menjadi perokok. Tetapi terdapat faktor

lain yang sedikit kontribusinya menyebabkan bronkitis yaitu infeksi virus atau

bakteri, polusi udara (ozon dan nitrogen dioksida/NO2), terpapar iritan di

tempat kerja, dan lain-lain. Iritan-iritan yang dapat menyebabkan penyakit ini

diantaranya uap logam ( fume) dari bahan-bahan kimia seperti sulfur dioksida

(SO2), hidrogen sulfida (H2S), bromin (Br), amonia (NH3), asam kuat,

beberapaorganic solvent , dan klorin (Cl). Debu juga dapat menyebabkan

bronkitis, seperti debu batu bara (Puspitasari, 2009)

2. Tujuan

Adapun tujuan dari pembuatan makalah mengenai Bronchitis ini yaitu


untuk mengetahui dan memahami tentang penyakit Bronchitis baik untuk anak-
anak, dewasa, maupun lansia.
BAB II
PEMBAHASAN

1. Definisi Bronkhitis

Bronkitis akut adalah peradangan akut pada bronkus dan cabang-


cabangnya, yang mengakibatkan terjadinya edema dan pembentukan mukus.
Bronkitis akut pada umumnya ringan. Berlangsung singkat (beberapa hari
hingga beberapa minggu, biasanya kurang dari 6 minggu), rata-rata 10-14
hari. Meski ringan, namun adakalanya sangat mengganggu, terutama jika
disertai sesak, dada terasa berat, dan batuk berkepanjangan.
Menurut Dorland (2002), bronkhitis adalah peradangan satu atau lebih
bronkhus, dapat bersifat akut dan kronik. Gejala-gejala yang biasanya
termasuk demam, batuk dan ekspektorasi. Bronkhitis akut adalah serangan
bronkhitis dengan perjalanan penyakit yang singkat atau kurang berat, gejala-
gejala termasuk demam,batuk dan pilek. Serangan berulang mungkin
menunjukkan bronkhitis kronis. Bronkhitis kronis adalah suatu bentuk
penyakit obstruksi paru kronik, pada keadaan ini terjadi iritasi bronkhial
dengan sekresi yang bertambah dan batuk produktif selama sedikitnya tiga
bulan atau bahkan dua tahun berturut-turut, biasanya keadaan ini disertai
emfisema paru. Berikut ini perbedaan antara bronkhus normal dengan
bronkhus yang meradang (Gambar 2.1).

Gambar 2. 1
Perbedaan dari normal bronki versus bronkitis(Widiyanti,2011).
2. Etiologi

Menurut Dorland (2002), etiologi adalah penyebab terjadinya suatu


penyakit. Bronkhitis terjadi paling sering pada saat musim pancaroba, musim

dingin, biasanya disertai dengan infeksi pernapasan atas, dapat disebabkan


oleh berbagai hal (Iskandar, 2010) antara lain :
a. Bronkhitis infeksiosa, disebabkan oleh infeksi virus dan bakteri atau
organisme lain yang menyerupai bakteri (Mycoplasma pneumoniae dan
Chlamyidia). Serangan bronkhitis berulang bisa terjadi pada perokok,
penderita penyakit paru-paru dan saluran pernapasan menahun. Infeksi
berulang bisa terjadi akibat sinusitus kronis, bronkhiektasis, alergi,
pembesaran amandel dan adenoid pada anak-anak.
b. Bronkhitis iritatif, karena disebabkan oleh zat atau benda yang bersifat
iritatif seperti debu, asap (dari asam kuat, amonia, sejumlah pelarut
organik, klorin, hidrogen, sulfida, sulfur dioksida dan bromin), polusi
udara menyebabkan iritasi ozon dan nitrogen dioksida serta tembakau dan
rokok.

3. Patofisiologi

Patofisiologi dari bronkhitis adalah hipertrofi dan hiperplasia kelenjar


mukus bronkhus, dimana dapat menyebabkan penyempitan pada saluran
bronkhus, sehingga diameter bronkhus ini menebal lebih dari 30-40% dari
normal. Terdapat juga peradangan difus, penambahan sel mononuklear di
submukosa trakeo bronkial, metaplasia epitel bronkhus dan silia berkurang.

Perubahan yang penting juga adalah perubahan pada saluran napas kecil yaitu
sekresi sel goblet, bukan saja bertambah dalam jumlahnya akan tetapi juga
lebih kental sehingga menghasilkan substansi yang mukopurulen, sel radang
di mukosa dan submokusa, edema, fibrosis penbrokial, penyumbatan mukus
intraluminal dan penambahan otot polos. Dua faktor utama yang
menyebabkan bronkhitis yaitu adanya zat-zat asing yang ada di dalam saluran
napas dan infeksi mikrobiologi (Phee, 2003).
Pada bronkhitis terjadi penyempitan saluran pernapasan.
Penyempitan ini dapat menyebabkan obstruksi jalan napas dan menimbulkan
sesak. Pada penderita bronkhitis saat terjadi ekspirasi maksimal, saluran
pernapasan bagian bawah paru akan lebih cepat dan lebih banyak yang
tertutup. Hal ini akan mengakibatkan ventilasi dan perfusi yang tidak
seimbang, sehingga penyebaran udara pernapasan maupun aliran darah ke
alveoli tidak merata. Timbul hipoksia dan sesak napas, lebih jauh lagi
hipoksia alveoli menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah paru dan
polisitemia. Terjadi hipertensi pulmonal yang dalam jangka panjang dapat
menimbulkan kor pulmonal (Phee,2003).

Bronkhitis dikaraterisir oleh adanya infeksi pada cabang


trakeobrokhial. Infeksi ini menyebabkan hiperemia dan edema pada membran
mukosa, yang kemudian menyebabkan peningkatan sekresi dahak
bronchial.Karena adanya perubahan memberan mukosa ini, maka terjadi
kerusakan pada epitelia saluran nafas yang menyebabkan berkurangnya
fungsi pembersihan mukosilir. Selain itu, peningkatan sekresi dahak
bronchial yang dapat menjadi kental dan liat, makin memperparah gangguan
pembersihan mukosilir.Perubahan ini bersifat permanen, belum diketahui,
namun infeksi pernafasan akut yang berulang dapat berkaitan dengan
peningkatan hiper-reaktivitas saluran nafas, atau terlibat dalam fatogenesis
asma atau PPOK (Penyakit pulmonari obstruktif kronis). Pada umumnya
perubahan ini bersifat sementara dan akan kembali normal jika infeksi
sembuh (Ikawati, 2011).

Bronkhitis timbul tiba-tiba dalam kurun waktu 24 jam sampai 48 jam.


Gejalanya meliputi batuk terus menerus dengan dahak kering,nyeri
dada,sesak nafas dan mengi, seringkali menimbulkan sedikit kenaikan suhu.
Kelainan ini bisa merupakan sebuah komplikasi dari infeksi lain disaluran
pernafasan atas, misalnya tonsilitis. Biasanya hanya bronkus berukuran
sedang yang terkena, yang selanjutnya meradang dan menyempit.
Orang dewasa sehat biasanya dapat pulih dari infeksi ini dalam waktu
beberapa hari, tanpa memerlukan bantuan medis. Namun demikian, pada
orang lanjut usia atau penderita masalah saluran pernafasan lain, kelainan ini
dapat menyebar lebih kedalam paru-paru, menyebabkan infeksi sekunder,
seperti pneumonia bakteri (Parker, 2011).

4. Tanda dan Gejala Klinis

Menurut Price (1995), tanda dan gejala klinis yang timbul pada pasien
bronkhitis tergantung pada luas dan beratnya penyakit, lokasi kelainannya
dan ada tidaknya komplikasi lanjut. Ciri khas pada penyakit ini adalah adanya
batuk disertai produksi sputum, adanya haemaptoe dan pneumonia berulang.
Tanda dan gejala klinis dapat demikian hebat pada penyakit berat dan
dapat tidak nyata atau tanpa gejala pada penyakit yang ringan. Tanda dan
gejala tersebut yaitu :
a. Batuk produktif
Pada bronkhitis mempunyai ciri antara lain batuk produktif
berlangsung lama, jumlah sputum bervariasi, umumnya jumlahnya
banyak terutama pada pagi hari sesudah ada perubahan posisi tidur atau
bangun dari tidur. Kalau tidak ada infeksi sekunder sputumnya mukoid,
sedangkan apabila terjadi infeksi sputumnya purulen, dapat memberikan
bau yang tidak sedap.
b. Haemaptoe
Terjadi pada 50% kasus bronkhitis, kelainan ini terjadi akibat
nekrosis atau destruksi mukosa bronkhus mengenai pembuluh darah
sehingga pembuluh darah pecah dan timbul perdarahan. Perdarahan yang
timbul bervariasi mulai dari yang paling ringan sampai perdarahan cukup
banyak atau massif. Pada bronkhitis kering, haemaptoe justru tanda satu-
satunya karena bronkhitis jenis ini letaknya di lobus atas paru,
drainasenya baik, sputum tidak pernah menumpuk dan kurang
menimbulkan reflek batuk, pasien tanpa batuk atau batuknya minimal.
Pada tuberkolosis paru dan bronkhitis ini merupakan penyebab utama
komplikasi haemaptoe.
c. Sesak napas atau dispnea
Pada 50% kasus ditemukan sesak napas. Hal tersebut timbul dan
beratnya tergantung pada seberapa luas bronkhitis yang terjadi dan
seberapa jauh timbulnya kolap paru dan desturksi jaringan paru yang
terjadi akibat infeksi berulang (ISPA), biasanya menimbulkan fibrosis
paru dan emfisema. Kadang juga ditemukan suara mengi (wheezing),
akibat adanya obstruksi bronkhus. Mengi dapat lokal atau tersebar
tergantung pada distribusi kelainnya.
d. Demam berulang
Bronkhitis merupakan penyakit yang berjalan kronis, sering
mengalami infeksi berulang pada bronkhus maupun paru, sehingga sering
timbul deman.

5. Komplikasi Bonkhitis

Menurut Bahar (2001),komplikasi bronkhitis pada anak terutama pada


anak dengan malnutrisi atau dengan kondisi kesehatan yang jelek antara lain :
a. Otitis media akut
Otitis media akut yaitu keadaan terdapatnya cairan di dalam
telinga tengah dengan tanda dan gejala infeksi dan dapat disebabkan
berbagai patogen termasuk Sterptokokus pneumoniae dan Haemophilus
influenzae. Mikroorganisme patogen penyebab bronkhtis menyebar dan
masuk ke dalam saluran telinga tengah dan menimbulkan peradangan
sehingga terjadi infeksi.
b. Sinusitis maksilaris
Sinusitis maksilaris yaitu radang sinus yang ada di sekitar hidung
yang disebabkan oleh komplikasi peradangan jalan napas bagian atas
dibantu oleh adanya faktor predisposisi. Infeksi pada sinus dapat
menyebabkan bronkhospasme, oedema dan hipersekresi.
c. Pneumonia
Pneumonia adalah radang paru yang disebabkan oleh bermacam-
macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing. Jika
bronkhitis tidak ditangani dengan baik secara tuntas atau jika daya tahan
tubuh anak jelek, maka proses peradangan akan terus berlanjut sebut
bronkhopneumonia.
Gejala yang muncul umumnya berupa napas yang memburu atau
cepat dan sesak napas karena paru-paru mengalami peradangan. Pada
bayi usia 2 bulan sampai 6 tahun pneumonia berat ditandai adanya batuk
atau kesukaran bernapas, sesak napas ataupun penarik dinding dada
sebelah bawah ke dalam
d. Bronkhitis kronis
e. Pleuritis.
f. Efusi pleura atau empisema

6. Prognosa Bronkhitis

Prognosa adalah pengetahuan akan kejadian mendatang atau


perkiraan keadaan akhir yang mungkin terjadi dari serangan penyakit
(Dorland, 2002).
Prognosa pasien bronchitis tergantung pada berat ringannya serta
luasnya penyakit waktu pasien berobat pertama kali. Pemilihan pengobatan
secara tepat (konservatif atau pembedahan) dapat memperbaiki prognosa
penyakit. Pada kasus-kasus yang berat dan tidak diobati, prognosisnya jelek,
survivalnya tidak akan lebih dari 5-10 tahun.

7. Diagnosis Banding

Beberapa penyakit yang perlu dipertimbangkan kalau kita berhadapan


dengan pasien bronkhitis (Staff Klinik Mayo, 2010) :
a. Bronkhitis kronis.
b. Tuberculosis paru (Penyakit ini dapat disertai kelainan anatomis paru
berupa bronkhitis).
c. Abses paru (Terutama bila lelah ada hubungan dengan bronkus besar).
d. Penyakit paru penyebab hemaptomisis misalnya karsinoma paru,adenoma
paru.
e. Fistula bronkopleural dengan empisema.
8. Penatalaksanaan Bronkhitis

Objektif utama pengobatan adalah untuk menjaga agar bronchioles


terbuka dan berfungsi, untuk memudahkan pembuangan sekresi bronchial,
untuk mencegah infeksi, dan untuk mencegah kecacatan. Perubahan dalam
pola sputum (sifat, warna, jumlah, ketebalan) dan dalam pola batuk adalah
tanda yang penting untuk dicatat.
Infeksi bakteri kambuhan diobati dengan terapi antibiotic berdasarkan
hasil pemeriksaan kultur dan sensitivitas. Untuk membantu membuang
sekresi bronchial, diresepkan bronchodilator untuk menghilangkan
bronchospasme dan mengurangi obstruksi jalan napas sehinggga lebih banyak
oksigen didistribusikan ke seluruh bagian paru, dan ventilasi alveolar
diperbaiki.
Postural drainage dan perkusi dada setelah pengobatan biasanya
sangat membantu, terutama bila terdapat bronchiectasis. Cairan (yang
diberikan per oral atau parenteral jika bronchospasme berat) adalah bagian
penting dari terapi, karena hidrasi yang baik membantu untuk mengencerkan
sekresi sehingga dapat dengan mudah dikeluarkan dengan membatukannya.
Terapi kortikosteroid mungkin digunakan ketika pasien tidak menunjukkan
keberhasilan terhadap pengukuran yang lebih konservatif. Pasien harus
menghentikan merokok karena menyebabkan bronchoconstrictor,
melumpuhkan sillia, yang penting dalam membuang partikel yang
mengiritasi, dan menginaktivasi surfactants, yang memainkan peran penting
dalam memudahkan pengembangan paru-paru. Perokok juga lebih rentan
terhadap infeksi bronchial (Smeltzer, 2001).
BAB V

PENUTUP

1. Kesimpulan

Bronkitis kronis merupakan suatu inflamasi pada bronkus yang sifatnya

menahun (berlangsung lama) dan disebabkan oleh berbagai faktor, baik yang

berasal dari luar bronkus maupun dari bronkus itu sendiri. Bronkitis kronis

ditandai dengan produksi mukus trakeobronkial yang berlebihan, sehingga dapat

menimbulkan batuk dengan ekspektorasi sedikitnya 3 bulan dalam setahun paling

sedikit 2 tahun secara berturut-turut.

2. Saran

1. Bagi Institusi Pendidikan

Menjadi tambahan wacana dan bahan masukan dalam proses belajar

mengajar mengenai penyakit bronchitis Dan masukan bagi perpustakaan untuk

lebih menambah referensi untuk buku-buku tentang penyakit bronchitis kronis.

2. Bagi Keluarga

Diharapkan bagi keluarga agar dapat menjaga kebersihan supaya

terhindar dari bakteri, kuman, dan virus yang dapat mengakibatkan bronchitis

kronis. Serta agar lebih menjaga dan merawat pasien, serta lingkungan rumah

untuk meningkatkan kesehatan pasien.

Anda mungkin juga menyukai