Anda di halaman 1dari 49

Makalah Keperawatan Anak

Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Anak Dengan BronkoPneumonia

Disusun Oleh Kelompok 2 :

Adetia Gresticha R.A Amas PO5303212200121


Alprinaus Umbu Dawa PO5303212200123
Ariyanto Lele PO5303212200128
Ayu Dwi Wahyuni PO5303212200130
Bernadete Yana Mone PO5303212200132
Betsi Bili PO5303212200133
Erlince Rambu Ngana PO5303212200139
Intan Citra Dewi PO5303212200147
Marta V.U Pati PO5303212200156
Naomi Lali Pora PO5303212200159
Neti Martina Harobu PO5303212200160
Novantri Chriska Bili PO5303212200161
Novriyani E.C Bili PO5303212200162
Yusmiati Padaka PO5303212200170

POLTEKES KEMENKES KUPANG


D III PRODI KEPERAWATAN WAIKABUBAK
TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Tuhan yang maha Esa karena atas berkat dan
rahmat-Nya kami masih diberi kesehatan sehingga makalah ini dapat terselesaikan
tepat pada waktunya. Tugas keperawatan Anak yang berjudul ”Makalah
keperawatan Anak Dengan BronkoPneumonia” ini disusun untuk memenuhi
tugas mahasiswa dari mata kuliah  Keperawatan Anak.
Kami menyadari bahwa Tugas ini masih jauh dari sempurna oleh karena
itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penyusun harapkan demi
kesempurnaan Tugas ini dimasa mendatang.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para mahasiswa khususnya dan
masyarakat pada umumnya. Dan semoga makalah ini dapat dijadikan sebagai
bahan untuk menambah pengetahuan para mahasiswa dan masyarakat dan
pembaca.

Waikabubak, 4 Mei 2022

                                    
         
  Kelompok 2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................


DAFTAR ISI ..............................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A.LatarBelakang.........................................................................
B.PerumusanMasalah.........................................................................
C. Tujuan ........................................................................

BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep Kasus Bronchopneumonia ..............................................
1. Pengertian .................................................................................
2. Anatomi fisiologi sistem pernapasan ........................................
3. Klasifikasi ................................................................................
4. Etiologi ..................................................................................
5. Faktorlainyangmempengaruhitimbulnya
Bronchopneumonia....................................................................
6. Patofisiologi ...............................................................................
7. WOC .......................................................................................
8. Respon tubuh terhadap perubahan fisiologi .............................
9. Komplikasi ...............................................................................
10. Penatalaksanaan ........................................................................
B. Konsep Asuhan Keperawatan pada Kasus Bronchopneumonia......
1. Pengkajian .....................................................................
2. Diagnosa Keperawatan ........................................................
3. Intervensi Keperawatan .........................................................
4. Implementasi keperawatan.........................................................
5. Evaluasi keperawatan.........................................................

BAB III PENUTUP


Kesimpulan dan Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULAUAN

A. Latar Belakang
Bronchopneumonia merupakan penyakit saluran pernafasan bagian bawah
yang biasanya diawali dengan infeksi saluran nafas bagian atas dengan gejala
batuk, demam, dan dipsnea. Beberapa mikroganisme Streptococus pneumoniae,
Hemophillus influenzae tipe B, dan Sthapylococus aureus merupakan penyebab
terjadinya bronchopneumonia pada bayi yang lebih besar dan balita, sedangkan
pada anak yang lebih besar dan remaja, selain bakteri tersebut, sering juga
ditemukan infeksi Mycoplasma pneumoniae. Selain disebabkan oleh infeksi
bakteri, kondisi lingkungan dan status gizi anak juga mempengaruhi penyebab
terjadinya Bronchopneumonia (Shefia, 2014).
Berdasarkan penelitian Osharinanda (2012), didapatkan anak dengan gizi
kurang lebih banyak terkena pneumonia sebesar (62%). Penelitian lain
menjelaskan kejadian peneumonia pada anak dengan gizi kurang berpeluang
besar 6,25 kali dibandingkan dengan anak yang berstatus gizi baik. Sistem
imunitas pada bayi atau balita belum tebentuk sempurna, maka dari itu bayi
akan lebih mudah terkena infeksi bila tidak mendapatkan asupan gizi yang
cukup. Banyak penelitian menemukan hubungan yang signifikan antara
malnutrisi dengan kematian anak yang menderita pneumonia. Di negara yang
berpengasilan rendah dan sedang, kekurangan berat badan merupakan faktor
resiko pneumonia.
Status imunisasi juga merupakan faktor yang mempengaruhi timbulnya
pneumonia pada bayi atau balita. Anak yang belum mendapatkan imunisasi
yang lengkap lebih rentan terkena pneumonia. Imunisai merupakan cara
pencegahan terkena penyakit menular karena kekebalan tubuh anak belum
terbentuk sempurna. Imunisasi yang berhubungan dengan kejadian penyakit
pneumonia adalah imunisasi pertusis dalam DPT, Campak, Haemophilus
Influenza, dan pneumokokus. Pertusis dalam kondisi berat dapat menyebabkan
pneumonia (Osharinanda, 2012).
ASI ekslusif juga merupakan faktor dalam mengendalikan infeksi dapat
dibuktikan dengan berkurang-nya kejadian beberapa penyakit spesifik pada bayi
yang mendapat ASI dibanding bayi yang mendapat susu formula. Penelitian
oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) membuktikan bahwa pemberian ASI
sampai usia 2 tahun dapat menurunkan angka kematian anak akibat penyakit
diare dan infeksi saluran napas akut, pneumonia (Masela dkk, 2015).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka perumusan


masalah penelitian ini adalah Bagaimana Penerapan Asuhan Keperawatan Pada
Anak Dengan Bronchopneumonia.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mampu mendeskripsikan Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan


Bronchopneumonia
2. Tujuan Khusus

a. Mampu mendeskripsikan hasil pengkajian keperawatan pada Anak


dengan Bronchopneumonia
b. Mampu mendeskripsikan rumusan diagnose keperawatan pada Anak
dengan Bronchopneumonia
c. Mampu mendeskripsikan rencana keperawatan pada Anak dengan

Bronchopneumonia , Mampu mendeskripsikan tindakan keperawatan


pada Anak dengan Bronchopneumonia.

d. Mampu mendeskripsikan evaluasi pada Anak dengan Bronchopneumonia.


e. Mampu mendeskripsikan pendokumentasian pada Anak dengan

Bronkopneumonia .

BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Bronchopneumonia

1. Pengertian

Bronchopneumonia adalah radang paru-paru yang mengenai satu atau


beberapa lobus paru-paru yang ditandai dengan adanya bercak-bercak infiltrat
(Whalley and wong dalam Wijayaningsih, 2013).
Bronchopneumonia adalah rekuensi komplikasi pulmonary, batuk produktif
yang lama, tanda dan gejalanya biasanya suhu meningkat, nadi meningkat,
pernapasan meningkat (Suzanne G. Bare dalam wijayaningsih, 2013).
Menurut Nursalam, (2008) letak anatomi, pneumonia dibagi menjadi
pneumonia lobaris, pneumonia lobularis (bronchopneumonia), dan pneumonia
intertisialis.
a. Pneumonia Lobaris pneumonia Lobaris adalah peradangan pada paru
dimana proses peradangan ini menyerang lobus paru. Pneumonia ini
banyak disebabkan oleh invasi bakteri gram positif dan bakteri gram
negatif.
b. Pneumonia Lobularis (Bronchopneumonia)

Peneumonia Lobularis adalah ditandai adanya bercak-bercak infeksi pada


berbagai tempat di paru. Bisa kanan maupun kiri yang disebabkan virus
atau bakteri dan sering terjadi pada bayi atau orang tua.
c. Pneumonia Interstisisalis

Pneumonia interstisial adalah kondisi dimana pernapasan langka yang


ditandai dengan pembentukan membran hialin di paru-paru.

2. Klasifikasi

Berdasarkan pedoman MTBS (2011), pneumonia dapat diklasifikasikan


secara sederhana berdasarkan gejala dan umur.
a. Umur 2 bulan – 5 tahun:

1) Pneumonia berat atau penyakit sangat berat, apabila gejala:

a) Ada tanda bahaya umum

b) Terdapat tarikan dinding dada ke dalam.

c) Terdapat stridor (suara nafas bunyi’grok-grok’ saat inspirasi).


2) Pneumonia, apa bila terdapat gejala napas cepat. Batasan napas cepat
adalah:
a) Anak usia 2 bulan - 5 tahun apabila frekuensi napas 40x/ menit atau
lebih.
3) Batuk bukan pneumonia, apabila tidak ada tanda pneumonia atau
penyakit sangat berat.
b. Umur < 2 bulan

1) Penyakit sangat berat atau infeksi bakteri berat, apabila gejala :

a) Tidak mau minum atau memuntahkan semua

b) Riwayat kejang

c) Bergerak jika hanya dirangsang

d) Napas cepat ( ≥ 60 kali / menit )

e) Napas lambat ( < 30 kali / menit )

f) Tarikan dinding dada kedalam yang sangat kuat

g) Merintih

h) Demam ≥

i) Hipotermia berat <

j) Nanah yang banyak di mata

k) Pusar kemerahan maluas ke dinding perut


2) Infeksi bakteri lokal, apabila gejala :
a) Pustul kulit

b)Mata bernanah

c) Pusar kemerahan atau bernanah

3) Mungkin bukan infeksi, apabila tidak terdapat salah satu tanda di atas.

3. Etiologi

Pada umumnya tubuh terserang Bronchopneumonia karena disebabkan oleh


penurunan mekanisme pertahanan tubuh terhadap virulensi organisme
patogen. Penyebab Bronchopneumonia yang biasa di temukan adalah :
a. Bakteri : Diplococus pneumonia, Pneumococus, Stretococus, Hemoliticus
Aureus, Haemophilus influenza, Basilus Frienlander (Klebsial
Pneumonia), Mycobakterium Tuberculosis.

b. Virus : Respiratory syntical virus, virus influenza, virus sitomegalik.

c. Jamur : Citoplasma Capsulatum, Criptococus Nepromas, Blastomices


Dermatides, Aspergillus Sp, Candida Albicans, Mycoplasma Pneumonia,
Aspirasi benda asing.

Dalam keadan normal, paru-paru dilindungi terhadap infeksi oleh berbagai


mekanisme. Infeksi paru-paru bisa terjadi bila satu atau lebih dari mekanisme
pertahanan terganggu oleh organisme secara aspirasi atau melalui
penyebaran hematogen. Aspirasi adalah cara yang lebih sering
terjadi.

Virus bisa meyebabkan infeksi primer atau komplikasi dari suatu penyakit,
seperti mobili atau vericella. Virus tidak hanya merusak sel epitel bersilia
tetapi merusak sel goblet dan kelenjar mukus pada bronkus sehingga
merusak clearance mukosilia. Apabila kuman patogen mencapai bronkoli
terminalis, cairan edema masuk ke dalam alveoli, diikuti oleh leukosit dalam
jumlah banyak, kemudian makrofag akan membersihkan debris sel dan
bakteri. Proses ini bisa meluas lebih jauh lagi ke segala atau lobus yang
sama, atau mungkin ke bagian lain dari paru-paru melalu cairan bronkial
yang terinfeksi. Malalui saluran limfe paru, bakteri dapat mencapai aliran
darah atau pluro viscelaris. Karena jaringan paru mengalami konsilidasi,
maka kapasitas vital dan comlience paru menurun, serta aliran darah yang
mengalami konsilidasi menimbulkan pirau / shunt kanan ke kiri dengan
ventilasi perfusi yang mismacth, sehingga berakibat pada hipoksia. Kerja
jantung mungkin meningkat oleh karena saturasi oksigen yang menurun dan
hiperkapnu. Pada keadaan yang berat, bisa terjadi gagal napas
(Wijayaningsih, 2013).
4. Faktor Lain yang Mempengaruhi Timbulnya Bronchopneumonia
Menurut Wijayaningsih (2013), ada faktor lain yang dapat menyebabkan
Bronchopneumonia :
a. Faktor predisposisi

1) Usia/umur

- Genetic.
2) Faktor pencetus

- Gizi buruk/kurang

- Berat badan lahir rendah (BBLR)

- Tidak mendapatkan ASI yang memadai.

- Imunisasi yang tiak lengkap

- Polusi udara

- Kepadatan tempat tinggal

5. Patofisiologi

Bronchopneumonia merupakan infeksi sekunder yang biasanya disebabkan


oleh virus penyebab Bronchopneumonia yang masuk ke saluran pernafasan
sehingga terjadi peradangan broncus dan alveolus dan jaringan sekitarnya.
Inflamasi pada bronkus ditandai adanya penumpukan sekret, sehingga terjadi
demam, batuk produktif, ronchi positif dan mual. Setelah itu mikroganisme
tiba di alveoli membentuk suatu proses peradangan yang meliputi empat
stadium, yaitu :
a. Stadium I (4-12 jam pertama / kongesti)

Disebut hiperemia, mengacu pada respon peradangan pemulaan yang


berlangsung pada daerah baru yang terinfeksi. Hal ini ditandai dengan
peningkatan aliran darah dan permeabilitas kapiler di tempat infeksi.
Hiperemia ini terjadi akibat pelepasan mediator-mediator peradangan
dari sel-sel mast setelah pengaktifan sel imun dan cedera jaringan.
Mediator-mediator tersebut mencakup histamin dan prostaglandin.
Degranulasi bekerja sama dengan histamin dan prostaglandiin untuk
melemaskan otot polos vaskuler paru dan peningkatan permeabilitas
kapiler paru. Hal ini mengakibatkan perpindahan eksudat plasma ke
dalam ruang intertisium sehingga terjadi pembengkakan dan edema antar
kapiler dan alveolus meningkatkan jarak yang harus di tempuh oleh
oksigen dan karbondioksida maka perpindahan gas ini dalam darah
paling berpengaruh dan sering mengakibatkan penurunan saturasi
oksigen hemoglobin.

b. Stadium II / hepatisasi (48 jam berikutnya)

Disebut hepatisasi merah, terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel darah
merah, eksudat dan fibrin yang dihasilkan oleh penjamu (host) sebagai
bagian dari reaksi peradangan. Lobus yang terkena menjadi padat oleh
karena adanya penumpukan leukosit, eritrosit, dan cairan, sehingga
warna paru menjadi merah dan pada perabaan seperti hepar, pada
stadium ini udara akan bertambah sesak, stadium ini berlangsung sangat
singkat, yaitu selam 48 jam.
c. Stadium III / hepatisasi keabu (3-8 hari)

Disebut hepatisasi kelabu yang terjadi sewaktu sel-sel darah putih


mengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi. Pada saat ini endapan fibrin
terakumulasi di seluruh daerah yang cedera dan terjadi fagositosis
sisasisa sel. Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai diresorbsi, lobus
masih teteap padat karena berisi fibrin dan leukosit, warna merah
menjadi pucat kelabu dan kapiler darah tidak lagi mengalami kongesti.
d. Stadium IV / resolusi (7-1 hari)

Disebut juga stadiu resolusi yang terjadi sewaktu respon imun dan
peradangan mereda, sisi-sisa sel fibrin dan eksudat lisis dan diabsropsi
oleh makrofag sehingga jaringan kembali ke strukturnya semula.
Inflamasi pada bronkus dii tandai adanya penumpukan sekret, sehingga
terjadi demam, batuk produktif, ronchi positif dan mual. Bila penyebaran
kuman sudah mencapai alveoluss maka komplikasi yang terjadi adalah
kolaps alveoli, fibrosis, emfisema dan atelaktasis. Kolaps alveoli akan
mengakibatkan penyempitan jalan nafas, sesak nafas, dan nafas rochi.
Fibrosis bisa menyebakan penurunan fungsi paru dan penurunan
produksi surfaktan sebagai pelumas yang berfungsi. Enfisema
(tertimbunya cairan atau pus dalam rongga paru) adalah tindak lanjut dari
frekuensi nafas, hipoksemia, asidosis respiratori, pada klien terjadi
sianosis, dispnea dan kelelahan yang akan mengakibatkan terjadinya
gagal nafas (Wijayaningsih, 2013).
7. Respon Tubuh Terhadap Perubahan Fisiologi

Menurut Wijayaningsih (2013), perubahan respon tubuh yang di alami

sepertii :

a. Sistem pernafasan

Terdapatnya bakteri yang menyebabkan peradangan pada bronkus yang


mengakibatkan penumpukan sekret yang menghambat jalan nafas. Tanda
dan gejala yang timbul Pernafasan cepat dan dangkal, bunyi pernafasan
cuping hidung, terdapatnya bunyi nafas tambahan pada paru yaitu ronchi,
weezing.
b. Sistem pencernaan

Terdapat mual dan muntah disertai diare yang mengakibatkan


kekurangan cairan yang hebat.
c. Sistem saraf pusat

Terjadinya penurunan suplai O2 dalam darah ke otak yang di tandai


dengan sianosis, nafas cuping hidung, retraksi dinding dada, yang
menyebabkan terjadinya hipoksia serta mengalami penurunan
kesadaran.

d. Sistem termoregulasi

Bakteri yang telah menyebar dan menyebab peradangan menginfeksi


sistem kekebalan tubuh, sehingga terjadinya peningkatan suhu tubuh
yang tinggi yang akan menyebabkan kejang.

8. Komplikasi

Menurut Sowden & Betz (2013), Bronchopneumonia dapat mengakibatkan

penyakit lain, yaitu :

a. Atelaktasis adalah pengembangan paru-paru yang tidak sempurna atau


kolaps paru merupakan akibat kurang mobilisasi atau refleks batuk
hilang.
b. Empisema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam
rongga pleura terdapat di satu tempat atau seluruh rongga pleura.
c. Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang meradang
d. Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial.
e. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.

9. Penatalaksanaan

a. Farmakologi

Penatalaksanaan menurut MTBS (2011) yaitu :

1) Pemberian antibiotik

Tabel : 2.1 Pemberian Antibiotik Berdasarkan Umur, Untuk Semua


Klasifikasi yang Membutuhkan Antibiotik yang Sesuai

KOTRIMOKSAZOL
2X sehari selama 3 hari untuk pneumonia
UMUR
atau
TAB ANAK SIRUP per 5 ml (40
BERAT BADAN
(20 mg Tmp + 200 mg mg Tmp + 200 mg
Smz) Smz)
2 bln-<4 bln (4-6 2.5 ml
1
kg) (1/2 sendok takar)
4 bln - <12 bln (6 5 ml
2
- < 10 kg) (1 sendok takar)
12 bln - <5 tahun 7.5 ml

(10 -<16 kg) (1 ½ sendok takar)
3 tahun - <5 tahun 10 ml
3
(16 – 19 kg) (2 sendok takar)

Tabel : 2.2 Untuk Anak yang Harus Segera Dirujuk Tetapi Tidak Dapat
Menelan Obat Oral, Segera Diberikan Antibiotik 1x Dalam Dosis Melalui
Intravena

UMUR AMPISILIN GENTAMISIN


Dosis : 50 mg per kg BB
Tambahkan 4,0 ml aquadest Dosis : 7,5 per kg
Atau
dalam 1 vial 1000 mg sehingga BB sediaan 80 mg /
BERAT BADAN
menjadi 1000 mg / 5 ml atau 200 2 ml
mg/ml
2 bulan - < 4 bulan
1.25 ml = 250 mg 1 ml = 40 mg
(4 - < 6 kg)
4 bulan - < 9 bulan
1.75 ml = 350 mg 1.25 ml = 50 mg
(6 - < 8 kg)
9 bulan - <12 bulan
2.25 ml = 450 mg 1.75 ml = 70 mg
(8 - < 10 kg)
12 bulan - <3 tahun
3 ml = 600 mg 2.5 ml = 100 mg
(10 - < 14 kg)
3 tahun - < 5 tahun
3.75 ml = 750 mg 3 ml = 120 mg
(14 -19 kg)

Tabel : 2.3 Pemberian Obat Antipiretika

Pemberian Paracetamol Untuk Demam Tinggi ≥ C

PARACETAMOL

UMUR atau BERAT TABLET TABLET


SIRUP 120 mg/ 5 ml
BADAN 500 mg 100 mg

2 bulan - <6 bulan 2.5 ml


½ 1/2
(4 - <7 kg) ( ½ sendok takar)

6 bulan - < 3 tahun


¼ 1 5 ml ( 1 sendok takar)
(7 – < 14 kg)

3 tahun - < 5 tahun 7.5 ml


½ 2
(14 - < 19 kg) ( 1 ½ sendok takar)

2) Terapi O2
Pemberian O2 2 - 3 liter / menit dengan nasal kanul

3) Terapi cairan

Pemberian cairan IVFD dekstore 5 % ½ NaCL 0,225% 350cc / 24


jam
b. Non farmakologi

1) Pasien Istirahat total

2) Posisi pasien semifowler / ekstensikan kepala

3) Bila terdapat obstruksi jalan nafas, dan lendir serta ada febris,
diberikan broncodilator
4) Terapi modalitas pernafasan (vibrasi, claping, nafas dalam dan batuk

efektif ).

5) Banyak minum air putih hangat

6) Suction bila ada sumbatan jalan nafas

7) Kompres hangat jika demam

8) Diit pasien jenis ML ( makan lunak )

B. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Kasus Bronchopneumonia

1. Pengkajian

Pengkajian pada pasien dengan kasus Bronchopneumonia :

a. Identitas, seperti: nama, tempat tanggal lahir/umur, Bronchopneumonia


sering terjadi pada bayi dan anak. Kasus terbanyak terjadi pada anak
berusia di bawah 3 tahun dan kematian terbanyak terjadi pada bayi yang
berusia kurang dari 2 bulan.
b. Keluhan Utama

1) Riwayat Kesehatan Sekarang a) Bronchopneumonia Virus


Biasanya didahului oleh gejala-gejala infeksi saluran napas,
termasuk rinitis dan batuk, serta suhu badan lebih rendah dari pada
pneumonia bakteri. Bronchopneumonia virus tidak dapat
dibedakan dengan Bronchopneumonia bakteri dan mukuplasma.
b) Bronchopneumonia Stafilokokus (bakteri)

Biasanya didahului oleh infeksi saluran pernapasan bagian atas


atau bawah dalam beberapa hari hingga 1 minggu, kondisi suhu
tinggi, batuk dan mengalami kesulitan pernapasan.

2) Riwayat Kesehatan Dahulu:

Biasanya anak sering menderita penyakit saluran pernapasan bagian


atas. Riwayat penyakit campak / fertusis (pada Bronchopneumonia).

3) Riwayat pertumbuhan

Biasanya anak cenderung mengalami keterlambatan pertumbuhan


karena keletihan selama makan dan peningkatan kebutuhan kalori
sebagai akibat dari kondisi penyakit.

4) Riwayat psikososial dan perkembangan

Kelainan Bronchopneumonia juga dapat membuat anak mengalami


gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangan, hal ini disebabkan
oleh adanya ketidakadekuatan oksigen dan nutrien pada tingkat
jaringan, sehingga anak perlu mendapatkan stimulasi pertumbuhan
dan perkembangan yang cukup.

5) Riwayat Imunisasi

Biasanya pasien belum mendapatkan imunisasi yang lengkap seperti


DPT-HB-Hib 2.

c. Pemeriksaan Fisik

a. Kepala-leher

Pada umumnya tidak ada kelainan pada kepala, kadang ditemukan


pembesaran Kelenjer getah bening.
b. Mata
Biasanya pada pasien dengan Bronchopneumonia mengalami anemis
konjungtiva.
c. Hidung

Pada pemeriksaan hidung secara umum ada tampak mengalami nafas


pendek, dalam, dan terjadi cupping hidung.
d. Mulut

Biasanya pada wajah klien Brochopneumonia terlihat sianosis


terutama pada bibir.
e. Thorax

Biasanya pada anak dengan diagnosa medis Bronchopneumonia, hasil


inspeksi tampak retraksi dinding dada dan pernafasan yang pendek
dan dalam, palpasi terdapatnya nyeri tekan, perkusi terdengar sonor,
auskultasi akan terdengar suara tambahan pada paru yaitu
ronchi,weezing dan stridor. Pada neonatus, bayi akan terdengar suara
nafas grunting (mendesah) yang lemah, bahkan takipneu.
f. Abdomen

Biasanya ditemukan adanya peningkatan peristaltik usus.

g. Kulit

Biasanya pada klien yang kekurangan O2 kulit akan tampak pucat


atau sianosis, kulit teraba panas dan tampak memerah.
h. Ekstremitas

Biasanya pada ekstremitas akral teraba dingin bahkan bahkan crt > 2
detik karena kurangnya suplai oksigen ke Perifer, ujung-ujung kuku
sianosis.

d. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan Diagnostik Menurut Manurung dkk (2013), yaitu :

1) Pemeriksaan Radiologi

a) Biasanya pada rontgen thoraks ditemukan beberapa lobus

berbercak-bercak infiltrasi
b) Bronkoskopi digunakan untuk melihat dan memanipulasi
cabangcabang utama dari arbor trakeobronkial. Jaringan yang
diambil untuk pemeriksaan diagnostik , secara terapeutik
digunakan untuk mengidentifiksi dan mengangkat benda asing
2) Hematologi

a) Darah lengkap

(1) Hemoglobin pada pasien bronchopneumonia biasanya tidak


mengalami gangguan. Pada bayi baru lahir normalnya 17-12
gram/dl, Umur 1 minggu normalnya 15-20 gram/dl, Umur 1
bulan normalnya11-15 gram/dl, dan pada Anak-anak
normalnya 11-13 gram/dl
(2) Hematokrit pada pasien bronchopneumonia biasanya tidak
mengalami gangguan. Pada Laki-laki normalnya 40,7% -
50,3%, dan pada Perempuan normalnya 36,1% - 44,3%
(3) Leukosit pada pasien bronchopneumoia biasanya mengalami
peningkatan, kecuali apabila pasien mengalami
imunodefisiensi Nilai normlanya 5 .– 10 rb /

(4) Trombosit biasanya ditemukan dalam keadaan normal yaitu


150 – 400 rb
(5) Eritrosit biasanya tidak mengalami gangguan dengan nilai
normal Laki – laki 4,7- 6,7 juta dan pada Perempuan 4,2– 5,4
juta
(6) Laju endap darah ( LED ) biasanya mengalami peningkatan
normal nya pada laki-laki 0 – 10 mm perempuan 0 -15 mm
b) Analisa Gas Darah (AGD)

Biasanya pada pemeriksaan AGD pada pasien bronchopneumonia


ditemukan adanya kelainan. Pada nilai pH rendah
normalnya7,387,42, Bikarbonat (HCO3) akan mengalami
peningkatan kecuali ada kelainan metabolik normalnya 22-28 m/l,
Tekanan parsial oksigen akan mengalami penurunan nilai
normalnya 75-100 mm Hg, Tekanan (pCO2) akan mengalami
peningkatan nilai normalnya 38-42 mmHg, dan pada saturasi
oksigen akan mengalami penurunan nilai normalnya 94-100 %.
c) Kultur darah

Biasanya ditemukan bakteri yang menginfeksi dalam darah, yang


mengakibatkan sistem imun menjadi rendah.
d) Kultur sputum

Pemeriksaan sputum biasanya di temukan adanya bakteri


pneumonia dan juga bisa bakteri lain yang dapat merusak paru.

2. Kemungkinan Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan NANDA 2015-2017, diagnosa keperawatan yang mungkin


muncul :
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b/d akumulasi lendir di jalan nafas,
inflamasi trakeabronkial, nyeri pleuritik, penurunan energi, kelemahan.
b. Ketidakefektifan pola nafas b/d hiperventilasi, kerusakan neurologis

c. Gangguan pertukaran gas b/d ketidakseimbangan perfusi ventilasi

d. Intoleransi aktifitas b/d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan


oksigen, kelemahan umum, batuk berlebihan dan dipsnea.
e. Resiko tinggi kekurangan volume cairan b/d peningkatan evaporasi tubuh,
kurangnya intake cairan.
f. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d peningkatan
kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses infeksi, mual
dan muntah.
g. Hipertermi b/d proses infeksi
3. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan NOC NIC

1 Ketidakefektifan a. Respiratory Airway Suction


Bersihan Jalan Nafas Status 1) Pastikan kebutuhan
Ventilation oral suctioning
Batasan karakterstik : 2) Auskultasi suara
1) Suara nafas Kriteria hasil : nafas sebelum dan
tambahan 1) Frekuensi sesudah suctioning
2) Perubahan pernafasan dalam 3) Informasikan pada
frekuensi napas batas normal (40- klien dan keluarga
3) Sianosis 50x/menit) tentang suctioning
4) Penurunan bunyi 2) Irama pernafasan
4) Monitor status
nafas 3) Kedalaman oksigen pasien
inpirasi
5) Sputum dalam 5) Berikan oksigen
jumlah yang 4) Tidak ada suara dengan
berlebih nafas tambahan menggunakan nasal
6) Gelisah 5) Pernafasan untuk memfasilitasi
cuping hidung suction nasotrakeal
Faktor yang tidak ada

berhubungan dengan : 6) Tidak ada Airway Management


obstruksi jalan nafas penggunaan otot 1) Buka jalan nafas
1) Spasme jalan bantu nafas 2) Posisikan pasien
nafas 7) Akumulasi umtuk
2) Mukus dalam sputum memaksimalkan
jumlah berlebihan ventilasi

3) Sekresi dalam a. Respiratory Status 3) Identifikasi pasien

bronki Airway Patency perlunya

4) Benda asing di pemasangan alat


Kriteria hasil : jalan nafas
jalan nafas
1) Respiratory 4) Lakukan fisioterapi
rate dalam dada bila perlu
rentang normal 5) Auskultasi suara
2) Pasien tidak nafas, catat adanya
cemas suara tambahan
3) Menunjukkan 6) Monitor status
jalan nafas respirasi dan O2
yang paten
Cough Enhancement
2) 1) Bantu pasien
untuk posisi
duduk Dorong
pasien untuk
melakukan latihan
nafas dalam
3) Dorong pasien
untuk tarik nafas
dalam selama 2
detik dan
batukkan, lakukan 2
atau 3 kali
berturut-turut

Vital Sign Monitoring


1) Monitor TD, nadi,
suhu, dan RR
2) Catat adanya
fluktasi tekanan
darah

3) Monitor vital sign


saat pasien
berbaring, duduk
atau berdiri
4) Monitor TD, nadi,
RR, sebelum,
selama dan setelah
aktifitas
5) Monitor kualitas
nadi
6) Monitor frekuensi
dan irama
pernafasan
7) Monitor suara paru
8) Monitor pola
pernafasan
abnormal
9) Monitor suhu, dan
kelembapan kulit
10) Identifikasi
penyebab dari
perubahan vital
sign
2 Ketidakefektifan Pola a. Status Manajemen Jalan
Nafas Pernafasan Nafas
1) Posisikan pasien
Batasan karakteristik : Kriteria hasil : untuk
1) Perubahan kedalaman 1) Frekuensi memaksimalkan
pernafasan pernafasan ventilasi
2) Bradipnea normal (40- 2) Lakukan
3) Penurunan tekanan 50x/menit) fisioterapy dada
inspirasi 2) Irama jika perlu

4) Penurunan tekanan pernafasan 3) Motivasi pasien


ekspirasi normal untuk bernafas

5) Penurunan kapsitas 3) Kedalaman pelan, dalam,

vital inspirasi berputar, dan batuk

4) Suara auskultasi 4) Gunakan teknik


6) Dipsnea
pernafasan yang
7) Pernafasan cuping
normal menyenangkan
hidung
5) Kepatenan jalan untuk memotivasi
8) Penggunaan otot
nafas bernafas dalam
aksesoris untuk
kepada anak-anak
bernafas 6) Volume tidal
5) Auskultasi suara
7) Kapasitas vital
nafas, catat area
Faktor yang 8) Penggunaan otot
yang ventilasinya
berhubungan bantu nafas tidak
menurun atau tidak
1) Hiperventilasi ada
adanya suara nafas
2) Kerusakan neurologis 9) Retraksi dinding
tambahan
3) Keletihan otot dada tidak ada
pernafasan 10) Sianosis tidak
Terapi Oksigen
ada
1) Pertahankan
11) Suara nafas
kepatenan jalan
tambahan tidak
nafas
ada
2) Monitor aliran
oksigen
b. Status
3) Monitor efektifitas
Pernafasan :
terapi oksigen
Kepatenan
4) Amati tanda-tanda
Jalan Nafas
adanya
hipoventilasi
Kriteria hasil :
oksigen
1) Frekuensi
5) Sediakan oksigen
pernafasan normal
3 Gangguan Pertukaran a. Status Monitor Vital Sign
Gas Pernafasan : 1) Memonitor tekanan
Pertukaran Gas darah, nadi, suhu, dan
Batasan karakteristik : status pernafasan 2)
1) pH darah arteri Kriteria hasil: Memonitor
abnormal 1) Tekanan parsial Denyut jantung
2) pernafasan oksigen dalam 3) Memonitor suara
abnormal ( mis, darah arteri (po2) paru-paru
kecepatan, irama, 2) Tekanan parsial 4) Memonitor warna
kedalaman) oksigen dalam kulit
3) warna kulit darah arteri 5) Menilai
abnormal ( pucat (pco2) Cavilarevil
) 3) Saturasi oksigen

4) sianosis 4) Keseimbangan Monitor Pernafasan


ventilasi perfusi 1) Memonitor tingkat,
5) nafas cuping
5) Dyspnea pada saat irama, kedalaman,
hidung
istirahat dan
Faktor yang 6) Sianosis respirasi
berhubungan : 2) Memonitor gerakan
1) perubahan dada
membran 3) Monitor bunyi
alveolar –kapiler pernafasan

2) ventilasi pervusi 4) Auskultasi


bunyi paru
5) Memonitor
dyspnea dan hal
yang
meningkatkan dan
memperburuk
kondisi

Terapi Oksigen
1) Pertahankan
kepatenan jalan
nafas
2) Monitor aliran
oksigen
3) Amati tanda-tanda
hipoventilasi induksi
oksigen

4 Intoleransi Aktifitas a. Toleransi Terapi Aktifitas


Aktifitas 1) Bantu klien
Faktor yang mengidentifikasi
berhubungan dengan : Kriteria hasil : aktivitas yang
1) Masalah sirkulasi 1) Saturasi oksigen mampu dilakukan
2) Masalah dengan aktivitas 2) Bantu klien untuk
pernapasan 2) Denyut nadi memilih aktivitas
dengan aktivitas yang sesuai dengan
3) Tingkat kemampuan fisik,
pernapasan psikologi, dan
dengan aktivitas sosial

4) Warna kulit 3) Bantu untuk

5) Kecepatan mengidentifikasi

berjalan kaki dan mendapatkan


sumber yang
diperlukan untuk
2) Tingkat kelelahan
aktivitas yang
diinginkan
Kriteia hasil:
4) Bantu untuk
1) Tingkat kelelahan
mengidentifikasi
2) Gangguan
aktivitas yang
konsentrasi
disukai
menurun
5) Bantu pasien atau
3) Tingkat stres
keluarga untuk
4) Kualitas tidur
mengidentifikasi
5) Saturasi oksigen kekurangan dalam
6) Kualitas istirahat beraktivitas
6) Bantu pasien untuk
3) Tanda–tanda mengembangkan
vital motivasi diri dan
penguatan
Kriteria hasil: 7) Monitor respon
1) Denyut fisik, emosi, sosial,
jantung apikal dan spiritual.
2) Denyut nadi
radial Monitor Tanda-
3) Tingkat tanda Vital
pernapasan 1) Monitor tekanan

4) Irama pernapasan darah, nadi, suhu,

5) Tekanan nadi dan pernafasan

6) Kedalaman 2) Monitor dan

inspirasi laporkan tanda


dan gejala
hipotermia dan
hipertermia
3) Monitor
keberadaan dan
kualitas nadi
4) Monitor irama dan
laju pernafasan
5) Monitor suara paru
6) Monitor warna
kulit, suhu, dan
kelembapan
Manajemen Energi:
Terapi Oksigen
1) Pertahan kan
kepatenan jalan
nafas
2) Berikan oksigen
tambahan seperti
yang diperintahkan
3) Monitor aliran
oksigen
4) Amati tanda-tanda
hipoventilasi
induksi oksigen
5) Sediakan oksigen
ketika pasien
dibawa /
dipindahkan
6) monitor efektifitas
terapi oksigen
5 Kekurangan Volume a. Keseimbangan Manajemen Cairan
Cairan Cairan 1) Timbang BB pasien
setiap hari dan
Batasan karakteristik : Kriteria hasil : monitor status
1) Haus 1) Tekanan darah pasien
2) Kelemahan 2) Keseimbangan 2) Jaga intake output
3) Kulit kering 4) intake output 3) Monitor status
Membtan mukosa dalam 24 jam dehidrasi
kering’ 3) Berat badan 4) Monitor hasil
5) Peningkatan stabil laboratorium yang
frekuensi nadi 4) Turgor kulit relevan dengan
6) Peningkatan 5) Kelembaban retensi cairan
hematokrit membran 5) Monitor status
7) Peningkatan mukosa hemodinamik
konsentrasi urine 6) Serum elektrolit 6) Monitor tandatanda
8) Peningkatan suhu 7) Hematokrit vital
tubuh 8) Edema perifer 7) Berikan terapi IV
9) Penurunan berat 9) Bola mata (intra vena) seperti
cekung dan
lembek
10) Kehausan

badan tiba-tiba 11) Pusing yang ditentukan


10) Penurunan haluan 8) Berikan cairan
urine dengan tepat
11) Penurunan b. Dehidrasi 9) Tingkatkan
pengisian vena asupan oral
12) Penurunan Kriteria hasil : 10) Dukungan pasien
tekanan darah 1) Warna urine dan keluarga
keruh untuk membantu
13) Penurunan turgor
2) Fontanela cekung dalam pemberian
kulit
3) Nadi cepat dan makan dengan
Faktor yang lambat baik
berhubungan 4) Penigkatan BUN 11) Berikan
1) Kegagalan (blood urea produkproduk
mekanisme Nitrogen) darah
regulasi 5) Penigkatan suhu

2) Kehilangan tubuh Manajemen


cairan aktif Elektrolit
1) Monitor nilai
serum elektrolit
abnormal
2) Monitor
manifestasi
3) Ketidakseimbanga
n elektrolit
4) Berikan cairan
sesuai resep, jika
diperlukan
5) Ambil spesimen
sesuai order untuk
dapat malakukan
sesuai analisis
level elektrolit
(ABG, urine, dan
level serum)
dengan tepat
6) Konsultasikan
dengan dokter jika
tanda – tanda dan
gejala
ketidakseimbanga
n cairan
dan/elektrolit
menetap atau
memburuk
7) Monitor respon
pasien terhadap
terapi elektrolit
yang diberikan

Monitor Tanda-
tanda Vital
1) Monitor tekanan
darah, nadi, suhu
dan pernafasan
2) Monitor dan
laporkan tanda dan
gejala hipotermia
dan hipertermia
3) Monitor
keberadaan dan
kualitas nadi
4) Monitor irama dan
laju pernafasan
5) Monitor suara paru
6) Monitor warna
kulit, suhu, dan
kelembapan
6 Ketidak Seimbangan a. Status Nutrisi Manajemen Berat
Nutrisi : Kurang Dari Badan
Kebutuhan Tubuh Kriteria hasil: 1) Diskusikan
1) Status nutrisi bersama pasien dan
Batasan karakteristik : 2) Asupan gizi keluarga mengenai
1) Diare 3) Asupan makanan hubungan antara
2) Bising usus 4) Asupan cairan intake makanan,
hiperaktif latihan,
5) Energi
3) Membran mukosa peningkatan BB
6) Berat badan
pucat dan penurunan BB
2) Diskusikan
4) Tonus otot b. Appetite
bersama pasien
menurun
mengenai kondisi
5) Kelemahan otot Kriteia hasil:
medis yang dapat
menelan 1) Keinginan untuk
mempengaruhi BB
makan
3) Diskusikan
Faktor yang 2) energi untuk
bersama pasien
berhubungan : makan
mengenai
1) Faktor biologis 3) Asupan makanan
kebiasaan, gaya
2) Ketidak mampuan asupan gizi
hidup dan factor
mengabsropsi 4) Asupan cairan herediter yang
nutrien 5) Stimulus untuk dapat
3) Ketidak mampuan makan mempengaruhi BB
mencerna
4) Diskusikan
makanan
bersama pasien
4) Ketidak mampuan mengenai risiko
menelan makanan yang berhubungan
dengan BB
berlebih dan
penurunan BB
5) Dorong pasien
untuk merubah
kebiasaan makan
6) Perkirakan BB
badan ideal pasien

Manajemen Nutrisi
1) Kaji adanya alergi
makanan
2) Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan jumlah
kalori dan nutrisi
yang dibutuhkan
pasien.
3) Anjurkan pasien
untuk
meningkatkan
intake Fe
4) Anjurkan pasien
untuk
meningkatkan
protein dan vitamin
C
5) Berikan substansi
gula
6) Yakinkan diet yang
dimakan
mengandung tinggi
serat untuk
mencegah
konstipasi
7) Berikan makanan
yang terpilih
( sudah
dikonsultasikan
dengan ahli gizi)
8) Monitor jumlah
nutrisi dan
kandungan kalori
9) Berikan informasi
tentang kebutuhan
nutrisi kepada
keluarga

Monitor Nutrisi
1) Monitor
pertumbuhan dan
perkembangan
2) Monitor turgor kulit
dan modalitas
3) Identifikasi
abnormalitas kulit
4) Minitor adanya
mual muntah
5) Identifikasi
perubahan nafsu
makan dan aktifitas
akhir- akhir ini
7 Hipertermi a. Termoregulasi Perawatan Demam
1) Pantau suhu dan
Batasan karakteristik : Kriteria hasil : tanda vital lainnya
1) Kulit kemerahan 1) Berkeringat saat 2) Monitor warna kulit
2) Peningkatan suhu panas 3) Monitor asupan dan
tubuh perkisaran 2) Tingkat pernafasan keluaran, sadari
diatas normal 3) Peningkatan suhu perubahan
3) Kejang kulit kehilangan cairan
4) Kulit terasa hangat 4) Hipertermia yang tak dirasakan

5) Sakit kepala 4) Beri obat atau cairan


Faktor yang IV
6) Dehidrasi
berhubungan :
5) Tutup pasien dengan
1) Pemajanan selimut atau pakaian
c. Status Neurologis
lingkungan yang ringan
panas Kriteria hasil : 6) Dorong konsumsi
2) Penyakit 1) Kesadaran cairan
3) Peningkatan laju 2) Pola bernafas 7) Fasilitasi istirahat,
metabolisme terapkan pembatasan
3) Pola istirahat dan
tudur aktifitas jika

4) Laju pernafasan diperlukan

5) Hipertermia 8) Berikan oksigen

6) Aktivitas kejang yang sesuai


9) Tingkatkan sirkulasi
b. Tanda Tanda udara
Vital 10) Mandikan
pasien dengan spons
Kriteria hasil : hangat dengan hati-
1) Suhu tubuh hati
2) Tingkat

pernafasan Pengaturan Suhu


3) Irama pernafasan 1) Monitor suhu
4) Tekanan nadi paling tidak setiap
5) Kedalaman 2 jam sesuia
inspirasi kebutuhan
2) Monitor dan
laporkan adanya
tanda gejala
hipotermia dan
hipertermia
3) Tingkatkan intake
cairan dan nutrisi
adekuat
4) Berikan
pengobatan
antipiuretik sesuai
kebutuhan

Manajemen
Pengobatan
1) Tentukan obat apa
yang diperlukan,
dan kelola menurut
resep dan/atau
protokol
2) Monitor
efektifitas cara
pemberian obat
yang sesuai

D. Pengumpulan Data
format asuhan keperawatan (pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi
dan evaluasi), alat perlindungan diri (Handscoon dan masker), alat
pemeriksaan fisik (Tensi meter, Termometer, stetoskop, timbangan, arloji
dengan detik dan penlight).
1. Format pengkajian keperawatan terdiri dari: identitas pasien, identifikasi
penanggung jawab, riwayat kesehatan, kebutuhan dasar, pemeriksaan
fisik, data psikologis, data ekonomi sosial, data spritual, lingkungan
tempat tinggal, pemeriksaan laboratorium dan program pengobatan.
2. Format analisa data terdiri: nama pasien, nomor rekam medik, data,
masalh dan etiologi.
3. Format diagnosa keperawatan terdiri dari: nama pasien, nomor rekam
medik, diagnosa keperawatan, tanggal dan paraf ditemukannya masalah,
serta tanggal dan paraf dipecahkan masalah.
4. Format intervensi asuhan keperawatan terdiri dari: nama pasien, nomor
rekam medik, diagnosa keperawatan, intervensi NOC dan NIC.
5. Format implementasi keperawatan terdiri dari: nama pasien, nomor rekam
medik, hari dan tanggal, diagnosa keperawatan, implementasi
keperawatan, dan paraf yang dilakukan implementasi keperawatan.
6. Format evaluasi keperawatan terdiri dari : nama pasien, nomor rekam
medik, hari dan tanggal, diagnosa keperawatan, evaluasi keperawatan, dan
paraf yang melakukan tindakan evaluasi keperawatan.

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Teknik wawancara

Wawancara pada penelitian kualitatif merupakan pembicaran yang


mempunyai tujuan dan didahului beberapa pertanyaan informan. Peneliti
melakukan wawancara mengeksplorasi perasaan, persepsi, dan pemikiran
partisipan.

Pada penelitian ini dilakukan wawancara kepada pasien dan keluarga.


Wawancara dilakukan untuk mendapatkan untuk mendapatkan data
tentang identitas pasien, riwayat kesehatan pasien (sekarang, dahulu dan
riwayat kesehatan keluarga) dan aktifitas sehari-hari pasien (Sugiyono,
2014).
2. Observasi

Observasi yang dilakukan peneliti terlibat berkaitan dengan keadaan fisik


pasien serta kegiatan sehari – hari pasien seperti pola makan, pola
aktifitas, dan lain-lain (Sugiyono, 2014).

Pada penelitian ini observasi dilakukan untuk pemeriksaan fisik pasien


yang dilakukan secara inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi melalui
tingkat kesadaran dan memonitor bagaimana perubahan kesehatan dari
pasien dan memonitor intake output / cairan yang keluar berlebihan, suhu,
dan frekuensi pernfasan.
3. Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan perjalan penyakit pasien yang sudah berlalu


yang disusun berdasarkan perkembangan kondisi pasien. Dokumentasi
keperawatan berbentuk catatan perkembangan, hasil pemeriksaan
laboratorium dan hasil pemeriksaan pasien.

Dalam penelitian ini menggunakan dokumen dari rumah sakit untuk


menunjang penelitian yang akan dilakukan untuk mendapatkan hasil
pemeriksaan darah lengkap seperti (Hb, trombosit, leukosit, eritrosit, dan
Ht), pemeriksaan elektrolit, hasil pemeriksaan kultur darah, sputum dan
pemeriksaan rontgen thorak.
F. Jenis-Jenis Data

a. Data Primer

Data primer adalah data yang dikumpulkan langsung dari pasien seperti
pengkajian kepada pasien meliputi: Identitas pasien, riwayat kesehatan
pasien, pola aktifitas sehari-hari dirumah, dan pemeriksaan fisik terhadap
pasien.
b. Data Sekunder

Pada penelitian ini, data sekunder langsung didapatkan dari keluarga,


rekam medis dan Ruang High Care Unit (HCU) Anak RSUP Dr. M.
Djamil Padang
G. Analisis

Analisis terhadap proses keperawatan yang dilakukan peneliti meliputi


pengkajian keperawatan, diagnosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi
keperawatan yang dibandingkan dengan teori. Pada penelitan yang akan
dilakukan setelah didapatkan data tentang pasien melelalui pengkajian
keperawatan, data akan dikelompokkan dalam bentuk data subjektif dan
objektif. Kemudian baru dirumuskan diagnosa keperawatan, disusun rencana
keperawatan, melakukan implementasi dan evaluasi keperawatan
berdasarkan NOC-NIC. Asuhan keperawatan dibuat dengan cara
mendeskripsikan kasus dan selanjutnya dibandingkan antara kasus 1 dan 2.
Kemudian kesenjangan-kesenjangan yang ditemukan dibandingkan dengan
teori yang telah ada sebelumnya.
.

Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan BronkoPneumonia

A. Deskrispi Kasus

An. S. berumur 7 bulan An. S datang ke RSUD Waikabubak pada tanggal


25 Mei 2017 pukul 21.50 WIB rujukan dari RS Lende . Pasien datang
dengan keluhan sesak napas sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit, batuk
berdahak sejak 1 minggu, demam sejak 3 hari dan anak membiru sejak 3
bulan yang lalu, tidak nafsu makan.. Pasien datang dengan tanda-tanda vital
yaitu, HR: 132 x/i, RR: 52 x/i, dan suhu: 37 0C. Pasien di diagnosa dengan
penyakit PJB dengan bronkopneumonia.
1. Hasil Pengkajian
An. S berumur 7 bulan An. S datang ke RSUD Waikabubak pada
tanggal 25 Mei 2017 pukul 21.50 WIB. Pasien datang dengan keluhan
sesak napas sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit, batuk berdahak sejak
1 minggu, demam sejak 3 hari dan anak membiru sejak 3 bulan yang lalu,
tidak nafsu makan. Pasien datang dengan tanda-tanda vital yaitu, HR: 132
x/i, RR: 52 x/i, dan suhu: 37 0C. Pasien didiagnosa dengan penyakit PJB
dengan bronkopneumonia.
Pengkajian riwayat penyakit sekarang pada tanggal 27 Mei 2017
pukul 09.00 WIB, Ny. T mengatakan napas Anak tampak sesak, napas
sesak akan bertambah jika An.S menangis, ibu mengatakan badan An.S
tampak membiru, dan badan teraba panas.
Pada pengkajian riwayat kehamilan dan kelahiran prenatal gestasi
G1 P1 A0 H1, pemeriksaan kehamilan kebidan 2x dalam sebulan, tidak ada
imunisasi saat hamil, obat-obatan yang digunakan vitamin dan tablet Fe.
Riwayat Intranatal Tanggal persalinan 06 November 2016, BBL/PBL 2,7
kg/49 cm, usia gestasi saat lahir 9 bulan, tempat persalinan di RSUD
Waikabubak, penolong persalinan Dr.spesialis kandungan, jenis persalinan
cesar. Riwayat Post natal (24 jam) Tidak ada IMD, tidak ada kelainan
kongenital.
Penyakit yang pernah diderita Ny.T mengatakan An.S telah
memiliki kelainan penyakit jantung bawaan sejak lahir namun belum
pernah dioperasi dan dirawat selama 1 minggu lalu dipulangkan karena
tidak cukup biaya.
Pada pengkajian riwayat kesehatan keluarga, Ny.T mengatakan
tidak ada anggota keluarga ysng lain yang menderita penyakit yang sama
dengan An.G. riwayat imunisasi An.S hanya mendapat imunisasi HB 0 saat
lahir. Perkembangan An.S saat ini bisa miring kiri dan kanan serta
berguling. Ny.T mengatakan ventilasi rumah kurang dan sempit dan sering
tertutup.
Data pemeriksaan fisik didapatkan sebagai berikut : Keadaan umum
anak tampak gelisah kesadaran Compos Mentis dengan GCS 15, Tanda-
tanda Vital HR : 124 x/i, RR : 38 x/i, T : C. Posture : BB : 7 kg, PB/TB : 59
cm. Pada pemeriksaan kepala normal. Mata simetris kiri dan kanan,
konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, reflek pupil isokor, reflek
kedip ada. Hidung simetris, bersih, pernafasan cuping hidung tidak ada,
sinosis tidak ada, terpasang oksigen binasal 3L/i. Mulut tampak bersih,
mukosa bibir basah.
Pada pemeriksaan telinga tidak terdapat infeksi, tidak ada luka.
Pemeriksaan thorax didapatkan inspeksi tampak adanya retraksi dinding
dada, dada tidak simetris saat bernafas, saat palapasi fremitus kiri dan
kanan tidak sama , perkusi terdengar bunyi pekak/redup, auskultasi suara
ronchi tidak ada, suara weezhing tidak ada. Pada pemeriksa jantung saat
palpasi ictus cordis teraba, perkusi terdengar bunyi pekak, irama ireguler.
Abdomen tidak ada distensi, tidak ada nyeri tekan, bising usus normal.
Kulit akral teraba dingin, tidak ada udem, tidak ada lesi. Ekstremitas
Atas akral teraba dingin, crt < 2 dtk,tidak ada lesi. Ekstremitas bawah akral
teraba dingin, crt <2 dtk, tidak ada lesi. Gnetalia tidak ada Kelainan. Untuk
kegiatan ADL An.S, Ny.T mengatakan memberikan ASI dan susu
pendamping selama 2 bulan, dari 2 bulan sampai usia 6 bulan An.S hanya
diberikan susu formula, dan dilanjutkan dengan jenis makanan promina dan
nasi tim.
Selama sakit An.S mendapat diit Susu Formula 8 x 60 cc/hari
melalui NGT. Pola tidur siang An.S 1-2 jam kuantitas kurang nyenyak
dikarenakan sesak saat bernapas, tidur malam sedikit frekuensi tidur lebih
kurang 4-6 jam/hari dikarenakan anak sesak dan rewel.
Frekuensi BAB dan BAK An.S sebanyak 120 gr/hari menggunakan
pempers. Pemeriksaan penunjang pada tanggal 27 Mei 2017 didapatkan
Leukosit 21.200/mmᶟ (6.000-18.000/ mmᶟ ), kalium 5,8 (3,5-5,1 mmol/L),
glukosa sewaktu 72mg/dl (<200 mg/dl), hemoglobin 18 g/dl (9,6-15,6 g/dl),
eritrosit 6,6 juta (4,5-5,5 juta), hematokrit 56% (40-48 %), eosinofil 0% (1-
4%), AGD pH (7,28) (7,38-7,42), PCO2 55 mmHg (38-42 mmHg) , PO2
28 mmHg (75-100 mmHg), SO2 45% (94-100 %).
Pemeriksaan radiologi didapatkan pembesaran medistinum superior
(Thymus), jantung membesar CTR 60%, apeks membulat, hilus tampak
menebal, corakan bronkovaskuler bertambah, tampak infiltrat di
parakardial kanan , tampak gambaran opak nodular diperihiler kanan.
Terapi medis yang didapatkan pada An.S IVFD KA-EN 1B 8tts/i,
Ampicillin 4 x 125 mg iv, Gentamicin 2 x 12 mg iv.

2. Diagnosa Keperawatan
Setelah dilakukan pengkajian dari tanggal 27-31 Mei 2017, maka
selanjutnya peneliti melakukan analisa data dan dapat dirumuskan diagnosa
keperawatan sebagai berikut :
1) Ketidakefektifan pola nafas b/d dengan ventilasi adanya
gangguan ventilasi dengan data subjektif Ny.T mengatakan An.S masih
terlihat sesak dan sesak bertambah saat An.S menagis dan rewel. Data
objektif napas pasien tampak sesak, terdapat retraksi dinding dada,
frekuensi napas yaitu 38 x/i, bunyi napas bronkovaskuler dan terpasang
oksigen nasal canul 2 liter/menit serta monitor pernapasan. Pemeriksaan
radiologi ditemukan corakan bronkovaskuler bertambah, tampak infiltrat di
parakardial kanan, tampak gambaran opak nodular di perihiler kanan.
2) Gangguan pertukaran gas b/d hiperventilasi dengan data subjektif
Ny.T mengatakan bahwa anaknya masih terlihat sesak saat bernapas dan
sesak bertambah apabila pasien rewel dan gelisah. Data objektif pasien
terpasang oksigen dengan binasal 2 l/i, pasien tampak sesak napas, akral
tampak membiru dan teraba dingin, hasil AGD yaitu, PH 7,28 (7,38-7,42),
PCO2 55 mmHg (38-42 mmHg), PO2 28 mmHg (75-100 mmHg), SO2
45% (94-100%).
Pada pemeriksaan radiologi ditemukan corakan bronkovaskuler
bertambah, tampak infiltrat di parakardial kanan, tampak gambaran opak
nodular di perihiler kanan.

3) Hipertermi b/d proses infeksi dengan data subjektif Ny.T mengatakan


badan An.S teraba panas dan berkeringat. Data objektif kulit pasien
tampak berkeringat, kulit teraba panas, warna kulit kemerahan, suhu
38,5ᵒC , Leukosit 21.200/mmᶟ (6.000-18.000/ mmᶟ). Anak terpasang
IVFD KA-EN 1B 2cc/jam

3. Intervensi Keperawatan
Berdasarkan masing-masing diagnosa yang telah peneliti rumuskan maka
dibuat intervensi keperawatan sebagai berikut : rencana keperawatan untuk
diaggnosa pertama ketidakefektifan pola nafas b/d hiperventilasi bertujuan
untuk mempertahankan kepatenan jalan napas. Intervensinya adalah
1) manajemen jalan nafas dengan aktifitas; Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi, Gunakan teknik yang menyenangkan
untuk memotivasi bernafas dalam kepada anak-anak, Auskultasi
suara nafas, catat area yang ventilasinya menurun atau tidak adanya
suara nafas tambahan.

2) Terapi oksigen dengan aktifitas; Pertahankan kepatenan jalan


nafas, Monitor aliran oksigen, Monitor efektifitas terapi oksigen,
Amati tanda-tanda adanya hipoventilasi oksigen.
3) Monitor pernafasan dengan aktifitas; Monitor kecepatan, irama,
kedalaman dan kesulitan bernafas, catat pergerakan dinding dada
dan pengunaan otot bantu, Monitor suara nafas tambahan seperti
ngorok, Monitor pola nafas, Palpasi kesimetrisan ekspansi paru,
Auskultasi suara nafas tambahan.
Rencana tindakan untuk diagnosa kedua, gangguan pertukaran gas b/d
ketidakseimbangan perfusi ventilasi bertujuan untuk memaksimalkan ventilasi,
meningkatkan saturasi O2, mencegah sianosis intervensinya adalah
1) Monitor vital sign dengan aktifitas memonitor tekanan darah, nadi,
suhu, dan status pernafasan, memonitor denyut jantung, Memonitor suara
paru-paru, Memonitor warna kulit, Menilai Cavilarevil.
2) monitor pernafasan dengan aktifitas Memonitor tingkat, irama,
kedalaman, dan respirasi, Memonitor gerakan dada, Monitor bunyi
pernafasan, Auskultasi bunyi paru, Memonitor dyspnea dan hal yang
meningkatkan dan memperburuk kondisi.
3) terapi oksigen dengan aktifitas pertahankan kepatenan jalan
nafas, monitor aliran oksigen, Amati tanda-tanda hipoventilasi induksi
oksigen.
Rencana keperawatan untuk diagnosa ketiga hipertermi berhubungan dengan
proses infeksi bertujuan pernapasan normal, tidak terjadi perubahan warna kulit,
mencegah terjadinya kejang dan Sakit kepala. Intervensi nya adalah;
1) Perawatan demam, dengan aktivitas; Pantau suhu dan tanda-tanda vital
lainya, monitor warna kulit dan suhu, beri obat atau cairan IV, berikan
oksigen yang sesuai dan turunkan suhu tubuh dengan kompres air hangat
(2) Pengaturan suhu dengan aktivitas, monitor suhu setiap 3 jam sesuai
kebutuhan, monitor dan laporkan adanya tanda gejala hipotermia dan
hipertermia, tingkatkan intake cairan dan nutrisi adekuat dan berikan
pengobatan antipiretik.

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi yang dilakukan pada anak selama pengelolahan kasus
adalah sebagai berikut diagnosa pertama ketidakefektifan pola nafas b/d
hiperventilasi tindakan yang dilakukan mengatur posisi 30ᵒ , mengatur
peralatan oksigenasi, monitor aliran oksigen, pertahankan posisi pasien
mengektensikan kepala, observasi tanda-tanda hipoventilasi dengan
menghitung frekuensi napas dan irama napas. Setelah dilakukan
implementasi masih terdapat retraksi dinding dada, pernafasan
menggunakan otot bantu, dan, dengan tanda-tanda vital T 38,2o C, HR 124
x/i, P 38 x/i.
Implementasi untuk diagnosa kedua gangguan pertukaran gas b/d
ketidakseimbangan perfusi ventilasi adalah melakukan memonitor tekanan
darah, nadi, suhu, dan status pernafasan, memonitor denyut jantung,
memonitor suara paru-paru, Memonitor warna kulit, Menilai Cavilarev,
Memonitor tingkat, irama, kedalaman, dan respirasi. Setelah dilakukan
implementasi didapatkan tanda-tanda vital T 38,2o C, HR 124 x/i, P 38 x/i,
CRT < 2 detik, kulit tampak membiru.
Implementasi untuk diagnosa ketiga hipertermi berhubungan
dengan proses infeksi adalah; mengukur dan memantau TTV (Tekanan
darah, nadi, suhu dan pernapasan), memonitor warna kulit dan suhu,
monitor suhu setiap 3 jam, melakukan pengompresan air hangat di dahi,
ketiak dan lipatan paha.
Setelah dilakukan implementasi didapatkan anak masih demam, ada
penurunan suhu tubuh, kulit teraba panas, tampak sesak, T 38,4o C, HR 93
x/i, P 30 x/i. Terpasang IVFD KA-EN 1B 8tts/i. Ampicillin 4 x 125 mg iv,
Gentamicin 2 x 12 mg iv.

5. Evaluasi Keperawatan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama lima hari, maka
didapatkan hasil progres kesehatan anak sebagai berikut;
pada diagnosa keperawatan ketidakefektifan pola nafas
berhubungan dengan hiperventilasi paru, didapatkan evaluasi keperawatan
dengan kriteria hasil (NOC) Ny.T mengatakan nafas An. S sudah tidak
sesak, An.S tampak tenang sudah mulai tenang, frekuensi nafas 35x
permenit normal (40-50), pasien terpasang oksigen nasal kanul 2 liter, dan
bisa melepaskan bantuan oksigen tanpa disertai sesak nafas. Masalah
teratasi sebagian dan intervensi dilanjutkan Pada diagnosa keperawatan
gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi
ventilasi, didapatkan evaluasi keperawatan dengan kriteria hasil (NOC)
Ny.T mengatakan nafas anak tidak sesak saat istirahat, frekuensi pernafasan
35x/i, saturasi O2 90% (94-100), pO2 80 mmHg (75-100), pCO2 40 mmHg
(38-42). Masalah teratasi sebagian dan implementasi dilanjutkan.
Pada diagnosa keperawatan hipertermi berhubugan dengan proses
infeksi, didapatkan evaluasi keperawatan teratasi pada hari ke 4 dengan
kriteria hasil (NOC) Ny.T mengatakan anak tidak panas lagi, badan teraba
dingin, anak tidak gelisah, suhu 37,5ᵒC ( 36,3-37,7), leukosit 18.000 mmᶟ
(6.000-18.000/mmᶟ ). Terpasang IVFD KAEN 1B 8tts/i. Ampicillin 4 x 125
mg iv, Gentamicin 2 x 12 mg iv. Masalah teratasi dan intervensi
dilanjutkan.
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian penerapan asuhan keperawatan pada An.S dan


An.F dengan kasus Bronkopneumonia mengambil kesimpulan sebagai
berikut :
1. Hasil pengkajian yang didapatkan dari kedua partisipan menunjukkan
adanya tanda gejala yang sama yang dirasakan oleh kedua partisipan.
Keluhan yang dirasakan oleh partisipan 1 juga dirasakan oleh partisipan
2. Tanda dan gejala yang muncul yang dirasakan oleh kedua partisipan
yaitu nafas sesak, batuk berdahak, demam, disertai tidak nafsu makan.
Hal ini menunjukkan bahwa, jika seseorang Anak terdiagnosis
Bronkopneumonia memiliki kemungkinan akan muncul masalah dan
keluhan yang sama yang dirasakan oleh penderita.
2. Diagnosa keperawatan muncul pada kedua partisipan umumnya sama
yaitu, ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi,
gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan
perfusi ventilasi, hipertermi berhubungan dengan proses infeksi. Pada
partisispan 2 memeiliki satu diagnosa lain yaitu, ketidakefektifan
bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan sekret di jalan
nafas.
3. Intervensi yang rencanakan oleh peneliti, baik intervensi yang
direncanakan secara mandiri maupun kolaborasi seperti mengatur
posisi, memonitor TTV, pemberian oksigen dan terapi obat-obatan,
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan oksigen pasien. Hal ini bertujuan
untuk membantu kerja paru agar mampu berkontraksi dengan baik dan
dapat memberikan oksigen ke sel-sel tubuh lainnya.
4. Implementasi keperawatan yang dilakukan pada kasus yaitu
mempertahankan kepatenan jalan nafas, mengatur posisi, memeperbaiki
kanul pasien, memeriksa kecepatan aliran oksigen, memonitor frekuensi
pernafasan, mengauskultasi bunyi nafas, dan mencatat adanya
perubahan AGD pada hasil laboratorium. Dalam proses implementasi
yang dilakukan sesuai dengan rencana yang dibuat antara intervensi
yang dibuat dengan implementasi yang dilakukan diruangan.
5. Evaluasi yang dilakukan oleh peneliti pada kedua partisipan dilakukan
selama 5 hari rawatan oleh peneliti dan dibuat dalam bentuk SOAP.
Hasil evaluasi yang dilakukan oleh peneliti pada partisipan 1
menunjukkan bahwa masalah keperawatan yang dialami partisipan 1
sudah mulai teratasi walaupun belum sembuh total, namun dikarenakan
partisipan 1 harus pulang maka asuhan keperawatan hanya dilakukan
selama 5 hari rawatan. Hasil evaluasi keperawatan pada partisipan 2
juga menunjukkan perkembangan kesehatan dan masalah keperawatan
yang mulai teratasi sebagian. Dalam pendokumentasian hanya dibuat
selama 5 hari rawatan, dikarenakan partisipan 1 dan 2 sudah pulang
pada hari rawatan ke 5 dan evaluasi di hentikan.
Saran
1. Bagi perawat ruangan

Studi kasus yang peneliti lakukan menjadi acuan bagi perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan secara profesional dan komprehensif.
Peneliti juga memberikan saran agar perawat ruangan memberikan
asuhan keperawatan secara preventif, kuratif, rehabilitatif dan edukatif
promosi kesehatan tentang Bronkopneumonia pada pasien dan keluarga
agar dapat meningkatkan derajat kesehatan.
2. Bagi Mahasiswa

Agar dapat melakukan asuhan keperawatan secara preventif, kuratif,


rehabilitatif, dan edukatif dalam pelayanan kesehatan. Hasil penelitian
yang peneliti dapatkan diharapkan dapat menjadi acuan dan menjadi
bahan pembanding pada peneliti selanjutnya dalam melakukan
penelitian pada Anak dengan Bronkopneumonia.
DAFTAR PUSTAKA

Ariana, Siwi. dkk. 2015. Hubungan Status Gizi Dengan Kejadian Pneumonia
Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Kedan Klaten. Diakses Tanggal 8
Januari 2017, Pukul 19.00. Http://Download.Portalgaruda.Org.

Astuti & rahmat. 2010. Asuhan keperawatan anak dengan gangguan pernapasan.
Jakarta: Trans Info Media.

Betz Cecily L. Linda A. Sowden. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Ed. 5.
Jakarta: EGC.

Bulechek, M. Gloria, dkk. 2016. Nursing Interventions Classifications (2016).


Elseiver: Singapore Pte Ltd.

Dinas Kesehatan Kota Padang. 2015. Profil kesehatan Kota Padang Tahun 2014.

Herdman Heather.T & Kamit Suru. 2015. Diagnosis keperawatan Defenisi &
Klasifikasi. Ed. 10. Jakarta: EGC.

Hidayat, A. Aziz Alimul. 2012. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan ilmiah.
Jakarta: Salemba Medika.

Moorhead, Sue dkk. 2016. Nursing Outcomes Clasification (NOC). Elseiver:


Singapore Pte Ltd.

Ngastiyah. 2012. Perawatan anak sakit. Ed. 2 Jakarta: EGC.

Nugroho, Taufan. 2011. Asuhan keperawawatan Maternitas, Anak, Bedah,


Penyakit dalam. Yogyakarta: Nuha Medika.
Nursalam, dkk. 2008. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak ( untuk Perawat dan
Bidan ). Jakarta: Salemba Medika.

Osharinanda. Monita dkk. 2015. Profil Pasien Pneumonia Komunitas di bagian


Anak RSUP. DR. M. Djamil Padang Sumatra Barat. Diakses Tanggal 8
Januari 2017, Pukul 10.00. Http://jurnal.fk.unand.ac.id.

Price, Sylvia Anderson & Lorraine Mecarty Wilson, RN. PhD. 2012. Patofisiologi
konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6. Jakarta: EGC

Rahajoe, Nastiti N, Supriyanto, Bambang, Setyanto, Dermawan Budi. 2008, Buku


Ajar Respirologi Anak Edis Pertama. Jakarta: IDAI

Riyadi, Sujono & Sukarmin, 2009. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta:
Graha Ilmu

Shefia. 2014. Family Medicine Approach Of Children Aged 1Years With


Bronchopneumonia And Mild Malnutrition. Diakses tanggal 09 Maret 2017,
Pukul 08:51. Http://portalgaruda.org.

Sugiyono, 2014. Metode penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta.

Suriadi dan yuliani. 2010. Asuhan keperawatan pada anak. Ed. 2. Jakarta: Segung
Seto.

Anda mungkin juga menyukai