Anda di halaman 1dari 39

MAKALAH

GANGGUAN PADA SISTEM PERNAFASAN


“ PENYAKIT BRONKHITIS”

DISUSUN OLEH:

NAMA: NADIA SELVIANTI HERMAN

KELAS: TINGKAT 1 A

NIM: 2115019

AKPER MAPPA OUDANG MAKASSAR

TAHUN AJARAN 2022/2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya,
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "GANGGUAN
PADA SISTEM PERNAFASAN PENYAKIT BRONKITIS" dengan tepat
waktu.

Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan Dasar.


Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang penyakit
bronkitis bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih. Ucapan terima kasih juga disampaikan


kepada semua pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah
ini.Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu,
saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah
ini.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................I

DAFTAR ISI.................................................................II

BAB I PENDAHULUAN..............................................1

A. LATAR BELAKANG..........................................1
B. RUMUSAN MASALAH......................................2

BAB II PEMBAHASAN ..............................................3

A. KONSEP MEDIS...............................................3
1. PENGERTIAN BRONKITIS...................3
2. ANATOMI FISIOLOGI............................4
3. ETIOLOGI..............................................9
4. PATOFISIOLOGI....................................10
5. MANIFESTASI KLINIS...........................12
6. KOMPLIKASI..........................................13
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG..............13
8. PENATALAKSANAAN...........................16
B. KONSEP KEPERAWATAN..............................17
1. PENGKAJIAN.........................................18
2. PATHWAY..............................................18
3. DIAGNOSA KEPERAWATAN................20
4. INTERVENSI..........................................20
5. EMPLEMENTASI...................................20
6. EVALUASI..............................................30

BAB III PENUTUP.......................................................32

A. KESIMPULAN...................................................32
B. SARAN..............................................................33

DAFTAR PUSTAKA....................................................34

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. . Latar Belakang

Bronkitis merupakan penyakit infeksi pada saluran pernapasan yang


menyerang bronkus. Penyakit ini banyak menyerang anak-anak yang
lingkungannya banyak polutan, misalnya orang tua yang merokok dirumah,
asap kendaraan bermotor, asap hasil pembakaran pada saat masak yang
menggunakan bahan bakar kayu. Di Indonesia masih banyak keluarga yang
setiap hari menghirup polutan ini, kondisi ini menyebabkan angka kejadian
penyakit bronkhitis sangat tinggi (Marni, 2014).

Pada tahun 2007 di Negara berkembang seperti Indonesia infeksi


saluran pernafasan bawah masih merupakan masalah kesehatan
masyarakat yang penting. Resiko penularan setiap tahun di Indonesia di
anggap cukup tinggi. Di Indonesia yang terinfeksi bronkhitis sekitar 1.6 juta
orang. Bronkhitis adalah suatu peradangan pada bronkus, bronkhiali, dan
trakhea (saluran udara ke paru-paru). Penyakit ini biasanya bersifat ringan
dan pada akhirnya akan sembuh sempurna. Tetapi pada penderita yang
memiliki penyakit menahun(misalnya penyakit jantung atau penyakit paru-
paru) dan usia lanjut,bronkhitis bisa menjadi masalah serius (Arif, 2008).

Untuk Bronkitis, jumlah anak yang terdiagnosa Bronkitis pada


tahun2007 di Amerika Serikat adalah 7,6 juta orang. Dampak yang timbul
akibat menderita penyakit bronkitis adalah infeksi saluran napas yang berat
dan sering, penyempitan dan penyumbatan bronchus, sulit bernapas,
hinggakematian (Puspitasari, 2009).

Menurut American Academy of Family Physian lebih dari 90%


pasienbronkitis memiliki riwayat pernah menjadi perokok. Tetapi terdapat
faktorlain yang sedikit kontribusinya menyebabkan bronkitis yaitu infeksi virus
atau bakteri, polusi udara (ozon dan nitrogen dioksida/NO2), terpapar iritan
ditempat kerja, dan lain-lain. Iritan-iritan yang dapat menyebabkan penyakit
ini diantaranya uap logam ( fume) dari bahan-bahan kimia seperti sulfur
dioksida (SO2), hidrogen sulfida (H2S), bromin (Br), amonia (NH3), asam
kuat, Beberapa organic solvent , dan klorin (Cl). Debu juga dapat
menyebabkan bronkitis, seperti debu batu bara (Puspitasari, 2009).

Berdasarkan data yang diperoleh dari Rekam Medik RSUD Surakarta


pada tahun 2014 ditemukan jumlah kasus bronkitis sebanyak 207 kasus.
Sedangkan jumlah kasus Bronkhitis yang terjadi pada tahun 2015 sampai
dengan bulan April sebanyak 53 kasus. Di RSUD Surakarta mencatat
kejadian Bronkhitis hingga saat ini terus bertambah di bangsal anak Anggrek
8 RSUD Surakarta (Rekam medik RSUD Surakarta, 2015).

Dari studi kasus yang sudah dilakukan di RSUD Surakarta tentang


bronkitis, maka penulis tertarik untuk mengangkat kasus tersebut menjadi

1
karya tulis ilmiah yang bertujuan untuk mendapatkan pengetahuan dan
pengalaman serta dapat menetapkan standar asuhan keperawatan anak.

B. Rumusan Masalah

1. Apa definisi dari Bronkitis?


2. Bagaimana anatomi fisiologi, etiologi, dan patofisiologi Bronkitis?
3. Jelaskan manifestasi kinis, komplikasi, pemeriksaan penunjang
dan penatalaksanaan Bronkitis ?

2
BAB II

PEMBAHASAN

A.. Konsep Dasar Medis

1. Definisi
Bronkitis adalah peradangan atau iritasi yang terjadi pada saluran
bronkus, yaitu pipa yang berfungsi sebagai penyalur udara dari bagian
tenggorokan menuju ke organ paru-paru. Masalah kesehatan ini bisa
muncul dalam beberapa hari, minggu, atau bahkan bulan. Bronkitis
umumnya diawali dengan batuk, terkadang diikuti dengan lendir atau
dahak sebagai dampak dari peradangan pada bagian dinding
bronkus. Bronkitis yang tidak ditangani dan memburuk bisa
meningkatkan risiko terserang pneumonia dengan gejala, seperti
demam, nyeri pada dada, dan kesadaran menurun.

 Bronkitis akut adalah batuk dan kadang-kadang produksi dahak


tidak lebih dari tigaminggu (Samer Qarah, 2007).
 Bronkitis kronis adalah batuk disertai sputum setiap hari selama
setidaknya 3 bulandalam setahun selama paling sedikit 2 tahun
berturut-turut.

Bronkhitis adalah hipersekresi mukus dan batuk produktif kronis


berulang-ulangminimal selama 3 bulan pertahun atau paling sedikit
dalam 2 tahun berturut-turut pada pasien yang diketahui tidak terdapat
penyebab lain (Perawatan Medikal Bedah2, 1998, al : 490).
Penyakit ini biasanya bersifat ringan dan pada akhirnya akan
sembuh sempurna. Tetapi pada penderita yang memiliki penyakit
menahun (misalnya penyakit jantung atau penyakit paru-paru) dan
pada usia lanjut, bronkitis bisa bersifat serius.

2. Anatomi Fisiologi

a. Anatomi Fungsional Pernapasan

Fungsi utama dari sistem respirasi adalah pertukaran gas, dimana


oksigen akan diambil dari alveolus dan akan dibawa oleh haemoglobin
menuju ke jaringan yang akan diperlukan dalam proses metabolisme, di
sisilain karbondioksida, sebagai hasil sisa dari metabolisme dibuang melalui
pernapasan saat ekspirasi (Basuki, 2009). Untuk itu diperlukan alat
pernapasan yang berfungsi untuk pertukaran gas. Adapun alat-alat
pernapasan manusia terdiri dari

3
a. Saluran Pernapasan Atas
1. Hidung

Hidung berfungsi sebagai penghantar udara yang membawa udara


ke dalam paru. Hidung terdiri dari 2 lubang yaitu naces dextra dan
naces sinistra. Bagian anterior lubang nasal terbuka untuk atmosfer
terletak pada nostrilis yang dilindungi oleh bulu-bulu seperti rambut.

2. Pharynx

Pharynx adalah suatu saluran yang berbentuk lubang corong


yang panjangnya sekitar 15 cm dan berfungsi sebagai saluran
penghantar udara yang membawa udara ke dalam paru. Pharynx terdiri
dari 3 bagian yaitu :

a) Nasopharynx

Terletak di belakang lubang nasal. Nasopharynx di atas langit-


langit mulut bersifat lembut yang membagi pharynx satu dengan
yang lain selama proses menelan. Saluran eusthacius terbuka
satu ke bagian yang lain dan nasopharynx yang berhubungan
dengan lubang timpani. Pengaturan tekanan udara pada 2 bagian
melalui membran timpani.

b) Oropharynx

Terletak di belakang mulut, di bawah langit-langit mulut dan


memanjang ke bawah seperti larynx, tonsil adalah 2 kantong
jaringan limpoid yang terletak pada dinding lateral

4
oropharynx,serta membentuk kelompok silkular dari jaringan
limphoki yang bersifat sebagai filter, pelindung pada saluran
pernapasadalam melawan infeksi.

c) Laringopharynx

Terletak di belakang larink. Udara dihatarkan melalui hidung


melewati nasopharynx dan akhirnya ke bagian atas larynx dan
trachea. Saluran napas atas memiliki 3 fungsi utama yaitu
menyaring dan melembabkan udara yang di inspirasi dan jika
memungkinkan berfungsi untuk meningkatkan suhu tubuh.

3. Laring

Larinx berfungsi sebagai saluran penghantar udara yang membawa


udara kedalam paru. Terletak sejajar dengan vertebra cervical ke 3
sampai vertebra cervical ke 6 dan di atas larynx terdapat pharynx.
Bagian bawah larynx ada trakhea.

4. Trakhea

Trakhea merupakan lanjutan dari larinx yang dibentuk oleh 16-20


cincin yang terdiri dari tulang rawan berbentuk tapal kuda yang
membagi dalam 2 cabang yaitu bronkhus kanan dan bronkhus kiri.
Sebelah dalam diliputi oleh selaput lendir yang berbulu getar yang
disebut sel silia, yang berfungsi mengeluarkan benda asing yang
masuk bersama-sama dengan udara pernapasan untuk
mempertahankan jalan napas agar tetap terbuka.

b. Saluran Pernapasan Bawah

Bronkhus merupakan percabangan trakhea setinggi VTh 5 dan


terdapat 2 bronkhus, yaitu kanan dan kiri. Bronkhus kanan lebih
pendek dan lebar dari pada yang kiri. Bronkhus-bronkhus tersebut
ketika akan masuk pulmo menjadi bronkhus pulmonalis.

1. Bronkhiolus

Percabangan dari bro995nkhus yang ukurannya semakin kecil disebut


bronkhiolus. Fungsi dari bronkhiolus adalah sebagai penghantar udara
ke tempat pertukaran gas paru.

2. Alveolus

Alveolus pada hakekatnya merupakan suatu gelembung gas yang


dikelilingi oleh jaringan kapiler sehingga batas antara cairan dan gas
membentuk tegangan permukaan yang cenderung mencegah

5
pengembangan saat inspirasi dan cendrung mencegah kolaps Spada
waktu ekspirasi. Tetapi untunglah alveolus dilapisi oleh zat lipoprotein
yang dapat mengurangi tegangan permukaan dan mengurangi
resistensi terhadap pengembangan pada waktu inspirasi mencegah
kolaps alveolus pada waktu ekspirasi( Soemantri,2008)

3. Paru

Paru merupakan organ utama respirasi yang elastis, berbentuk


kerucut dan terletak dalam rongga dada atau toraks terbungkus oleh
pleura. Paru dibagi menjadi dua bagian, yaitu paru kanan dan paru
kiri.

Paru kanan tidak simetris dengan paru kiri karena paru kanan
mempunyai tiga lobus dan dua fissura interlobaris (mayor dan minor),
sedangkan paru kiri terdiri dari dua lobus dan bronkopulmonal atau
segmen paru, yang mana merupakan sebagian jaringan paru yang
disuplai oleh bronkus segmental dengan arteri dan vena pulmonalnya
(Pearce,2004)

a) Paru Kanan

Batas atas dimulai dari puncak cavum pleura kanan


menuju ke bawah sampai facies superior diafragma, ke atas
sampai sebelah kanan mediastrium. Sebelah kanan
berhubungan dengan trakhea, nasophagus bagian atas, vena
cava superior dan jantung. Paru kanan terdiri dari 3 lobus,
antara lain :

(1) Lobus Kanan Atas

Bronkhus lobus kanan atas merupakan cabang pertama


dari lobus utama kanan menuju ke lateral dekat pada
percabangan trakhea yang panjangnya 1 cm. Bronkhus ini
dibagi menjadi 3 bronkhus segmental.

(a) Bronkhus segmental apical yang hampir vertical ke


atas

(b) Bronkhus segmental posterior yang mengarah ke


belakang

(c) Bronkhus segmental anterior yang mengarah ke


depan dan seringkali agak ke bawah

6
(2) Lobus Medius

Bronkhus lobus medius keluar dari bagian depan bronkhus


kanan. Bronkhus lobus medium arahnya kedepan, lateral
dan bawah dan bercabang menjadi dua bronchus
segmental.

(3) Lobus Kanan Bawah

Segmen superior lobus interior secara anatomis dan


patologis berbeda dengan segmen lainnya. Biasanya
mungkin amat besar dan menjorok jauh ke belakang atas
hampir ke puncak paru.

b.) Paru Kiri

Batasnya di ujung cavum pleura sampai facies superior


diafragma. Terletak di sebelah kiri mediastrium berhubungan
dengan trakhea, aorta, ascenden, discenden esophagus dan
jantung sebelah kiri. Paru kiri memiliki empat lobus, pada masing-
masing lobus memiliki beberapa segmen, antara lain :

 Lobus superior, sebanding dengan lobus superior kanan


dengan 3 segmen apical, anterior dan posterior.

 Lobus medius (lingual), lobus ini sebenarnya adalah


segmen inferior lobus superior kiri tetapi sebanding
dengan lobus medius kanan, letaknya anterior.

 Lobus nelson, lobus ini sebanding dengan lobus nelson


kanan, letaknya anterior.

 Lobus inferior dengan tiga segmen, anterior, internal,


posterior.

Bronkhus utama kiri lebih panjang dari pada bronkhus


utama kanan dan tampaknya mempunyai sudut yang lebih besar
pada trakhea, paru kiri mempunyai dua lobus dan volume total
20%. Lebih kecil dari volume paru kanan. Lobus kiri atas adalah
sebanding dengan lobus kanan atas dan lobus medius, lobus kiri
atas sebanding dengan lingula. Bronkhus cabang atas mempunyai
dua cabang yaitu apical posterior yang biasanya menjadi bronkhus
subsegmental apical dan segmen posterior lobus kanan
atas, segmen anterior biasanya cabang sendiri (Pearce,2004) Gerakan
pernapasan, saat bernapas gerak dinding thoraks dan
diafragma menghasilkan perubahan diameter dan volume rongga thoraks.
Saat inspirasi adalah proses aktif kontraksi otot-otot. Inspirasi terjadi bila
diafragma telah mendapat rangsangan dari n. prenikus lalu mengerut datar.

Proses respirasi terjadi karena adanya perbedaan tekanan antara


rongga pleura

7
dan paru-paru. Sedangkan otot-otot yang berfungsi pada proses tersebut
adalah :
a. Otot inspirasi utama : diafragma, external intercostalis, levator costalis
dan scaleni.
b. Otot bantu inspirasi : sternocleiomastoideus, trapezius, seratus
anterior,
pectoralis mayor dan minor, latisimus dorsi.
c. Otot ekspirasi utama : internal intercostalis.
d. Otot bantu ekspirasi : internal obliq, eksternal obliq, rectus abdominis,
longisimus, iliocostalis lumborum.

b. Fisiologi pernapasan

Pernapasan adalah usaha tubuh untuk memenuhi kebutuhan oksigen


untuk proses metabolisme dan mengeluarkan karbondioksida sebagai hasil
metabolisme. Pernapasan sebagai istilah yang umum digunakan mencakup
2
proses :

1. Pernapasan eksterna
Pernapasan eksterna adalah absorsi O2 dan pembuangan CO2 dari
badan secara keseluruhan.
2. Pernapasan interna
Pernapasan interna adalah penggunaan O2 dan produksi CO2 oleh
sel dan pertukaran gas antara sel dan medium cairannya (Ganong,
1992).

Proses fisiologi pernafasan dibagi menjadi beberapa tahap :


1) Ventilasi
Ventilasi yaitu masuknya campuran gas-gas kedalam dan
keluar paruparu. Udara bergerak masuk dan keluar paru-paru karena
adanya selisih tekanan yang terdapat atmosfer dan alveolus akibat
kerja mekanik dari otot-otot pernafasan.

2) Transportasi

a.) Difusi gas antara alveoli dan kapiler darah.


Adanya perubahan tekanan parsial oksigen antara alveoli dan
pembuluh darah kapiler mengakibatkan proses terjadinya difusi
gas. Gas berdifusi dari alveoli ke pembuluh kapiler darah melintasi
membran alveoli yang tipis (Ganong, 1992).

b) Transportasi gas
Transpotasi gas didefinisikan sebagai proses pengangkutan
dari paru ke jaringan ke paru melalui aliran darah. Proses
transport gas gas terdiri dari traspor gas oksigen dan
karbondioksida
(Samantri,2007).

c) Mekanika Pernapasan

8
Dalam setiap siklus pernafasan, agar udara dapat mengalir
masuk ke paru-paru, maka otot-otot pernafasan harus bekerja
kuat untuk melawan daya elastik recoil dari paru-paru dan torak,
termasuk
pula tahanan antara arus udara dengan saluran napas. Kerja dari
otot-otot pernafasan tersebut harus mampu membuat tekanan
intra-alveolar lebih rendah dari tekanan atmosfir. Akibat
perbedaan tekanan ini, maka udara akan masuk ke paru-paru.
Pada inspirasi biasa tekanan ini berkisar antara -1 mmHg sampai
mmHg. Pada inspirasi dalam tekanan intraalveolinya dapat
mencapai -30 mmHg. Alat bantu pernafasan akan diperlukan bila
ada pasien yang otot-otot pernafasannya tidak mampu
menghasilkan tekanan negatif yang adekuat. Pada saat ekspirasi,
udara akan keluar jika tekanan intraalveolar lebih besar dari pada
tekanan atmosfir. Hal ini terjadi saat otot-otot pernapasan kembali
ke posisi rileks. Pada ekspirasi biasa tekanan intraalveoli berkisar
antara +1 mmHg sampai +3 mmHg. Diafragma akan bergerak ke
atas, sehingga akan menekan paru-paru yang menyebabkan
peningkatkan tekanan intraalveoli berkisar antara +1 mmHg
sampai +3 mmHg. Diafragma akan bergerak ke atas, sehingga
akan menekan paruparu yang menyebabkan ,peningkatan
tekanan intraalveolur. Demikian pula dengan otot-otot intracostal,
pada saat bergerak ke posisi rileks, maka sangkar torak akan
turun ke posisi preinspirasi. Hal ini juga menyebabkan penekanan
paru dan peningkatan tekanan intraaveola

4. Etiologi
Beberapa penyebat terjadinya bronchitis yaitu
1. Merokok merupakan satu-satunya penyebab kausal yang
terpenting. Peningkatanresiko mortalitas akibat bronkitis
hampir berbanding lurus dengan jumlah rokok yangdihisap
setiap hari (Rubenstein, et al., 2007).
2. Polusi udara yang terus menerus juga merupakan
predisposisi infeksi rekuren karena polusi memperlambat
aktivitas silia dan fagositosis. Zat-zat kimia yang dapat
jugamenyebabkan bronkitis adalah O2, N2O, hidrokarbon,
aldehid, ozon.
3. Infeksi Eksaserbasi bronchitis disangka paling sering diawali
dengan infeksi virus yang kemudian menyebabkan infeksi
sekunder bakteri. Bakteri yang diisolasi paling banyak
adalah Hemophilus influenza dan streptococcus pneumonie
dan organismelain seperti Mycoplasma pneumonia.
4. Defisiensi alfa-1 antitripsin adalah gangguan resesif yang
terjadi pada sekitar 5% pasien emfisema (dan sekitar 20%
dari kolestasis neonatorum) karena protein alfa-1antitripsin
ini memegang peranan penting dalam mencegah kerusakan
alveoli olehneutrofil elastase (Rubenstein, et al., 2007).

9
5. Terdapat hubungan dengan kelas sosial yang lebih rendah
dan lingkungan industri banyak paparan debu, asap (asam
kuat, amonia, klorin, hidrogen sufilda, sulfurdioksida dan
bromin), gas-gas kimiawi akibat kerja.6
6. Riwayat infeksi saluran napas. Infeksi saluran pernapasan
bagian atas pada penderita bronkitis hampir selalu
menyebabkan infeksi paru bagian bawah, serta
menyebabkankerusakan paru bertambah.

Bronkhitis kronis dapat merupakan komplikasi kelainan patologik


pada beberapa alat tubuh,yaitu:

 Penyakit jantung menahun, yang disebabkan oleh kelainan


patologik pada katup maupunmiokardia. Kongesti menahun
pada dinding bronkhus melemahkan daya tahan
sehinggainfeksi bakteri mudah terjadi.
 Infeksi sinus paranasalis dan rongga mulut, area infeksi
merupakan cumber bakteri yang dapatmenyerang dinding
bronkhus.
 Dilatasi bronkhus (bronkInektasi), menyebabkan gangguan
susunan dan fungsi dinding bronkhus sehingga infeksi
bakteri mudah terjadi.
 Rokok dapat menimbulkan kelumpuhan bulu getar selaput
lendir bronkhus sehinggadrainase lendir terganggu.
Kumpulan lendir tersebut merupakan media yang baik
untuk pertumbuhan bakteri.

5. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis pada penyakit bronchitis yaitu sebagai berikut


1. Batuk, mulai dengan batuk. Batuk pagi hari, dan makin lama batuk
makin berat, timbul siang hari maupun malam hari, penderita
terganggu tidurnya. Batuk pada bronchitis mempunyai ciri antara
lain batuk produktif berlangsung kronik danfrekuensi mirip seperti
pada bronchitis kronis, jumlah seputum bervariasi, umumnya
jumlahnya banyak terutama pada pagi hari sesudah ada
perubahan posisi tidur atau bangundari tidur. Kalau tidak ada
infeksi skunder sputumnya mukoid, sedang apabila terjadi
infeksisekunder sputumnya purulen, dapat memberikan bau yang
tidak sedap. Apabila terjadi infeksisekunder oleh kuman anaerob,
akan menimbulkan sputum sangat berbau, pada kasus yangsudah
berat, misalnya pada saccular type bronchitis, sputum jumlahnya
banyak sekali, puruen, dan apabila ditampung beberapa lama,
tampak terpisah menjadi 3 bagianLapisan teratas agak keruh,
Lapisan tengah jernih, terdiri atas saliva ( ludah )Lapisan terbawah

10
keruh terdiri atas nanah dan jaringan nekrosis dari bronkus yang
rusak (celluler debris ).
2. Dahak, sputum putih/mukoid. Bila ada infeksi, sputum menjadi
purulen atau mukopuruendan kental.
3. Sesak bila timbul infeksi, sesak napas akan bertambah, kadang-
kadang disertai tanda-tanda payah jantung kanan, lama kelamaan
timbul kor pulmonal yang menetap.Pada sebagian besar pasien
( 50 % kasus ) ditemukan keluhan sesak nafas. Timbul dan
beratnya sesak nafas tergantung pada seberapa luasnya
bronchitis kronik yang terjadi danseberapa jauh timbulnya kolap
paru dan destruksi jaringan paru yang terjadi sebagai akibatinfeksi
berulang ( ISPA ), yang biasanya menimbulkan fibrosis paru dan
emfisema yangmenimbulkan sesak nafas. Kadang ditemukan juga
suara mengi ( wheezing ), akibat adanyaobstruksi bronkus.
Wheezing dapat local atau tersebar tergantung pada distribusi
kelainannya

 sesak nafas ketika melakukan olah raga atau aktivitas


ringan
 sering menderita infeksi pernafasan (misalnya flu)
 bengek
 lelah
 pembengkakan pergelangan kaki, kaki dan tungkai kiri dan
kanan
 wajah, telapak tangan atau selaput lendir yang berwarna
kemerahan
 pipi tampak kemerahan
 sakit kepala
 gangguan penglihatan

Bronkitis infeksiosa seringkali dimulai dengan gejala seperti


pilek, yaitu hidung meler,lelah, menggigil, sakit punggung, sakit
otot, demam ringan dan nyeri tenggorokan. Batuk biasanya
merupakan tanda dimulainya bronkitis. Pada awalnya batuk tidak
berdahak, tetapi1-2 hari kemudian akan mengeluarkan dahak
berwarna putih atau kuning. Selanjutnya dahakakan bertambah
banyak, berwarna kuning atau hijau.

Pada bronkitis berat, setelah sebagian besar gejala lainnya


membaik, kadang terjadidemamtinggi selama 3-5 hari dan batuk
bisa menetap selama beberapa minggu. Sesak nafasterjadi jika
saluran udara tersumbat. Sering ditemukan bunyi nafas mengi,
terutama setelah batuk. Bisa terjadi pneumonia.

11
6. Patofisiologi

Serangan bronkhitis akut dapat timbul dalam serangan


tunggal atau dapat timbul kembalisebagai eksaserbasi akut dari
bronkhitis kronis. Pada umumnya, virus merupakan awal
dariserangan bronkhitis akut pada infeksi saluran napas bagian
atas. Dokter akan mendiagnosis bronkhitis kronis jika pasien
mengalami batuk atau mengalami produksi sputum selamakurang
lebih tiga bulan dalam satu tahun atau paling sedikit dalam dua
tahun berturut-turut.
Serangan bronkhitis disebabkan karena tubuh terpapar agen
infeksi maupun non infeksi(terutama rokok). Iritan (zat yang
menyebabkan iritasi) akan menyebabkan timbulnya
responsinflamasi yang akan menyebabkan vasodilatasi, kongesti,
edema mukosa, dan bronkospasme.Tidak seperti emfisema,
bronkhitis lebih memengaruhi jalan napas kecil dan
besardibandingkan alveoli. Dalam keadaan bronkhitis, aliran udara
masih memungkinkan tidakmengalami hambatan.
Pasien dengan bronkhitis kronis akan mengalami:
a. Peningkatan ukuran dan jumlah kelenjar mukus pada bronkhus
besar sehingga meningkatkan produksi mukus.

b. Mukus lebih kental


c. Kerusakan fungsi siliari yang dapat menunjukkan mekanisme
pembersihan mukus.

Pada keadaan normal, paru-paru memiliki kemampuan yang


disebut mucocilliarydefence, yaitu sistem penjagaan paru-paru
yang dilakukan oleh mukus dan siliari. Pada pasiendengan
bronkhitis akut, sistem mucocilliary defence paru-paru mengalami
kerusakansehingga lebih mudah terserang infeksi. Ketika infeksi
timbul, kelenjar mukus akan menjadihipertropi dan hiperplasia
(ukuran membesar dan jumlah bertambah) sehingga
produksimukus akan meningkat. infeksi juga menyebabkan
dinding bronkhial meradang, menebal(sering kali sampai dua kali
ketebalan normal), dan mengeluarkan mukus kental.
Adanyamukus kental dari dinding bronkhial dan mukus yang
dihasilkan kelenjar mukus dalam jumlah banyak akan
menghambat beberapa aliran udara kecil dan mempersempit
saluranudara besar. Bronkhitis kronis mula-mula hanya
memengaruhi bronkhus besar, namun lambatlaun akan
memengaruhi seluruh saluran napas.
Mukus yang kental dan pembesaran bronkhus akan
mengobstruksi jalan napas terutama selama ekspirasi. Jalan
napas selanjutnya mengalami kolaps dan udara terperangkap

12
pada bagian distal dari paru-paru. Obstruksi ini menyebabkan
penurunan ventilasi alveolus,hipoksia, dan acidosis. Pasien
mengalami kekurangan 02, iaringan dan ratio ventilasi
perfusiabnormal timbul, di mana terjadi penurunan PO2
Kerusakan ventilasi juga dapat meningkatkan nilai PCO,sehingga
pasien terlihat sianosis. Sebagai kompensasi darihipoksemia,
maka terjadi polisitemia (produksi eritrosit berlebihan).
Pada saat penyakit bertambah parah, sering ditemukan
produksi sejumlah sputum yanghitam, biasanya karena infeksi
pulmonari. Selama infeksi, pasien mengalami reduksi padaFEV
dengan peningkatan pada RV dan FRC. Jika masalah tersebut
tidak ditanggulangi,hipoksemia akan timbul yang akhirnya menuiu
penyakit cor pulmonal dan CHF (CongestiveHeart Failure).

7. Pemeriksaan Penunjang

 Sinar x dada: Dapat menyatakan hiperinflasi paru-paru,


mendatarnya diafragma, peningkatanarea udara retrosternal,
hasil normal selama periode remisi.
 Tes fungsi paru: Untuk menentukan penyebab dispnoe,
melihat obstruksi, memperkirakan derajat disfungsi.
 TLC : Meningkat.
 Volume residu : Meningkat.
 FEV1/FVC : Rasio volume meningkat.
 GDA : PaO2 dan PaCO2 menurun, pH Normal.
 Bronchogram Menunjukkan di latasi silinder bronchus saat
inspirasi, pembesaran duktus mukosa.
 Sputum : Kultur untuk menentukan adanya infeksi,
mengidentifikasi patogen.
 EKG : Disritmia atrial, peninggian gelombang P pada lead II,
III, AVF.

8. Penatalaksanaan
Untuk mengurangi demam dan rasa tidak enak badan, kepada
penderita dewasa bisadiberikan aspirin atau acetaminophen;
kepada anak-anak sebaiknya hanya diberikan acetaminophen.
Dianjurkan untuk beristirahat dan minum banyak cairan.
Antibiotik diberikan kepada penderita yang gejalanya
menunjukkan bahwa penyebabnya adalah infeksi bakteri
(dahaknya berwarna kuning atau hijau dan demamnya tetap tinggi)
dan penderita yang sebelumnya memiliki penyakit paru-paru.
Kepada penderita dewasa diberikan trimetoprim-sulfametoksazol,
tetracyclin atau ampisilin. Erythromycin diberikan walaupun
dicurigai penyebabnya adalah Mycoplasma pneumoniae. Kepada
penderita anak-anak diberikan amoxicillin. Jika penyebabnya virus,
tidak diberikan antibiotik.

13
Jika gejalanya menetap atau berulang atau jika bronkitisnya
sangat berat, maka dilakukan pemeriksaan biakan dari dahak
untuk membantu menentukan apakah perlu dilakukan penggantian
antibiotik.

a. Pengelolaan umum

a). Pengelolaan umum ditujukan untuk semua pasien bronchitis,


meliputi :Menciptakan lingkungan yang baik dan tepat untuk
pasien :
Contoh :
 Membuat ruangan hangat, udara ruangan kering.
 Mencegah / menghentikan rokok
 Mencegah / menghindari debu,asap dan sebagainya.

b.) Memperbaiki drainase secret bronkus, cara yang baik


untuk dikerjakan adalah sebagai berikut :

 Melakukan drainase postura


Pasien dilelatakan dengan posisi tubuh sedemikian rupa
sehingga dapat dicapai drainasesputum secara maksimum.
Tiap kali melakukan drainase postural dilakukan selama 10 –
20menit, tiap hari dilakukan 2 sampai 4 kali. Prinsip drainase
postural ini adalah usahamengeluarkan sputum ( secret
bronkus ) dengan bantuan gaya gravitasi. Posisi tubuh
saatdilakukan drainase postural harus disesuaikan dengan
letak kelainan bronchitisnya, dan dapatdibantu dengan tindakan
memberikan ketukan padapada punggung pasien dengan
punggung jari.

 Mencairkan sputum yang kental


Dapat dilakukan dengan jalan, misalnya inhalasi uap air panas,
mengguanakan obat-obat mukolitik dan sebagainya. Mengatur
posisi tepat tidur pasien Sehingga diperoleh posisi pasien yang
sesuai untuk memudahkan drainase sputum.
 Mengontrol infeksi saluran nafas.
Adanya infeksi saluran nafas akut ( ISPA ) harus diperkecil
dengan jalan mencegah penyebaran kuman, apabila telah ada
infeksi perlu adanya antibiotic yang sesuai agar infeksitidak
berkelanjutan

b. Pengelolaan Khusus
a. Kemotherapi pada bronchitis
Kemotherapi dapat digunakan secara continue untuk
mengontrol infeksi bronkus ( ISPA )untuk pengobatan
aksaserbasi infeksi akut pada bronkus/paru atau kedua-duanya
digunakanKemotherapi menggunakan obat-obat antibiotic

14
terpilih, pemkaian antibiotic antibioticsebaikya harus
berdasarkan hasil uji sensivitas kuman terhadap antibiotic
secara empiric.
Walaupun kemotherapi jelas kegunaannya pada
pengelolaan bronchitis, tidak padasetiap pasien harus diberikan
antibiotic. Antibiotik diberikan jika terdapat aksaserbasi
infekiakut, antibiotic diberikan selama 7-10 hari dengan therapy
tunggal atau dengan beberapaantibiotic, sampai terjadi
konversi warna sputum yang semula berwarna kuning/hijau
menjadimukoid ( putih jernih ). Kemotherapi dengan antibiotic
ini apabila berhasil akan dapatmengurangi gejala batuk, jumlah
sputum dan gejala lainnya terutama pada saat
terjadiaksaserbasi infeksi akut, tetapi keadaan ini hanya
bersifat sementara. Drainase secret dengan bronkoskop.
Cara ini penting dikerjakan terutama pada saat permulaan
perawatan pasien. Keperluannya antara lain:
- Menentukan dari mana asal secret
- Mengidentifikasi lokasi stenosis atau obstruksi bronkus
- Menghilangkan obstruksi bronkus dengan suction drainage
daerah obstruksi.
b. Pengobatan simtomatik
Pengobatan ini diberikan jika timbul simtom yang mungkin
mengganggu atau mebahayakan pasien.
c. Pengobatan obstruksi bronkus
Apabila ditemukan tanda obstruksi bronkus yang diketahui
dari hasil uji faal paru (%FEV 1 <70% ) dapat diberikan obat
bronkodilator.
d. Pengobatan hipoksia.
Pada pasien yang mengalami hipoksia perlu diberikan
oksigen.
e. Pengobatan haemaptoe.
Tindakan yang perlu segera dilakukan adalah upaya
menghentikan perdarahan. Dari berbagai penelitian
pemberian obat-obatan hemostatik dilaporkan hasilnya
memuaskan walau sulitdiketahui mekanisme kerja obat
tersebut untuk menghentikan perdarahan.
f. Pengobatan demam.
Pada pasien yang mengalami eksaserbasi inhalasi akut
sering terdapat demam, lebih-lebihkalau terjadi septikemi.
Pada kasus ini selain diberikan antibiotic perlu juga
diberikan obatantipiretik.
g. Pengobatan pembedahan
Tujuan pembedahan : mengangkat ( reseksi ) segmen/
lobus paru yang terkena.
 Indikasi pembedahan : Pasien bronchitis yang yang
terbatas dan resektabel, yang tidak berespon yang

15
tidak beresponterhadap tindakan-tindakan
konservatif yang adekuat. Pasien perlu
dipertimbangkan untukoperasiPasien bronchitis yang
terbatas tetapi sering mengaami infeksi berulang atau
haemaptoe dari daerah tersebut. Pasien dengan
haemaptoe massif seperti ini mutlak perlu tindakan
operasi.
 Kontra indikasi Pasien bronchitis dengan COPD,
Pasien bronchitis berat, Pasien bronchitis dengan
koplikasikor pulmonal kronik dekompensasi.
 Syarat-ayarat operasi.-
- Kelainan ( bronchitis ) harus terbatas dan
resektabel
- Daerah paru yang terkena telah mengalami
perubahan ireversibel
- Bagian paru yang lain harus masih baik
misalnya tidak ada bronchitis atau
bronchitis kronik.
 Cara operasi.
- Operasi elektif : pasien-pasien yang
memenuhi indikasi dan tidak terdaat kontra
indikasi,yang gagal dalam pengobatan
konservatif dipersiapkan secara baik utuk
operasi. Umumnyaoperasi berhasil baik
apabila syarat dan persiapan operasinya
baik.
- Operasi paliatif : ditujukan pada pasien
bronchitis yang mengalami keadaan gawat
darurat paru, misalnya terjadi haemaptoe
masif ( perdarahan arterial ) yang
memenuhi syarat-syaratdan tidak terdapat
kontra indikasi operasi.
 Persiapan operasi :
- Pemeriksaan faal paru : pemeriksaan
spirometri,analisis gas darah, pemeriksaan
broncospirometri ( uji fungsi paru regional )
- Scanning dan USG
- Meneliti ada atau tidaknya kontra indikasi
operasi pada pasien
- Memperbaiki keadaan umum pasien.

9. Pencegahan
Bronkitis bukan penyakit musiman. Meski begitu, penyakit ini lebih
sering terjadi saat cuaca dingin. Melansir dari Healthline, lakukan
tips berikut ini untuk mencegah penularan bronkitis, yaitu:

16
a) Hindari kontak dekat dengan orang sakit, terutama jika
sakit bronkitis.
b) Hindari meminjam atau berbagi peralatan dengan
seseorang yang mengidap bronkitis, flu atau sekedar
pilek.
c) Jangan menyentuh jaringan bekas, karena virus yang
menyebabkan bronkitis dapat menyebar melalui lendir.
d) Dapatkan vaksinasi flu setiap tahun.
e) Rutin mencuci tangan dengan sabun dan air hangat.
f) Hindari menyentuh mata, hidung, atau mulut ketika
tangan masih kotor.

Jika sabun dan air tidak tersedia, gunakan pembersih tangan yang
mengandung alkohol (hand sanitizer). Selain melakukan tips-tips di
atas, juga perlu melakukan pencegahan berikut ini:

 Jangan merokok.
 Jauhi hal-hal yang mungkin dapat mengiritasi saluran napas.
Iritan dapat mencakup debu, jamur, bulu hewan peliharaan,
polusi udara, asap, dan pembersih.
 Jika merasa masuk angin, sebaiknya banyak istirahat.
 Minumlah obat yang dianjurkan oleh dokter.
 Makan makanan yang sehat.

10. Komplikasi
Ada beberapa komplikasi bronchitis yang dapat dijumpai pada
pasien, antara lain:
1) Bronchitis kronik
2) Pneumonia dengan atau tanpa atelektaksis, bronchitis
sering mengalami infeksi berulang biasanya sekunder
terhadap infeksi pada saluran nafas bagian atas. Hal ini
sering terjadi padamereka drainase sputumnya kurang baik.
3) Pleuritis. Komplikasi ini dapat timbul bersama dengan
timbulnya pneumonia. Umumnya pleuritis sicca pada
daerah yang terkena.
4) Efusi pleura atau empisema.
5) Abses metastasis diotak, akibat septikemi oleh kuman
penyebab infeksi supuratif pada bronkus. Sering menjadi
penyebab kematian.
6) Haemaptoe terjadi kerena pecahnya pembuluh darah
cabang vena ( arteri pulmonalis ) ,cabang arteri ( arteri
bronchialis ) atau anastomisis pembuluh darah. Komplikasi
haemaptoehebat dan tidak terkendali merupakan tindakan
beah gawat darurat.

17
7) Sinusitis merupakan bagian dari komplikasi bronchitis pada
saluran nafas
8) Kor pulmonal kronik pada kasus ini bila terjadi anastomisis
cabang-cabang arteri dan vena pulmonalis pada dinding
bronkus akan terjadi arterio-venous shunt, terjadi
gangguanoksigenasi darah, timbul sianosis sentral,
selanjutnya terjadi hipoksemia. Pada keadaan lanjutakan
terjadi hipertensi pulmonal, kor pulmoner kronik,.
Selanjutnya akan terjadi gagal jantung kanan.
9) Kegagalan pernafasan merupakan komlikasi paling akhir
pada bronchitis yang berat da luas .
10)Amiloidosis keadaan ini merupakan perubahan degeneratif,
sebagai komplikasi klasik dan jarang terjadi. Pada pasien
yang mengalami komplikasi ini dapat ditemukan
pembesaran hatidan limpa serta proteinurea.

B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN

1. Pengkajian

a. Anamnesis

Keluahan utama pada klien dengan bronkitis meliputi batuk kering dan

produktif dengan sputum purulen, demam dengan suhu tubuh dapat


mencapai ≥ 400C dan sesak napas.

b. Riwayat penyakit saat ini

Riwayat penyakit saat ini pada klien dengan bronkitis bervariasi tingkat

keparahan dan lamanya. Bermula dari gejala batuk – batuk saja, hingga
penyakit akut dengan manifestasi klinis yang berat.sebagai tanda – tanda
terjadinya toksemia klien dengan bronkitis sering mengeluh malaise, demam,
badan terasa lamah, banyak berkeringat, takikardia, da takipnea. Sebagai
tanda terjadinya iritasi, keluahan yang didapatkan terdiri atas batuk,
ekspektorasi/peningkatan produksi sekret, dan rasa sakit dibawah sternum.
Pentingnya ditanyakan oleh perawat mengenai obat – obat yang telah atau
biasa diminum oleh klien untuk mengurangi keluhannya dan mengkaji
kembali apakah obat – obat tersebut masih relavan untuk dipakai kembali.

c. Riwayat penyakit dahulu

Pada pengkajian riwayat kesehatan terdahulu sering kali klien


mengeluh pernah mengalami infeksi saluran pernapasan bagian atas dan
adanya riwayat alergi pada pernapasan atas. Perawat haru memperhatikan
dan mencatatnya baik – baik.

d. Pengkajian Psiko-sosial-spiritual

18
Pada pengkajian psikologis klien dengan bronkitis didapatkan klien
sering mengalami kecemasan sesuai dengan keluhan yang dialaminya
dimana adanya keluahan batuk, sesak napas, dan demam merupakan
stresor penting yang menyebabkan klien cemas. Perawat perlu memberikan
dukungan moral dan memfasilitasi pemenuhan informasi dengan tim medis
untuk pemenuhan informasi mengenai prognosis penyakit dari klien. Kaji
pengetahuan klien dan keluarga tentang pengobatan yang diberikan (nama,
cara kerja, frekuensi, efek samping, dan tanda – tanda terjadinya kelebihan
dosis). Pengobatan non Farmakologi seperti olahraga secara teratur serta
mencegah kontak dengan allergen atau iritan (jika diketahui penyebab
alergi), sistem pendukung, kemauan dan ingkat pengetahuan keluarga.

e. Pemeriksaan fisik

Keadaan umum dan tanda – tanda vital, hasil pemeriksaan tanda –


tanda vital pada klien dengan bronkitis biasanya didapatkan adanya
peningkatan suhu tubuh lebih dari 400 frekuensi napas meningkat dari
frekuensi normal, nadi biasanya meningkat seirama dengan peningkatan
suhu tubuh dan frekuensi pernapasan serta biasanya tidak ada masalah
dengan tekanan darah (Soemantri, 2007).

 Inspeksi

Klien biasanya mengalami peningkatan usahadan frekuensi


pernapasan, biasanya menggunakan otot bantu pernapasan. Pada
kasus bronkitis kronis, sering didapatkan bentuk dada barrel/tong.
Gerakan pernapasan masih simetris, hasil pengkajian lainnya
menunjukan klien juga mengalami batuk yang produktif dengan
sputum purulen berwarna kuning kehijauan sampai hitam kecoklatan
karena bercampur darah.

 Palpasi

Taktil fermitus biasanya normal

 Perkusi

Hasil pengkajian perkusi menunjukan adanya bunyi resonan pada


seluruh lapang paruh.

 Auskultasi

Jika abses terisi penuh dengan cairan pus akibat drainase yang
buruk, maka suara napas melemah, jika bronkus paten dan
drainasenya baik ditambah adanyakonsuldasi disekitar abses, maka
akan terdengar suara napas bronkial dan ronkhi basah.

19
2. Diagnosa Keperawatan

 Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan


peningkatan produksi sekret.
 Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi
jalan nafas oleh sekresi, spasme bronchus.
 Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan
broncokontriksi, mukus.

3. Pathway

4. Intervensi Keperawatan

5. No SDKI SLKI SIKI


1. Bersihan Jalan Setelah dilakukan 1. Pastikan
Nafas tidak Efektif tindakan kebutuhan
keperawatan oral /
Definisi : selama 3x 24 jam tracheal

20
Ketidakmampuan diharapkan kondisi suctioning
untuk klien memenuhi 2. Auskultasi
membersihkan kriteria hasil : suara nafas
sekresi atau 1.Mendemonstrasi sebelum dan
obstruksi dari kan batuk efektif sesudah
saluran pernafasan dan suara nafas suctioning.
untuk yang bersih, tidak 3.
mempertahankan ada sianosis dan Informasikan
kebersihan jalan dyspneu (mampu pada klien
nafas. mengeluarkan dan keluarga
sputum, mampu tentang
Batasan bernafas dengan suctioning
Karakteristik : mudah, tidak ada 4. Minta klien
1. Dispneu, pursed lips) nafas dalam
Penurunan suara 2. Menunjukkan sebelum
nafas jalan nafas yang suction
2.  Orthopneu paten (klien tidak dilakukan.
3. Cyanosis merasa tercekik, 5. Berikan
4. Kelainan suara irama nafas, O2 dengan
nafas (rales, frekuensi menggunaka
wheezing) pernafasan dalam n nasal
5. Kesulitan rentang normal, untuk
berbicara tidak ada suara memfasilitasi
6. Batuk, tidak nafas abnormal) suksion
efekotif atau tidak 3.Mampu nasotrakeal
ada mengidentifikasika 6. Gunakan
7. Mata melebar n dan mencegah alat yang
8. Produksi sputum factor yang dapat steril sitiap
9. Gelisah menghambat jalan melakukan
10. Perubahan nafas tindakan
frekuensi dan irama 7. Anjurkan
nafas pasien untuk
istirahat dan
Faktor-faktor yang napas dalam
berhubungan: setelah
1. Lingkungan :

21
merokok, menghirup kateter
asap rokok, perokok dikeluarkan
pasif-POK, infeksi dari
2. Fisiologis : nasotrakeal
disfungsi 8. Monitor
neuromuskular, status
hiperplasia dinding oksigen
bronkus, alergi jalan pasien
nafas, asma. 9. Ajarkan
3. Obstruksi jalan keluarga
nafas : spasme jalan bagaimana
nafas, sekresi cara
tertahan, banyaknya melakukan
mukus, adanya jalan suksion
nafas buatan, 10. Hentikan
sekresi bronkus, suksion dan
adanya eksudat di berikan
alveolus, adanya oksigen
benda asing di jalan apabila
nafas. pasien
menunjukka
n bradikardi,
peningkatan
saturasi O2,
dll.
11.  Buka
jalan nafas,
guanakan
teknik chin
lift atau jaw
thrust bila
perlu
12.
Posisikan
pasien untuk

22
memaksimal
kan ventilasi
13.
identifikasi
pasien
perlunya
pemasangan
alat jalan
nafas buatan
14. Pasang
mayo bila
perlu
15. Lakukan
fisioterapi
dada jika
perlu
16.
Keluarkan
sekret
dengan
batuk atau
suction
17.
Auskultasi
suara nafas,
catat adanya
suara
tambahan
18.  Lakukan
suction pada
mayo
19. Berikan
bronkodilator
bila perlu
20.  Berikan

23
pelembab
udara Kassa
basah NaCl
Lembab
21. Atur
intake untuk
cairan
mengoptimal
kan
keseimbang
an.
22. Monitor
respirasi dan
status O2
Setelah dilakukan 1. Membuka
2. Gangguan tindakan jalan nafas,
Pertukaran gas keperawatan guanakan
selama 3x 24 jam teknik chin
Definisi : Kelebihan diharapkan kondisi lift atau jaw
atau kekurangan klien memenuhi thrust bila
dalam oksigenasi kriteria hasil : perlu
dan atau 1.Mendemonstrasi 2. Posisikan
pengeluaran kan peningkatan pasien untuk
karbondioksida di ventilasi dan memaksimal
dalam membran oksigenasi yang kan ventilasi
kapiler alveoli adekuat 3. Identifikasi
2. Memelihara pasien
Batasan kebersihan paru perlunya
karakteristik : paru dan bebas pemasangan
1.Gangguan dari tanda tanda alat jalan
penglihatan distress nafas buatan
2. Penurunan CO2 pernafasan 4. Pasang
3. Takikardi 3. mayo bila
4. Hiperkapnia Mendemonstrasik perlu
5. Keletihan an batuk efektif 5. Lakukan

24
6. somnolen dan suara nafas fisioterapi
7. Iritabilitas yang bersih, tidak dada jika
8. Hypoxia ada sianosis dan perlu
9. kebingungan dyspneu (mampu 6. Keluarkan
10. Dyspnoe mengeluarkan sekret
11. nasal faring sputum, mampu dengan
12. AGD Normal bernafas dengan batuk atau
13. sianosis mudah, tidak ada suction
14. warna kulit pursed lips) 7. Auskultasi
abnormal (pucat, 4. Mengukur suara nafas,
kehitaman) tanda-tanda vital catat adanya
15. Hipoksemia dalam rentang suara
16. hiperkarbia normal tambahan
17. sakit kepala 8. Lakukan
ketika bangun suction pada
18. frekuensi dan mayo
kedalaman nafas 9. Berikan
abnormal bronkodilator
bial perlu
Faktor faktor yang 10. Berikan
berhubungan : pelembab
1.ketidakseimbanga udara
n perfusi ventilasi 11. Atur
2. perubahan intake untuk
membran kapiler- cairan
alveolar mengoptimal
kan
keseimbang
an.
12. Monitor
respirasi dan
status O2
13. Monitor
rata rata,
kedalaman,

25
irama dan
usaha
respirasi
14. Catat
pergerakan
dada,amati
kesimetrisan,
penggunaan
otot
tambahan,
retraksi otot
supraclavicul
ar dan
intercostal
15. Monitor
suara nafas,
seperti
dengkur
16. Monitor
pola nafas :
bradipena,
takipenia,
kussmaul,
hiperventilasi
, cheyne
stokes, biot
17. Catat
lokasi trakea
18. Monitor
kelelahan
otot
diagfragma
(gerakan
paradoksis)
19.

26
Auskultasi
suara nafas,
catat area
penurunan /
tidak adanya
ventilasi dan
suara
tambahan
20. Tentukan
kebutuhan
suction
dengan
mengauskult
asi crakles
dan ronkhi
pada jalan
napas utama
21.
Auskultasi
suara paru
setelah
tindakan
untuk
mengetahui
hasilnya
3. Pola Nafas tidak Setelah dilakukan 1. Buka jalan
efektif tindakan nafas,
keperawatan guanakan
Definisi : Pertukaran selama 3x 24 jam teknik chin
udara inspirasi diharapkan kondisi lift atau jaw
dan/atau ekspirasi klien memenuhi thrust bila
tidak adekuat kriteria hasil : perlu
1.Mendemonstrasi 2. Posisikan
Batasan kan batuk efektif pasien untuk
karakteristik : dan suara nafas memaksimal
1.Penurunan

27
tekanan yang bersih, tidak kan ventilasi
inspirasi/ekspirasi ada sianosis dan 3. Identifikasi
2.  Penurunan dyspneu (mampu pasien
pertukaran udara mengeluarkan perlunya
per menit sputum, mampu pemasangan
3.Menggunakan otot bernafas dengan alat jalan
pernafasan mudah, tidak ada nafas buatan
tambahan pursed lips) 4. Pasang
4. Nasal flaring 2. Menunjukkan mayo bila
5. Dyspnea jalan nafas yang perlu
6. Orthopnea paten (klien tidak 5. Lakukan
7. Perubahan merasa tercekik, fisioterapi
penyimpangan dada irama nafas, dada jika
8. Nafas pendek frekuensi perlu
9.Assumption of 3- pernafasan dalam 6. Keluarkan
point position rentang normal, sekret
10. Pernafasan tidak ada suara dengan
pursed-lip nafas abnormal) batuk atau
11.Tahap ekspirasi 3. Tanda Tanda suction
berlangsung sangat vital dalam 7.
lama rentang normal Auskultasi
12. Peningkatan (tekanan darah, suara nafas,
diameter anterior- nadi, pernafasan) catat adanya
posterior suara
13. Pernafasan rata- tambahan
rata/minimal 8. Lakukan
a. Bayi : < 25 atau > suction pada
60 mayo
b. Usia 1-4 : < 20 9.Berikan
atau > 30 bronkodilator
c. Usia 5-14 : < 14 bila perlu
atau > 25 10. Berikan
d. Usia > 14 : < 11 pelembab
atau > 24 udara Kassa
14. Kedalaman basah NaCl

28
pernafasan Lembab
15. Dewasa volume 11. Atur
tidalnya 500 ml saat intake untuk
istirahat cairan
16.  Bayi volume mengoptimal
tidalnya 6-8 ml/Kg kan
17. Timing rasio keseimbang
18. Penurunan an.
kapasitas vital 12.Monitor
respirasi dan
Faktor yang status O2
berhubungan : 1. Terapi
1. Hiperventilasi Oksigen
2. Deformitas tulang 2. Bersihkan
3. Kelainan bentuk mulut,
dinding dada hidung dan
4.Penurunan secret trakea
energi/kelelahan 3.
5. Pertahankan
Perusakan/pelemah jalan nafas
an muskulo-skeletal yang paten
6. Obesitas 4. Atur
7.  Posisi tubuh peralatan
8. Kelelahan otot oksigenasi
pernafasan 5. Monitor
9. Hipoventilasi aliran
sindrom oksigen
10. Nyeri 6.
11. Kecemasan Pertahankan
12.Disfungsi posisi pasien
Neuromuskuler 7. Onservasi
13.Kerusakan adanya
persepsi/kognitif tanda tanda
14. Perlukaan pada hipoventilasi
jaringan syaraf 8. Monitor
tulang belakang

29
15.  Imaturitas adanya
Neurologis kecemasan
pasien
terhadap
oksigenasi
9. Vital sign
Monitoring
10. Monitor
TD, nadi,
suhu, dan
RR
11. Catat
adanya
fluktuasi
tekanan
darah
12. Monitor
VS saat
pasien
berbaring,
duduk, atau
berdiri
13.
Auskultasi
TD pada
kedua
lengan dan
bandingkan
14. Monitor
TD, nadi,
RR,
sebelum,
selama, dan
setelah
aktivitas

30
15. Monitor
kualitas dari
nadi
16.Monitor
frekuensi
dan irama
pernapasan
17. Monitor
suara paru
18. Monitor
pola
pernapasan
abnormal
19. Monitor
suhu, warna,
dan
kelembaban
kulit
20. Monitor
sianosis
perifer
21. Monitor
adanya
cushing triad
(tekanan
nadi yang
melebar,
bradikardi,
peningkatan
sistolik)
22.
Identifikasi
penyebab
dari
perubahan

31
vital sign

Diagnosa ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan


dengan adanya obstruksi trakeabronkial atau sekresimasalah belum
teratasi. Diagnosa ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan
penurunan ekspansi paru, masalah sudah teratasi. Diagnosa
defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi,
masalah teratasi.

Evaluasi keperawatan didapatkan masih ada satu masalah


keperawatan yang belum teratasi ini dikarenakan proses penyakit
yang harus didukung dengan kolaborasi dari dokter untuk pengunaan
obat secara farmakologi untuk bisa mendapat hasil yang lebih akurat
dan dalam proses farmakologi harus membutuhkan waktu pengobatan
yang cukup lama. Sehingga dalam mengimplementasikan intervensi
keperawatan penulis lebih berfokus pada KIE mengenai pengunaan
obat secara rutin sesuai instrusi dokter dan anjurkan untuk kontrol
sesusi jadwal kontrol yang ada.

6. Implementasi
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah di susun pada tahap perencanaan.
Ukuran intervensi keperawatan yang diberikan kepada klien terkait
dengan dukungan, pengobatan, tindakan untuk memperbaiki
kondisi, pendidikan untuk klien-keluarga, atau tindakan untuk
mencegah masalah kesehatan yang muncul dikemudian hari.
Untuk kesuksesan pelaksanaan implementasi keperawatan
agar sesuai dengan rencana keperawatan, perawat harus
mempunyai kemampuan kognitif (intelektual), kemampuan dalam
hubungan interpersonal, dan keterampilan dalam melakukan
tindakan. Proses pelaksanaan implementasi harus berpusat
kepada kebutuhan klien, faktor-faktor lain yang mempengaruhi
kebutuhan keperawatan, strategi implementasi keperawatan, dan
kegiatan komunikasi.

7. Evaluasi
Menurut (Eryanti, 2019) Evaluasi Keperawatan adalah menilai
respon klien setelah dilakukan intervensi keperawatan dan

32
mengkaji asuhan keperawatan yang telah diberikan Kegiatan
berkelanjutan dilakukan untuk menentukan apakah rencana
keperawatan efektif dan bagaimana rencana keperawatan
dilanjutkan, atau menghentikan rencana merevisi rencana
keperawatan.
Evaluasi keperawatan terhadap pasien bronkitis diantaranya:
1. Pasien tidak mengalami nyeri
2. Gangguan mobilitas fisik teratasi
3. Pasien menunjukkan pengetahuan tentang proses penyakit

33
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Bronkitis kronis sebagai penyakit kronis dapat diperparah dengan
diproduksikannya radikal bebas dalam jumlah berlebih.
Asap rokok adalah faktor penyebab utama bronkitis kronis dan dapat
memperparah patogenesis bronkitis kronis dengan mengaktivasi sel
mononuklear, netrofil dan makrofag dan melalui aktivasi mediator
inflamasi.
Antioksidan NAC dan NAL berpotensi dalam terapi bronkitis kronis
dan mencegah makin memburuknya bronkitis kronis pada pasien.

Penyakit ini berawal dari bronkitis akut yang disebabkan oleh


interaksi antara zat berbahaya yang dihirup serta faktor host berupa
kecenderungan genetik atau infeksi pernapasan akibat cedera atau
iritasi pernapasan dinding epitel serta lumen bronkus dan bronkiolus.
Saat infeksi terjadi, kelenjar mukus akan menjadi hipertropi dan
hiperplasia sehingga produksi mukus akan meningkat. Dinding
bronchial meradang dan menebal akan mengganggu aliran udara.
Mukus yang kental dan pembesaran bronkus akan mengobstruksi
jalan nafas, terutama selama ekspirasi. Jalan nafas mengalami
kolaps, dan udara terperangkap pada bagian distal dari paru-paru.
Obstruksi ini menyebabkan penurunan ventilasi.

 etiologi biasanya berhubungan dengan


1. rokok
2. infeksi.
3. Polusi
4. faktor genetik
5. faktor sosial ekonomi
6. lingkungan kerja

 Manifestasi Klinis

34
1. Batuk
2. Baemaptoe
3. Sesak nafas (dispnue)
4. Demam berulang
5. Kelainan fisik

6. Kelainan faal paru komplikasi dan sekret tetap tinggal, dapat


menyebabkan atelektasisi atau/ronkietaksis
7. Kegagalan jantung untuk berfungsi
8. Empisema paru
9. Abses metastasis ditolak

B. Saran
Kesehatan adalah harta yang penting dalam kehidupan kita,
maka itu selayaknya kita menjaga kesehatan dari kerusakan dan
penyakit. Dasar untuk mencegahnya yaitu mengurangi dari
penggunaan rokok yang merupakan sumber utama masuknya radikal
bebas dalam tubuh. Menghentikan kebiasaan merokok dapat
mengurangi risiko terjadinya bronkitis kronis.

35
DAFTAR PUSTAKA

Carolin, Elizabeth J. 2002. Buku Saku Patofisiologi. EGC: Jakarta

Cleveland Clinic. Diakses pada 2020. Bronchitis: Management and Treatmen

Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman


Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, alih
bahasa; I Made Kariasa, editor; Monica Ester, Edisi 3. EGC: Jakarta.

Healthline. Diakses pada 2020. Bronchitis: Is it Contagious?

Long, Barbara C. 1998. Perawatan Medikal Bedah. EGC: Jakarta.

Mayo Clinic. Diakses Pada 2022. Diseases & Conditions Bronchitis

National Health Sevices UK. Diakses pada 2022 Health Ato Z Bronchitis

Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah


Brunner &Suddarth, alih bahasa; Agung Waluyo, editor; Monica Ester,
Edisi 8 . EGC: Jakarta.

Soeparman, Sarwono Waspadji. 1998. Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II . Penerbit


FKUI:Jakarta.

Tucker, Susan Martin. 1998. Standar Perawatan Pasien; Proses


Keperawatan, Diagnosis dan Evaluasi, Edisi 5 . EGC. Jakarta.

Verywell Health. Diakses pada 2022. Symptoms of Bronchitis

WebMD. Diakses pada 2022. Bronchitis

.............(2019). Buku Register Ruang Kenanga RSUD Prof DR.W.Z.Johanes

Kupang.

Cynthia M. Taylor. (2015) Diagnosa Keperawatan dengan Rancana Asuhan.


Edisi 10. Jakarta : EGC

36

Anda mungkin juga menyukai