Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN

DENGAN GANGGUAN SISTEM OKSIGENASI “ BRONKITIS”

DISUSUN OLEH:

NAMA: NI NYOMAN WIWIN N

KELAS: XI A KEPERAWATAN
YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA
TENGGARA BARAT SEKOLAH MENENGAH
KEJURUAN YARSI MATARAM T.A 2021/2022

Lembar pengesahan

Makalah laporan pendahuluan dengan judul gangguan “bronkitis”

Telah disahkan dan disetujui pada:

Hari/tanggal:

Tahun:

Mengetahui,

Guru mapel IPPD

(Zuhd. S. Kep. Ners. CWCC)


Kata Pengantar

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
segala rahmat dan kasih-Nya yang senantiasa menyertai dan memberkati sehingga
Saya Dapat menyelesaikan laporan pendahuluan yang berjudul” bronkitis”

Terimakasih saya ucapkan kepada bapak Zuhdi S. Kep. Ners. CWCC, yang telah
membantu kami baik secara moral maupun materi. Terimakasih juga saya ucapkan kepada
teman- teman seperjuangan yang telah mendukung saya, sehingga dapat menyelesaikan
tugas ini tepat waktu

Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan yang saya buat ini masih banyak
kekurangan bahkan jauh dari kata sempurna baik segi penyusunan, bahasa, maupun
penulisannya. Oleh karena itu saya sanggat mengharapkan kritik dan saran agar penulis
bisa menjadi lebih naik lagi

Semoga laporan pendahuluan ini bisa menambah wawasan para pembaca dan
semoga bermanfaat untuk perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.

Mataram, 17 September 2021

Penulis
DAFTAR ISI

COVER.......................................................................i
Lembar pengesahan ..................................................ii
KATA PENGANTAR..........:..........................................iii
Daftar isi....................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN..................................................

1.1. Latar belakang.....................................................


1.2. Tujuan penulisan laporan...................................
1.3. Manfaat..............................................................

BAB II PEMBAHASAN...................................................
2.1. Definisi..............................................................
2.2. Anatomi fisiologi................................................
2.3. Etiologi....,.........................................................
2.4. Klasifikasi..........................................................
2.5. Patofisiologi......................................................
2.6. Manifestasi klinis..............................................
2.7. Pemeriksaan penunjang fisik.............................
2.8. Penatalaksanaan...............................................
2.9. Komplikasi.........................................................

BAB III KONSEP DASAR KEPERAWATAN


3.1. Pengkajian...........………………................................
3.2. Diagnosa Keperawatan .......................................
3.3. Intervensi keperawatan ......................................

BAB IV PENUTUP
4.1. Kesimpulan........................................................
4.2. Saran ................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

 Latar Belakang

Bronkitis merupakan penyakit infeksi pada saluran pernapasan yang menyerang bronkus.
Penyakit ini banyak menyerang anak-anak yang lingkungannya banyak polutan, misalnya orang
tua yang merokok dirumah, asap kendaraan bermotor, asap hasil pembakaran pada saat masak
yang menggunakan bahan bakar kayu. Di Indonesia masih banyak keluarga yang setiap hari
menghirup polutan ini, kondisi ini menyebabkan angka kejadian penyakit bronkhitis sangat tinggi
(Marni, 2014).
Pada tahun 2007 di Negara berkembang seperti Indonesia infeksi saluran pernafasan bawah masih
merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting. Resiko penularan setiap tahun di
Indonesia di anggap cukup tinggi. Di Indonesia yang terinfeksi bronkhitis sekitar 1.6 juta orang.
Bronkhitis adalah suatu peradangan pada bronkus, bronkhiali, dan trakhea (saluran udara ke paru-
paru). Penyakit ini biasanya bersifat ringan dan pada akhirnya akan sembuh sempurna. Tetapi
pada penderita yang memiliki penyakit menahun (misalnya penyakit jantung atau penyakit paru-
paru) dan usia lanjut, bronkhitis bisa menjadi masalah serius (Arif, 2008).
Untuk Bronkitis, jumlah anak yang terdiagnosa Bronkitis pada tahun 2007 di Amerika Serikat
adalah 7,6 juta orang. Dampak yang timbul akibat menderita penyakit bronkitis adalah infeksi
saluran napas yang berat dan sering, penyempitan dan penyumbatan bronchus, sulit bernapas,
hingga kematian (Puspitasari, 2009).
Menurut American Academy of Family Physian lebih dari 90% pasien bronkitis memiliki riwayat
pernah menjadi perokok. Tetapi terdapat faktor lain yang sedikit kontribusinya menyebabkan
bronkitis yaitu infeksi virus atau bakteri, polusi udara (ozon dan nitrogen dioksida/NO2), terpapar
iritan di tempat kerja, dan lain-lain. Iritan-iritan yang dapat menyebabkan penyakit ini diantaranya
uap logam ( fume) dari bahan-bahan kimia seperti sulfur dioksida (SO2), hidrogen sulfida (H2S),
bromin (Br), amonia (NH3), asam kuat, beberapaorganic solvent , dan klorin (Cl). Debu juga dapat
menyebabkan bronkitis, seperti debu batu bara (Puspitasari, 2009)
Berdasarkan data yang diperoleh dari Rekam Medik RSUD Surakarta pada tahun 2014 ditemukan
jumlah kasus bronkitis sebanyak 207 kasus. Sedangkan jumlah kasus Bronkhitis yang terjadi pada
tahun 2015 sampai dengan bulan April sebanyak 53 kasus. Di RSUD Surakarta mencatat kejadian
Bronkhitis hingga saat ini terus bertambah di bangsal anak Anggrek 8 RSUD Surakarta (Rekam
medik RSUD Surakarta, 2015).
Dari studi kasus yang sudah dilakukan di RSUD Surakarta tentang bronkitis, maka penulis tertarik
untuk mengangkat kasus tersebut menjadi karya tulis ilmiah yang bertujuan untuk mendapatkan
pengetahuan dan pengalaman serta dapat menetapkan standar asuhan keperawatan anak.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana Asuhan Keperawatan pada An. Y dengan gangguan sistem oksigenasi:
Bronkhitis di RSUD Surakarta ruang Anggrek?

C. Tujuan

1. Tujuan Umum
Penulis mendapatkan pengalaman dalam peranan asuhan keperawatan pada anak dengan
Bronkitis di Ruang Anggrek 8 RSUD Surakarta.
2. Tujuan Khusus
Penulis mengetahui dan mampu:
a. Melakukan pengkajian keperawatan anak dengan pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada
bronkitis.
b. Merumuskan diagnosa keperawatan anak dengan pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada
bronkitis.
c. Menyusun rencana Asuhan Keperawatan anak dengan pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada
bronkitis.
d. Melakukan implementasi keperawatan anak dengan pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada
bronkitis.
e. Melakukan evaluasi keperwatan anak dengan pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada bronkits.

D. Manfaat

1. Bagi Penulis
Penulis lebih memahami tentang asuhan keperawatan pada anak dengan
Bronkhitis dan menerapkan ilmu yang diperoleh dalam penanganan
pasien bronkhitis.
2. Bagi Keluarga dan Klien
Memberi pengetahuan dan ketrampilan pada anggota keluarga tentang
perawatan anak dengan bronkhitis.
3. Bagi Pembaca
Memberikan gambaran mengenai penatalaksanaan dan penanganan
kepada anak dengan bronkhitis.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Definisi

Bronkitis adalah suatu peradangan pada saluran bronkial atau bronki. Peradangan
tersebutdisebabkan oleh virus, bakteri, merokok, atau polusi udara (Samer Qarah, 2007).§
Bronkitis akut adalah batuk dan kadang-kadang produksi dahak tidak lebih dari tigaminggu (Samer
Qarah, 2007).
Bronkitis kronis adalah batuk disertai sputum setiap hari selama setidaknya 3 bulan
dalamsetahun selama paling sedikit 2 tahun berturut-turut.
Bronkhitis adalah hipersekresi mukus dan batuk produktif kronis berulang-ulang
minimalselama 3 bulan pertahun atau paling sedikit dalam 2 tahun berturut-turut pada pasien
yangdiketahui tidak terdapat penyebab lain (Perawatan Medikal Bedah 2, 1998, hal : 490).
Penyakit ini biasanya bersifat ringan dan pada akhirnya akan sembuh sempurna. Tetapi
pada penderita yang memiliki penyakit menahun (misalnya penyakit jantung atau penyakit paru-
paru) dan pada usia lanjut, bronkitis bisa bersifat serius.
Macam-macam Bronchitis

Bronchitis terbagi menjadi 2 jenis sebagai berikut.·

Bronchitis akut. Yaitu, bronchitis yang biasanya datang dan sembuh hanya dalam waktu2 hingga
3 minggu saja. Kebanyakan penderita bronchitis akut akan sembuh total tanpamasalah yang lain

Bronchitis kronis. Yaitu, bronchitis yang biasanya datang secara berulang-ulang dalam jangka
waktu yang lama. Terutama, pada perokok. Bronchitis kronis ini juga berartimenderita batuk yang
dengan disertai dahak dan diderita selama berbulan-bulan hinggatahunan.

2.2. Anatomi Fisiologi

1. Rongga hidung

Rongga hidung dilapisi dengan membran mukosa yang sangat banyak mengandung %askularyang
disebut mukosa hidung. Lendir disekresi secara terus menerus oleh sel ' sel goblet yangmelapisi
permukaan mukosa hidung dan bergerak ke belakang ke nasofaring oleh gerakan silia .Hidung
berfungsi sebagai penyaring kotoran, melembabkan serta menghangatkan udara yangdihirup ke
dalam paru ' paru.
2. Faring

Adalah struktur yang menghubungkan hidung dengan rongga mulut ke laring. Faring dibagimenjadi
tiga region: nasofaring, orofaring, dan laringofaring. Fungsi utamanya adalah untuk menyediakan
saluran pada traktus respiratoriun dan digestif.
3.Laring
Adalah struktur epitel kartilago yang menghubungkan faring dan trakhea. Fungsi utamanyaadalah
untuk memungkinkan terjadinya lokalisasi. &aring juga melindungi jalan nafas bawah dari obstruksi
benda asing dan memudahkan batuk.

Saluran pernafasan bagian bawah

1.Trakhea
Disokong oleh cincin tulang rawan yang berbentuk seperti sepatu kuda yang panjangnya kuranglebih
5 ciinci, tempat dimana trakea bercabang menjadi bronkus utama kiri dan kanan dikenalsebagai
karina. Karina memiliki banyak saraf dan dapat menyebabkan bronkospasme dan batuk yang kuat
jika dirangsang.
3. Bronkus
Broncus terdiri atas 2 bagian yaitu broncus kanan dan kiri. Broncus kanan lebih pendek dan lebar,
merupakan kelanjutan dari trakhea yang arahnya hampir vertikal. Bronchus kiri lebih panjang dan
lebih sempit, merupakan kelanjutan dari trakhea dengan sudut yang lebih tajam.
Cabang utama bronchus kanan dan kiri bercabang menjadi bronchus lobaris kemudian bronchus
segmentaliis.. Bronkus dan bronkiolus dilapisi oleh sel ' sel yang permukaannya dilapisi olehrambut
pendek yang disebut silia, yang berfungsi untuk mengeluarkan lendir dan benda asingmenjauhi paru
menuju laring.
3.Bronkiolus membentuk percabangan menjadi bronkiolus terminalis yang tidak mempunyaikelenjar
lendir dan silia. Bronkiolus terminalis kemudian menjadi bronkiolus respiratori yangmenjadi saluran
transisional antara jalan udara konduksi dan jalan udara pertukaran gas.
4. Alveoli terbentuk oleh sekitar 300juta alveoli. Terdapat tiga jenis sel-sel alveolar tipe 1 adalah sel
epitel yang membentuk dinding alveolar.Sel alveolar tipe II ' sel yang aktif secara metabolik,
mensekresi surfactan, suatu fosfolipid yang melapisi permukaan dalam danmencegah al%eolar agar
tidak kolaps. Sel alveolar tipe III adalah makrofag yang merupakan sel ' sel fagositosis yang besar
yang memakan benda asing dan bekerja sebagai mekanisme pertahanan penting.

2.3. Etiologi

Merokok merupakan satu-satunya penyebab kausal yang terpenting. Peningkatan


resikomortalitas akibat bronkitis hampir berbanding lurus dengan jumlah rokok yang dihisap
setiaphari (Rubenstein, et al., 2007).
Polusi udara yang terus menerus juga merupakan predisposisi infeksi rekuren karena
polusimemperlambat aktivitas silia dan fagositosis. Zat-zat kimia yang dapat juga menyebabkan
bronkitis adalah O2, N2O, hidrokarbon, aldehid, ozon.
Infeksi. Eksaserbasi bronchitis disangka paling sering diawali dengan infeksi virus yangkemudian
menyebabkan infeksi sekunder bakteri. Bakteri yang diisolasi paling banyak adalah
Hemophilus influenza dan streptococcus pneumonie dan organisme lain seperti Mycoplasma
pneumonia.
Defisiensi alfa-1 antitripsin adalah gangguan resesif yang terjadi pada sekitar 5% pasienemfisema
(dan sekitar 20% dari kolestasis neonatorum) karena protein alfa-1 antitripsin inimemegang peranan
penting dalam mencegah kerusakan alveoli oleh neutrofil elastase(Rubenstein, et al., 2007).
Terdapat hubungan dengan kelas sosial yang lebih rendah dan lingkungan industri banyak
paparan debu, asap (asam kuat, amonia, klorin, hidrogen sufilda, sulfur dioksida dan bromin),gas-gas
kimiawi akibat kerja.
Riwayat infeksi saluran napas. Infeksi saluran pernapasan bagian atas pada penderita bronkitis
hampir selalu menyebabkan infeksi paru bagian bawah, serta menyebabkankerusakan paru
bertambah.

Bronkhitis kronis dapat merupakan komplikasi kelainan patologik pada beberapa alat
tubuh,yaitu:
a. Penyakit jantung menahun, yang disebabkan oleh kelainan patologik pada katupmaupun
miokardia. Kongesti menahun pada dinding bronkhus melemahkan daya tahansehingga infeksi
bakteri mudah terjadi.
b. Infeksi sinus paranasalis dan rongga mulut, area infeksi merupakan cumber bakteri yangdapat
menyerang dinding bronkhus.
C. Dilatasi bronkhus (bronkInektasi), menyebabkan gangguan susunan dan fungsi dinding bronkhus
sehingga infeksi bakteri mudah terjadi.
d. Rokok dapat menimbulkan kelumpuhan bulu getar selaput lendir bronkhus sehinggadrainase
lendir terganggu. Kumpulan lendir tersebut merupakan media yang baik untuk pertumbuhan
bakteri.

2.4. Klasifikasi

Menurut Arif (2008) Bronkitis terbagi menjadi 2 jenis sebagai berikut:


a. Bronkitis akut
Bronkitis yang biasanya datang dan sembuh hanya dalam waktu 2
hingga 3 minggu saja, kebanyakan penderita bronkitis akut akan
sembuh total tanpa masalah lain.
b. Bronkitis kronis
Bronkitis yang biasanya datang secara berulang-ulang dalam waktu
yang lama, terutama pada perokok, bronkitis kronis ini juga berarti
menderita batuk yang dengan disertai dahak dan diderita selama
berbulan bulan hingga tahunan.

2.5. Patofisiologi

Serangan bronkhitis akut dapat timbul dalam serangan tunggal atau dapat timbul
kembalisebagai eksaserbasi akut dari bronkhitis kronis. Pada umumnya, virus merupakan awal
dariserangan bronkhitis akut pada infeksi saluran napas bagian atas. Dokter akan mendiagnosis
bronkhitis kronis jika pasien mengalami batuk atau mengalami produksi sputum selamakurang lebih
tiga bulan dalam satu tahun atau paling sedikit dalam dua tahun berturut-turut
.Serangan bronkhitis disebabkan karena tubuh terpapar agen infeksi maupun non infeksi(terutama
rokok). Iritan (zat yang menyebabkan iritasi) akan menyebabkan timbulnya responsinflamasi yang
akan menyebabkan vasodilatasi, kongesti, edema mukosa, dan bronkospasme.Tidak seperti
emfisema, bronkhitis lebih memengaruhi jalan napas kecil dan besardibandingkan alveoli. Dalam
keadaan bronkhitis, aliran udara masih memungkinkan tidakmengalami hambatan

Pasien dengan bronkhitis kronis akan mengalami :

a.Peningkatan ukuran dan jumlah kelenjar mukus pada bronkhus besar sehingga meningkatkan
produksi mukus.

b. Mukus lebih kental

c.. Kerusakan fungsi siliari yang dapat menunjukkan mekanisme pembersihan muku.

Pada keadaan normal, paru-paru memiliki kemampuan yang disebut mucocilliary defence,yaitu
sistem penjagaan paru-paru yang dilakukan oleh mukus dan siliari. Pada pasien dengan bronkhitis
akut, sistem mucocilliary defence paru-paru mengalami kerusakan sehingga lebihmudah terserang
infeksi. Ketika infeksi timbul, kelenjar mukus akan menjadi hipertropi danhiperplasia (ukuran
membesar dan jumlah bertambah) sehingga produksi mukus akanmeningkat. infeksi juga
menyebabkan dinding bronkhial meradang, menebal (sering kalisampai dua kali ketebalan normal),
dan mengeluarkan mukus kental. Adanya mukus kentaldari dinding bronkhial dan mukus yang
dihasilkan kelenjar mukus dalam jumlah banyak akanmenghambat beberapa aliran udara kecil dan
mempersempit saluran udara besar. Bronkhitiskronis mula-mula hanya memengaruhi bronkhus
besar, namun lambat laun akanmemengaruhi seluruh saluran napas.

Mukus yang kental dan pembesaran bronkhus akan mengobstruksi jalan napas terutamaselama
ekspirasi. Jalan napas selanjutnya mengalami kolaps dan udara terperangkap pada bagian distal dari
paru-paru. Obstruksi ini menyebabkan penurunan ventilasi alveolus,

hipoksia, dan acidosis. Pasien mengalami kekurangan 02, iaringan dan ratio ventilasi
perfusiabnormal timbul, di mana terjadi penurunan PO2 Kerusakan ventilasi juga
dapatmeningkatkan nilai PCO,sehingga pasien terlihat sianosis. Sebagai kompensasi darihipoksemia,
maka terjadi polisitemia (produksi eritrosit berlebihan).

Pada saat penyakit bertambah parah, sering ditemukan produksi sejumlah sputum yang hitam,
biasanya karena infeksi pulmonari. Selama infeksi, pasien mengalami reduksi pada FEVdengan
peningkatan pada RV dan FRC. Jika masalah tersebut tidak ditanggulangi,hipoksemia akan timbul
yang akhirnya menuiu penyakit cor pulmonal dan CHF( congestive Heart Failure).

2.6. Manifestasi klinis

Berdasarkan Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease


(GOLD, 2016) tanda gejala PPOK sebagai berikut:

1. Dyspnea
Dyspnea merupakan gejala kardinal PPOK, kondisi ini sebagai
penyebab utama ketidakmampuan dan menimbulkan kecemasan pasien
terhadap penyakit. Tipe pasien PPOK digambarkan dari keadaan
dyspnea-nya sebagai peningkatan upaya pasien untuk bernapas,
napas berat dan terengah–engah. Namun istilah yang digunakan untuk
menggambarkan dyspnea bervariasi dari individu dan budayanya.
2. Batuk
Batuk kronik menjadi gejala pertama pasien PPOK, kondisi ini
merupakan efek dari merokok atau terpajan oleh polusi lingkungan.
Pada awalnya batuk hanya sebentar, kemudian lama kelamaan menjadi
setiap hari bahkan sepanjang hari. Batuk kronik pada PPOK bisa jadi
tidak produktif. Keadaan ini disebabkan berkembangnya keterbatasan
aliran udara tanpa adanya batuk.
3. Produksi sputum
Pasien PPOK umumnya terjadi peningkatan dalam jumlah kecil
sputum setelah batuk sputum. Produksi sputum terjadi selama 3 bulan
atau lebih, sekurang–kurangnya 2 tahun berturut–turut merupakan
gejala klinis dari batuk kronik. Akan tetapi produksi sputum pada
pasien PPOK sulit untuk dievaluasi karena pasien PPOK sering
menelan sputum daripada mengeluarkannya.
4. Wheezing dan sesak napas
Wheezing dan sesak napas merupakan gejala non spesifik dan
bervariasi antar pasien. Wheezing bisa didengarkan tersebar luas di
dada saat inspirasi atau ekspirasi. Sesak dada sering terjadi saat
aktivitas, dan mungkin timbul kontraksi isometrik dari otot interkostal.

2.7. Pemeriksaan Penunjang Fisik

Pemeriksaan penunjang dari bronkitis adalah (Tamtam, 2018):Diagnosis dari bronkitis dapat
ditegakkan bila pada anamnesa pasienmempunyai gejala batuk yang timbul tiba-tiba dengan atau
tanpa sputumdan tanpa adanya bukti pasien menderita pneumonia, common cold, asmaakut,
eksaserbasi akut bronkitis kronik dan penyakit paru obstruktif kronik(PPOK). Pada pemeriksaan fisik
pada stadium awal biasanya tidak khas.Dapat ditemukan adanya demam, gejala rinitis sebagai
manifestasi pengiring, atau faring hiperemis. Sejalan dengan perkembangan serta progresivitas
batuk, pada auskultasi dada dapat terdengar ronki, wheezing,ekspirium diperpanjang atau tanda
obstruksi lainnya. Bila lendir banyakdan tidak terlalu lengket akan terdengar ronki basah. Dalam
suatu penelitian terdapat metode untuk menyingkirkan kemungkinan pneumonia pada pasien
dengan batuk disertai dengan produksi sputum yang dicurigaimenderita bronkitis akut, yang antara
lain bila tidak ditemukan keadaansebagai berikut:
1.Denyut jantung > 100 kali per menit
2.frekuenzi napas> 24 kali per menit
3. Suhu > 38 C
4. Pada pemeriksaan fisik paru tidak terdapat focal konsolidasi dan peningkatan suara napas
5.Keadaan tersebut tidak ditemukan, kemungkinan pneumonia dapatdisingkirkan dan dapat
mengurangi kebutuhan untuk foto thorax.
Tidak ada pemeriksaan penunjang yang memberikan hasil definitif untukdiagnosis bronkitis.
Pemeriksaan kultur dahak diperlukan bila etiologi bronkitis harus ditemukan untuk kepentingan
terapi. Hal ini biasanyadiperlukan pada bronkitis kronis. Pada bronkitis akut pemeriksaan ini tidak
berarti banyak karena sebagian besar penyebabnya adalah virus.Pemeriksaan radiologis biasanya
normal atau tampak corakan bronkialmeningkat. Pada beberapa penderita menunjukkan penurunan
ringan uji

fungsi paru. Akan tetapi uji ini tidak diperlukan pada penderita yangsebelumnya sehat.Ada beberapa
cara pemeriksaan diagnostic untuk penderit bronkitis, yakni:

1.Pemeriksaan Radiologis

Pemeriksaan foto dada sangat membantu dalam menegakkan ataumenyokong diagnosis dan
menyingkirkan penyakit penyakit lain.
Bronkitis kronik bukan suatu diagnosis radiologis.Menurut Fraser danPare lebih dari 50% pasien
bronkitis kronik mempunyai foto dada yangnormal, sedangkan Hadiarto mendapatkan data 26%
pasien. Tetapisecara radiologis ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:
a. Tubular shadows atau tram lines terlihat bayangan garis garis yang parallel, keluarga dari
hilus menuju apeks paru. Bayangantersebut adalah bayangan bronkus yang menebal. Dari 300
pasienyang diperiksa Fraser dan Pare, ternyata 80% mempunyai kelainantersebut.
B.Corak paru yang bertambah
Terlihat pada foto thorax diatas pada bagian bronkus terlihat berwarnalebih putih dibandingkan foto
thorax normal dikarenakan adanya penumpukan sekret dan edema pada penderita bronkitis.

2.Pemeriksaan faal paru

Pemeriksaan faal paru adalah mengukur berapa banyak udara yangdapat masuk kedalam paru
paru dan seberapa cepat udara dapatkeluar dari paru
paru. Pada pasien bronkitis kronik terdapat VEP1
dan KV yang menurun, VR yang bertambah dan KTP yangnormal.Pada emfisema paru terdapat
penurunan VEP1, KV, danKAEM (kecepatan arus ekspirasi maksimal), kenaikan KRF dan
VR,sedangkan KTP bertambah atau normal. Kelainan di atas lebih jelas pada stadium lanjut, sedang
pada stadium dini perubahan hanya padasaluran nafas kecil yang dapat dibuktikan dengan
pemeriksaan KAEM closing volume, flow volume curve dengan 02 dan gas helium N2 wash
Out curve.

3.Analisis Gas Darah

Pada umumnya pasien bronkitis tidak dapat mempertahankan ventilasidengan baik, sehingga
PaCO2 naik.Saturasi hemoglobin menurun, dantimbul
sianosis
.Terjadi juga vasokonstriksi pembuluh darah paru dan penambahan eritropoeisis.

4. Pemeriksaan EKG

Kelainan EKG yang paling dini adalah rotasi clock wise jantung. Bilasudah terdapat kor pulmonal
terdapat deviasi aksis ke kanan dan P- pulmonal pada hantaran II,III dan aVF. Voltase QRS rendah.Di
V1rasio R/S lebih dari 1 dan di V6 rasi R/S kurang dari 1.Seiring terdapatRBBB inkomplet.

2.8. . Penatalaksanaan

Penatalaksanaan

Penatalaksanaan dari bronkitis adalah sebagai berikut menurutSomantri, Irman (2009):


1.Bronchitis Akut
Pada pemeriksaan menggunakan stetoskop (auskultasi), terdengar ronki wheezing
dengan berbagai gradasi (perpanjangan ekspirasihingga ngik-ngik) dan
krepitasi
(suara kretek-kretek denganmenggunakan stetoskop). Adapun pemeriksaan dahak maupun
rontgendilakukan untuk membantu menegakkan diagnosa dan untukmenyingkirkan diagnosa
penyakit lain. Sebagian besar pengobatan
bronkitis akut bersifat simptomatis (meredakan keluhan). Obat-obatyang lazim digunakan,
Yakni:
a.Antitusif (penekan batuk): DMP (dekstromethorfan) 15 mg,diminum 2-3 kali sehari. Codein 10 mg,
diminum 3 kali sehari.Doveri 100 mg, diminum 3 kali sehari. Obat-obat ini bekerjadengan menekan
batuk pada pusat batuk di otak. Karenanyaantitusif tidak dianjurkan pada kehamilan dan bagi ibu
menyusui.Demikian pula pada anak-anak, para ahli berpendapat bahwaantitusif tidak dianjurkan,
terutama pada anak usia 6 tahun ke bawah. Pada penderita bronkitis akut yang disertai sesak napas,
penggunaan antitusif hendaknya dipertimbangkan dan diperlukanfeed back dari penderita. Jika
penderita merasa tambah sesak,maka antitusif dihentikan.
B. Ekspektorant: adalah obat batuk pengencer dahak agar dahakmudah dikeluarkan sehingga napas
menjadi lega. Ekspektorantyang lazim digunakan diantaranya: GG (glyceryl guaiacolate),
bromhexine, ambroxol, dan lain-lain.
C. Antipiretik (pereda panas): parasetamol (asetaminofen), dansejenisnya., digunakan jika penderita
demam.
D. Bronkodilator (melongarkan napas), diantaranya: salbutamol,terbutalin sulfat, teofilin, aminofilin,
dan lain-lain. Obat-obat inidigunakan pada penderita yang disertai sesak napas atau rasa berat
bernapas. Penderita hendaknya memahami bahwa bronkodilator tidak hanya untuk obat asma, tapi
dapat jugadigunakan untuk melonggarkan napas pada bronkitis. Selain itu, penderita hendaknya
mengetahui efek samping obat bronkodilatoryang mungkin dialami oleh penderita, yakni: berdebar,
lemas,gemetar dan keringat dingin. Andaikata mengalami efek sampingtersebut, maka dosis obat
diturunkan menjadi setengahnya. Jikamasih berdebar, hendaknya memberitahu dokter agar
diberikanobat bronkodilator jenis lain.
E. Antibiotika, Hanya digunakan jika dijumpai tanda-tanda infeksioleh kuman berdasarkan
pemeriksaan dokter

1. Bronchitis kronis
Penatalaksanaan Bronkitis kronis dilakukan secara berkesinambunganuntuk mencegah
timbulnya penyulit, meliputi
a. Edukasi, yakni memberikan pemahaman kepada penderita untukmengenali gejala dan
faktor-faktor pencetus kekambuhanBronkitis kronis
b. Sedapat mungkin menghindari paparan faktor-faktor pencetus.
c.Rehabilitasi medik untuk mengoptimalkan fungsi pernapasan danmencegah kekambuhan,
diantaranya dengan olah raga sesyuaiusia dan kemampuan, istirahat dalam jumlah yang cukup,
makanmakanan bergizi
3.Oksigenasi (terapi oksigen)
4.Obat-obat bronkodilator dan mukolitik agar dahak mudah dikeluarkan
.5.Antibiotika. Digunakan manakala penderita Bronkitis kronismengalami eksaserbasi oleh infeksi
kuman (H. influenzae, S. pneumoniae, M. catarrhalis). Pemilihan jenis antibiotika (pilihan pertama,
kedua dan seterusnya) dilakukan oleh dokter berdasarkanhasil pemeriksaan.

2.9.. Komplikasi

Komplikasi

Komplikasi Bronkitis

Bronkitis akut yang tidak diobati secara benar cenderung menjadi bronitis
kronis, sedangkan bronkitis kronis memungkinkan anak mudah mendapat infeksi.
Gangguan pernapasan secara langsung sebagai akibat bronkitis kronis ialah bila
lendir tetap tinggal di dalam paru akan menyebabkan terjadinya atelektasis atau
bronkiektasis, kelainan ini akan menambah penderitaan pasien lebih lama.
Untuk menghindarkan terjadinya komplikasi ini pasien bronkitis harus
mendapatkan pengobatan dan perawatan yang benar sehingga lendir tidak selalu
tertinggal dalam paru. Berikan banyak minum untuk membantu mengencerkan
lendir, berikan buah dan makanan bergizi untuk mempertinggi daya tahan tubuh.
Pada anak yang sudah mengerti beritahukan bagaimana sikapnya jika
Sedang batuk dan apa yang perlu dilakukan. Pada bayi batuk – batuk yang keras
sering diakhiri dengan muntah, biasanya bercampur lendir. Setelah muntah bayi
menjadi agak tenang. Tetapi bila muntah berkelanjutan, maka maka dengan
keluarnya makanan dapat menyebabkan bayi menjadi kurus serta menurunkan
daya tahan tubuh. Untuk mengurangi kemungkinan tersebut setelah bayi muntah
dan tenang perlu diberikan minum susu atau makanan lain (Ngastiyah, 2005).

BAB III

Konsep Dasar Keperawatan

3.1. Pengkajian

1. Identitas klien
Penderita berjenis kelamin laki – laki , usia antara 60-80 tahun ,
biasanya pasien menderita penyakit paru obstruksi kronik bekerja di
pabrik atau merokok.

2. Keluhan utama penyakit paru obstruksi kronik


Keluhan utama yang sering pada klien penyakit paru obstruksi kronik
yaitu: sesak nafas, batuk tak kunjung sembuh, ditemukan suara nafas
wheezing .

3. Riwayat penyakit sekarang


Riwayat kesehatan saat ini berupa uraian mengenai penyakit yang
diderita oleh klien mulai timbulnya keluhan yang dirasakan sampai
klien dibawa kerumah sakit , dan apakah pernah memeriksakan diri
ketempat lain selain rumah sakit umum serta pengobatan apa yang
pernah diberikan dan bagaimana perubahannya dan data yang di dapatkan
Saat pengkajian.

4. Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat kesehatan yang lalu seperti riwayat sebelumya misalnya
bronkitis kronik, riwayat penggunaan obat – obatan ( antitrispin
)
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Perlu dikaji apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit paru
– paru lainnya.
6. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada klien dengan bronktis kronik meliputi
pemeriksaan fisik umum persistem dari observasi keadaan umum
pemeriksaan fisik tanda – tanda vital, dan pemeriksaan fisik head to
toe.
a). Keadaan umum hasil pemeriksaan tanda – tanda vital yang didapat
pada klien bronkitis kronik ini adalah mengalamibatuk – batuk
tampak agak sesak , tampak lemah, sakit berat.
b). Tanda – tanda vital
TD menurun, nafas sesak, nadi lemah dan cepat, suhu meningkat,
sianosis
c).Kepala
Kulit kepala
Tujuan : untuk mengetahui turgor kulit serta tekstur kulit
kepala dan untuk mengetahui adanya lesi atau bekas
luka.
Inspeksi : lihat aada atau tidaknya lesi, warna coklat kehitaman, edema.
Dan distribusi rambut kulit.
Palpasi : raba dan tentukan turgor kulit elastic atau tidak,
tekstur halus lasr, akral hangat/dingin.
d).Rambut
Tujuan : untuk mengetahui teksur, warna, dan percabangan
rambut serta mengetahui rontok dan kotornya
Inspeksi : pertumbuhan rambut merat atau tidak, kotor atau
tidak serta bercabang atau tidak.
Palpasi : mudah rontom atau tidak, tekstur rambut kasar atau
halus.
e).Kuku
Tujuan : mengetahui warna, keadaan kuku panjang atau
tidak, serta mengetahui kapiler refil.
Inspeksi : catat mengenai warna biru : sianosis ,peningkatan
vesibilitas Hb,
bentuk : clubbing karena hypoxia pada kanker paru.
Palpasi : catat adanya nyeri tekan, dan hitung berapa detik
kapiler refill ( pada pasien hypoxia lambat ( 5 – 15
detik ).
f). Kepala/wajah
Tujuan : untuk mengetahui bentuk dan fungsi kepala serta
mengetahui luka atau kelainan pada kepala.
Inspeksi : lihat kesimetrisan wajah apabila muka kanan dan
kiri tidak sama misal ke kanan atau kekiri, hal itu
menunjukan adanya parase/kelumpuhan.
Palpasi : rasakan apabila adanya luka, tonjolan patologik,
dan respon nyeri dengan menekan kepala sesuai
kebutuhan
g). Mata
Tujuan : untuk mengetahui bentuk serta fungsi mata
(pengelihatan dan visus dan otot – otot mata), serta
mengetahui adanya kelainan pandangan pada mata
atau tidak.
Inspeksi : lihat kelopak mata ada lubang atau tidak, reflek
Berkedip baik/tidak, konjungtiva dan sclera : merah
atau konjungtivis,ikterik/indikasi hiperbilirubin, atau
meditrasis
Palpasi : tekan dengan ringan untuk mengetahui adanya TIO
(Tekana Intra Okuler) jika ada peningkatan akan
teraba keras ( pasien dengan glucoma/kerusakan
dikus optikus adanya nyeri tekan atau tidak). Hidung
Tujuan : untuk mengetahui bentuk serta fungsi dari hidung
dan mengetahui ada atau tidaknya implamasi atau sinusitis
Inspkesi : simetris atau tidaknya hidung, ada atau tidaknya
secret.
Palpasi : adanya nyeri tekan atau tidak.
h).Telinga
Tujuan : untuk mengetahui keadaan telinga, kedalaman telinga
luar, saluran telinga, gendang telinga.
Inspeksi : daun telinga simetris atau tidak, ukuran, warna,
bentuk, kebersihan, lesi.
Palpasi : tekan daun telinga adakah respon nyeri atau tidak setta
rasakan kelenturan kartaliago.
i).Mulut dan faring
Tujuan : Untuk mengetahui kelainan dan bentuk pada mulut,
dan mengetahui kebersihan mulut.
Isnpeksi : lihat pada bagian bibir apakah ada kelainaan
Congential (bibir sumbing ) kesimetrisan, warna,
pembengkakan, lesi, kelembapan, amati juga jumlah
dan bentuk gigi, berlubang, warna plak dan
kebersihan gigi.
Palpasi : pegang dan tekan pelan daerah pipi kemudian rasakan
ada masa atau tumor, oedematau nyeri.
j).Leher
Tujuan : untuk menemukan struktur intregitas leher, bentuk serta organ
yang berkaitan, untuk memriksa sistem limfatik
Inspeksi : amati bemtuk, warna kulit, jaringan perut, amati
adanya perkembangan, kelenjar tiroid, dan amatu
kesimetrisan leher dari depan belakang dan samping
Palpasi : pegang leher klien, anjurkan klien untuk menelan dan
rasakan adanya kelenjar tiroid.
k).Dada
Tujuan : untuk mengetahui kesimetrisan, irama nafas, frekuensi,
ada atau tidaknya nyeri tekan, dan utnuk
mendengrakan bunyi paru
Inspeksi : amati bentuk dada dan pergerakan dada kanan dan
kiri, amati adanya retraksi intrecosta amati pergerakan
paru
Palpasi : menetukan batas normal suara ketukan normal paru.
Bunyi resonan atau sonor pada seluruh lapang paru,
jika disertai efusi pleura akan didapati suara redup
hingga pekak jika disertai pneumothoraks bunyi
hypersonan.
Auskultas : untuk mengetahui ada atau tidaknya suara tambahan
nafas, veskular, wheezing, clecies , atau ronchi.
l).Abdomen
Tujuan : untuk mengetahui gerakan dan bentuk perut,
mendengarkan bunyi pristaltik usus, dan mengetahui
ada atau tidaknya nyeri tekan pada bagian dalam
abdomen.
Inspeksi : amati bentuk perut secara umum, warna, ada tidaknya
retraksi, benjolan simetrisan, serta ada atau tidak nya
asietas.
Auskultasi : mendengarkan bising usus minimal 10 –
12x/menit.
m) Muskulokelektal
Tujuan : untuk mengetahui mobilitas kekuatan dari
otot dan gangguan – gangguan didaerah tertentu
Isnpeksis : mengenali ukuran adanya atrofil dan hipertrofil,
amati kekuatan otot dengan memberi penahan
paada anggota gerak atas bawah.
7. Pola Fungsi Kesehatan
Pola fungsi kesehatan pada klien penyakit paru obstruki
kronik
a) Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat
Menggambarkan persepsi, dan tatalaksana hidup sehat
b).pola nutrisi
Menggambarkan masukan nutrisi balance cairan, dan
elektrolit, nafsu makan, pola makan, diet, kesulitan menelan,
mual/muntah, dan makanan kesukaan
c) Menjelaskan pola fungsi ekresi, kandung kemih, defekasi,
ada tidaknya defekasi
d) Pola tidur dan istirahat
Menggambarkan pola tidur, istirahat, dan persepsi terhadap
energy, jumlah jam tidur siang dan malam, masalah tidur
dan insomnia.
e) Pola aktifitas dan istirahat
Menggambarkan pola dan latihan, aktifitas, fungsi
pernafasan, dan sirkulasi, riwayat penyakit
jantung,frekuensi,irama, dan kedalaman pernafasan
f) Pola hubungan dan peran
Menggambarkan dan mengetahui hubungan dan peran klien
terhadap anggota keluarga dan masyarakat tempat tinggal,
pekerjaan.
g) Pola sensori dan kognitif
Pola persepsi sensori meliputi pengkajian pengelihatan,
pendengaran dan penghidu pada pasien katarak dapat
ditemukan gejala gangguan pengelihatan perifer, kesulitan
memfokuskan kerja dengan merasa diruang gelap. Sedang
tandanya adalah tampak kecokelatan atau putih susu pada
pupil, penigkatan air mata.
h) Pola persepsi menggambarkan sikap tentang diri sendiri dan
persepsi terhadap kemampuan konsep diri
i) Pola seksual dan reproduksi
j) Menggambarekan kepuasan /masalah terhadap seksualitas
k) Pola mekanisme/ penanggulanga stres
l) Menggamabarkan kemampuan untuk menangani stres.
m) Pola nilai dan kepercayaan
n) Menggambarkan dan menjelaskan pola, nilai keyakinan termasuk spiritual

3.2. Diagnosa keperawatan

Diagnosa perawatan yang bisa muncul:


1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan
produksi sekret.
2.Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas oleh sekresi,
spasme bronchus.
3. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan broncokontriksi,
mukus.
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan dispnoe,
anoreksia, mual muntah.
5. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan menetapnya
sekret, proses penyakit kronis.
6. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
7. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit dan
perawatan di rumah.
N RENCANA KEPERAWATAN
O TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
DIAGNOSA
2 Bersihan jalan Setelah dulakukan tindakan a. kajian ffungsi a. membantu
nafas tidak keperawatan selama……..x pernafasan: bunyi nafas adannya
efektif 24 jam masalah bersihan kecepetan irama, perubahan
berhubungan jalan nafas efektif dapat kedalaman dan pola napas
denga teratasi dengan ktiteria penggunaan otot bantu b. posisi semi
peningkatan hasil: pernafasan fowler
produksi a. sputum tidak b. kajian posisi yang mempelancar
sputum dan ada nyaman untuk kilne, sirkulasi
bronkospasm b. .bunyi nafas misalnya posisi kepala pernapasan
e vesikuler lebih tinggi [semi dalam tubuh
c. batuk fowler] c. mencegah
berkurang atau c. pertahankan adannya
hilang hidrasindekt ,adapun dihedrasi
d. sesak nafas cairan 40-50cc/kg /24 d. fisioterapi
berkurang atau jam dada
hilang d. lakukan kfisioterapi mempermuda
e. tanda tanda dada jika tidak ada h pengeluaran
vital normal kontrak indikasi secret
e. kolaborasi dengan tim e. untuk
medis untuk menurunkan
memberikan mukolitik spasma jalan
napas dan
produksi
mukosa
Gangguan Setelah dilakukan tindakan a . pertahankan posisi tidur
pertukaran keperawatan selama………… fowler a) Posisi fowler
gas x24 jam masalah gangguan b. Kaji pernapasan percepatan dan memperlancar
berhubungan pertukaran gas dapat kedalaman serta penggunan sirkulasi
dengan teratasi dengan pertukaran otot bantu pernapasan pernapasan
perubahan hasil c. Awasi tingkat kesadaran/ status dalam tubuh
suplasi a) nilai analisis gas mental klien catat adanya b) Untuk
oksigen darah dalam batas perubahan menurunkan
normal d. Dorong klien untuk kolaps jalan
b) kesadaran menggeluarkan sputum nafas
komposmetis penghisapan lendir jika dispncadan
c) klien tidak e. Ukuran tanda vital setiap 4-5 kerja nafas
binggung jam dan awasii irama c) Indikasi
d) sputum tidak ada f. Palpasi fremitus langsung
e) siaposis tidak ada g. Berikan oksigen sesui indikasi keadekuatan
f) tanda fital dalam volume cairan
batas normal meskipun
membrane
mukosa mulut
mungkin
kering karena
nafas mullut
dan oksigen
tambahan
d) Untuk
membantu
jalannya
pernafasan
e) Dengan
mengetahui
tingkat
kesadaran
atau
mental klien
sehingga
memudahkan
tindakan
selanjutnya
f. Takikardia dan
perubahan
tekanan darah
dapat
menunjukan
efek
hipoksemia
sistematik
pada fungsi
jantung.

h.
3.3. Intervensi keperawatan

BAB IV

PENUTUPAN

4.1. Kesimpulan

1. Bronkitis adalah suatu peradangan pada bronkus (saluran udara ke paru-paru). Peradangan
ini menyebabkan penghasilan mukus yang banyakdan beberapa perubahan pada saluran
pernafsan. Ada 3 faktor utama yangmempengaruhi timbulnya bronchitis yaitu rokok, infeksi
dan polusi. Selainitu terdapat pula hubungan dengan faktor keturunan dan status
sosial.Manifestasi klinik dari bronkitis yaitu, produksi mukus kental, batuk produktif dengan
mukus purulen, dispnea, demam, suara serak, ronkiterutama waktu inspirasi, nyeri dada
kadang timbul, batuk sangat produktif, purulen, dan mudah memburuk oleh iritan
inhalan,udara dinginatau infeksi dan sesak nafas dan dispnea. Cara pemeriksaan
diagnosticuntuk penderit bronkitis adalah pemeriksaan radiologis, pemeriksaan faal paru,
analisis gas darah, dan pemeriksaan EKG. Diagnosa yang dapatmuncul adalah bersihan jalan
nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sputum dan broncospasme,
gangguan pertukaran gasdengan perubahan supple oksigen, gangguan nutrisi:kurang dari
kebutuhantubuh berhubungan dengan dispnea dan anoreksia dan intoleransi aktifitas
berhubungan dengan ketidak seimbangan suplei oksigen.

4.2. Saran

1.Bagi Pelayanan KeperawatanDalam perannya diharapkan dapat memberikan penyuluhan dan


pendidikan kesehatan berupa informasi tentang pentingnya pemberiansikap yang positif.

2.MahasiswaMahasiswa dapat menambah pengetahuan tentang konsep dari penyakit Bronkitis,


sehingga dalam pelaksanaan pembelajaran dapatmempermudah atau memberikan pemahaman
yang lebih terhadap penyakit Bronkitis.

3.PerawatPerawat diharapkan mampu memberikan asuhan keperawatan yang baik dan tepat
terhadap pasien dengan penyakit Bronkitis sertadiharapkan mampu memberikan pendidikan
kesehatan orang tua tentang penyakit Bronkitis.
DAFTAR PUSTAKA

Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan SistemPernafasan. Jakarta :
Salemba Medika.
Arif Muttaqin, 2008, Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan GangguanSistem Pernapasan,
Jakarta : Salemba Medika
IrmanSoemantri, 2008, Keperawatan Pada Gangguan Sistem Pemapasan, Jakarta:Salemba
Manurung , Santa. Dkk. 2008. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem PernafasanAkibat Infeksi.
Jakarta: Trans Info Media Jakarta.
Marni. 2014. Buku Ajar Keperawatan Pada Anak Dengan Gangguan Pernapasan.Yogyakarta: Gosyen
Publishing.
Puspitasari. 2009. Analisis pengaruh CAR, NPL, PDN, NIM, BOPO, LDR
Tamtam, T., 2018. Askep Klien Bronkitis. [online]
Available
athttps://www.academia.edu/20617537/ASKEP_KLIEN_BRONKITIS[Accessed 26 November 2018].

Anda mungkin juga menyukai