Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ANAK DENGAN


BRONKHOPNEUMONIA

Disusun Oleh:

Fahma Nur Anisa (20211322)

Foppi Anjelina (20211323)

Galuh Oktaviani Dyah Palupi (20211324)

Inti Mukharomarul Nikmah (20211326)

Kholifah (20211327)

Marlin Pentagraf Agam (20211329)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANTUL

TAHUN AJARAN 2022 / 2023


KATA PENGANTAR

Berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan tepat waktunya. Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini
adalah untuk lebih mengetahui tentang penyakit bronchopneumonia dan asuhan
keperawatan pada pasien bronchopneumonia terutama untuk kami dan mahasiswa
STIKES Bantul yang membacanya.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu
kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca sangat kami
harapkan.

Bersama ini pula saya tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dian
Novita Kumala Sari, S.Kep., Ns., M.Kep. selaku dosen pengampu Keperawatan
Medikal Bedah I dan teman-teman lainnya yang telah mendukung kelancaran
penyusunan laporan makalah ini.

Bantul, 5 Desember 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1

A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................2
C. Tujuan......................................................................................................2

BAB II TINJAUAN TEORI................................................................................3

A. Pengertian................................................................................................3
B. Klasifikasi................................................................................................3
C. Tanda dan Gejala.....................................................................................4
D. Patofisiologi.............................................................................................5
E. Pathways..................................................................................................7
F. Pemeriksaan Penunjang...........................................................................7
G. Penatalaksanaan Medis............................................................................8
H. Komplikasi...............................................................................................9
I. Prognosis..................................................................................................10

BAB III TINJAUAN KASUS.............................................................................11

A. Pengkajian................................................................................................11
B. Diagnosa Keperawatan............................................................................17
C. Intervensi Keperawatan...........................................................................18
D. Implementasi............................................................................................19
E. Evaluasi....................................................................................................19

BAB IV PENUTUP.............................................................................................21

A. Kesimpulan..............................................................................................21
B. Saran........................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................22

iii
iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anak merupakan individu yang berada dalam suatu rentang
perubahan dan perkembangan yang dimulai dari bayi (0-1 tahun), usia
bermain atau toddler (1-3 tahun), pra sekolah (3-5 tahun), usia sekolah (5-
11 tahun), hingga remaja (11-18 tahun). Rentang ini berbeda antara anak
satu dengan yang lain mengingat latar belakang anak berbeda. Pada anak
terdapat tentang perubahan pertumbuhan dan perkembangan yaitu rentang
cepat dan lambat. Dalam proses berkembang anak memiliki ciri fisik,
kognitif, konsep diri, pola koping dan perilaku sosial (Yuniarti, 2015).
Bronkopneumonia adalah istilah medis yang digunakan untuk
menyatakan peradangan yang terjadi pada dinding bronkiolus dan jaringan
paru di sekitarnya. Brokopeumonia dapat disebut sebagai pneumonia
lobularis karena peradangan yang terjadi pada parenkim paru bersifat
terlokalisir pada bronkiolus berserta alveolus di sekitarnya (Muhlisin,
2017). Insiden penyakit bronkopneumonia pada negara berkembang
termasuk Indonesia hampir 30% terjadi pada anak-anak di bawah umur 5
tahun dengan resiko kematian yang tinggi (Kemenkes RI, 2015).
Menurut Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2018, lima provinsi
yang mempunyai insiden bronkopneumonia balita tertinggi adalah DKI
Jakarta (95,53%), Sulawesi Tengah (71,82%), Kalimantan Utara
(70,91%), Banten (67,60%) dan Nusa Tenggara Barat (63,64%)
Sedangkan prevalensi di Kalimantan Timur (29,02%) (Kemenkes RI,
2018).
Menurut Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2018
jumlah kasus bronkopneumonia balita tertinggi yang ditemukan dan di
tangani terdapat pada Kota Bontang (138,9%), Kota Balikpapan sebesar
(92,15%), dan Penajam Paser Utara (63,64%) (Dinas Kesehatan Provinsi
Kalimantan Timur, 2018)

1
Proses peradangan dari proses penyakit bronkopneumonia
menimbulkan manifestasi klinis yang ada sehingga muncul beberapa
masalah dan salah satunya adalah bersihan jalan napas tidak efektif.
Bersihan jalan napas tidak efektif adalah ketidakmampuan membersihkan
sekret atau obstruksi jalan napas untuk mempertahankan jalan napas tetap
paten. Masalah bersihan jalan nafas ini jika tidak ditangani secara cepat
maka bisa menimbulkan masalah yang lebih berat seperti pasien akan
mengalami sesak yang hebat bahkan bisa menimbulkan kematian (PPNI,
2017).
B. Rumusan Masalah
Bagaimana Asuhan Keperawatan pada pasien dengan bronchopneumonia?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan pada pasien dengan
bronchopneumonia
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui konsep penyakit pada bronkhopneumonia
b. Mengetahui asuhan keperawatan yang terjadi pada pasien
bronkhopneumonia
c. Mengetahui cara penanganan dan pencegahan pada pasien dengan
bronchopneumonia

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Bronkopneumonia adalah istilah medis yang digunakan untuk
menyatakan peradangan yang terjadi pada dinding bronkiolus dan jaringan
paru di sekitarnya. Bronkopeumonia dapat disebut sebagai pneumonia
lobularis karena peradangan yang terjadi pada parenkim paru bersifat
terlokalisir pada bronkiolus berserta alveolus di sekitarnya (Muhlisin,
2017).
Bronkopneumonia adalah peradangan umum dari paru-paru, juga
disebut sebagai pneumonia bronkial, atau pneumonia lobular. Peradangan
dimulai dalam tabung bronkial kecil bronkiolus, dan tidak teratur
menyebar ke alveoli peribronchiolar dan saluran alveolar (PDPI Lampung
& Bengkulu, 2017).
B. Klasifikasi
Pembagian pneumonia sendiri pada dasarnya tidak ada yang
memuaskan, dan pada umumnya pembagian berdasarkan anatomi dan
etiologi. Beberapa ahli telah membuktikan bahwa pembagian pneumonia
berdasarkan etiologi terbukti secara klinis dan memberikan terapi yang
lebih relevan (Bradley, 2011). Berikut ini klasifikasi pneumonia sebagai
berikut :
a. Berdasarkan lokasi lesi di paru yaitu pneumonia lobaris, pneumonia
interstitialis, bronkopneumonia
b. Berdasarkan asal infeksi yaitu pneumonia yang didapat dari
masyarakat (community acquired pneumonia = CAP). Pneumonia yang
didapat dari rumah sakit (hospital-based pneumonia).
c. Berdasarkan mikroorganisme penyebab yaitu pneumonia bakteri,
pneumonia virus, pneumonia mikoplasma, dan pneumonia jamur
d. Berdasarkan karakteristik penyakit yaitu pneumonia tipikal dan
pneumonia atipikal

3
e. Berdasarkan lama penyakit yaitu Pneumonia akut dan Pneumonia
persisten
C. Tanda dan Gejala
Gejala bronkopneumonia pada orang dewasa mirip dengan gejala
pneumonia secara umum dan bisa bertambah parah dalam beberapa hari.
Gejalanya dapat berupa:

1. Demam
2. Batuk berdahak
3. Sesak napas
4. Nyeri dada
5. Mudah berkeringat
6. Mengigil
7. Sakit kepala
8. Nyeri otot
9. Kelelahan
10. Linglung, terutama pada lansia.

Gejala-gejala tersebut akan lebih parah pada orang yang memiliki daya
tahan tubuh lemah atau menderita kondisi medis lain. Sementara pada bayi
dan anak-anak, gejalanya dapat berbeda-beda, antara lain:

1. Rewel
2. Demam
3. Hidung tersumbat
4. Sulit tidur
5. Tidak nafsu makan atau minum.
6. Nadi teraba cepat.
7. Bibir membiru
8. Dada tampak cekung ke dalam saat bernapas.
9. Napas berbunyi (mengi).

4
D. Patofisiologi
Sebagian besar penyebab dari bronkopneumonia ialah
mikroorganisme (jamur, bakteri, virus) awalnya mikroorganisme masuk
melalui percikan ludah (droplet) invasi ini dapat masuk kesaluran
pernafasan atas dan menimbulkan reaksi imonologis dari tubuh. reaksi ini
menyebabkan peradangan, dimana ketika terjadi peradangan ini tubuh
menyesuaikan diri maka timbulah gejala demam pada penderita.
Reaksi peradangan ini dapat menimbulkan sekret, semakin lama
sekret semakin menumpuk di bronkus maka aliran bronkus menjadi
semakin sempit dan pasien dapat merasa sesak. Tidak hanya terkumpul
dibronkus lama-kelamaan sekret dapat sampai ke alveolus paru dan
mengganggu sistem pertukaran gas di paru.
Tidak hanya menginfeksi saluran nafas, bakteri ini juga dapat
menginfeksi saluran cerna ketika ia terbawa oleh darah. Bakteri ini dapat
membuat flora normal dalam usus menjadi agen patogen sehingga timbul
masalah pencernaan.
Dalam keadaan sehat, pada paru tidak akan terjadi pertumbuhan
mikroorganisme, keadaan ini disebabkan adanya mekanisme pertahanan
paru. Terdapatnya bakteri didalam paru menunjukkan adanya gangguan
daya tahan tubuh, sehingga mikroorganisme dapat berkembang biak dan
mengakibatkan timbulnya infeksi penyakit. Masuknya mikroorganisme ke
dalam saluran nafas dan paru dapat melalui berbagai cara, antara lain
inhalasi langsung dari udara, aspirasi dari bahan-bahan yang ada di
nasofaring dan orofaring serta perluasan langsung dari tempat-tempat lain,
penyebaran secara hematogen (Nurarif & Kusuma, 2015).
Bila pertahanan tubuh tidak kuat maka mikroorganisme dapat
melalui jalan nafas sampai ke alveoli yang menyebabkan radang pada
dinding alveoli dan jaringan sekitarnya. Setelah itu mikroorganisme tiba di
alveoli membentuk suatu proses peradangan yang meliputi empat stadium,
yaitu (Bradley, 2011):
a. Stadium I/Hiperemia (4-12 jam pertama atau stadium kongesti).

5
Pada stadium I, disebut hiperemia karena mengacu pada respon
peradangan permulaan yang berlangsung pada daerah baru yang
terinfeksi. Hal ini ditandai dengan peningkatan aliran darah dan
permeabilitas kapiler di tempat infeksi. Hiperemia ini terjadi akibat
pelepasan mediator-mediator peradangan dari sel-sel mast setelah
pengaktifan sel imun dan cedera jaringan. Mediator-mediator tersebut
mencakup histamin dan prostaglandin.
b. Stadium II/Hepatisasi Merah (48 jam berikutnya)
Pada stadium II, disebut hepatitis merah karena terjadi sewaktu
alveolus terisi oleh sel darah merah, eksudat dan fibrin yang dihasilkan
oleh penjamu (host) sebagai bagian dari reaksi peradangan. Lobus
yang terkena menjadi padat oleh karena adanya penumpukan leukosit,
eritrosit dan cairan sehingga warna paru menjadi merah dan pada
perabaan seperti hepar, pada stadium ini udara alveoli tidak ada atau
sangat minimal sehingga orang dewasa akan bertambah sesak, stadium
ini berlangsung sangat singkat, yaitu selama 48 jam.
c. Stadium III/ Hepatisasi Kelabu (3-8 hari berikutnya)
Pada stadium III/hepatisasi kelabu yang terjadi sewaktu sel- sel darah
putih mengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi. Pada saat ini
endapan fibrin terakumulasi di seluruh daerah yang cedera dan terjadi
fagositosis sisa-sisa sel. Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai di
reabsorbsi, lobus masih tetap padat karena berisi fibrin dan leukosit,
warna merah menjadi pucat kelabu dan kapiler darah tidak lagi
mengalami kongesti.
d. Stadium IV/Resolusi (7-11 hari berikutnya)
Pada stadium IV/resolusi yang terjadi sewaktu respon imun dan
peradangan mereda, sisa-sisa sel fibrin dan eksudat lisis dan diabsorpsi
oleh makrofag sehingga jaringan kembali ke strukturnya semula.

6
E. Pathways

F. Pemeriksaan Penunjang
Menurut (Nurarif & Kusuma, 2015) untuk dapat menegakkan diagnosa
keperawatan dapat digunakan cara :
a. Pemeriksaan laboratorium
1.) Pemeriksaan darah
Pada kasus bronkopneumonia oleh bakteri akan terjadi leukositosis
(meningkatnya jumlah neutrofil)
2.) Pemeriksaan sputum
3.) Bahan pemeriksaan yang terbaik diperoleh dari batuk yang spontan
dan dalam digunakan untuk kultur serta tes sensitifitas untuk
mendeteksi agen infeksius.

7
4.) Analisa gas darah untuk mengevaluasi status oksigenasi dan status
asam basa.
5.) Kultur darah untuk mendeteksi bakteremia.
6.) Sampel darah, sputum dan urine untuk tes imunologi untuk
mendeteksi antigen mikroba
b. Pemeriksaan radiologi
1.) Ronthenogram thoraks
Menunujukkan konsolidasi lobar yang seringkali dijumpai pada
infeksi pneumokokal atau klebsiella. Infiltrat multiple seringkali
dijumpai pada infeksi stafilokokus dan haemofilus
2.) Laringoskopi/bronskopi
Untuk menentukan apakah jalan nafas tesumbat oleh benda padat

G. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan yang dapat diberikan pada anak dengan
bronkopneumonia yaitu:
a. Pemberian obat antibiotik penisilin ditambah dengan kloramfenikol
50-70 mg/kg BB/hari atau diberikan antibiotic yang memiliki spectrum
luas seperti ampisilin, pengobatan ini diberikan sampai bebas demam
4-5 hari. Antibiotik yang direkomendasikan adalah antibiotik spectrum
luas seperti kombinasi beta laktam/klavulanat dengan aminoglikosid
atau sefalosporin generasi ketiga (Ridha, 2014)
b. Pemberian terapi yang diberikan pada pasien adalah terapi O2, terapi
cairan dan, antipiretik. Agen antipiretik yang diberikan kepada pasien
adalah paracetamol. Paracetamol dapat diberikan dengan cara di tetesi
(3x0,5 cc sehari) atau dengan peroral/ sirup. Indikasi pemberian
paracetamol adalah adanya peningkatan suhu mencapai 38ºC serta
untuk menjaga kenyamanan pasien dan mengontrol batuk.
c. Terapi nebulisasi menggunakan salbutamol diberikan pada pasien ini
dengan dosis 1 respul/8 jam. Hal ini sudah sesuai dosis yang
dianjurkan yaitu 0,5 mg/kgBB. Terapi nebulisasi bertujuan untuk

8
mengurangi sesak akibat penyempitan jalan nafas atau bronkospasme
akibat hipersekresi mukus. Salbutamol merupakan suatu obat agonis
beta- 2 adrenegik yang selektif terutama pada otot bronkus. Salbutamol
menghambat pelepas mediator dari pulmonary mast cell 9,11 Namun
terapi nebulisasi bukan menjadi gold standar pengobatan dari
bronkopneumonia. Gold standar pengobatan bronkopneumonia adalah
penggunaan 2 antibiotik (Alexander & Anggraeni, 2017)

H. Komplikasi
Komplikasi bronkopneumonia umumnya lebih sering terjadi pada
anak-anak, orang dewasa yang lebih tua (usia 65 tahun atau lebih), dan
orang-orang dengan kondisi kesehatan tertentu, seperti diabetes (Akbar
Asfihan, 2019). Beberapa komplikasi bronkopneumonia yang mungkin
terjadi, termasuk :
a. Infeksi Darah
Kondisi ini terjadi karena bakteri memasuki aliran darah dan
menginfeksi organ lain. Infeksi darah atau sepsis dapat menyebabkan
kegagalan organ.
b. Abses Paru-paru
Abses paru-paru dapat terjadi ketika nanah terbentuk di rongga paru-
paru. Kondisi ini biasanya dapat diobati dengan antibiotik. Tetapi
kadang-kadang diperlukan pembedahan untuk menyingkirkannya.
c. Efusi Pleura
Efusi pleura adalah suatu kondisi di mana cairan mengisi ruang di
sekitar paru-paru dan rongga dada. Cairan yang terinfeksi biasanya
dikeringkan dengan jarum atau tabung tipis. Dalam beberapa kasus,
efusi pleura yang parah memerlukan intervensi bedah untuk membantu
mengeluarkan cairan.
d. Gagal Napas
Kondisi yang disebabkan oleh kerusakan parah pada paru-paru,
sehingga tubuh tidak dapat memenuhi kebutuhan oksigen karena

9
gangguan fungsi pernapasan. Jika tidak segera diobati, gagal napas
dapat menyebabkan organ tubuh berhenti berfungsi dan berhenti
bernapas sama sekali. Dalam hal ini, orang yang terkena harus
menerima bantuan pernapasan melalui mesin (respirator)

I. Prognosis
Prognosis pada kasus bronkopneumonia pada pasien ini baik, umumnya
penderita bahkan dapat sembuh spontan dalam 2-3 minggu dengan
pemberian antibiotika yang adekuat. Pada pasien, berdasarkan gambaran
klinis selama perawatan mula membaik. Keluhan juga telah berkurang
secara berangsur-angsur. Hal ini ditandai dengan batuk yang sudah mulai
menghilang, demikian pula dengan retraksi yang berkurang serta
pernapasan cuping hidung sudah mulai menghilang. Namun perlu
diperhatikan adanya kemungkinan lain sesak pada pasien yang diduga
memiliki penyakit jantung bawaan. Prognosis penderita ini baik karena
pada pasien ini telah dilakukan pengobatan yang adekuat serta belum ada
tanda-tanda yang mengarah pada komplikasi. Manajemen non farmakologi
berupa edukasi pada keluarga pasien tentang penyakit bronkopneumonia
dan adanya faktor predisposisi riwayat prematur, memberikan dukungan
pada keluarga untuk meningkatkan status gizi pasien supaya daya tahan
tubuh pasien bertambah.

10
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian

1) Identitas Pasien

No Rekam Medis : 634098


Nama Klien : An. A
Tempat/tgl lahir : Wonosari,03 Juni 2015
Umur : 3 tahun
Jenis Kelamin : Laki laki
Suku : Jawa
Diagnosa Medis : Bronkopneumonia
Nama ayah/ibu/wali : Ny. Sari Suryani
Pekerjaan ayah/ibu : Buruh
Pendidikan : SMP
Alamat ayah/ibu/wali : Karangmojo, Gunungkidul
2) Keluhan utama

Ibu pasien mengatakan bahwa pasien mengalami batuk berdahak dan demam
selama 2 hari.

3) Riwayat keluhan saat ini

Ibu pasien mengatakan pasien batuk berdahak selama 2 hari, demam saat
malam hari dan sesak nafas

4) Riwayat kesehatan masa lalu

a. Prenatal

Ibu pasien mengatakan tidak terdapat komplikasi saat kehamilan

b. Perinatal dan postnatal

11
Ibu pasien mengatakan Persalinan normal dibantu oleh bidan. BB: 3000 gr, PB:
57 cm. Asi ekslusif selama 6 bulan

c. Penyakit yang pernah diderita

Ibu pasien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit menular atau pun
menurun.

d. Hospitalisasi/tindakan operasi

Ibu pasien mengatakan tidak pernah dilakukan tindakan operasi sebelumnya.

e. Alergi

Ibu pasien mengatakan pasien tidak memiliki alergi baik makanan, obat atau
lainnya.

f. Imunisasi dan tes laboratorium

Ibu pasien mengatakan pasien sudah mendapatkan imunisasi BCG,DPT 3x,


Polio 3x, Hepatitis 4x dan Campak.

g. Pengobatan :

Pada tanggal 29 Maret 2018 Oksigen 2 lpm, Infuse KAEN 20 tpm, Ceftriaxone
1x425 mg per IV, Salbutamol 3x 0,8 mg + antrousol ¼ tab, Paracetamol sirup
4x ¾ sendok teh, Ventolin + Nacl 2,5 cc (inhalasi)

5) Riwayat pertumbuhan

Duduk saat usia 6 bulan,merangkak 7 bulan, berdiri 9 bulan dan berjalan 12


bulan.

6) Riwayat sosial

a. Yang mengasuh : orang tua

b. Hubungan dengan anggota keluarga : baik

c. Hubungan dengan teman sebaya : baik, sering bermain dengan teman


sebayanya didekat rumah.

12
7) riwayat keluarga

a. Sosial ekonomi

Ayah pasien yang mencari nafkah. Kelaurga sering bersosialisasi dengan


tetangga seperti saat gotong royong, rasulan,arisan dan pengajian

b. Lingkungan rumah

Ibu pasien mengatakan ayah dari pasien merokok disekitaran rumah.Ayah


pasien merokok kurang lebih sekitar 8 tahun.

c. Penyakit keluarga

Tidak terdapat riwayat penyakit menular atau menurun yang diderita oleh
keluarga

d. Genogram

8) Pengkajian tingkat perkembangan saat ini (gunakan format DDST):

a.) Personal sosial

Pasien sudah dapat mencuci tangan dan mengeringkan sendiri, menyebut nama
An. A Brpn 3 th teman, memakai kaos ,mengambil makanan, gosok gigi tanpa
bantuan, dan bermain ular tangga.. Namun belum bisa berpakaian tanpa
bantuan.

b.) Adaptasi motorik halus

13
Pasien dapat meniru garis vertikal, menyusun menara dari 8 kubus,
menggoyangkan ibu jari, memilih garis yang lebih panjang, menggambar O,
dan mencontoh +

c.) Bahasa

Pasien dapat berbicara sebagian dimengerti, menyebut 4 warna, mengetahui 2


kegiatan, menanyakan 2 kata sifat, menyebut 1 warna, kegunaan 2 benda,
menghitung kubus, kegunaan 3 benda, mengetahui 34 kegiatan, berbicara
semua dimengerti, mengerti kata depan, mengetahui 3 kata sifat

d.) Motorik kasar

Pasien dapat berdiri 1 kaki 1 detik, berdiri 1 kaki 2 detik, berdiri 1 kaki 3 detik,
loncat jauh, melempar bola tangan ke atas.

9) Pengkajian pola kesehatan klien saat ini

a). Pemeliharaan kesehatan

Ibu pasien mengatakan jika pasien sakit maka akan diberikan obat warung
terlebih dahulu. Jika belum sembuh, maka akan dibawa ke dokter.

b.) Nutrisi

Ibu pasien mengatakan pasien makan 3xsehari dengan porsi nasi lauk sayur,
terkadang makan buah.Diit dari rumah sakit dihabiskan meskipun sedikit demi
sedikit.

c.) Cairan

Pasien minum air sebanyak 3-5 gelas per hari (@200 cc) selain itu
mendapatkan cairan dari infus sebanyak 500cc .

d.) Aktivitas

Selama dirumah sakit pasien tetap dapat bermain walau pergerakannya


terbatas.Selama dirumah aktivitas yang dilakukan yaitu bermain dengan teman
sebayanya dan membantu kedua orang tua.

14
e.) Tidur dan istirahat

Tidur setiap hari ±10 jam per hari. Terkadang pasien beristirahat dengan
menonton tv. Ibu pasien mengatakan selama dirumah sakit pasien sedikit susah
tidur dan terkadang menangis. Pasien terlihat gelisah

f.) Eliminasi

Pasien BAB 1x sehari konsistensi lunak berwarna kuning, bau khas feses.BAK
4-6x/hari warna kuning, bau khas urine.

g.) Pola hubungan

Pasien sering mengajak bicara teman sekamar dalam bangsal. Ketika dirumah
pasien sering bermain dengan teman sebayanya.

10) Pemeriksaan Fisik :

a. Keadaaan umum

 Tingkat kesadaran : Compos Menthis


 Nadi : 100x/ menit
 Suhu : 35,5º C
 RR : 42x/menit
 Respon nyeri : tidak terdapat rasa nyeri yang drasakan oleh pasien
 BB : 9,5 Kg
 TB : 95 cm

b. Kulit : sawo matang tidak terdapat lesi, turgor kulit baik.

c. Kepala : kepala simetris,

d. Mata : tidak terdapat conjungtiva anemis

e. Telinga : tidak terdapat kotoran telinga, tidak terdapat gangguan


pendengaran.

f. Hidung : terdapat pernafasan cuping hidung

15
g. Mulut : pernafasan menggunakan mulut dan hidung, mukosa bibir baik

h. Leher : tidak terdapat pembesaran kelenjar

i. Dada :

Auskultasi : terdengar suara ronkhi, terdengar suara grok-grok

Inspeksi : tidak terdapat retraksi dada, terlihat penggunaan otot- otot pernafasan
tambahan.

Perkusi : tidak terdapat pembesaran jantung

Palpasi : tidak terdapat massa, dan tidak terdapat nyeri tekan.

j. Jantung : tidak terdapat kelainan

k. Abdomen : bising usus 2x/ menit, terdapat massa di perut bagian kiri bawah,
tidak terdapat nyeri tekan.

l. Genetalia : penis bersih tidak terdapat lesi.

m. Anus dan rektum : anus bersih

n. Ekstermitas : terpasang infus di tangan kiri infus Nacl 20 tpm

o. Muskuleskeletal : tidak terdapat kelemahan otot

p. Neurologi : tidak terdapat gangguan persyarafan.

11) Pemeriksaan diagnostik penunjang

a. Rontgen Thorax tanggal 29 Maret 2018 Kesan :

Bronchitis Bronchopnumonia

Cor Normal

b. Terapi/Obat

1. Ceftriaxone 1x425 mg

16
2. Inf KAEN 3A 20 tpm (mikro)

3. Salbutamol 0,8 mg + Ambroxol ¼ tab (3x1 pulv)

4. Nebul Ventoline Nacl 2,5 cc/6 J

Analisa Data

NO Symptom Etiologi Problem


1. DS: Ibu pasien Penumpukan sekret Bersihan jalan
mengatakan pasien nafas tidak efektif
batuk selama 2 hari,
demam saat malam
hari dan sesak nafas
DO:
 Terdengar suara
ronkhi
 RR: 42x/menit
 Terdapat
penggunaan otototot
pernafasan
2. DS: Tindakan infasif Resiko infeksi
Pasien mengatakan
tangan kitinya sakit
saat terpasang infus
DO:
Terpasang infuse
KAEN 20 tpm di
tangan sebelah kiri
3. DS: Hospitalisasi Cemas
Ibu pasien
mengatakan
selamadirumah sakit
pasien sedikit susah
tidur dan terkadang
menangis
DO:
Pasien terlihat gelisah

B. Diagnosa keperawatan

1.Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d penumpukan sekret


2.Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan infasif
3.Cemas berhubungan dengan hospitalisasi

17
C. Intervensi

NO Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


1. Bersihan Setelah dilakukan O: Observasi 1. Mengetahui
jalan nafas tindakan perawatan respirasi rate perubahan pada
tidak efektif selama 3x30 menit, dan heart rate tubuh pasien
berhubungan pasien dapat: N: Latih nafas 2. Membantu
dengan 1. RR dalam batas dalam dengan pengeluaran
penumpukan normal (30- cara tiup balon dahak
sekret 40x/menit) Motivasi 3. Minum
2. HR dalam batas pasien banyak dapat
normal (90- minum membantu
120x/menit) E: Edukasi pengeluaran
3. Tidak terdapat keluarga untuk dahak
penggunaan otot-otot melatih nafas 4.Meningkatkan
tambahan dalam pengetahuan
C: Kolaborasi keluarga dalam
Pemberian merawat anak
nebulizer 5. Membantu
dengan dokter pernafasan
lebih baik
2. Resiko Setelah dilakukan O: Observas i 1. Mengetahui
infeksi tindakan perawatan luka tusukan perubahan pada
berhubungan selama 3x 24 jam, Monit or TTV tubuh pasien
dengan resiko infeksi tidak N: Lakukan 2. Mengetahui
tindakan terjadi dengan kriteria dressin g infuse terjadinya
infasif hasil: E: Edukasi infeksi
1. Resiko infeksi tidak keluarga pasien 3. Mencegah
terjadi untuk infeksi
2.Tidak terdapat mengenal i 4. Meningkatk
peningkatan suhu tandatanda an pengetahuan
tubuh infeksi keluarga
3.Tidak terdapat C: Kolaborasi 5. Mencegah
kemerahan di daerah pemberian obat terjadinya
luka tusuk antibiotik infeksi
4.Tidak terdapat
pembengkakan di
daerah luka tusuk
3. Cemas Setelah dilakukan 1. Lakukan 1. Terapi
berhubungan tindakan keperawatan terapi bermain bermain dapat
dengan selama 3x24 jam, pada pasien mengurangi
hospitalisasi maka cemas teratasi 2. Monitor kecemasan
dengan kriteria hasil: tingkat pasien
1.Pasien tidak kecemasan 2. Mengetahui
menangis pasien tingkat
2.Pasien mau kecemasan

18
berinteraksi dengan pasien
orang lain

D. Implementasi dan Evaluasi

H N Impl Evaluasi T
ar o eme
T
i/ , ntasi
ta D D
n x
g
ga
l
Ju 1 - S: pasien mengatakan sulit bernafas dan masih batuk P
m . Mel
at, 1 atih O:
3 nafa  RR: 40x/menit
0 s  Terdapat penggunaan otot-otot tambahan pernafasan
M dala  Belum ada reflek batuk
ar m  Dahak tidak keluar
et -  Terdengar suara ronkhi
2 Men  Dapat melakukan tiup balon sebanyak 25x selama 30 menit
0 gkaji
1 kelu A: bersihan jalan nafas belum teratasi
8 han
P dan P: Latih nafas dalam dengan cara meniup balon
u riwa
k yat
ul sakit
: pern
0 afas
9. an
3
0
W
I
B
S 1 - S :Pasien mengatakan masih batuk
ab . Men O : sputum pasien sudah bisa keluar
t, 1 jauh A : Masalah teratasi sebagian
3 kan P : Intervensi dilanjutkan
1 pasi
M en
ar dari
et udar

19
2 a
0 yang
1 bany
8 ak
P men
u gand
k ung
ul debu
: atau
0 koto
8. ran
3 -
0 Beri
W kan
I air
B hang
at
untu
k
men
gura
ngi
frek
uens
i
batu
k

M 1 - S : Pasien mengatakan batuk sudah berkurang


in . Men O : Sudah tidak terdengarsuara ronkhi
g 1 ganj A : Masalah teratasi
g urka P : Interesi dihentian
u, n
1 kepa
A da
pr pasi
il en
2 agar
0 men
1 arik
8 nafa
P s
u dala
k m-
ul dala
: m

20
1 -
0. Me
1 mant
4 au
W ttv
I -
B men
anya
kan
kepa
da
kelu
arga
pasi
en
apak
ah
ada
hal
yang
akhi
r-
akhi
r ini
mem
icu
sesa
k
nafa
s
Ju 1 - S: pasien mengatakan tangankirinya nya sakit untuk digerakkan
m . Jelas
at, 2 kan O: Pasien tampak meringis kesakitan
3 pada
0 kelu A : masalah belum teratasi
M arga
ar tenta P : lanjutkan intervensi
et ng
2 penu
0 laran
1 infe
8 ksi
P -
u anju
k rkan
ul ibu

21
: untu
0 k
9. menj
3 aga
0 kebe
W rsiha
I n
B ling
kung
an
dan
kebe
rsiha
n
pasi
en
S 1 - S : Pasien mengatakan sakit ditangan kirinya berkurang
ab . A
tu 2 O : pasien tampak lebih nyaman untuk mengerakan tangan
, - kirinya
3 M
1 A : Masalah teratasi sebagian
M
ar P : Intervensi dilanjutkan
et
2
0
1
8
P
u
k
ul
:
1
1.
2
0
W
I
B
M 1 - S : Pasien mengatakan tangan kirinya sudah tidak sakit lagi
in . M
g 2 O : pasien tampa nyaman dalam menggerakan tangan kirinya
g -
u, K A : masalah teratasi

22
1
A P : Intervensi dihentikan
pr
il
2
0
1
8
P
u
k
ul
:
1
4.
1
0
W
I
B
Ju 1 - S : Pasien mengatakan masih sangat cemas
m . Beri
at 3 saka O : pasien tampak sangat gelisah
3 n
0 infor A : Masalah belum teratasi
M masi
ar fakt P : Lanjutkan intervensi
et ual
2 men
0 gena
1 i
8 diag
P nosi
u s
k tinda
ul kan
: prog
0 nosi
9. s
3 -
0 Bant
W u
I pasi
B en
untu
k

23
menj
elas
kan
kond
isi
dan
situa
si
yang
meni
mbu
lkan
kece
mas
an

S 1 - S : Pasien mengatakan sudah merasa rileks da cemas berkurang


ab . Bant
tu 3 u O : pasien tampak lebih rileks
, pasi
3 en A : Masalah teratasi sebagian
1 untu
M k P : Intervensi dianjutkan
ar men
et yada
2 ri
0 peril
1 aku
8 akib
P at
u kece
k mas
ul an
: -
1 Den
1. gark
2 an
0 pern
W yata
ib an
pasi
en
deng
an
sika
p

24
saba
r,
emp
ati,
dan
lebih
bany
ak
men
ggun
akan
baha
sa
non
verb
al
sepe
rti
men
ggun
akan
sent
uhan
M 1 - S : Pasien mengatakan sudah tenang dan tidak gelisah
in . Instr
g 3 uksi O : pasien tampak rileks
g kan
u, pada A : Masalah teratasi
1 pasi
ap en P : Intervesi dihentikan
ril untu
2 k
0 men
1 ggun
8 akan
P tekh
u nik
k relak
ul sasi
: -
1 Liba
2. tkan
0 kelu
0 arga
untu
k

25
men
dam
ping
i
pasi
en

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Bronkopneumonia merupakan satu jenis pneumonia yang disebabkan oleh


infeksi virus, bakteri, atau jamur. Kondisi ini juga dapat dipicu oleh
beberapa faktor risiko, seperti usia, lingkungan, gaya hidup, dan kondisi
kesehatan tertentu. Bronkopneumonia merupakan jenis pneumonia yang
menyebabkan infeksi dan peradangan pada saluran udara (bronkus) dan
kantung udara (alveolus). Kondisi ini membuat saluran udara menyempit
dan area pertukaran udara dengan darah menjadi berkurang. Akibatnya,
penderita bronkopneumonia menjadi kesulitan bernapas.

B. Saran

26
1) Bagi institusi rumah sakit Bisa dipakai sebagai peningkatan intervensi
dalam merawat pasien dengan kasus bronkopneumonis sehingga bisa
digunakan untuk bahan pembelajaran dikasus nyata oleh mahasiswa.

2) Bagi peneliti selanjutnya Peneliti dapat memberikan asuhan


keperawatan dan dapat melakukan pengkajian dengan benar sesuai dengan
konsep dasar dengan bronkopneumonia dan bisa dijadikan langkah awal
untuk peneliti selanjutnya untuk menentukan data awal sehingga bisa
menghasilkan data yang relevan.

DAFTAR PUSTAKA

https://repository.maranatha.edu/15769/7/9610091_Conclusion.pdf

27
https://repository.poltekkessmg.ac.id/index.php?
p=show_detail&id=30834&keywords=

https://www.academia.edu/32906374/Bronkopneumonia

https://www.academia.edu/34534476/Bronkopneumonia

28

Anda mungkin juga menyukai