Puji syukur kehadirat Allah Tuhan yang maha Esa karena atas berkat dan
rahmat-Nya kami masih diberi kesehatan sehingga makalah ini dapat terselesaikan
tepat pada waktunya. Tugas keperawatan Anak yang berjudul ”Makalah
keperawatan Anak Dengan BronkoPneumonia” ini disusun untuk memenuhi
tugas mahasiswa dari mata kuliah Keperawatan Anak.
Kami menyadari bahwa Tugas ini masih jauh dari sempurna oleh karena
itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penyusun harapkan demi
kesempurnaan Tugas ini dimasa mendatang.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para mahasiswa khususnya dan
masyarakat pada umumnya. Dan semoga makalah ini dapat dijadikan sebagai
bahan untuk menambah pengetahuan para mahasiswa dan masyarakat dan
pembaca.
Kelompok 2
DAFTAR ISI
BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep Kasus Bronchopneumonia ..............................................
1. Pengertian .................................................................................
2. Anatomi fisiologi sistem pernapasan ........................................
3. Klasifikasi ................................................................................
4. Etiologi ..................................................................................
5. Faktorlainyangmempengaruhitimbulnya
Bronchopneumonia....................................................................
6. Patofisiologi ...............................................................................
7. WOC .......................................................................................
8. Respon tubuh terhadap perubahan fisiologi .............................
9. Komplikasi ...............................................................................
10. Penatalaksanaan ........................................................................
B. Konsep Asuhan Keperawatan pada Kasus Bronchopneumonia......
1. Pengkajian .....................................................................
2. Diagnosa Keperawatan ........................................................
3. Intervensi Keperawatan .........................................................
4. Implementasi keperawatan.........................................................
5. Evaluasi keperawatan.........................................................
A. Latar Belakang
Bronchopneumonia merupakan penyakit saluran pernafasan bagian bawah
yang biasanya diawali dengan infeksi saluran nafas bagian atas dengan gejala
batuk, demam, dan dipsnea. Beberapa mikroganisme Streptococus pneumoniae,
Hemophillus influenzae tipe B, dan Sthapylococus aureus merupakan penyebab
terjadinya bronchopneumonia pada bayi yang lebih besar dan balita, sedangkan
pada anak yang lebih besar dan remaja, selain bakteri tersebut, sering juga
ditemukan infeksi Mycoplasma pneumoniae. Selain disebabkan oleh infeksi
bakteri, kondisi lingkungan dan status gizi anak juga mempengaruhi penyebab
terjadinya Bronchopneumonia (Shefia, 2014).
Berdasarkan penelitian Osharinanda (2012), didapatkan anak dengan gizi
kurang lebih banyak terkena pneumonia sebesar (62%). Penelitian lain
menjelaskan kejadian peneumonia pada anak dengan gizi kurang berpeluang
besar 6,25 kali dibandingkan dengan anak yang berstatus gizi baik. Sistem
imunitas pada bayi atau balita belum tebentuk sempurna, maka dari itu bayi
akan lebih mudah terkena infeksi bila tidak mendapatkan asupan gizi yang
cukup. Banyak penelitian menemukan hubungan yang signifikan antara
malnutrisi dengan kematian anak yang menderita pneumonia. Di negara yang
berpengasilan rendah dan sedang, kekurangan berat badan merupakan faktor
resiko pneumonia.
Status imunisasi juga merupakan faktor yang mempengaruhi timbulnya
pneumonia pada bayi atau balita. Anak yang belum mendapatkan imunisasi
yang lengkap lebih rentan terkena pneumonia. Imunisai merupakan cara
pencegahan terkena penyakit menular karena kekebalan tubuh anak belum
terbentuk sempurna. Imunisasi yang berhubungan dengan kejadian penyakit
pneumonia adalah imunisasi pertusis dalam DPT, Campak, Haemophilus
Influenza, dan pneumokokus. Pertusis dalam kondisi berat dapat menyebabkan
pneumonia (Osharinanda, 2012).
ASI ekslusif juga merupakan faktor dalam mengendalikan infeksi dapat
dibuktikan dengan berkurang-nya kejadian beberapa penyakit spesifik pada bayi
yang mendapat ASI dibanding bayi yang mendapat susu formula. Penelitian
oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) membuktikan bahwa pemberian ASI
sampai usia 2 tahun dapat menurunkan angka kematian anak akibat penyakit
diare dan infeksi saluran napas akut, pneumonia (Masela dkk, 2015).
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Bronkopneumonia .
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Bronchopneumonia
1. Pengertian
2. Klasifikasi
b) Riwayat kejang
g) Merintih
h) Demam ≥
b)Mata bernanah
3) Mungkin bukan infeksi, apabila tidak terdapat salah satu tanda di atas.
3. Etiologi
Virus bisa meyebabkan infeksi primer atau komplikasi dari suatu penyakit,
seperti mobili atau vericella. Virus tidak hanya merusak sel epitel bersilia
tetapi merusak sel goblet dan kelenjar mukus pada bronkus sehingga
merusak clearance mukosilia. Apabila kuman patogen mencapai bronkoli
terminalis, cairan edema masuk ke dalam alveoli, diikuti oleh leukosit dalam
jumlah banyak, kemudian makrofag akan membersihkan debris sel dan
bakteri. Proses ini bisa meluas lebih jauh lagi ke segala atau lobus yang
sama, atau mungkin ke bagian lain dari paru-paru melalu cairan bronkial
yang terinfeksi. Malalui saluran limfe paru, bakteri dapat mencapai aliran
darah atau pluro viscelaris. Karena jaringan paru mengalami konsilidasi,
maka kapasitas vital dan comlience paru menurun, serta aliran darah yang
mengalami konsilidasi menimbulkan pirau / shunt kanan ke kiri dengan
ventilasi perfusi yang mismacth, sehingga berakibat pada hipoksia. Kerja
jantung mungkin meningkat oleh karena saturasi oksigen yang menurun dan
hiperkapnu. Pada keadaan yang berat, bisa terjadi gagal napas
(Wijayaningsih, 2013).
4. Faktor Lain yang Mempengaruhi Timbulnya Bronchopneumonia
Menurut Wijayaningsih (2013), ada faktor lain yang dapat menyebabkan
Bronchopneumonia :
a. Faktor predisposisi
1) Usia/umur
- Genetic.
2) Faktor pencetus
- Gizi buruk/kurang
- Polusi udara
5. Patofisiologi
Disebut hepatisasi merah, terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel darah
merah, eksudat dan fibrin yang dihasilkan oleh penjamu (host) sebagai
bagian dari reaksi peradangan. Lobus yang terkena menjadi padat oleh
karena adanya penumpukan leukosit, eritrosit, dan cairan, sehingga
warna paru menjadi merah dan pada perabaan seperti hepar, pada
stadium ini udara akan bertambah sesak, stadium ini berlangsung sangat
singkat, yaitu selam 48 jam.
c. Stadium III / hepatisasi keabu (3-8 hari)
Disebut juga stadiu resolusi yang terjadi sewaktu respon imun dan
peradangan mereda, sisi-sisa sel fibrin dan eksudat lisis dan diabsropsi
oleh makrofag sehingga jaringan kembali ke strukturnya semula.
Inflamasi pada bronkus dii tandai adanya penumpukan sekret, sehingga
terjadi demam, batuk produktif, ronchi positif dan mual. Bila penyebaran
kuman sudah mencapai alveoluss maka komplikasi yang terjadi adalah
kolaps alveoli, fibrosis, emfisema dan atelaktasis. Kolaps alveoli akan
mengakibatkan penyempitan jalan nafas, sesak nafas, dan nafas rochi.
Fibrosis bisa menyebakan penurunan fungsi paru dan penurunan
produksi surfaktan sebagai pelumas yang berfungsi. Enfisema
(tertimbunya cairan atau pus dalam rongga paru) adalah tindak lanjut dari
frekuensi nafas, hipoksemia, asidosis respiratori, pada klien terjadi
sianosis, dispnea dan kelelahan yang akan mengakibatkan terjadinya
gagal nafas (Wijayaningsih, 2013).
7. Respon Tubuh Terhadap Perubahan Fisiologi
sepertii :
a. Sistem pernafasan
d. Sistem termoregulasi
8. Komplikasi
9. Penatalaksanaan
a. Farmakologi
1) Pemberian antibiotik
KOTRIMOKSAZOL
2X sehari selama 3 hari untuk pneumonia
UMUR
atau
TAB ANAK SIRUP per 5 ml (40
BERAT BADAN
(20 mg Tmp + 200 mg mg Tmp + 200 mg
Smz) Smz)
2 bln-<4 bln (4-6 2.5 ml
1
kg) (1/2 sendok takar)
4 bln - <12 bln (6 5 ml
2
- < 10 kg) (1 sendok takar)
12 bln - <5 tahun 7.5 ml
2½
(10 -<16 kg) (1 ½ sendok takar)
3 tahun - <5 tahun 10 ml
3
(16 – 19 kg) (2 sendok takar)
Tabel : 2.2 Untuk Anak yang Harus Segera Dirujuk Tetapi Tidak Dapat
Menelan Obat Oral, Segera Diberikan Antibiotik 1x Dalam Dosis Melalui
Intravena
PARACETAMOL
2) Terapi O2
Pemberian O2 2 - 3 liter / menit dengan nasal kanul
3) Terapi cairan
3) Bila terdapat obstruksi jalan nafas, dan lendir serta ada febris,
diberikan broncodilator
4) Terapi modalitas pernafasan (vibrasi, claping, nafas dalam dan batuk
efektif ).
1. Pengkajian
3) Riwayat pertumbuhan
5) Riwayat Imunisasi
c. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala-leher
g. Kulit
Biasanya pada ekstremitas akral teraba dingin bahkan bahkan crt > 2
detik karena kurangnya suplai oksigen ke Perifer, ujung-ujung kuku
sianosis.
d. Pemeriksaan Diagnostik
1) Pemeriksaan Radiologi
berbercak-bercak infiltrasi
b) Bronkoskopi digunakan untuk melihat dan memanipulasi
cabangcabang utama dari arbor trakeobronkial. Jaringan yang
diambil untuk pemeriksaan diagnostik , secara terapeutik
digunakan untuk mengidentifiksi dan mengangkat benda asing
2) Hematologi
a) Darah lengkap
Terapi Oksigen
1) Pertahankan
kepatenan jalan
nafas
2) Monitor aliran
oksigen
3) Amati tanda-tanda
hipoventilasi induksi
oksigen
5) Kecepatan mengidentifikasi
Monitor Tanda-
tanda Vital
1) Monitor tekanan
darah, nadi, suhu
dan pernafasan
2) Monitor dan
laporkan tanda dan
gejala hipotermia
dan hipertermia
3) Monitor
keberadaan dan
kualitas nadi
4) Monitor irama dan
laju pernafasan
5) Monitor suara paru
6) Monitor warna
kulit, suhu, dan
kelembapan
6 Ketidak Seimbangan a. Status Nutrisi Manajemen Berat
Nutrisi : Kurang Dari Badan
Kebutuhan Tubuh Kriteria hasil: 1) Diskusikan
1) Status nutrisi bersama pasien dan
Batasan karakteristik : 2) Asupan gizi keluarga mengenai
1) Diare 3) Asupan makanan hubungan antara
2) Bising usus 4) Asupan cairan intake makanan,
hiperaktif latihan,
5) Energi
3) Membran mukosa peningkatan BB
6) Berat badan
pucat dan penurunan BB
2) Diskusikan
4) Tonus otot b. Appetite
bersama pasien
menurun
mengenai kondisi
5) Kelemahan otot Kriteia hasil:
medis yang dapat
menelan 1) Keinginan untuk
mempengaruhi BB
makan
3) Diskusikan
Faktor yang 2) energi untuk
bersama pasien
berhubungan : makan
mengenai
1) Faktor biologis 3) Asupan makanan
kebiasaan, gaya
2) Ketidak mampuan asupan gizi
hidup dan factor
mengabsropsi 4) Asupan cairan herediter yang
nutrien 5) Stimulus untuk dapat
3) Ketidak mampuan makan mempengaruhi BB
mencerna
4) Diskusikan
makanan
bersama pasien
4) Ketidak mampuan mengenai risiko
menelan makanan yang berhubungan
dengan BB
berlebih dan
penurunan BB
5) Dorong pasien
untuk merubah
kebiasaan makan
6) Perkirakan BB
badan ideal pasien
Manajemen Nutrisi
1) Kaji adanya alergi
makanan
2) Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan jumlah
kalori dan nutrisi
yang dibutuhkan
pasien.
3) Anjurkan pasien
untuk
meningkatkan
intake Fe
4) Anjurkan pasien
untuk
meningkatkan
protein dan vitamin
C
5) Berikan substansi
gula
6) Yakinkan diet yang
dimakan
mengandung tinggi
serat untuk
mencegah
konstipasi
7) Berikan makanan
yang terpilih
( sudah
dikonsultasikan
dengan ahli gizi)
8) Monitor jumlah
nutrisi dan
kandungan kalori
9) Berikan informasi
tentang kebutuhan
nutrisi kepada
keluarga
Monitor Nutrisi
1) Monitor
pertumbuhan dan
perkembangan
2) Monitor turgor kulit
dan modalitas
3) Identifikasi
abnormalitas kulit
4) Minitor adanya
mual muntah
5) Identifikasi
perubahan nafsu
makan dan aktifitas
akhir- akhir ini
7 Hipertermi a. Termoregulasi Perawatan Demam
1) Pantau suhu dan
Batasan karakteristik : Kriteria hasil : tanda vital lainnya
1) Kulit kemerahan 1) Berkeringat saat 2) Monitor warna kulit
2) Peningkatan suhu panas 3) Monitor asupan dan
tubuh perkisaran 2) Tingkat pernafasan keluaran, sadari
diatas normal 3) Peningkatan suhu perubahan
3) Kejang kulit kehilangan cairan
4) Kulit terasa hangat 4) Hipertermia yang tak dirasakan
Manajemen
Pengobatan
1) Tentukan obat apa
yang diperlukan,
dan kelola menurut
resep dan/atau
protokol
2) Monitor
efektifitas cara
pemberian obat
yang sesuai
D. Pengumpulan Data
format asuhan keperawatan (pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi
dan evaluasi), alat perlindungan diri (Handscoon dan masker), alat
pemeriksaan fisik (Tensi meter, Termometer, stetoskop, timbangan, arloji
dengan detik dan penlight).
1. Format pengkajian keperawatan terdiri dari: identitas pasien, identifikasi
penanggung jawab, riwayat kesehatan, kebutuhan dasar, pemeriksaan
fisik, data psikologis, data ekonomi sosial, data spritual, lingkungan
tempat tinggal, pemeriksaan laboratorium dan program pengobatan.
2. Format analisa data terdiri: nama pasien, nomor rekam medik, data,
masalh dan etiologi.
3. Format diagnosa keperawatan terdiri dari: nama pasien, nomor rekam
medik, diagnosa keperawatan, tanggal dan paraf ditemukannya masalah,
serta tanggal dan paraf dipecahkan masalah.
4. Format intervensi asuhan keperawatan terdiri dari: nama pasien, nomor
rekam medik, diagnosa keperawatan, intervensi NOC dan NIC.
5. Format implementasi keperawatan terdiri dari: nama pasien, nomor rekam
medik, hari dan tanggal, diagnosa keperawatan, implementasi
keperawatan, dan paraf yang dilakukan implementasi keperawatan.
6. Format evaluasi keperawatan terdiri dari : nama pasien, nomor rekam
medik, hari dan tanggal, diagnosa keperawatan, evaluasi keperawatan, dan
paraf yang melakukan tindakan evaluasi keperawatan.
1. Teknik wawancara
a. Data Primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan langsung dari pasien seperti
pengkajian kepada pasien meliputi: Identitas pasien, riwayat kesehatan
pasien, pola aktifitas sehari-hari dirumah, dan pemeriksaan fisik terhadap
pasien.
b. Data Sekunder
A. Deskrispi Kasus
2. Diagnosa Keperawatan
Setelah dilakukan pengkajian dari tanggal 27-31 Mei 2017, maka
selanjutnya peneliti melakukan analisa data dan dapat dirumuskan diagnosa
keperawatan sebagai berikut :
1) Ketidakefektifan pola nafas b/d dengan ventilasi adanya
gangguan ventilasi dengan data subjektif Ny.T mengatakan An.S masih
terlihat sesak dan sesak bertambah saat An.S menagis dan rewel. Data
objektif napas pasien tampak sesak, terdapat retraksi dinding dada,
frekuensi napas yaitu 38 x/i, bunyi napas bronkovaskuler dan terpasang
oksigen nasal canul 2 liter/menit serta monitor pernapasan. Pemeriksaan
radiologi ditemukan corakan bronkovaskuler bertambah, tampak infiltrat di
parakardial kanan, tampak gambaran opak nodular di perihiler kanan.
2) Gangguan pertukaran gas b/d hiperventilasi dengan data subjektif
Ny.T mengatakan bahwa anaknya masih terlihat sesak saat bernapas dan
sesak bertambah apabila pasien rewel dan gelisah. Data objektif pasien
terpasang oksigen dengan binasal 2 l/i, pasien tampak sesak napas, akral
tampak membiru dan teraba dingin, hasil AGD yaitu, PH 7,28 (7,38-7,42),
PCO2 55 mmHg (38-42 mmHg), PO2 28 mmHg (75-100 mmHg), SO2
45% (94-100%).
Pada pemeriksaan radiologi ditemukan corakan bronkovaskuler
bertambah, tampak infiltrat di parakardial kanan, tampak gambaran opak
nodular di perihiler kanan.
3. Intervensi Keperawatan
Berdasarkan masing-masing diagnosa yang telah peneliti rumuskan maka
dibuat intervensi keperawatan sebagai berikut : rencana keperawatan untuk
diaggnosa pertama ketidakefektifan pola nafas b/d hiperventilasi bertujuan
untuk mempertahankan kepatenan jalan napas. Intervensinya adalah
1) manajemen jalan nafas dengan aktifitas; Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi, Gunakan teknik yang menyenangkan
untuk memotivasi bernafas dalam kepada anak-anak, Auskultasi
suara nafas, catat area yang ventilasinya menurun atau tidak adanya
suara nafas tambahan.
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi yang dilakukan pada anak selama pengelolahan kasus
adalah sebagai berikut diagnosa pertama ketidakefektifan pola nafas b/d
hiperventilasi tindakan yang dilakukan mengatur posisi 30ᵒ , mengatur
peralatan oksigenasi, monitor aliran oksigen, pertahankan posisi pasien
mengektensikan kepala, observasi tanda-tanda hipoventilasi dengan
menghitung frekuensi napas dan irama napas. Setelah dilakukan
implementasi masih terdapat retraksi dinding dada, pernafasan
menggunakan otot bantu, dan, dengan tanda-tanda vital T 38,2o C, HR 124
x/i, P 38 x/i.
Implementasi untuk diagnosa kedua gangguan pertukaran gas b/d
ketidakseimbangan perfusi ventilasi adalah melakukan memonitor tekanan
darah, nadi, suhu, dan status pernafasan, memonitor denyut jantung,
memonitor suara paru-paru, Memonitor warna kulit, Menilai Cavilarev,
Memonitor tingkat, irama, kedalaman, dan respirasi. Setelah dilakukan
implementasi didapatkan tanda-tanda vital T 38,2o C, HR 124 x/i, P 38 x/i,
CRT < 2 detik, kulit tampak membiru.
Implementasi untuk diagnosa ketiga hipertermi berhubungan
dengan proses infeksi adalah; mengukur dan memantau TTV (Tekanan
darah, nadi, suhu dan pernapasan), memonitor warna kulit dan suhu,
monitor suhu setiap 3 jam, melakukan pengompresan air hangat di dahi,
ketiak dan lipatan paha.
Setelah dilakukan implementasi didapatkan anak masih demam, ada
penurunan suhu tubuh, kulit teraba panas, tampak sesak, T 38,4o C, HR 93
x/i, P 30 x/i. Terpasang IVFD KA-EN 1B 8tts/i. Ampicillin 4 x 125 mg iv,
Gentamicin 2 x 12 mg iv.
5. Evaluasi Keperawatan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama lima hari, maka
didapatkan hasil progres kesehatan anak sebagai berikut;
pada diagnosa keperawatan ketidakefektifan pola nafas
berhubungan dengan hiperventilasi paru, didapatkan evaluasi keperawatan
dengan kriteria hasil (NOC) Ny.T mengatakan nafas An. S sudah tidak
sesak, An.S tampak tenang sudah mulai tenang, frekuensi nafas 35x
permenit normal (40-50), pasien terpasang oksigen nasal kanul 2 liter, dan
bisa melepaskan bantuan oksigen tanpa disertai sesak nafas. Masalah
teratasi sebagian dan intervensi dilanjutkan Pada diagnosa keperawatan
gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi
ventilasi, didapatkan evaluasi keperawatan dengan kriteria hasil (NOC)
Ny.T mengatakan nafas anak tidak sesak saat istirahat, frekuensi pernafasan
35x/i, saturasi O2 90% (94-100), pO2 80 mmHg (75-100), pCO2 40 mmHg
(38-42). Masalah teratasi sebagian dan implementasi dilanjutkan.
Pada diagnosa keperawatan hipertermi berhubugan dengan proses
infeksi, didapatkan evaluasi keperawatan teratasi pada hari ke 4 dengan
kriteria hasil (NOC) Ny.T mengatakan anak tidak panas lagi, badan teraba
dingin, anak tidak gelisah, suhu 37,5ᵒC ( 36,3-37,7), leukosit 18.000 mmᶟ
(6.000-18.000/mmᶟ ). Terpasang IVFD KAEN 1B 8tts/i. Ampicillin 4 x 125
mg iv, Gentamicin 2 x 12 mg iv. Masalah teratasi dan intervensi
dilanjutkan.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Studi kasus yang peneliti lakukan menjadi acuan bagi perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan secara profesional dan komprehensif.
Peneliti juga memberikan saran agar perawat ruangan memberikan
asuhan keperawatan secara preventif, kuratif, rehabilitatif dan edukatif
promosi kesehatan tentang Bronkopneumonia pada pasien dan keluarga
agar dapat meningkatkan derajat kesehatan.
2. Bagi Mahasiswa
Ariana, Siwi. dkk. 2015. Hubungan Status Gizi Dengan Kejadian Pneumonia
Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Kedan Klaten. Diakses Tanggal 8
Januari 2017, Pukul 19.00. Http://Download.Portalgaruda.Org.
Astuti & rahmat. 2010. Asuhan keperawatan anak dengan gangguan pernapasan.
Jakarta: Trans Info Media.
Betz Cecily L. Linda A. Sowden. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Ed. 5.
Jakarta: EGC.
Dinas Kesehatan Kota Padang. 2015. Profil kesehatan Kota Padang Tahun 2014.
Herdman Heather.T & Kamit Suru. 2015. Diagnosis keperawatan Defenisi &
Klasifikasi. Ed. 10. Jakarta: EGC.
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2012. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan ilmiah.
Jakarta: Salemba Medika.
Price, Sylvia Anderson & Lorraine Mecarty Wilson, RN. PhD. 2012. Patofisiologi
konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6. Jakarta: EGC
Riyadi, Sujono & Sukarmin, 2009. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta:
Graha Ilmu
Suriadi dan yuliani. 2010. Asuhan keperawatan pada anak. Ed. 2. Jakarta: Segung
Seto.