DISUSUN OLEH:
KELAS: XI A KEPERAWATAN
YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA
TENGGARA BARAT SEKOLAH MENENGAH
KEJURUAN YARSI MATARAM T.A 2021/2022
Lembar pengesahan
Hari/tanggal:
Tahun:
Mengetahui,
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
segala rahmat dan kasih-Nya yang senantiasa menyertai dan memberkati sehingga
Saya Dapat menyelesaikan laporan pendahuluan yang berjudul” bronkitis”
Terimakasih saya ucapkan kepada bapak Zuhdi S. Kep. Ners. CWCC, yang telah
membantu kami baik secara moral maupun materi. Terimakasih juga saya ucapkan kepada
teman- teman seperjuangan yang telah mendukung saya, sehingga dapat menyelesaikan
tugas ini tepat waktu
Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan yang saya buat ini masih banyak
kekurangan bahkan jauh dari kata sempurna baik segi penyusunan, bahasa, maupun
penulisannya. Oleh karena itu saya sanggat mengharapkan kritik dan saran agar penulis
bisa menjadi lebih naik lagi
Semoga laporan pendahuluan ini bisa menambah wawasan para pembaca dan
semoga bermanfaat untuk perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.
Penulis
DAFTAR ISI
COVER.......................................................................i
Lembar pengesahan ..................................................ii
KATA PENGANTAR..........:..........................................iii
Daftar isi....................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN..................................................
BAB II PEMBAHASAN...................................................
2.1. Definisi..............................................................
2.2. Anatomi fisiologi................................................
2.3. Etiologi....,.........................................................
2.4. Klasifikasi..........................................................
2.5. Patofisiologi......................................................
2.6. Manifestasi klinis..............................................
2.7. Pemeriksaan penunjang fisik.............................
2.8. Penatalaksanaan...............................................
2.9. Komplikasi.........................................................
BAB IV PENUTUP
4.1. Kesimpulan........................................................
4.2. Saran ................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Bronkitis merupakan penyakit infeksi pada saluran pernapasan yang menyerang bronkus.
Penyakit ini banyak menyerang anak-anak yang lingkungannya banyak polutan, misalnya orang
tua yang merokok dirumah, asap kendaraan bermotor, asap hasil pembakaran pada saat masak
yang menggunakan bahan bakar kayu. Di Indonesia masih banyak keluarga yang setiap hari
menghirup polutan ini, kondisi ini menyebabkan angka kejadian penyakit bronkhitis sangat tinggi
(Marni, 2014).
Pada tahun 2007 di Negara berkembang seperti Indonesia infeksi saluran pernafasan bawah masih
merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting. Resiko penularan setiap tahun di
Indonesia di anggap cukup tinggi. Di Indonesia yang terinfeksi bronkhitis sekitar 1.6 juta orang.
Bronkhitis adalah suatu peradangan pada bronkus, bronkhiali, dan trakhea (saluran udara ke paru-
paru). Penyakit ini biasanya bersifat ringan dan pada akhirnya akan sembuh sempurna. Tetapi
pada penderita yang memiliki penyakit menahun (misalnya penyakit jantung atau penyakit paru-
paru) dan usia lanjut, bronkhitis bisa menjadi masalah serius (Arif, 2008).
Untuk Bronkitis, jumlah anak yang terdiagnosa Bronkitis pada tahun 2007 di Amerika Serikat
adalah 7,6 juta orang. Dampak yang timbul akibat menderita penyakit bronkitis adalah infeksi
saluran napas yang berat dan sering, penyempitan dan penyumbatan bronchus, sulit bernapas,
hingga kematian (Puspitasari, 2009).
Menurut American Academy of Family Physian lebih dari 90% pasien bronkitis memiliki riwayat
pernah menjadi perokok. Tetapi terdapat faktor lain yang sedikit kontribusinya menyebabkan
bronkitis yaitu infeksi virus atau bakteri, polusi udara (ozon dan nitrogen dioksida/NO2), terpapar
iritan di tempat kerja, dan lain-lain. Iritan-iritan yang dapat menyebabkan penyakit ini diantaranya
uap logam ( fume) dari bahan-bahan kimia seperti sulfur dioksida (SO2), hidrogen sulfida (H2S),
bromin (Br), amonia (NH3), asam kuat, beberapaorganic solvent , dan klorin (Cl). Debu juga dapat
menyebabkan bronkitis, seperti debu batu bara (Puspitasari, 2009)
Berdasarkan data yang diperoleh dari Rekam Medik RSUD Surakarta pada tahun 2014 ditemukan
jumlah kasus bronkitis sebanyak 207 kasus. Sedangkan jumlah kasus Bronkhitis yang terjadi pada
tahun 2015 sampai dengan bulan April sebanyak 53 kasus. Di RSUD Surakarta mencatat kejadian
Bronkhitis hingga saat ini terus bertambah di bangsal anak Anggrek 8 RSUD Surakarta (Rekam
medik RSUD Surakarta, 2015).
Dari studi kasus yang sudah dilakukan di RSUD Surakarta tentang bronkitis, maka penulis tertarik
untuk mengangkat kasus tersebut menjadi karya tulis ilmiah yang bertujuan untuk mendapatkan
pengetahuan dan pengalaman serta dapat menetapkan standar asuhan keperawatan anak.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana Asuhan Keperawatan pada An. Y dengan gangguan sistem oksigenasi:
Bronkhitis di RSUD Surakarta ruang Anggrek?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Penulis mendapatkan pengalaman dalam peranan asuhan keperawatan pada anak dengan
Bronkitis di Ruang Anggrek 8 RSUD Surakarta.
2. Tujuan Khusus
Penulis mengetahui dan mampu:
a. Melakukan pengkajian keperawatan anak dengan pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada
bronkitis.
b. Merumuskan diagnosa keperawatan anak dengan pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada
bronkitis.
c. Menyusun rencana Asuhan Keperawatan anak dengan pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada
bronkitis.
d. Melakukan implementasi keperawatan anak dengan pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada
bronkitis.
e. Melakukan evaluasi keperwatan anak dengan pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada bronkits.
D. Manfaat
1. Bagi Penulis
Penulis lebih memahami tentang asuhan keperawatan pada anak dengan
Bronkhitis dan menerapkan ilmu yang diperoleh dalam penanganan
pasien bronkhitis.
2. Bagi Keluarga dan Klien
Memberi pengetahuan dan ketrampilan pada anggota keluarga tentang
perawatan anak dengan bronkhitis.
3. Bagi Pembaca
Memberikan gambaran mengenai penatalaksanaan dan penanganan
kepada anak dengan bronkhitis.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Definisi
Bronkitis adalah suatu peradangan pada saluran bronkial atau bronki. Peradangan
tersebutdisebabkan oleh virus, bakteri, merokok, atau polusi udara (Samer Qarah, 2007).§
Bronkitis akut adalah batuk dan kadang-kadang produksi dahak tidak lebih dari tigaminggu (Samer
Qarah, 2007).
Bronkitis kronis adalah batuk disertai sputum setiap hari selama setidaknya 3 bulan
dalamsetahun selama paling sedikit 2 tahun berturut-turut.
Bronkhitis adalah hipersekresi mukus dan batuk produktif kronis berulang-ulang
minimalselama 3 bulan pertahun atau paling sedikit dalam 2 tahun berturut-turut pada pasien
yangdiketahui tidak terdapat penyebab lain (Perawatan Medikal Bedah 2, 1998, hal : 490).
Penyakit ini biasanya bersifat ringan dan pada akhirnya akan sembuh sempurna. Tetapi
pada penderita yang memiliki penyakit menahun (misalnya penyakit jantung atau penyakit paru-
paru) dan pada usia lanjut, bronkitis bisa bersifat serius.
Macam-macam Bronchitis
Bronchitis akut. Yaitu, bronchitis yang biasanya datang dan sembuh hanya dalam waktu2 hingga
3 minggu saja. Kebanyakan penderita bronchitis akut akan sembuh total tanpamasalah yang lain
Bronchitis kronis. Yaitu, bronchitis yang biasanya datang secara berulang-ulang dalam jangka
waktu yang lama. Terutama, pada perokok. Bronchitis kronis ini juga berartimenderita batuk yang
dengan disertai dahak dan diderita selama berbulan-bulan hinggatahunan.
1. Rongga hidung
Rongga hidung dilapisi dengan membran mukosa yang sangat banyak mengandung %askularyang
disebut mukosa hidung. Lendir disekresi secara terus menerus oleh sel ' sel goblet yangmelapisi
permukaan mukosa hidung dan bergerak ke belakang ke nasofaring oleh gerakan silia .Hidung
berfungsi sebagai penyaring kotoran, melembabkan serta menghangatkan udara yangdihirup ke
dalam paru ' paru.
2. Faring
Adalah struktur yang menghubungkan hidung dengan rongga mulut ke laring. Faring dibagimenjadi
tiga region: nasofaring, orofaring, dan laringofaring. Fungsi utamanya adalah untuk menyediakan
saluran pada traktus respiratoriun dan digestif.
3.Laring
Adalah struktur epitel kartilago yang menghubungkan faring dan trakhea. Fungsi utamanyaadalah
untuk memungkinkan terjadinya lokalisasi. å juga melindungi jalan nafas bawah dari obstruksi
benda asing dan memudahkan batuk.
1.Trakhea
Disokong oleh cincin tulang rawan yang berbentuk seperti sepatu kuda yang panjangnya kuranglebih
5 ciinci, tempat dimana trakea bercabang menjadi bronkus utama kiri dan kanan dikenalsebagai
karina. Karina memiliki banyak saraf dan dapat menyebabkan bronkospasme dan batuk yang kuat
jika dirangsang.
3. Bronkus
Broncus terdiri atas 2 bagian yaitu broncus kanan dan kiri. Broncus kanan lebih pendek dan lebar,
merupakan kelanjutan dari trakhea yang arahnya hampir vertikal. Bronchus kiri lebih panjang dan
lebih sempit, merupakan kelanjutan dari trakhea dengan sudut yang lebih tajam.
Cabang utama bronchus kanan dan kiri bercabang menjadi bronchus lobaris kemudian bronchus
segmentaliis.. Bronkus dan bronkiolus dilapisi oleh sel ' sel yang permukaannya dilapisi olehrambut
pendek yang disebut silia, yang berfungsi untuk mengeluarkan lendir dan benda asingmenjauhi paru
menuju laring.
3.Bronkiolus membentuk percabangan menjadi bronkiolus terminalis yang tidak mempunyaikelenjar
lendir dan silia. Bronkiolus terminalis kemudian menjadi bronkiolus respiratori yangmenjadi saluran
transisional antara jalan udara konduksi dan jalan udara pertukaran gas.
4. Alveoli terbentuk oleh sekitar 300juta alveoli. Terdapat tiga jenis sel-sel alveolar tipe 1 adalah sel
epitel yang membentuk dinding alveolar.Sel alveolar tipe II ' sel yang aktif secara metabolik,
mensekresi surfactan, suatu fosfolipid yang melapisi permukaan dalam danmencegah al%eolar agar
tidak kolaps. Sel alveolar tipe III adalah makrofag yang merupakan sel ' sel fagositosis yang besar
yang memakan benda asing dan bekerja sebagai mekanisme pertahanan penting.
2.3. Etiologi
Bronkhitis kronis dapat merupakan komplikasi kelainan patologik pada beberapa alat
tubuh,yaitu:
a. Penyakit jantung menahun, yang disebabkan oleh kelainan patologik pada katupmaupun
miokardia. Kongesti menahun pada dinding bronkhus melemahkan daya tahansehingga infeksi
bakteri mudah terjadi.
b. Infeksi sinus paranasalis dan rongga mulut, area infeksi merupakan cumber bakteri yangdapat
menyerang dinding bronkhus.
C. Dilatasi bronkhus (bronkInektasi), menyebabkan gangguan susunan dan fungsi dinding bronkhus
sehingga infeksi bakteri mudah terjadi.
d. Rokok dapat menimbulkan kelumpuhan bulu getar selaput lendir bronkhus sehinggadrainase
lendir terganggu. Kumpulan lendir tersebut merupakan media yang baik untuk pertumbuhan
bakteri.
2.4. Klasifikasi
2.5. Patofisiologi
Serangan bronkhitis akut dapat timbul dalam serangan tunggal atau dapat timbul
kembalisebagai eksaserbasi akut dari bronkhitis kronis. Pada umumnya, virus merupakan awal
dariserangan bronkhitis akut pada infeksi saluran napas bagian atas. Dokter akan mendiagnosis
bronkhitis kronis jika pasien mengalami batuk atau mengalami produksi sputum selamakurang lebih
tiga bulan dalam satu tahun atau paling sedikit dalam dua tahun berturut-turut
.Serangan bronkhitis disebabkan karena tubuh terpapar agen infeksi maupun non infeksi(terutama
rokok). Iritan (zat yang menyebabkan iritasi) akan menyebabkan timbulnya responsinflamasi yang
akan menyebabkan vasodilatasi, kongesti, edema mukosa, dan bronkospasme.Tidak seperti
emfisema, bronkhitis lebih memengaruhi jalan napas kecil dan besardibandingkan alveoli. Dalam
keadaan bronkhitis, aliran udara masih memungkinkan tidakmengalami hambatan
a.Peningkatan ukuran dan jumlah kelenjar mukus pada bronkhus besar sehingga meningkatkan
produksi mukus.
c.. Kerusakan fungsi siliari yang dapat menunjukkan mekanisme pembersihan muku.
Pada keadaan normal, paru-paru memiliki kemampuan yang disebut mucocilliary defence,yaitu
sistem penjagaan paru-paru yang dilakukan oleh mukus dan siliari. Pada pasien dengan bronkhitis
akut, sistem mucocilliary defence paru-paru mengalami kerusakan sehingga lebihmudah terserang
infeksi. Ketika infeksi timbul, kelenjar mukus akan menjadi hipertropi danhiperplasia (ukuran
membesar dan jumlah bertambah) sehingga produksi mukus akanmeningkat. infeksi juga
menyebabkan dinding bronkhial meradang, menebal (sering kalisampai dua kali ketebalan normal),
dan mengeluarkan mukus kental. Adanya mukus kentaldari dinding bronkhial dan mukus yang
dihasilkan kelenjar mukus dalam jumlah banyak akanmenghambat beberapa aliran udara kecil dan
mempersempit saluran udara besar. Bronkhitiskronis mula-mula hanya memengaruhi bronkhus
besar, namun lambat laun akanmemengaruhi seluruh saluran napas.
Mukus yang kental dan pembesaran bronkhus akan mengobstruksi jalan napas terutamaselama
ekspirasi. Jalan napas selanjutnya mengalami kolaps dan udara terperangkap pada bagian distal dari
paru-paru. Obstruksi ini menyebabkan penurunan ventilasi alveolus,
hipoksia, dan acidosis. Pasien mengalami kekurangan 02, iaringan dan ratio ventilasi
perfusiabnormal timbul, di mana terjadi penurunan PO2 Kerusakan ventilasi juga
dapatmeningkatkan nilai PCO,sehingga pasien terlihat sianosis. Sebagai kompensasi darihipoksemia,
maka terjadi polisitemia (produksi eritrosit berlebihan).
Pada saat penyakit bertambah parah, sering ditemukan produksi sejumlah sputum yang hitam,
biasanya karena infeksi pulmonari. Selama infeksi, pasien mengalami reduksi pada FEVdengan
peningkatan pada RV dan FRC. Jika masalah tersebut tidak ditanggulangi,hipoksemia akan timbul
yang akhirnya menuiu penyakit cor pulmonal dan CHF( congestive Heart Failure).
1. Dyspnea
Dyspnea merupakan gejala kardinal PPOK, kondisi ini sebagai
penyebab utama ketidakmampuan dan menimbulkan kecemasan pasien
terhadap penyakit. Tipe pasien PPOK digambarkan dari keadaan
dyspnea-nya sebagai peningkatan upaya pasien untuk bernapas,
napas berat dan terengah–engah. Namun istilah yang digunakan untuk
menggambarkan dyspnea bervariasi dari individu dan budayanya.
2. Batuk
Batuk kronik menjadi gejala pertama pasien PPOK, kondisi ini
merupakan efek dari merokok atau terpajan oleh polusi lingkungan.
Pada awalnya batuk hanya sebentar, kemudian lama kelamaan menjadi
setiap hari bahkan sepanjang hari. Batuk kronik pada PPOK bisa jadi
tidak produktif. Keadaan ini disebabkan berkembangnya keterbatasan
aliran udara tanpa adanya batuk.
3. Produksi sputum
Pasien PPOK umumnya terjadi peningkatan dalam jumlah kecil
sputum setelah batuk sputum. Produksi sputum terjadi selama 3 bulan
atau lebih, sekurang–kurangnya 2 tahun berturut–turut merupakan
gejala klinis dari batuk kronik. Akan tetapi produksi sputum pada
pasien PPOK sulit untuk dievaluasi karena pasien PPOK sering
menelan sputum daripada mengeluarkannya.
4. Wheezing dan sesak napas
Wheezing dan sesak napas merupakan gejala non spesifik dan
bervariasi antar pasien. Wheezing bisa didengarkan tersebar luas di
dada saat inspirasi atau ekspirasi. Sesak dada sering terjadi saat
aktivitas, dan mungkin timbul kontraksi isometrik dari otot interkostal.
Pemeriksaan penunjang dari bronkitis adalah (Tamtam, 2018):Diagnosis dari bronkitis dapat
ditegakkan bila pada anamnesa pasienmempunyai gejala batuk yang timbul tiba-tiba dengan atau
tanpa sputumdan tanpa adanya bukti pasien menderita pneumonia, common cold, asmaakut,
eksaserbasi akut bronkitis kronik dan penyakit paru obstruktif kronik(PPOK). Pada pemeriksaan fisik
pada stadium awal biasanya tidak khas.Dapat ditemukan adanya demam, gejala rinitis sebagai
manifestasi pengiring, atau faring hiperemis. Sejalan dengan perkembangan serta progresivitas
batuk, pada auskultasi dada dapat terdengar ronki, wheezing,ekspirium diperpanjang atau tanda
obstruksi lainnya. Bila lendir banyakdan tidak terlalu lengket akan terdengar ronki basah. Dalam
suatu penelitian terdapat metode untuk menyingkirkan kemungkinan pneumonia pada pasien
dengan batuk disertai dengan produksi sputum yang dicurigaimenderita bronkitis akut, yang antara
lain bila tidak ditemukan keadaansebagai berikut:
1.Denyut jantung > 100 kali per menit
2.frekuenzi napas> 24 kali per menit
3. Suhu > 38 C
4. Pada pemeriksaan fisik paru tidak terdapat focal konsolidasi dan peningkatan suara napas
5.Keadaan tersebut tidak ditemukan, kemungkinan pneumonia dapatdisingkirkan dan dapat
mengurangi kebutuhan untuk foto thorax.
Tidak ada pemeriksaan penunjang yang memberikan hasil definitif untukdiagnosis bronkitis.
Pemeriksaan kultur dahak diperlukan bila etiologi bronkitis harus ditemukan untuk kepentingan
terapi. Hal ini biasanyadiperlukan pada bronkitis kronis. Pada bronkitis akut pemeriksaan ini tidak
berarti banyak karena sebagian besar penyebabnya adalah virus.Pemeriksaan radiologis biasanya
normal atau tampak corakan bronkialmeningkat. Pada beberapa penderita menunjukkan penurunan
ringan uji
fungsi paru. Akan tetapi uji ini tidak diperlukan pada penderita yangsebelumnya sehat.Ada beberapa
cara pemeriksaan diagnostic untuk penderit bronkitis, yakni:
1.Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan foto dada sangat membantu dalam menegakkan ataumenyokong diagnosis dan
menyingkirkan penyakit penyakit lain.
Bronkitis kronik bukan suatu diagnosis radiologis.Menurut Fraser danPare lebih dari 50% pasien
bronkitis kronik mempunyai foto dada yangnormal, sedangkan Hadiarto mendapatkan data 26%
pasien. Tetapisecara radiologis ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:
a. Tubular shadows atau tram lines terlihat bayangan garis garis yang parallel, keluarga dari
hilus menuju apeks paru. Bayangantersebut adalah bayangan bronkus yang menebal. Dari 300
pasienyang diperiksa Fraser dan Pare, ternyata 80% mempunyai kelainantersebut.
B.Corak paru yang bertambah
Terlihat pada foto thorax diatas pada bagian bronkus terlihat berwarnalebih putih dibandingkan foto
thorax normal dikarenakan adanya penumpukan sekret dan edema pada penderita bronkitis.
Pemeriksaan faal paru adalah mengukur berapa banyak udara yangdapat masuk kedalam paru
paru dan seberapa cepat udara dapatkeluar dari paru
paru. Pada pasien bronkitis kronik terdapat VEP1
dan KV yang menurun, VR yang bertambah dan KTP yangnormal.Pada emfisema paru terdapat
penurunan VEP1, KV, danKAEM (kecepatan arus ekspirasi maksimal), kenaikan KRF dan
VR,sedangkan KTP bertambah atau normal. Kelainan di atas lebih jelas pada stadium lanjut, sedang
pada stadium dini perubahan hanya padasaluran nafas kecil yang dapat dibuktikan dengan
pemeriksaan KAEM closing volume, flow volume curve dengan 02 dan gas helium N2 wash
Out curve.
Pada umumnya pasien bronkitis tidak dapat mempertahankan ventilasidengan baik, sehingga
PaCO2 naik.Saturasi hemoglobin menurun, dantimbul
sianosis
.Terjadi juga vasokonstriksi pembuluh darah paru dan penambahan eritropoeisis.
4. Pemeriksaan EKG
Kelainan EKG yang paling dini adalah rotasi clock wise jantung. Bilasudah terdapat kor pulmonal
terdapat deviasi aksis ke kanan dan P- pulmonal pada hantaran II,III dan aVF. Voltase QRS rendah.Di
V1rasio R/S lebih dari 1 dan di V6 rasi R/S kurang dari 1.Seiring terdapatRBBB inkomplet.
2.8. . Penatalaksanaan
Penatalaksanaan
1. Bronchitis kronis
Penatalaksanaan Bronkitis kronis dilakukan secara berkesinambunganuntuk mencegah
timbulnya penyulit, meliputi
a. Edukasi, yakni memberikan pemahaman kepada penderita untukmengenali gejala dan
faktor-faktor pencetus kekambuhanBronkitis kronis
b. Sedapat mungkin menghindari paparan faktor-faktor pencetus.
c.Rehabilitasi medik untuk mengoptimalkan fungsi pernapasan danmencegah kekambuhan,
diantaranya dengan olah raga sesyuaiusia dan kemampuan, istirahat dalam jumlah yang cukup,
makanmakanan bergizi
3.Oksigenasi (terapi oksigen)
4.Obat-obat bronkodilator dan mukolitik agar dahak mudah dikeluarkan
.5.Antibiotika. Digunakan manakala penderita Bronkitis kronismengalami eksaserbasi oleh infeksi
kuman (H. influenzae, S. pneumoniae, M. catarrhalis). Pemilihan jenis antibiotika (pilihan pertama,
kedua dan seterusnya) dilakukan oleh dokter berdasarkanhasil pemeriksaan.
2.9.. Komplikasi
Komplikasi
Komplikasi Bronkitis
Bronkitis akut yang tidak diobati secara benar cenderung menjadi bronitis
kronis, sedangkan bronkitis kronis memungkinkan anak mudah mendapat infeksi.
Gangguan pernapasan secara langsung sebagai akibat bronkitis kronis ialah bila
lendir tetap tinggal di dalam paru akan menyebabkan terjadinya atelektasis atau
bronkiektasis, kelainan ini akan menambah penderitaan pasien lebih lama.
Untuk menghindarkan terjadinya komplikasi ini pasien bronkitis harus
mendapatkan pengobatan dan perawatan yang benar sehingga lendir tidak selalu
tertinggal dalam paru. Berikan banyak minum untuk membantu mengencerkan
lendir, berikan buah dan makanan bergizi untuk mempertinggi daya tahan tubuh.
Pada anak yang sudah mengerti beritahukan bagaimana sikapnya jika
Sedang batuk dan apa yang perlu dilakukan. Pada bayi batuk – batuk yang keras
sering diakhiri dengan muntah, biasanya bercampur lendir. Setelah muntah bayi
menjadi agak tenang. Tetapi bila muntah berkelanjutan, maka maka dengan
keluarnya makanan dapat menyebabkan bayi menjadi kurus serta menurunkan
daya tahan tubuh. Untuk mengurangi kemungkinan tersebut setelah bayi muntah
dan tenang perlu diberikan minum susu atau makanan lain (Ngastiyah, 2005).
BAB III
3.1. Pengkajian
1. Identitas klien
Penderita berjenis kelamin laki – laki , usia antara 60-80 tahun ,
biasanya pasien menderita penyakit paru obstruksi kronik bekerja di
pabrik atau merokok.
h.
3.3. Intervensi keperawatan
BAB IV
PENUTUPAN
4.1. Kesimpulan
1. Bronkitis adalah suatu peradangan pada bronkus (saluran udara ke paru-paru). Peradangan
ini menyebabkan penghasilan mukus yang banyakdan beberapa perubahan pada saluran
pernafsan. Ada 3 faktor utama yangmempengaruhi timbulnya bronchitis yaitu rokok, infeksi
dan polusi. Selainitu terdapat pula hubungan dengan faktor keturunan dan status
sosial.Manifestasi klinik dari bronkitis yaitu, produksi mukus kental, batuk produktif dengan
mukus purulen, dispnea, demam, suara serak, ronkiterutama waktu inspirasi, nyeri dada
kadang timbul, batuk sangat produktif, purulen, dan mudah memburuk oleh iritan
inhalan,udara dinginatau infeksi dan sesak nafas dan dispnea. Cara pemeriksaan
diagnosticuntuk penderit bronkitis adalah pemeriksaan radiologis, pemeriksaan faal paru,
analisis gas darah, dan pemeriksaan EKG. Diagnosa yang dapatmuncul adalah bersihan jalan
nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sputum dan broncospasme,
gangguan pertukaran gasdengan perubahan supple oksigen, gangguan nutrisi:kurang dari
kebutuhantubuh berhubungan dengan dispnea dan anoreksia dan intoleransi aktifitas
berhubungan dengan ketidak seimbangan suplei oksigen.
4.2. Saran
3.PerawatPerawat diharapkan mampu memberikan asuhan keperawatan yang baik dan tepat
terhadap pasien dengan penyakit Bronkitis sertadiharapkan mampu memberikan pendidikan
kesehatan orang tua tentang penyakit Bronkitis.
DAFTAR PUSTAKA
Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan SistemPernafasan. Jakarta :
Salemba Medika.
Arif Muttaqin, 2008, Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan GangguanSistem Pernapasan,
Jakarta : Salemba Medika
IrmanSoemantri, 2008, Keperawatan Pada Gangguan Sistem Pemapasan, Jakarta:Salemba
Manurung , Santa. Dkk. 2008. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem PernafasanAkibat Infeksi.
Jakarta: Trans Info Media Jakarta.
Marni. 2014. Buku Ajar Keperawatan Pada Anak Dengan Gangguan Pernapasan.Yogyakarta: Gosyen
Publishing.
Puspitasari. 2009. Analisis pengaruh CAR, NPL, PDN, NIM, BOPO, LDR
Tamtam, T., 2018. Askep Klien Bronkitis. [online]
Available
athttps://www.academia.edu/20617537/ASKEP_KLIEN_BRONKITIS[Accessed 26 November 2018].