DISUSUN OLEH:
KELAS: TINGKAT 1 A
NIM: 2115019
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya,
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "GANGGUAN
PADA SISTEM PERNAFASAN PENYAKIT BRONKITIS" dengan tepat
waktu.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................I
DAFTAR ISI.................................................................II
BAB I PENDAHULUAN..............................................1
A. LATAR BELAKANG..........................................1
B. RUMUSAN MASALAH......................................2
A. KONSEP MEDIS...............................................3
1. PENGERTIAN BRONKITIS...................3
2. ANATOMI FISIOLOGI............................4
3. ETIOLOGI..............................................9
4. PATOFISIOLOGI....................................10
5. MANIFESTASI KLINIS...........................12
6. KOMPLIKASI..........................................13
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG..............13
8. PENATALAKSANAAN...........................16
B. KONSEP KEPERAWATAN..............................17
1. PENGKAJIAN.........................................18
2. PATHWAY..............................................18
3. DIAGNOSA KEPERAWATAN................20
4. INTERVENSI..........................................20
5. EMPLEMENTASI...................................20
6. EVALUASI..............................................30
A. KESIMPULAN...................................................32
B. SARAN..............................................................33
DAFTAR PUSTAKA....................................................34
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. . Latar Belakang
1
karya tulis ilmiah yang bertujuan untuk mendapatkan pengetahuan dan
pengalaman serta dapat menetapkan standar asuhan keperawatan anak.
B. Rumusan Masalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Definisi
Bronkitis adalah peradangan atau iritasi yang terjadi pada saluran
bronkus, yaitu pipa yang berfungsi sebagai penyalur udara dari bagian
tenggorokan menuju ke organ paru-paru. Masalah kesehatan ini bisa
muncul dalam beberapa hari, minggu, atau bahkan bulan. Bronkitis
umumnya diawali dengan batuk, terkadang diikuti dengan lendir atau
dahak sebagai dampak dari peradangan pada bagian dinding
bronkus. Bronkitis yang tidak ditangani dan memburuk bisa
meningkatkan risiko terserang pneumonia dengan gejala, seperti
demam, nyeri pada dada, dan kesadaran menurun.
2. Anatomi Fisiologi
3
a. Saluran Pernapasan Atas
1. Hidung
2. Pharynx
a) Nasopharynx
b) Oropharynx
4
oropharynx,serta membentuk kelompok silkular dari jaringan
limphoki yang bersifat sebagai filter, pelindung pada saluran
pernapasadalam melawan infeksi.
c) Laringopharynx
3. Laring
4. Trakhea
1. Bronkhiolus
2. Alveolus
5
pengembangan saat inspirasi dan cendrung mencegah kolaps Spada
waktu ekspirasi. Tetapi untunglah alveolus dilapisi oleh zat lipoprotein
yang dapat mengurangi tegangan permukaan dan mengurangi
resistensi terhadap pengembangan pada waktu inspirasi mencegah
kolaps alveolus pada waktu ekspirasi( Soemantri,2008)
3. Paru
Paru kanan tidak simetris dengan paru kiri karena paru kanan
mempunyai tiga lobus dan dua fissura interlobaris (mayor dan minor),
sedangkan paru kiri terdiri dari dua lobus dan bronkopulmonal atau
segmen paru, yang mana merupakan sebagian jaringan paru yang
disuplai oleh bronkus segmental dengan arteri dan vena pulmonalnya
(Pearce,2004)
a) Paru Kanan
6
(2) Lobus Medius
7
dan paru-paru. Sedangkan otot-otot yang berfungsi pada proses tersebut
adalah :
a. Otot inspirasi utama : diafragma, external intercostalis, levator costalis
dan scaleni.
b. Otot bantu inspirasi : sternocleiomastoideus, trapezius, seratus
anterior,
pectoralis mayor dan minor, latisimus dorsi.
c. Otot ekspirasi utama : internal intercostalis.
d. Otot bantu ekspirasi : internal obliq, eksternal obliq, rectus abdominis,
longisimus, iliocostalis lumborum.
b. Fisiologi pernapasan
1. Pernapasan eksterna
Pernapasan eksterna adalah absorsi O2 dan pembuangan CO2 dari
badan secara keseluruhan.
2. Pernapasan interna
Pernapasan interna adalah penggunaan O2 dan produksi CO2 oleh
sel dan pertukaran gas antara sel dan medium cairannya (Ganong,
1992).
2) Transportasi
b) Transportasi gas
Transpotasi gas didefinisikan sebagai proses pengangkutan
dari paru ke jaringan ke paru melalui aliran darah. Proses
transport gas gas terdiri dari traspor gas oksigen dan
karbondioksida
(Samantri,2007).
c) Mekanika Pernapasan
8
Dalam setiap siklus pernafasan, agar udara dapat mengalir
masuk ke paru-paru, maka otot-otot pernafasan harus bekerja
kuat untuk melawan daya elastik recoil dari paru-paru dan torak,
termasuk
pula tahanan antara arus udara dengan saluran napas. Kerja dari
otot-otot pernafasan tersebut harus mampu membuat tekanan
intra-alveolar lebih rendah dari tekanan atmosfir. Akibat
perbedaan tekanan ini, maka udara akan masuk ke paru-paru.
Pada inspirasi biasa tekanan ini berkisar antara -1 mmHg sampai
mmHg. Pada inspirasi dalam tekanan intraalveolinya dapat
mencapai -30 mmHg. Alat bantu pernafasan akan diperlukan bila
ada pasien yang otot-otot pernafasannya tidak mampu
menghasilkan tekanan negatif yang adekuat. Pada saat ekspirasi,
udara akan keluar jika tekanan intraalveolar lebih besar dari pada
tekanan atmosfir. Hal ini terjadi saat otot-otot pernapasan kembali
ke posisi rileks. Pada ekspirasi biasa tekanan intraalveoli berkisar
antara +1 mmHg sampai +3 mmHg. Diafragma akan bergerak ke
atas, sehingga akan menekan paru-paru yang menyebabkan
peningkatkan tekanan intraalveoli berkisar antara +1 mmHg
sampai +3 mmHg. Diafragma akan bergerak ke atas, sehingga
akan menekan paruparu yang menyebabkan ,peningkatan
tekanan intraalveolur. Demikian pula dengan otot-otot intracostal,
pada saat bergerak ke posisi rileks, maka sangkar torak akan
turun ke posisi preinspirasi. Hal ini juga menyebabkan penekanan
paru dan peningkatan tekanan intraaveola
4. Etiologi
Beberapa penyebat terjadinya bronchitis yaitu
1. Merokok merupakan satu-satunya penyebab kausal yang
terpenting. Peningkatanresiko mortalitas akibat bronkitis
hampir berbanding lurus dengan jumlah rokok yangdihisap
setiap hari (Rubenstein, et al., 2007).
2. Polusi udara yang terus menerus juga merupakan
predisposisi infeksi rekuren karena polusi memperlambat
aktivitas silia dan fagositosis. Zat-zat kimia yang dapat
jugamenyebabkan bronkitis adalah O2, N2O, hidrokarbon,
aldehid, ozon.
3. Infeksi Eksaserbasi bronchitis disangka paling sering diawali
dengan infeksi virus yang kemudian menyebabkan infeksi
sekunder bakteri. Bakteri yang diisolasi paling banyak
adalah Hemophilus influenza dan streptococcus pneumonie
dan organismelain seperti Mycoplasma pneumonia.
4. Defisiensi alfa-1 antitripsin adalah gangguan resesif yang
terjadi pada sekitar 5% pasien emfisema (dan sekitar 20%
dari kolestasis neonatorum) karena protein alfa-1antitripsin
ini memegang peranan penting dalam mencegah kerusakan
alveoli olehneutrofil elastase (Rubenstein, et al., 2007).
9
5. Terdapat hubungan dengan kelas sosial yang lebih rendah
dan lingkungan industri banyak paparan debu, asap (asam
kuat, amonia, klorin, hidrogen sufilda, sulfurdioksida dan
bromin), gas-gas kimiawi akibat kerja.6
6. Riwayat infeksi saluran napas. Infeksi saluran pernapasan
bagian atas pada penderita bronkitis hampir selalu
menyebabkan infeksi paru bagian bawah, serta
menyebabkankerusakan paru bertambah.
5. Manifestasi Klinis
10
keruh terdiri atas nanah dan jaringan nekrosis dari bronkus yang
rusak (celluler debris ).
2. Dahak, sputum putih/mukoid. Bila ada infeksi, sputum menjadi
purulen atau mukopuruendan kental.
3. Sesak bila timbul infeksi, sesak napas akan bertambah, kadang-
kadang disertai tanda-tanda payah jantung kanan, lama kelamaan
timbul kor pulmonal yang menetap.Pada sebagian besar pasien
( 50 % kasus ) ditemukan keluhan sesak nafas. Timbul dan
beratnya sesak nafas tergantung pada seberapa luasnya
bronchitis kronik yang terjadi danseberapa jauh timbulnya kolap
paru dan destruksi jaringan paru yang terjadi sebagai akibatinfeksi
berulang ( ISPA ), yang biasanya menimbulkan fibrosis paru dan
emfisema yangmenimbulkan sesak nafas. Kadang ditemukan juga
suara mengi ( wheezing ), akibat adanyaobstruksi bronkus.
Wheezing dapat local atau tersebar tergantung pada distribusi
kelainannya
11
6. Patofisiologi
12
pada bagian distal dari paru-paru. Obstruksi ini menyebabkan
penurunan ventilasi alveolus,hipoksia, dan acidosis. Pasien
mengalami kekurangan 02, iaringan dan ratio ventilasi
perfusiabnormal timbul, di mana terjadi penurunan PO2
Kerusakan ventilasi juga dapat meningkatkan nilai PCO,sehingga
pasien terlihat sianosis. Sebagai kompensasi darihipoksemia,
maka terjadi polisitemia (produksi eritrosit berlebihan).
Pada saat penyakit bertambah parah, sering ditemukan
produksi sejumlah sputum yanghitam, biasanya karena infeksi
pulmonari. Selama infeksi, pasien mengalami reduksi padaFEV
dengan peningkatan pada RV dan FRC. Jika masalah tersebut
tidak ditanggulangi,hipoksemia akan timbul yang akhirnya menuiu
penyakit cor pulmonal dan CHF (CongestiveHeart Failure).
7. Pemeriksaan Penunjang
8. Penatalaksanaan
Untuk mengurangi demam dan rasa tidak enak badan, kepada
penderita dewasa bisadiberikan aspirin atau acetaminophen;
kepada anak-anak sebaiknya hanya diberikan acetaminophen.
Dianjurkan untuk beristirahat dan minum banyak cairan.
Antibiotik diberikan kepada penderita yang gejalanya
menunjukkan bahwa penyebabnya adalah infeksi bakteri
(dahaknya berwarna kuning atau hijau dan demamnya tetap tinggi)
dan penderita yang sebelumnya memiliki penyakit paru-paru.
Kepada penderita dewasa diberikan trimetoprim-sulfametoksazol,
tetracyclin atau ampisilin. Erythromycin diberikan walaupun
dicurigai penyebabnya adalah Mycoplasma pneumoniae. Kepada
penderita anak-anak diberikan amoxicillin. Jika penyebabnya virus,
tidak diberikan antibiotik.
13
Jika gejalanya menetap atau berulang atau jika bronkitisnya
sangat berat, maka dilakukan pemeriksaan biakan dari dahak
untuk membantu menentukan apakah perlu dilakukan penggantian
antibiotik.
a. Pengelolaan umum
b. Pengelolaan Khusus
a. Kemotherapi pada bronchitis
Kemotherapi dapat digunakan secara continue untuk
mengontrol infeksi bronkus ( ISPA )untuk pengobatan
aksaserbasi infeksi akut pada bronkus/paru atau kedua-duanya
digunakanKemotherapi menggunakan obat-obat antibiotic
14
terpilih, pemkaian antibiotic antibioticsebaikya harus
berdasarkan hasil uji sensivitas kuman terhadap antibiotic
secara empiric.
Walaupun kemotherapi jelas kegunaannya pada
pengelolaan bronchitis, tidak padasetiap pasien harus diberikan
antibiotic. Antibiotik diberikan jika terdapat aksaserbasi
infekiakut, antibiotic diberikan selama 7-10 hari dengan therapy
tunggal atau dengan beberapaantibiotic, sampai terjadi
konversi warna sputum yang semula berwarna kuning/hijau
menjadimukoid ( putih jernih ). Kemotherapi dengan antibiotic
ini apabila berhasil akan dapatmengurangi gejala batuk, jumlah
sputum dan gejala lainnya terutama pada saat
terjadiaksaserbasi infeksi akut, tetapi keadaan ini hanya
bersifat sementara. Drainase secret dengan bronkoskop.
Cara ini penting dikerjakan terutama pada saat permulaan
perawatan pasien. Keperluannya antara lain:
- Menentukan dari mana asal secret
- Mengidentifikasi lokasi stenosis atau obstruksi bronkus
- Menghilangkan obstruksi bronkus dengan suction drainage
daerah obstruksi.
b. Pengobatan simtomatik
Pengobatan ini diberikan jika timbul simtom yang mungkin
mengganggu atau mebahayakan pasien.
c. Pengobatan obstruksi bronkus
Apabila ditemukan tanda obstruksi bronkus yang diketahui
dari hasil uji faal paru (%FEV 1 <70% ) dapat diberikan obat
bronkodilator.
d. Pengobatan hipoksia.
Pada pasien yang mengalami hipoksia perlu diberikan
oksigen.
e. Pengobatan haemaptoe.
Tindakan yang perlu segera dilakukan adalah upaya
menghentikan perdarahan. Dari berbagai penelitian
pemberian obat-obatan hemostatik dilaporkan hasilnya
memuaskan walau sulitdiketahui mekanisme kerja obat
tersebut untuk menghentikan perdarahan.
f. Pengobatan demam.
Pada pasien yang mengalami eksaserbasi inhalasi akut
sering terdapat demam, lebih-lebihkalau terjadi septikemi.
Pada kasus ini selain diberikan antibiotic perlu juga
diberikan obatantipiretik.
g. Pengobatan pembedahan
Tujuan pembedahan : mengangkat ( reseksi ) segmen/
lobus paru yang terkena.
Indikasi pembedahan : Pasien bronchitis yang yang
terbatas dan resektabel, yang tidak berespon yang
15
tidak beresponterhadap tindakan-tindakan
konservatif yang adekuat. Pasien perlu
dipertimbangkan untukoperasiPasien bronchitis yang
terbatas tetapi sering mengaami infeksi berulang atau
haemaptoe dari daerah tersebut. Pasien dengan
haemaptoe massif seperti ini mutlak perlu tindakan
operasi.
Kontra indikasi Pasien bronchitis dengan COPD,
Pasien bronchitis berat, Pasien bronchitis dengan
koplikasikor pulmonal kronik dekompensasi.
Syarat-ayarat operasi.-
- Kelainan ( bronchitis ) harus terbatas dan
resektabel
- Daerah paru yang terkena telah mengalami
perubahan ireversibel
- Bagian paru yang lain harus masih baik
misalnya tidak ada bronchitis atau
bronchitis kronik.
Cara operasi.
- Operasi elektif : pasien-pasien yang
memenuhi indikasi dan tidak terdaat kontra
indikasi,yang gagal dalam pengobatan
konservatif dipersiapkan secara baik utuk
operasi. Umumnyaoperasi berhasil baik
apabila syarat dan persiapan operasinya
baik.
- Operasi paliatif : ditujukan pada pasien
bronchitis yang mengalami keadaan gawat
darurat paru, misalnya terjadi haemaptoe
masif ( perdarahan arterial ) yang
memenuhi syarat-syaratdan tidak terdapat
kontra indikasi operasi.
Persiapan operasi :
- Pemeriksaan faal paru : pemeriksaan
spirometri,analisis gas darah, pemeriksaan
broncospirometri ( uji fungsi paru regional )
- Scanning dan USG
- Meneliti ada atau tidaknya kontra indikasi
operasi pada pasien
- Memperbaiki keadaan umum pasien.
9. Pencegahan
Bronkitis bukan penyakit musiman. Meski begitu, penyakit ini lebih
sering terjadi saat cuaca dingin. Melansir dari Healthline, lakukan
tips berikut ini untuk mencegah penularan bronkitis, yaitu:
16
a) Hindari kontak dekat dengan orang sakit, terutama jika
sakit bronkitis.
b) Hindari meminjam atau berbagi peralatan dengan
seseorang yang mengidap bronkitis, flu atau sekedar
pilek.
c) Jangan menyentuh jaringan bekas, karena virus yang
menyebabkan bronkitis dapat menyebar melalui lendir.
d) Dapatkan vaksinasi flu setiap tahun.
e) Rutin mencuci tangan dengan sabun dan air hangat.
f) Hindari menyentuh mata, hidung, atau mulut ketika
tangan masih kotor.
Jika sabun dan air tidak tersedia, gunakan pembersih tangan yang
mengandung alkohol (hand sanitizer). Selain melakukan tips-tips di
atas, juga perlu melakukan pencegahan berikut ini:
Jangan merokok.
Jauhi hal-hal yang mungkin dapat mengiritasi saluran napas.
Iritan dapat mencakup debu, jamur, bulu hewan peliharaan,
polusi udara, asap, dan pembersih.
Jika merasa masuk angin, sebaiknya banyak istirahat.
Minumlah obat yang dianjurkan oleh dokter.
Makan makanan yang sehat.
10. Komplikasi
Ada beberapa komplikasi bronchitis yang dapat dijumpai pada
pasien, antara lain:
1) Bronchitis kronik
2) Pneumonia dengan atau tanpa atelektaksis, bronchitis
sering mengalami infeksi berulang biasanya sekunder
terhadap infeksi pada saluran nafas bagian atas. Hal ini
sering terjadi padamereka drainase sputumnya kurang baik.
3) Pleuritis. Komplikasi ini dapat timbul bersama dengan
timbulnya pneumonia. Umumnya pleuritis sicca pada
daerah yang terkena.
4) Efusi pleura atau empisema.
5) Abses metastasis diotak, akibat septikemi oleh kuman
penyebab infeksi supuratif pada bronkus. Sering menjadi
penyebab kematian.
6) Haemaptoe terjadi kerena pecahnya pembuluh darah
cabang vena ( arteri pulmonalis ) ,cabang arteri ( arteri
bronchialis ) atau anastomisis pembuluh darah. Komplikasi
haemaptoehebat dan tidak terkendali merupakan tindakan
beah gawat darurat.
17
7) Sinusitis merupakan bagian dari komplikasi bronchitis pada
saluran nafas
8) Kor pulmonal kronik pada kasus ini bila terjadi anastomisis
cabang-cabang arteri dan vena pulmonalis pada dinding
bronkus akan terjadi arterio-venous shunt, terjadi
gangguanoksigenasi darah, timbul sianosis sentral,
selanjutnya terjadi hipoksemia. Pada keadaan lanjutakan
terjadi hipertensi pulmonal, kor pulmoner kronik,.
Selanjutnya akan terjadi gagal jantung kanan.
9) Kegagalan pernafasan merupakan komlikasi paling akhir
pada bronchitis yang berat da luas .
10)Amiloidosis keadaan ini merupakan perubahan degeneratif,
sebagai komplikasi klasik dan jarang terjadi. Pada pasien
yang mengalami komplikasi ini dapat ditemukan
pembesaran hatidan limpa serta proteinurea.
1. Pengkajian
a. Anamnesis
Keluahan utama pada klien dengan bronkitis meliputi batuk kering dan
Riwayat penyakit saat ini pada klien dengan bronkitis bervariasi tingkat
keparahan dan lamanya. Bermula dari gejala batuk – batuk saja, hingga
penyakit akut dengan manifestasi klinis yang berat.sebagai tanda – tanda
terjadinya toksemia klien dengan bronkitis sering mengeluh malaise, demam,
badan terasa lamah, banyak berkeringat, takikardia, da takipnea. Sebagai
tanda terjadinya iritasi, keluahan yang didapatkan terdiri atas batuk,
ekspektorasi/peningkatan produksi sekret, dan rasa sakit dibawah sternum.
Pentingnya ditanyakan oleh perawat mengenai obat – obat yang telah atau
biasa diminum oleh klien untuk mengurangi keluhannya dan mengkaji
kembali apakah obat – obat tersebut masih relavan untuk dipakai kembali.
d. Pengkajian Psiko-sosial-spiritual
18
Pada pengkajian psikologis klien dengan bronkitis didapatkan klien
sering mengalami kecemasan sesuai dengan keluhan yang dialaminya
dimana adanya keluahan batuk, sesak napas, dan demam merupakan
stresor penting yang menyebabkan klien cemas. Perawat perlu memberikan
dukungan moral dan memfasilitasi pemenuhan informasi dengan tim medis
untuk pemenuhan informasi mengenai prognosis penyakit dari klien. Kaji
pengetahuan klien dan keluarga tentang pengobatan yang diberikan (nama,
cara kerja, frekuensi, efek samping, dan tanda – tanda terjadinya kelebihan
dosis). Pengobatan non Farmakologi seperti olahraga secara teratur serta
mencegah kontak dengan allergen atau iritan (jika diketahui penyebab
alergi), sistem pendukung, kemauan dan ingkat pengetahuan keluarga.
e. Pemeriksaan fisik
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Jika abses terisi penuh dengan cairan pus akibat drainase yang
buruk, maka suara napas melemah, jika bronkus paten dan
drainasenya baik ditambah adanyakonsuldasi disekitar abses, maka
akan terdengar suara napas bronkial dan ronkhi basah.
19
2. Diagnosa Keperawatan
3. Pathway
4. Intervensi Keperawatan
20
Ketidakmampuan diharapkan kondisi suctioning
untuk klien memenuhi 2. Auskultasi
membersihkan kriteria hasil : suara nafas
sekresi atau 1.Mendemonstrasi sebelum dan
obstruksi dari kan batuk efektif sesudah
saluran pernafasan dan suara nafas suctioning.
untuk yang bersih, tidak 3.
mempertahankan ada sianosis dan Informasikan
kebersihan jalan dyspneu (mampu pada klien
nafas. mengeluarkan dan keluarga
sputum, mampu tentang
Batasan bernafas dengan suctioning
Karakteristik : mudah, tidak ada 4. Minta klien
1. Dispneu, pursed lips) nafas dalam
Penurunan suara 2. Menunjukkan sebelum
nafas jalan nafas yang suction
2. Orthopneu paten (klien tidak dilakukan.
3. Cyanosis merasa tercekik, 5. Berikan
4. Kelainan suara irama nafas, O2 dengan
nafas (rales, frekuensi menggunaka
wheezing) pernafasan dalam n nasal
5. Kesulitan rentang normal, untuk
berbicara tidak ada suara memfasilitasi
6. Batuk, tidak nafas abnormal) suksion
efekotif atau tidak 3.Mampu nasotrakeal
ada mengidentifikasika 6. Gunakan
7. Mata melebar n dan mencegah alat yang
8. Produksi sputum factor yang dapat steril sitiap
9. Gelisah menghambat jalan melakukan
10. Perubahan nafas tindakan
frekuensi dan irama 7. Anjurkan
nafas pasien untuk
istirahat dan
Faktor-faktor yang napas dalam
berhubungan: setelah
1. Lingkungan :
21
merokok, menghirup kateter
asap rokok, perokok dikeluarkan
pasif-POK, infeksi dari
2. Fisiologis : nasotrakeal
disfungsi 8. Monitor
neuromuskular, status
hiperplasia dinding oksigen
bronkus, alergi jalan pasien
nafas, asma. 9. Ajarkan
3. Obstruksi jalan keluarga
nafas : spasme jalan bagaimana
nafas, sekresi cara
tertahan, banyaknya melakukan
mukus, adanya jalan suksion
nafas buatan, 10. Hentikan
sekresi bronkus, suksion dan
adanya eksudat di berikan
alveolus, adanya oksigen
benda asing di jalan apabila
nafas. pasien
menunjukka
n bradikardi,
peningkatan
saturasi O2,
dll.
11. Buka
jalan nafas,
guanakan
teknik chin
lift atau jaw
thrust bila
perlu
12.
Posisikan
pasien untuk
22
memaksimal
kan ventilasi
13.
identifikasi
pasien
perlunya
pemasangan
alat jalan
nafas buatan
14. Pasang
mayo bila
perlu
15. Lakukan
fisioterapi
dada jika
perlu
16.
Keluarkan
sekret
dengan
batuk atau
suction
17.
Auskultasi
suara nafas,
catat adanya
suara
tambahan
18. Lakukan
suction pada
mayo
19. Berikan
bronkodilator
bila perlu
20. Berikan
23
pelembab
udara Kassa
basah NaCl
Lembab
21. Atur
intake untuk
cairan
mengoptimal
kan
keseimbang
an.
22. Monitor
respirasi dan
status O2
Setelah dilakukan 1. Membuka
2. Gangguan tindakan jalan nafas,
Pertukaran gas keperawatan guanakan
selama 3x 24 jam teknik chin
Definisi : Kelebihan diharapkan kondisi lift atau jaw
atau kekurangan klien memenuhi thrust bila
dalam oksigenasi kriteria hasil : perlu
dan atau 1.Mendemonstrasi 2. Posisikan
pengeluaran kan peningkatan pasien untuk
karbondioksida di ventilasi dan memaksimal
dalam membran oksigenasi yang kan ventilasi
kapiler alveoli adekuat 3. Identifikasi
2. Memelihara pasien
Batasan kebersihan paru perlunya
karakteristik : paru dan bebas pemasangan
1.Gangguan dari tanda tanda alat jalan
penglihatan distress nafas buatan
2. Penurunan CO2 pernafasan 4. Pasang
3. Takikardi 3. mayo bila
4. Hiperkapnia Mendemonstrasik perlu
5. Keletihan an batuk efektif 5. Lakukan
24
6. somnolen dan suara nafas fisioterapi
7. Iritabilitas yang bersih, tidak dada jika
8. Hypoxia ada sianosis dan perlu
9. kebingungan dyspneu (mampu 6. Keluarkan
10. Dyspnoe mengeluarkan sekret
11. nasal faring sputum, mampu dengan
12. AGD Normal bernafas dengan batuk atau
13. sianosis mudah, tidak ada suction
14. warna kulit pursed lips) 7. Auskultasi
abnormal (pucat, 4. Mengukur suara nafas,
kehitaman) tanda-tanda vital catat adanya
15. Hipoksemia dalam rentang suara
16. hiperkarbia normal tambahan
17. sakit kepala 8. Lakukan
ketika bangun suction pada
18. frekuensi dan mayo
kedalaman nafas 9. Berikan
abnormal bronkodilator
bial perlu
Faktor faktor yang 10. Berikan
berhubungan : pelembab
1.ketidakseimbanga udara
n perfusi ventilasi 11. Atur
2. perubahan intake untuk
membran kapiler- cairan
alveolar mengoptimal
kan
keseimbang
an.
12. Monitor
respirasi dan
status O2
13. Monitor
rata rata,
kedalaman,
25
irama dan
usaha
respirasi
14. Catat
pergerakan
dada,amati
kesimetrisan,
penggunaan
otot
tambahan,
retraksi otot
supraclavicul
ar dan
intercostal
15. Monitor
suara nafas,
seperti
dengkur
16. Monitor
pola nafas :
bradipena,
takipenia,
kussmaul,
hiperventilasi
, cheyne
stokes, biot
17. Catat
lokasi trakea
18. Monitor
kelelahan
otot
diagfragma
(gerakan
paradoksis)
19.
26
Auskultasi
suara nafas,
catat area
penurunan /
tidak adanya
ventilasi dan
suara
tambahan
20. Tentukan
kebutuhan
suction
dengan
mengauskult
asi crakles
dan ronkhi
pada jalan
napas utama
21.
Auskultasi
suara paru
setelah
tindakan
untuk
mengetahui
hasilnya
3. Pola Nafas tidak Setelah dilakukan 1. Buka jalan
efektif tindakan nafas,
keperawatan guanakan
Definisi : Pertukaran selama 3x 24 jam teknik chin
udara inspirasi diharapkan kondisi lift atau jaw
dan/atau ekspirasi klien memenuhi thrust bila
tidak adekuat kriteria hasil : perlu
1.Mendemonstrasi 2. Posisikan
Batasan kan batuk efektif pasien untuk
karakteristik : dan suara nafas memaksimal
1.Penurunan
27
tekanan yang bersih, tidak kan ventilasi
inspirasi/ekspirasi ada sianosis dan 3. Identifikasi
2. Penurunan dyspneu (mampu pasien
pertukaran udara mengeluarkan perlunya
per menit sputum, mampu pemasangan
3.Menggunakan otot bernafas dengan alat jalan
pernafasan mudah, tidak ada nafas buatan
tambahan pursed lips) 4. Pasang
4. Nasal flaring 2. Menunjukkan mayo bila
5. Dyspnea jalan nafas yang perlu
6. Orthopnea paten (klien tidak 5. Lakukan
7. Perubahan merasa tercekik, fisioterapi
penyimpangan dada irama nafas, dada jika
8. Nafas pendek frekuensi perlu
9.Assumption of 3- pernafasan dalam 6. Keluarkan
point position rentang normal, sekret
10. Pernafasan tidak ada suara dengan
pursed-lip nafas abnormal) batuk atau
11.Tahap ekspirasi 3. Tanda Tanda suction
berlangsung sangat vital dalam 7.
lama rentang normal Auskultasi
12. Peningkatan (tekanan darah, suara nafas,
diameter anterior- nadi, pernafasan) catat adanya
posterior suara
13. Pernafasan rata- tambahan
rata/minimal 8. Lakukan
a. Bayi : < 25 atau > suction pada
60 mayo
b. Usia 1-4 : < 20 9.Berikan
atau > 30 bronkodilator
c. Usia 5-14 : < 14 bila perlu
atau > 25 10. Berikan
d. Usia > 14 : < 11 pelembab
atau > 24 udara Kassa
14. Kedalaman basah NaCl
28
pernafasan Lembab
15. Dewasa volume 11. Atur
tidalnya 500 ml saat intake untuk
istirahat cairan
16. Bayi volume mengoptimal
tidalnya 6-8 ml/Kg kan
17. Timing rasio keseimbang
18. Penurunan an.
kapasitas vital 12.Monitor
respirasi dan
Faktor yang status O2
berhubungan : 1. Terapi
1. Hiperventilasi Oksigen
2. Deformitas tulang 2. Bersihkan
3. Kelainan bentuk mulut,
dinding dada hidung dan
4.Penurunan secret trakea
energi/kelelahan 3.
5. Pertahankan
Perusakan/pelemah jalan nafas
an muskulo-skeletal yang paten
6. Obesitas 4. Atur
7. Posisi tubuh peralatan
8. Kelelahan otot oksigenasi
pernafasan 5. Monitor
9. Hipoventilasi aliran
sindrom oksigen
10. Nyeri 6.
11. Kecemasan Pertahankan
12.Disfungsi posisi pasien
Neuromuskuler 7. Onservasi
13.Kerusakan adanya
persepsi/kognitif tanda tanda
14. Perlukaan pada hipoventilasi
jaringan syaraf 8. Monitor
tulang belakang
29
15. Imaturitas adanya
Neurologis kecemasan
pasien
terhadap
oksigenasi
9. Vital sign
Monitoring
10. Monitor
TD, nadi,
suhu, dan
RR
11. Catat
adanya
fluktuasi
tekanan
darah
12. Monitor
VS saat
pasien
berbaring,
duduk, atau
berdiri
13.
Auskultasi
TD pada
kedua
lengan dan
bandingkan
14. Monitor
TD, nadi,
RR,
sebelum,
selama, dan
setelah
aktivitas
30
15. Monitor
kualitas dari
nadi
16.Monitor
frekuensi
dan irama
pernapasan
17. Monitor
suara paru
18. Monitor
pola
pernapasan
abnormal
19. Monitor
suhu, warna,
dan
kelembaban
kulit
20. Monitor
sianosis
perifer
21. Monitor
adanya
cushing triad
(tekanan
nadi yang
melebar,
bradikardi,
peningkatan
sistolik)
22.
Identifikasi
penyebab
dari
perubahan
31
vital sign
6. Implementasi
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah di susun pada tahap perencanaan.
Ukuran intervensi keperawatan yang diberikan kepada klien terkait
dengan dukungan, pengobatan, tindakan untuk memperbaiki
kondisi, pendidikan untuk klien-keluarga, atau tindakan untuk
mencegah masalah kesehatan yang muncul dikemudian hari.
Untuk kesuksesan pelaksanaan implementasi keperawatan
agar sesuai dengan rencana keperawatan, perawat harus
mempunyai kemampuan kognitif (intelektual), kemampuan dalam
hubungan interpersonal, dan keterampilan dalam melakukan
tindakan. Proses pelaksanaan implementasi harus berpusat
kepada kebutuhan klien, faktor-faktor lain yang mempengaruhi
kebutuhan keperawatan, strategi implementasi keperawatan, dan
kegiatan komunikasi.
7. Evaluasi
Menurut (Eryanti, 2019) Evaluasi Keperawatan adalah menilai
respon klien setelah dilakukan intervensi keperawatan dan
32
mengkaji asuhan keperawatan yang telah diberikan Kegiatan
berkelanjutan dilakukan untuk menentukan apakah rencana
keperawatan efektif dan bagaimana rencana keperawatan
dilanjutkan, atau menghentikan rencana merevisi rencana
keperawatan.
Evaluasi keperawatan terhadap pasien bronkitis diantaranya:
1. Pasien tidak mengalami nyeri
2. Gangguan mobilitas fisik teratasi
3. Pasien menunjukkan pengetahuan tentang proses penyakit
33
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Bronkitis kronis sebagai penyakit kronis dapat diperparah dengan
diproduksikannya radikal bebas dalam jumlah berlebih.
Asap rokok adalah faktor penyebab utama bronkitis kronis dan dapat
memperparah patogenesis bronkitis kronis dengan mengaktivasi sel
mononuklear, netrofil dan makrofag dan melalui aktivasi mediator
inflamasi.
Antioksidan NAC dan NAL berpotensi dalam terapi bronkitis kronis
dan mencegah makin memburuknya bronkitis kronis pada pasien.
Manifestasi Klinis
34
1. Batuk
2. Baemaptoe
3. Sesak nafas (dispnue)
4. Demam berulang
5. Kelainan fisik
B. Saran
Kesehatan adalah harta yang penting dalam kehidupan kita,
maka itu selayaknya kita menjaga kesehatan dari kerusakan dan
penyakit. Dasar untuk mencegahnya yaitu mengurangi dari
penggunaan rokok yang merupakan sumber utama masuknya radikal
bebas dalam tubuh. Menghentikan kebiasaan merokok dapat
mengurangi risiko terjadinya bronkitis kronis.
35
DAFTAR PUSTAKA
National Health Sevices UK. Diakses pada 2022 Health Ato Z Bronchitis
Kupang.
36