Anda di halaman 1dari 19

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN INFEKSI SALURAN

PERNAFASAN AKUT (ISPA)

Dosen Pengampuh : Ns. Nurlela Hi Baco, S.Kep., M.Kep

Disusun Oleh Kelompok II

1. Dwi Areski Setiawan ( 1901080 )


2. Sri Delviana Daud ( 1901048 )
3. Gina Maria R. Haringan ( 1901046 )
4. Misna Daud ( 1901037 )

PROGRAM STUDI NERS


PROGRAM S1 KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MANADO
T.A 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya

sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan

dengan Ispa” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari

dosen pengampuh Ns. Nurlela Hi Baco, S.Kep,M.Kep, pada Mata Kuliah Keperawatan

Keluarga, Program Studi S1 Keperawatan,

Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang “Asuhan

Keperawatan Dengan Ispa” bagi para pembaca dan juga bagi penulis. Kami mengucapkan

terima kasih kepada Ns. Nurlela Hi Baco, S.Kep., M.Kep selaku Dosen Mata Kuliah

Keperawatan Keluarga, yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah

pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi

sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami

menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,

kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

KELOMPOK II
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................3
BAB I.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.....................................................................................................................4
A. Latar Belakang................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................5
C. Tujuan Penulisan Makalah..............................................................................................5
BAB II.......................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.......................................................................................................................6
A. Pengertian Infeksi Saluran Nafas Akut...........................................................................6
B. Etiologi Infeksi Saluran Pernafasan Akut.......................................................................6
C. Patofisiologi Infeksi Saluran Pernafasan Akut...............................................................7
D. Manifestasi Klinis Infeksi Saluran Pernafasa Akut........................................................7
E. Pemeriksaan Penunjang Infeksi Saluran Pernafasan Akut..............................................8
F. Penetalaksanaan Infeksi Saluran Pernafasa Akut...........................................................8
G. Konsep Dasar Keluarga...................................................................................................9
1. Pengertian Keluarga....................................................................................................9
2. Fungsi Keluarga...........................................................................................................9
3. Tipe Dan Bentuk Keluarga........................................................................................10
4. Struktur Keluarga......................................................................................................11
H. Asuhan Keperawatan Teori Dengan Infeksi Saluran Pernafasan Akut........................11
BAB III....................................................................................................................................18
PENUTUP...............................................................................................................................18
A. Kesimpulan...................................................................................................................18
B. Saran..............................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................19
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) adalah infeksi akut yang melibatkan organ
saluran pernafasan bagian atas dan saluran pernafasan bagian bawah. Infeksi ini
disebabkan oleh virus, jamur, dan bakteri. ISPA akan menyerang host apabila ketahanan
tubuh (immunologi) menurun. Penyakit ISPA ini paling banyak di temukan pada anak-
anak dan paling sering menjadi satu-satunya alasan untuk datang ke rumah sakit atau
puskesmas untuk menjalani perawatan inap maupun rawat jalan (Cahya, 2016).
Penyakit ISPA sering terjadi pada anak Balita, karena sistem pertahanan tubuh
anak masih rendah. Kejadian batuk pilek pada balita di Indonesia diperkirakan 3 sampai
6 kali pertahun, yang berarti seorang balita rata-rata mendapat serangan batuk-pilek 3
sampai 6 kali setahun. ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, bersin, udara pernapasan
yang mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat kesaluran pernapasannya,
terutama yang disebabkan oleh virus, sering terjadi pada semua golongan umur, jika
berlanjut menjadi pneumonia sering terjadi pada anak kecil terutama apabila terdapat
gizi kurang dan dikombinasi dengan keadaan lingkungan yang tidak hygiene. (Sundari,
dkk. 2014).
Berbagai faktor risiko yang meningkatkan kejadian, beratnya penyakit dan
kematian karena ISPA, yaitu status gizi (gizi kurang dan gizi buruk memperbesar
risiko), pemberian ASI (ASI eksklusif mengurangi risiko), suplementasi vitamin A
(mengurangi risiko), suplementasi zinc (mengurangi risiko), bayi berat badan lahir
rendah (meningkatkan risiko), vaksinasi (mengurangi risiko), dan polusi udara dalam
kamar terutama asap rokok dan asap bakaran dari dapur (meningkatkan risiko).
(Kemenkes RI, 2015).
World Health Organization (2018), memperkirakan insidens Infeksi Saluran
Pernapasan Akut (ISPA) di negara berkembang dengan angka kematian balita di atas 40
per 1000 kelahiran hidup adalah 15%-20% pertahun pada golongan usia balita. Strategi
untuk pengobatan, pencegahan dan melindungi anak dari ISPA adalah dengan
memperbaiki manajemen kasus pada semua tingkatan, vaksinasi, pencegahan dan
manajemen infeksi HIV, dan memperbaiki gizi anak. Pemberian antibiotika segera pada
anak yang terinfeksi dapat mencegah kematian.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, maka rumusan masalah ini
adalah bagaimana Asuhan Keperawatan Dengan Infeksi Saluran Pernafasan.
C. Tujuan Penulisan Makalah
1. Tujuan Umum
a) Untuk menggambarkan secara umum asuhan keperawatan pada pasien dengan
gangguan sistem pernafasan : ISPA
2. Tujuan Khusus
a) Mampu melaksanakan pengkajian yang tepat dengan masalah gangguan sistem
pernafasan : ISPA
b) Mampu menegakkan diagnosa keperawatan yang tepat dengan masalah gangguan
sistem pernafasan : ISPA
c) Mampu menentukan rencana keperawatan yang tepat dengan masalah gangguan
sistem pernafasan : ISPA
d) Mampu melaksanakan tindakan keperawatan dengan tepat masalah gangguan
sistem pernafasan : ISPA
e) Mampu melaksanakan evaluasi hasil dengan tepat dari tindakan keperawatan yang
sudah dilakukan dengan tepat masalah gangguan sistem pernafasan : ISPA
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Infeksi Saluran Nafas Akut


Infeksi pernafasan merupakan penyakit akut yang paling banyak terjadi pada anak-
anak (Wong, 2016). Infeksi saluran pernafasan akut menurut Sari (2015) adalah radang
akut saluran pernapasan atas maupun bawah yang disebabkan oleh infeksi jasad renik
atau bakteri, virus, maupun reketsia tanpa atau disertai dengan radang parenkim paru.
ISPA adalah masuknya mikroorganisme (bakteri, virus, riketsi) ke dalam saluran
pernapasan yang menimbulkan gejala penyakit yang dapat berlangsung sampai 14 hari.
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan suatu infeksi yang bersifat akut
yang menyerang salah satu atau lebih saluran pernafasan mulai dari hidung sampai
alveolus termasuk (sinus, rongga telinga tengah, pleura) (Depkes, 2017). Djojodibroto
(2009), menyebutkan bahwa ISPA dibagi menjadi dua bagian, yaitu infeksi saluran
pernafasan bagian atas dan infeksi saluran bagian bawah.
Infeksi Saluran Pernafsan Akut mempunyai pengertian sebagai berikut (Fillacano,
2016) :
1. Infeksi adalah proses masuknya kuman atau mikroorganisme lainnya ke dalam
manusia dan akan berkembang biak sehingga akan menimbulkan gejala suatu
penyakit.
2. Saluran pernafasan adalah suatu saluran yang berfungsi dalam proses respirasi mulai
dari hidung hingga alveolus beserta adneksanya seperti sinus-sinus, rongga telinga
tengah, dan pleura.
3. Infeksi akut merupakan suatu proses infeksi yang berlangsung sampai 14 hari. Batas
14 hari menunjukan suatu proses akut meskipun untuk beberapa penyakit yang dapat
di golongkan ISPA ini dapat berlangsung lebih dari 14 hari.
B. Etiologi Infeksi Saluran Pernafasan Akut
Depkes (2004) menyatakan penyakit ispa dapat disebabkan oleh berbagaipenyebab
seperti bakteri, virus, mycoplasma, jamur dan lain-lainnya. Ispa bagian atas umumnya
disebabkan oleh virus, sedangkan ispa bagian bawah dapat disebabkan oleh bakteri,
umumnya mempunyai manifestasi klinis yang berat sehingga menimbulkan beberapa
masalah dalam penanganannya
Bakteri penyebab ispa antara lain adalah genus streptococcus, stapilococus,
pneumococus,haemophyllus, bordetella dan corynobacterium. Virus penyebab ispa antara
lain golongan paramykovirus (termasuk didalamnya virus influenza, virus parainfluenza
dan virus campak), adenovirus, coronavirus, picornavirus, herpesvirus, dan lain-lain
C. Patofisiologi Infeksi Saluran Pernafasan Akut
perjalanan klinis penyekit ispa ini dapat dibagi menjadi 4 tahap, yaitu:
1. Tahap prepatogenesis, penyebab telah ada tetapi penderita belum menunjukkan reaksi
apa-apa
2. Tahap inkubasi, virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa. Tubuh menjadi
lemah apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan tubuh sebelumnya memang sudah
rendah
3. Tahap dini penyakit, dimulai dari munculnya gejala penyakit, timbul gejala demam
dan batuk
4. Tahap lanjut penyakit, dibagi menjadi empat yaitu dapat sembuh sempurna, sembuh
dengan atelektasis, menjadi kronis dan dapat meninggal akibat pneumonia
(Nurrijal, 2009)
D. Manifestasi Klinis Infeksi Saluran Pernafasa Akut
Depkes RI membagi tanda dan gejala ISPA menjadi tiga yaitu :
1. Gejala dari ispa ringan
Seorang dinyatakan menderita ISPA ringan jika ditemukan satu atau lebih gejala-
gejala sebagai berikut:
a) Batuk
b) Serak, yaitu anak bersuara parau pada waktu mengeluarkan suara
c) Pilek, yaitu mengeluarkan lender atau ingus dari hidung
d) Panas atau demam, suhu badan lebih dari 37 C
2. Gejala dari ispa sedang
Seorang dinyatakan menderita ISPA sedang jika ditemukan satu atau lebih gejala-
gejala sebagai berikut:
a) Pernapasan cepat ( fast breathing) sesuai umur yaitu: untuk kelompok umur
kurang dari 2 bulan frekuensi napas 60 kali per menit atau lebih untuk umur 2-<12
bulan dan 40 kali per menit atau lebih padaumur 12 bulan-<5 tahun.
b) Suhu tubuh lebih dari 39C
c) Tenggorokan berwarna merah
d) Timbul bercak-bercak merah pada kulit menyerupai bercak campak
e) Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga
3. Gejala dari ispa berat
Seorang anak dinyatakan menderita ISPA berat jika ditemukan satu atau lebih gejala-
gejala sebagai berikut:
a) Bibir atau kulit membiru
b) Anak tidak sadar atau kesadaran menurun
c) Pernapasan berbunyi seperti mengorok dan anak tampak gelisah
d) Sela iga tertarik kedalam pada waktu bernapas
e) Nadi cepat lebih dari 160 kali per menit atau tidak teraba
f) Tenggorokan berwarna merah
E. Pemeriksaan Penunjang Infeksi Saluran Pernafasan Akut
1. Foto rontgen leher AP
Mencari gambaran pembengkakan jaringan subglotis (steeple sign)
2. Pemeriksaan laboraturium
Gambaran darah dapat normal jika disertai infeksi sekunder maka leukosit dapat
meningkat
3. Pemeriksaan kultur
Dapat dilakukan bila didapat eksudat di orofaring atau plica vocalis. Dapat dilakukan
untuk mengetahui penyebab penyakit, misalnya bakteri streptococcus grup A
F. Penetalaksanaan Infeksi Saluran Pernafasa Akut
1. Pemeriksaan
Pemeriksaan artinya memperoleh informasi tentang penyakit tersebut dengan
mengajukan beberapa pertanyaan kepada yang bersangkutan orangtua misalkan
penderita ISPA pada anak-anak atau balita
2. Suportif
Meningkatkan daya tahan tubuh berupa nutrisi yang adekuat, pemberian multivitamin
3. Antibiotik
a) Idealnya berdasarkan jenis kuman penyebab.
b) Utama ditujukan pada pneumonia, influenza dan Aureus
c) Pneumonia rawat jalan yaitu kotrimoksasol 1mg, amoksisillin 3 x ½ sendok teh,
amplisillin (500mg) 3 tab puyer/x bungkus / 3x sehari/8 jam, penisillin prokain 1
mg.
d) Pneumonia berat yaitu Benzil penicillin 1 mg, gentamisin (100 mg) 3 tab puyer/x
bungkus/3x bungkus/3x sehari/8 jam.
e) Antibiotik baru lain yaitu sefalosforin 3 x ½ sendok teh, quinolon 5 mg,dll
G. Konsep Dasar Keluarga
1. Pengertian Keluarga
Menurut WHO (2008), keluarga merupakan anggota rumah tangga yang saling
berhubungan melalui pertalian darah, perkawinan. Keluarga merupakan kumpulan
dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan, emosional dan
individu yang memiliki peran masing- masing. Sedangkan menurut Ali (2010),
keluarga adalah dua atau lebih individu yang bergabung karena hubungan darah,
perkawinan dan adopsi dalam satu rumah tangga, yang berinteraksi satu dengan yang
lainnya dalam peran dan menciptakan serta mempertahankan sesuatu.
Menurut UU no. 10 (1992), keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang
terdiri dari suami, istri, dan anak atau suami istri, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan
anaknya. Keluarga sangat variatif sesuai dengan orientasi teori yang menjadi dasar
pendefinisiannya (Padila, 2012)
2. Fungsi Keluarga
Menurut Nadirawati (2018), ada beberapa fungsi keluarga yaitu :
a) Fungsi Afektif, Fungsi Afektif merupakan hubungan sosial yang positif
berhubungan dengan hasil kesehatan yang baik, umur panjang dan penurunan
tingkat stres. Sebaliknya kehidupan keluarga juga dapat menimbulkan stres dan
koping disfungsional dengan akibat yang dapat menganggu kesehatan fisik (misal
tidur, tekanan darah tinggi, penurunan respons imun). Mamfasilitasi stabilisasi
kepribadian orang dewasa, memenuhi kebutuhan psikologis anggota keluarga.
Mamfasilitasi stabilisasi kepribadian orang dewasa, memenuhi kebutuhan
psikologis anggota keluarga. Keberlangsungan interaksi dalam Keluarga akan
membentuk suatu kepbribadian setiap anggota keluarga untuk mengungkapkan
permasalahan dan sesuatu yang dialaminya agar keluarga tidak terjerumus dalam
perilaku bebas dan berakhir dengan HIV/AIDS.
b) Fungsi Sosialisasi, Fungsi sosialisasi adalah proses perkembangan atau perubahan
yang terjadi atau dialami seseorang sebagai hasil dari interaksi dan pembelajaran
peran sosial. Sosialisasi dimulai dari sejak lahir dan keluarga tempat untuk belajar
bersosialisasi. Memfasilitasi sosialisasi primer anak yang bertujuan menjadi anak
sebagai anggota masyarakat yang produktif serta memberikan status pada anggota
keluarga. Keluarga HIV/AIDS melakukan pembinaan sosialisasi pada anggota
keluarganya, membentuk nilai dan norma, mengenalkan budaya yang baik agar
anggota keluarga dapat menerapkan perilaku baik di masyarakat.
c) Fungsi Reproduksi, Fungsi reproduksi adalah keluarga untuk meneruskan
keturunan dan menambah keturunan manusia. Untuk mempertahankan kontinuitas
keluarga selama beberapa generasi dan untuk keberlangsungan hidup masyarakat.
Keluarga dengan HIV/AIDS memerlukan program kesehatan yang tepat agar
tidak memudahkan tertularnya HIV/AIDS kepada generasi berikutnya.
d) Fungsi Ekonomi, Fungsi keluarga sebagai ekonomi adalah untuk memenuhi
kebutuhan keluarga dan menyediakan sumber ekonomi yang cukup dan alokasi
efektif. Keluarga dengan ekonomi menengah kebawah berisiko tinggi terkena
HIV/AIDS karena tuntutan untuk mencari biaya agar memenuhi kebutuhan
hidupnya terlebih jika sudah mengarah pada pergaulan bebas.
e) Fungsi Perawatan Kesehatan, Fungsi untuk menyediakan makanan, pakaian,
perlindungan, dan asuhan kesehatan/keperawatan. Kemampuan keluarga
melakukan asuhan keperawatan atau pemeliharaan kesehatan mempengaruhi
status kesehatan individu. Menyediakan kebutuhan fisik-makanan, pakaian,
tempat tinggal, perawatan kesehatan. Keluarga dengan anggota keluarga
HIV/AIDS diharapkan mampu untuk memelihara kesehatan keluarga agar dapat
menaikkan status kesehatan orang tersebut.
3. Tipe Dan Bentuk Keluarga
Tipe keluarga menurut Friedman (2010) yaitu :
a) Nuclear Family (Keluarga Inti), Merupakan keluarga yang terdiri dari orang tua
dan anak yang masih menjadi tanggunganya dan tinggal dalam satu rumah,
terpisah dari sanak keluarga lainnya.
b) Extended Family (Keluarga Besar), Merupakan satu keluarga yang terdiri dari
satu atau dua keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah dan saling menunjang
satu sama lain.
c) Single Parent Family, Merupakan keluarga yang dikepalai oleh satu kepala
keluarga dan hidup bersama dengan anak-anak yang masih bergantung kepada
kepala keluarga.
d) Nuclear Dyed, Merupakan keluarga yang terdiri dari sepasang suami istri tanpa
anak, tinggal dalam satu rumah yang sama.
e) Blended Family, Merupakan suatu keluarga yang terbentuk dari perkawinan
pasangan, yang masing-masing pernah menikah dan membawa anak hasil
perkawinan terdahulu.
f) Three Generation Family, Merupakan keluarga yang terdiri dari tiga generasi,
yaitu kakek, nenek, bapak, ibu dan anak dalam satu rumah.
g) Single Adult Living Alone, Merupakan bentuk keluarga yang hanya terdiri dari
satu orang dewasa yang hidup dalam rumahnya
h) Middle Age atau Elderly Couple, Merupakan keluarga yang terdiri dari sepasang
suami istri paruh baya.
4. Struktur Keluarga
Struktur keluarga oleh Friedman (2010) yaitu :
a) Struktur Komunikasi, Komunikasi dalam keluarga dikatakan berfungsi apabila
dilakukan secara jujur, terbuka, melibatkan emosi, konflik selesai dan hierkaki
kekuatan.
b) Struktur Peran, Struktur peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai
posisi sosial yang diberikan. Jadi, pada struktur peran bisa bersifat formal atau
informal.
c) Struktur Kekuatan, Struktur kekuatan adalah kemampuan dari individu untuk
mengontrol, memengaruhi, atau mengubah perilaku orang lain.
d) Struktur nilai dan norma, Nilai adalah sistem ide-ide, sikap keyakinan yang
mengikat anggota keluarga dalam budaya tertentu. Sedangkan norma adalah pola
perilaku yang diterima pada lingkungan sosial tertentu, lingkungan keluarga, dan
lingkungan masyarakat sekitar keluarga.
H. Asuhan Keperawatan Teori Dengan Infeksi Saluran Pernafasan Akut
1. Pengkajian
a) Data umum
Yang meliputi identitas kepala keluarga serta komposisi anggota keluarga
b) Riwayat tahap perkembangan keluarga
Meliputi: Tahap perkembangan keluarga saat ini yaitu Tugas perkembangan
keluarga (Tugas perkembangan keluarga yang sudah terpenuhi dan Tugas
perkembangan keluarga yang belum terpenuhi), Riwayat keluarga inti, Riwayat
keluarga sebelumnya
c) Lingkungan
Meliputi: Karakteristik rumah, Denah rumah, Karakteristik tetangga dan
komunitas RT/RW/Dusun, Mobilitas geografis keluarga, Perkumpulan keluarga
dan interaksi dengan masyarakat, System pendukung keluarga.
d) Struktur kelurga
Meliputi: Pola komunikasi keluarga, Struktur kekuatan keluarga, Struktur peran,
Nlai dan norma keluarga, Fungsi keluarga (Fungsi afektif, Fungsi sosialisasi,
Fungsi reproduksi, Fungsi ekonomi, Fungsi perawatan kesehatan keluarga:
Kemampuan keluarga mengenal masalah, Kemampuan keluarga mengambil
keputusn mengenai tindakan yang tepat, Kemampuan keluarga merawat anggota
keluarga yang sakit, Kemampuan keluarga memodifikasi lingkungan/memelihara
lingkungan yang sehat untuk perawatan anggota keluarga yang sakit, Kemampuan
keluarga menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan di masyarakat)
e) Stress dan koping keluarga
Meliputi: Stressor jangka pendek dan jangka panjang (Stressor jangka pendek (<6
bln), Stressor jangka panjang (≥6 bln), Respon keluarga terhadap stressor dan
mekanisme koping yang digunakan (Respon keluarga terhadap stressor, Strategi
koping yang digunakan, Strategi adaptasi disfungsional)
f) Pemeriksan fisik
g) Harapan keluarga
2. Diagnosa
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respon klien
terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang di alaminya baik yang
berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosis keperawatan bertujuan untuk
mengidentifikasi respons klien individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi yang
berkaitan dengan kesehatan (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018).
Diagnosa yang mungkin muncul pada askep keluarga ISPA adalah:
a) Ketidakmampuan koping keluarga
b) Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan
c) Perilaku kesehatan cenderung beresiko
d) Hambatan pemeliharaan rumah
e) Kesiapan meningkatkan komunikasi
f) Ketidakmampuan menjadi orang tua
g) Ketidakefektifan hubungan (Made dkk, 2017)
Diagnosa keperawatan pada kasus Ispa berdasarkan phatway, diagnosa yang
mungkin muncul yaitu :
a) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang tertahan
D.0001
b) Gangguan Pertukaran gasa berhubungan denga perubahan membrane alveoli
Kapiler D.0003
c) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas D.0005
3. Intervensi
Effendy (2014), mendefinisikan: rencana keperawatan keluarga adalah
sekumpulan tindakan yang ditentukan perawat untuk dilaksanakan, dalam
memecahkan masalah kesehatan dan keperawatan yang telah didefinisikan. Rencana
keperawatan keluarga mencakup tujuan umum dan tujuan khusus yang didasarkan
pada masalah yang dilengkapi dengan kriteria dan standar yang mengacu pada
penyebab (Suprajitno, 2014). Sedangkan Friedman (2014) menyatakan ada beberapa
tingkat tujuan. Tingkat pertama
Meliputi tujuan-tujuan jangka pendek yang sifatnya dapat diukur, langsung dan
spesiflk. Sedangkan tingkat kedua adalah tujuan jangka panjang yang merupakan
tingkatan terakhir yang menyatakan maksud-maksud luas yang yang diharapkan oleh
perawat maupun keluarga agar dapat tercapai.
Wright dan Laehey dalam freedman (2014) menganjurkan bahwa intervensi
keperawatan keluarga dapat dilakukan pada:
a) Keluarga dengan satu masalah yang mempengaruhi anggota keluarga lainnya
b) Keluarga dengan anggota keluarga berpenyakit yang berdampak pada anggota
keluarga lainnya
c) Anggota keluarga yang mendukung permasalahan kesehatan yang muncul
d) Salah satu anggota keluarga menunjukkan perbaikan atau kemunduran dalam
status kesehatan
e) Anggota keluarga yang didiagnosis penyakit pertama kali
f) Perkembangan anak atau remaja secara emosional
Intervensi keperawatan pada kasus Ispa berdasarkan phatway, yang akan
dilakukan yaitu :
Diagnosa Tujuan & Intervensi
Kriteria Hasil
Bersihan jalan nafas setelah dilakukan Latihan batuk efektif 1.01006
tidak efektif tindakan Observasi
berhubungan dengan keperawatan a) Identifikasi kemampuan batuk
sekresi yang tertahan diharapkan b) Monitor adanya retensi sputum
D.0001 bersihan jalan c) Monitor tanda dan gejala infeksi
nafas meningkat saluran nafas
L.01001 d) Monitor input dan output cairan
Kriteria hasil: (mis. jumlah dan karakteristik)
L.01001 Terapeutik
1) Batuk efektif e) Atur posisi semi-fowler atau fowler
meningkat f) Pasang perlak dan bengkok di
2) Produksi pangkuan pasien
sputum g) Buang sekret pada tempat sputum
menurun Edukasi
3) Mengi h) Jelaskan tujuan dan prosedur batuk
menurun efektif
4) Wheezing i) Anjurkan tarik nafas dalam melalui
menurun hidung selama 4 detik, ditahan
5) Dispnea selama 2 detik, kemudian keluarkan
menurun dari mulut dengan bibir mecucu
6) Sianosis (dibulatkan) selam 8 detik
menurun j) Anjurkan tarik nafas dalam hingga 3
7) frekuensi kali
nafas k) Anjurkan batuk dengan kuat
membaik langsung setelah tarik nafas dalam
8) pola nafas yang ke-3
membaik Kolaborasi
l) Kolaborasi pemberian mukolitik atau
ekspektoran, jika perlu
Gangguan Setelahdilakukan Pemantauan respirasi 1.01014
Pertukaran gasa tindakan Observasi
berhubungan denga keperawatan a) Monitor frekuensi, irama, kedalaman
perubahan diharapkan dan upaya nafas
membrane alveoli pertukaran gas b) Monitor kemampuan batuk efektif
Kapiler D.0003 meningkat c) Monitor adanya produksi sputum
L.01003 d) Monitor adanya sumbatan jalan
Kriteria hasil: nafas
L.01003 e) Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
1) Dispnea f) Auskultasi bunyi nafas
menurun g) Monitor saturasi oksigen
2) Bunyi nafas h) Monitor AGD
tambahan i) Monitor hasil x-ray torakT
menurun Terapeutik
3) Pusing j) Atur interval pemantuan respirasi
menurun sesuai kondisi pasien
4) Penglihatan k) Dokumentasikan hasil pemantauan
kabur Edukasi
menurun l) Jelaskan tujuan dan prosedur
5) Nafas cuping pemantauaan
hidung m) Informasikan hasil pemantauan, jika
menurun perlu
6) PCO2 dan Kolaborasi
PO2 membaik -
7) Takikardi
membaik
8) Sianosis
membaik
9) Pola nafas
membaik
Pola nafas tidak Setelah dilakukan Manajemen jalan nafas 1.01011
efektif berhubungan tindakan Observasi
dengan hambatan keperawatan a) Monitor pola nafas (frekuensi,
upaya nafas D.0005 diharapkan pola kedalaman, usaha nafas)
nafas membaik b) Monitor bunyi nafas tambahan
L.010004 (misalnya gurgling, mengi,
Kriteria hasil: wheezing, ronki)
L.010004 c) Monitor sputum (jumlah, warna,
1) Kapasitas aroma)
vital Terapeutik
meningkat d) Posisikan semi-fowler atau fowler
2) Tekanan e) Berikan minum hangat
ekspirasi f) Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
meningkat g) Lakukan penghisapan lendir kurang
3) Tekanan dari 15 detik
inspirasi h) Berikan oksigen, jika perlu
meningkat Edukasi
4) Dispnea i) Anjurkan asupan cairan 2000
menurun ml/hari, jika tidak kontraindikasi
5) Penggunaan j) Ajarkan teknik batuk efektif
otot bantu Kolaborasi
nafas k) kolaborasi pemberian bronkodilator,
menurun ekspektoran, mukolitik. jika perlu
6) Pernafasan
cuping hidung
menurun
7) Frekuensi
nafas
membaik
8) Kedalaman
nafas
membaik
9) Ekskursi dada
membaik

4. Implementasi
Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan yang dimulai
setelah perawat menyusun rencana keperawatan. Implementasi keperrawatan adalah
serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari
masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang baik yang
menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan(Gordon, 1994, dalam Yulia 2014).
Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang
telah ditetapkan, yang mencakup peningkatan kesehaatn, pencegahan penyakit,
pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping. Perencanaan tindakan keperawatan
akan dapat dilaksanakan dengan baik, jika klien mempunyai keinginan untuk
berpartisipasi dalam pelaksanaan tindakan keperawatan. Selama tahap pelaksanaan,
perawat terus melakukan pengumpulan data dan memilih tindakan perawatan yang
paling sesuai dengan kebutuhan klien. Semua tindakan keperawatan dicatat dalam
format yang telah di tetapkan oleh institusi (Yulia, 2014)
5. Evaluasi
Evaluasi adalah merupakan langkah akhir dari proses keperawatan yaitu proses
penilaian pencapaian tujuan dalam rencana perawatan, tercapai atau tidak serta untuk
pengkajian ulang rencana keperawatan. Evaluasi dilakukan secara terus menerus
dengan melibatkan pasien, perawat dan petugas kesehatan yang lain. Dalam
menentukan tercapainya suatu tujuan asuhan keperawatan pada bayi dengan post
Asfiksia sedang, disesuaikan dengan kriteria evaluasi yang telah ditentukan. Tujuan
asuhan keperawatan dikatakan berhasil bila diagnosa keperawatan didapatkan hasil
yang sesuai dengan kriteria evaluasi.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) adalah infeksi akut yang melibatkan organ
saluran pernafasan bagian atas dan saluran pernafasan bagian bawah. Infeksi ini
disebabkan oleh virus, jamur, dan bakteri. ISPA akan menyerang host apabila ketahanan
tubuh (immunologi) menurun. Penyakit ISPA ini paling banyak di temukan pada anak-
anak dan paling sering menjadi satu-satunya alasan untuk datang ke rumah sakit atau
puskesmas untuk menjalani perawatan inap maupun rawat jalan
Sejauh ini belum ada obat yang efektif untuk membunuh kebanyakan virus yang
menyerang manusia. Pengobatan yang dilakukan biasanya hanya untuk meredahkan
gejala yang muncul akibat infeksi.
B. Saran
Semoga dengan adanya makalah ini kita semua dapat lebih memahami masalah pada
sistem pernafasan khusunya mengenai Asuhan Keperawatan dengan Infeksi saluran
pernafasan akut (ISPA).
DAFTAR PUSTAKA

Adib Huda Mujtaba. 2017. Anatomi Fisiologi Dan Patofisiologi System Pernapasan
Manusia. Dikutib 2 juli 2018.

Cahya Riska W. Sukarto, Dkk. 2016. Jurnal Keperawatan Hubungan Peran Orang Tua
Dalam Pencegahan ISPA Dengan Kekambuhan ISPA Pada Balita Di Puskesmas
Bilalang Kota Kotamobagu: Manado. Universitas Sam Ratulangi

Endah Noer P. Daroham , Mutiatikum. 2009. Penyakit ISPA Hasil Riskesdas Indonesia.
Jakarta: Puslitbang Biomedis Dan Farmasi

Indah Sari Nurul. 2015. Hubungan Umur Dan Jenis Kelamin Terhadap Kejadian Infeksi
Saluran Pernapasan Akut Pada Balita Di Puskesmas Tembilahan Hulu. Akademi
Kebidanan Husada Gemilang

Kemenkes RI. 2013. Sistem kesehatan. Jakarta:

Nugraheny Esti Dkk. 2013. Peran Keluarga Terhadap Penanggulangan Awal ISPA Bukan
Pneumonia Pada Balita. Bantul: Akademi Kebidanan Ummi Khasanah.

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & NANDA NIC-NOC. Yogyakarta: Mediaction Publishing.

Anda mungkin juga menyukai