Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH ANATOMI FISIOLOGI, FISIKA, DAN BIOKIMIA

SISTEM PERNAFASAN

PATOFISIOLOGI, FARMAKOLOGI DAN TERAPI DIET PADA


PASIEN ASMA

Dosen Pengampu :

Ns. Muh Firman Yudhitama, M. KEP

Kelompok 2

Alief Rachma Dian M (221030122381)

Bella Aprillia Yanti (221030122401)

Friska Adinda M.P.A (221030122390)

Nadhira Nur Shadrina (221030122400)

Rifa Hanifah (221030122385)

Sri Octa Pikri (221030122392)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES WIDYA DHARMA HUSADA
Jl. Pajajaran No.1, Pamulang Bar., Kec. Pamulang, Kota Tangerang Selatan, Banten 15417
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penyusun panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah
memberi rahmat dan karunia-Nya kepada penyusun, sehingga penyusun berhasil
menyelesaikan makalah kelompok untuk Mata Kuliah Keperawatan Dewasa dengan
judul ANATOMI, FISIOLOGI, FISIKA, DAN BIOKIMIA ASMA PATOFISIOLOGI,
FARMAKOLOGI DAN TERAPI DIET PADA PASIEN ASMA.

Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu penyusun menerima kritik dan saran yang sifatnya
membangun dari semua pihak, sehingga menjadi pengetahuan yang bermanfaat bagi saya
diamasa yang akan datang. Semoga laporan ini bermanfaat untuk semua pihak dan
pembaca.

Akhir kalimat penyusun mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang


telah berperan serta dalam penyusunan laporan. Semoga Allah SWT memberika imbalan
yang setimpal atas segala bantuan yang telah diberikan.

Tangerang, September 2023

Penyusun

Kelompok 2

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................... iii

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................ 1


B. Rumusan Masalah ........................................................................... 1
C. Tujuan ............................................................................................. 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 2

A. Pengertian Asma ............................................................................. 2


B. Anatomi Fisiologi Sistem Pernafasan ............................................. 2
C. Fisika dalam Pernafasan ................................................................. 5
D. Biokimia dalam Pernafasan ............................................................ 7
E. Patofiologi Asma ......................................................................... ...8
F. Farmakologi Asma ............................................................................ 9
G. Terapi Diet pada Pasien dengan Asma ........................................... 10

BAB III PENUTUP ........................................................................................ 11

A. Kesimpulan ........................................................................................... 11
B. Saran ..................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 12

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Anatomi Sistem Pernafasan .......................................................... 3

Gambar 2.2 Keadaan Bronkus Normal dan Asma............................................ 3

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit asma merupakan masalah kesehatan dunia yang terjangkit di
negara maju dan juga di negara berkembang. Menurut data dari WHO
diperkirakan sebanyak 300 juta orang di dunia terkena penyakit asma. Terdapat
sekitar 250.000 kematian yang disebabkan oleh serangan asma setiap tahunnya,
dengan jumlah terbanyak di negara dengan ekonomi rendahsedang. Prevalensi
asma terus mengalami peningkatan terutama di negaranegara berkembang akibat
perubahan gaya hidup dan peningkatan polusi udara (Ditjen Yankes, 2018). Survei
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2018 mencatat 57,5%
orang terkena penyakit asma di daerah Jawa Barat (RISKESDAS, 2018).

B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana anatomi penyakit Asma
b. Bagaimana fisiologi sistem pernafasan
c. Apa itu fisika dalam pernafasan
d. Apa itu biokimia dalam pernafasan
e. Bagaimana patofisiologi penyakit Asma
f. Bagaimana farmakologi penyakit Asma
g. Bagaimana penerapan terapi diet pada pasien dengan Asma

C. Tujuan
a. Mengetahui anatomi penyakit Asma
b. Mengetahui fisiologi sistem pernafasan
c. Mengetahui fisika dalam pernafasan
d. Mengetahui biokimia sistem pernafasan
e. Mengetahui patofisiologi penyakit Asma
f. Mengetahui farmakologi penyakit Asma
g. Mengetahui penerapan terapi diet pada pasien dengan Asma

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Asma
Asma adalah suatu keadaan dimana saluran nafas mengalami penyempitan
karena hiperaktivitas pada rangsangan tertentu, yang mengakibatkan peradangan,
penyempitan ini bersifat sementara (Wahid & Suprapto, 2013). Asma merupakan
penyakit jalan napas obstruktif intermitten, bersifat reversibel dimana trakea dan
bronchi berespon secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu serta mengalami
peradangan atau inflamasi (Padila, 2013).
Menurut Murphy dan Kelly (2011) Asma merupakan penyakit obstruksi
jalan nafas, yang revelsibel dan kronis, dengan karakteristik adanya mengi. Asma
disebabkan oleh spasma saluran bronkial atau pembengkakan mukosa setelah
terpajam berbagai stimulus. Prevelensi, morbiditas dan martalitas asma meningkat
akibat dari peningkatan polusi udara.
Jadi asma atau reactive air way disease (RAD) adalah penyakit obstruksi
pada jalan napas yang bersifat reversible kronis yang ditandai dengan
bronchopasme dengan karakteristik adanya mengi dimana trakea dan bronchi
berespon secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu serta mengalami peradangan
atau inflamasi.

B. Anatomi Fisiologi Sistem Pernafasan


1. Anatomi

2
Gambar 2.1 Anatomi Sistem Pernafasan

Gambar 2.2 Keadaan Bronkus Normal dan Asma

Menurut Sarwadi & Linangkung (2016) anatomi sistem pernafasan terdiri atas:

1) Rongga Hidung
Rongga hidung berupa dua saluran sempit yang ditopang oleh beberapa
tulang yang didalamnya terdapat selaput lendir dan bulu hidung yang berfungsi
untuk:
a. Menyaring debu maupun kotoran yang akan masuk bersama udara.
b. Menyelaraskan antara suhu udara dengan suhu tubuh.
c. Mengontrol kelembapan udara yang akan masuk ke tubuh.
2) Faring
Faring merupakan tempat persimpangan antara jalan udara dengan
makanan. Faring berada di belakang rongga hidung dan mulut, di dalamnya
terdapat dua katup yaitu katup pangkal tenggorokan (epiglotis) dan katup penutup
rongga hidung (anak tekak). Fungsi anak tekak adalah untuk menutup faring jika
saat menelan makanan. Faring terdiri dari tiga bagian,yaitu : Nasofaring,
Orofaring, dan Laringofaring.
3) Laring (Pangkal Tenggorokan)
Laring berada diantara faring dan trakhea. Laring terdiri dari katup
pangkal tenggorokan (epiglotis), perisai tulang rawan dan gelang-gelang tulang
rawan yang membentuk jakun. Suara manusia dihasilkan oleh pita suara yang
terletak di laring.

3
4) Trakhea
Bentuk batang tenggorokan seperti pipa bergelang-gelang, tulang rawan
yang panjangnya kurang lebih 10 cm, berada di bagian leher dan rongga dada.
Fungsi trakhea sebagai tempat lewatnya udara. Saat berbicara, epiglotis akan turun
menutupi saluran pernafasan dan akan terangkat ketika menelan makanan.
5) Bronkus (Cabang dari Tenggorokan)
Bronkus merupakan cabang dari trakhea yang bercabang menjadi dua,
yaitu bronkus kanan dan bronkus kiri. Bronkus bercabang tiga menuju paru-paru
kanan dan bercabang dua menuju paru-paru kiri. Setiap cabang dari bronkus akan
bercabang lagi membentuk saluran yang lebih kecil yang disebut bronkiolus.
6) Bronkiolus
Cabang dari bronkus yang membentuk saluran kecil disebut
bronkiolus. Cabang-cabang dari bronkiolus akan semakin halus. Cabang-cabang
paling halus dari bronkiolus akan masuk ke gelembung paru-paru atau alveolus.
Fungsi alveolus ialah sebagai tempat oksigen untuk masuk kedalam darah dan
melepaskan air dan karbondioksida dari darah.
7) Alveolus
Saluran yang paling ujung dari alat pernafasan ialah alveolus, yang berupa
gelembung-gelembung udara. Alveolus mempunyai fungsi sebagai tempat
pertukaran gas, yaitu tempat masuknya oksigen ke dalam darah dan mengeluarkan
karbondioksida dan air dari darah. Terdapat sekitar 300 juta alveoli di kedua paru
dengan diameter masing-masing rata-rata 0,2 milimeter.
8) Paru-paru
Paru-paru terletak di rongga dada di bagian atas diafragma. Paru-paru
tersusun oleh dua bagian, yaitu paru-paru kanan (pulmo dekster) yang terdiri dari
tiga gelambir dan paru-paru kiri (pulmo sinister) yang terdiri dari dua gelambir.
Paru-paru berfungsi menjadi tempat terjadinya difusi oksigen ke dalam darah dan
pengeluaran karbondioksida dari darah. Selaput tipis yang berfungsi membungkus
paru-paru disebut pleura. Selaput bagian dalam yang langsung menyelubungi
paru-paru disebut pleura dalam (pleura visceralis). Sedangkan selaput yang
langsung menyelubungi rongga dada yang bersebelahan dengan tulang rusuk
disebut pleura luar (pleura parietalis).

4
1. Fisiologi
Proses pemenuhan oksigen di dalam tubuh terdiri atas tiga tahapan, yaitu :
(Tarwanto, 2010)
a. Ventilasi
Merupakan proses keluar masuknya oksigen dari atmosfer ke dalam
alveoli atau dari alveoli ke atmosfer. Proses ini dipengaruhi oleh beberapa faktor:
1) Semakin tingginya suatu tempat, maka tekanan udaranya semakin rendah.
2) Adanya kondisi jalan nafas yang baik.
3) Adanya kemampuan thoraks dan alveoli pada paru-paru untuk mengembang
disebut dengan compliance.
4) Adanya recoil yaitu kemampuan untuk mengeluarkan CO2 atau kontraksinya
paru-paru.
b. Difusi
Merupakan pertukaran O2 dari alveoli ke kapiler paru-paru dan CO2 dari
kapiler ke alveoli. Proses pertukaran ini dipengaruhi oleh beberapa faktor:
1) Luasnya permukaan paru-paru.
2) Tebal membrane respirasi yang terdiri atas epitel alveoli dan intertisial
Keduanya dapat mempengaruhi proses difusi apabila terjadi penebalan,
perbedaan tekanan dan konsentrasi O2. Hal ini dapat terjadi karena 12 tekanan O2
dalam rongga alveoli lebih tinggi dari pada tekanan O2 dalam darah vena
pulmonalis.
2. Transportasi
Merupakan proses pendistribusian O2 kapiler ke jaringan tubuh dan CO2
jaringan tubuh ke kapiler. Transportasi gas dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor:
3. Curah jantung (cardiac output).
4. Frekuensi denyut nadi.

C. Fisika dalam Pernafasan


Cara kerja pernapasan manusia ternyata bisa kita pelajari menggunakan
ilmu fisika. Dalam ilmu fisika setidaknya ada tiga hukum yang menjelaskan tentang
pernapasan yaitu, Hukum Dalton, Hukum Boyle, dan Hukum Laplace.

5
Berikut adalah hukum-hukum yang menjelaskan pernapasan :
a. Hukum Dalton
Hukum Dalton menyatakan bahwa “ Tekanan parsial suatu komponen
dalam campuran gas adalah tekanan dari komponen itu seandainya sendirian
mengisi seluruh volume gas yang tersedia. “
Maka dari itu, jumlah tekanan suatu campuran gas yang tidak reaktif dan
bersifat ideal, adalah sama dengan jumlah tekanan parsial semua komponen
gas. Misalnya dalam suatu ruangan terdapat udara dengan tekanan 1 atmosfir
(760 mm-Hg). Jika dipindahkan seluruh molekul kecuali O2 maka O2 dalam
udara tersebut 20%, berarti O2 memiliki tekanan 20% x 760 mm-Hg = 152
mm-Hg. Demikian pula N2 = 610 mm Hg (80% dari 760 mm-Hg).
Tekanan parsial uap air dipengaruhi oleh kelembapan. Suatu contoh udara
ruangan mempunyai tekanan parsial 15-20 mm-Hg. Sedangkan di dalam paru-
paru mempunyai tekanan 47 mm-Hg pada temperatur 37°C dengan 100%
kelembapan. Dengan mempergunakan tekanan parsial dari hukum Dalton
dapat dibuat daftar sebagai berikut:

Pada waktu ekspirasi terakhir di dalam paru-paru selalu terdapat 30% volume
udara yang disebut Fungsional Residual Capasity.
b. Hukum Boyle
Hukum Boyle menyatakan bahwa “ Untuk suatu massa gas pada
temperature konstan maka tekanan berbanding terbalik terhadap volumenya.

Sehingga dapat dinyatakan dengan persamaan:
pV = tetap
(T konstan, dan jumlah massa gas m tetap)

6
Apabila terjadi peningkatan volume maka akan diikuti dengan penurunan
tekanan, demikian juga sebaliknya. Untuk mengetahui hubungan tekanan (P)
terhadap volume (V) dapat dilihat pada gambar dibawah ini

Pada saat inspirasi volume paru-paru meningkat, sedangkan tekanan


intrapleura mengalami penurunan. Pada waktu inspirasi jumlah volume udara
dalam paru-paru meningkat sedang pada waktu ekspirasi jumlah volume udara
paru-paru menurun.

c. Hukum Laplace
Hukum Laplace menyatakan bahwa tekanan pada gelembung alveoli
berbanding terbalik terhadap radius dan berbanding lurus terhadap tegangan
permukaan γ

P = tekanan (mm-Hg)
R = jari-jari (cm)
γ = tegangan permukaan (dyne/cm)

D. Biokimia dalam Pernafasan


1. Reaksi hemoglobin dan oksigen
Dinamika reaksi pengikatan O2 oleh hemoglobin menjadikannya sebagai
pembawa O2 yang sangat serasi. Hemoglobin adalah protein yang dibentuk dari
empat sub unit, masing-masing mengandung gugus heme yang melekat pada

7
sebuah rantai polipeptida. Pada seorang dewasa normal, sebagian besar
hemoglobin mengandung dua rantai α dan dua rantai β. Heme adalah kompleks
yang dibentuk dari suatu porfirin dan satu atom besi fero. Masing-masing dari
keempat atom besi dapat mengikat satu molekul O2 secara reversibel. Atom besi
tetap berada dalam bentuk fero, sehingga reaksi pengikatan O2 merupakan suatu
reaksi oksigenasi, bukan reaksi oksidasi. Reaksi pengikatan hemoglobin dengan
O2 lazim ditulis sebagai Hb + O2 ↔ HbO2. Karena setiap molekul hemoglobin
mengandung empat unit Hb, maka dapat dinyatakan sebagai Hb4, dan pada
kenyataannya bereaksi dengan empat molekul O2 membentuk Hb4O8.
Hb4 + O2↔ Hb4O2
Hb4O2 + O2↔ Hb4O4
Hb4O4 + O2↔ Hb4O6
Hb4O6 + O2↔ Hb4O8
Reaksi ini berlangsung cepat, membutuhkan waktu kurang dari 0,01 detik.
Deoksigenasi (reduksi) Hb4O8 juga berlangsung.

2. Kapasitas Paru-paru
Kapasitas Paru-Paru Udara yang keluar masuk paru-paru pada waktu
melakukan pernapasan biasa disebut udara pernapasan (udara tidal). Volume
udara pernapasan pada orang dewasa lebih kurang 500 ml. Volume udara tidal
orang dewasa pada pernapasan biasa kira-kira 500 ml. ketika menarik napas
dalam-dalam maka volume udara yang dapat kita tarik mencapai 1500 ml. Udara
ini dinamakan udara komplementer. Ketika kita menarik napas sekuat-kuatnya,
volume udara yang dapat diembuskan juga sekitar 1500 ml. Udara ini dinamakan
udara suplementer. Meskipun telah mengeluarkan napas sekuat-kuatnya, tetapi
masih ada sisa udara dalam paru- paru yang volumenya kira-kira 1500 mL.
Udara sisa ini dinamakan udara residu. Jadi, Kapasitas paru-paru total =
kapasitas vital + volume residu =4500 ml/wanita dan 5500 ml/pria.

E. Patofisiologi Asma
Patofisiologi dari asma yaitu adanya faktor pencetus seperti debu, asap rokok,
bulu binatang, hawa dingin terpapar pada penderita. Bendabenda tersebut setelah

8
terpapar ternyata tidak dikenali oleh sistem di tubuh penderita sehingga dianggap
sebagai benda asing (antigen). Anggapan itu kemudian memicu dikeluarkannya
antibody yang berperan sebagai respon reaksi hipersensitif seperti neutropil,
basophil, dan immunoglobulin E. masuknya antigen pada tubuh yang memicu reaksi
antigen akan menimbulkan reaksi antigen-antibodi yang membentuk ikatan seperti
key and lock (gembok dan kunci).
Ikatan antigen dan antibody akan merangsang peningkatan pengeluaran
mediator kimiawi seperti histamine, neutrophil chemotactic show acting, epinefrin,
norepinefrin, dan prostagandin. Peningkatan mediator kimia tersebut akan
merangsang peningkatan permiabilitas kapiler, pembengkakan pada mukosa saluran
pernafasan (terutama bronkus). Pembengkakan yang hampir merata pada semua
bagian pada semua bagian bronkus akan menyebabkan penyempitan bronkus
(bronkokontrikis) dan sesak nafas.
Penyempitan bronkus akan menurunkan jumlah oksigen luar yang masuk saat
inspirasi sehingga menurunkan ogsigen yang dari darah. kondisi ini akan berakibat
pada penurunan oksigen jaringan sehingga penderita pucat dan lemah.
Pembengkakan mukosa bronkus juga akan meningkatkan sekres mucus dan
meningkatkan pergerakan sillia pada mukosa. Penderita jadi sering batuk dengan
produksi mucus yang cukup banyak (Harwina Widya Astuti 2010).

F. Farmakologi Asma
1. Bronkodilator: obat yang melebarkan saluran napas. Terbagi menjadi dua
golongan, yaitu:
a) Adrenergik (Adrenalin dan Efedrin), misalnya terbutalin/bricasama.
b) Santin/teofilin (Aminofilin).
2. Kromalin
Bukan bronkhodilator tetapi obat pencegah seranga asma pada penderita
anak. Kromalin biasanya diberikan bersama obat anti asma dan efeknya baru
terlihat setelah satu bulan.
3. Ketolifen
Mempunyai efek pencegahan terhadap asma dan diberikan dalam dosis
dua kali 1mg/hari. Keuntungannya adalah obat diberikan secara oral.

9
4. Kortikosteroid hidrokortison 100-200 mg jika tidak ada respon maka segera
penderita diberi steroid oral.

G. Terapi Diet pada Pasien dengan Asma


a. Terapi diet pada asma fokus pada menjaga pola makan yang sehat dan
menghindari makanan pemicu potensial.
b. Makanan yang mengandung antioksidan seperti vitamin C dan E, serta omega-
3, dapat membantu mengurangi peradangan.
c. Penderita asma harus menghindari makanan yang dapat memicu alergi atau
intoleransi makanan, seperti susu, telur, kacang-kacangan, dan makanan
berpengawet.
d. Minum air yang cukup juga penting, karena dehidrasi dapat
memperburuk gejala asma.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Asma atau reactive air way disease (RAD) adalah penyakit obstruksi pada jalan
napas yang bersifat reversible kronis yang ditandai dengan bronchopasme dengan
karakteristik adanya mengi dimana trakea dan bronchi berespon secara hiperaktif
terhadap stimuli tertentu serta mengalami peradangan atau inflamasi.
Asma merupakan penyakit tidak menular yang sulit disembuhkan secara tuntas,
kesembuhan pasien dari serangan asma tidak menjamin bahwa dalam waktu dekat
pasien akan terbebas dari kekambuhan, apalagi jika pasien berada di lingkungan yang
banyak mengandung asap rokok. Maka penderita akan berhadapan dengan factor-
faktor allergen yang menyebabkan kekambuhan.

B. Saran
a. Saran untuk pasien Asma
Karya Tulis Ilmiah ini dapat dijadikan sebagai bahan literasi untuk
pengobatan alternatif pada penyakit asma dengan terapi farmakologi dan
mengetahui apa yang menjadi penyebab asma.
b. Saran untuk peneliti selanjutnya
Karya tulis ilmiah ini dijadikan bahan referensi untuk penelitian
selanjutnya sehingga para peneliti dapat mempelajari cara pengobatan
farmakologis lainnya.

11
DAFTAR PUSTAKA

Kementerian Kesehatan RI. 2018. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018.
Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian RI.

Padila. (2013). Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha medika.

Sarwadi & Linangkung,E. (2016). Buku Pintar Anatomi Tubuh Manusia.

Jakarta: Dunia Cerdas.

Tarwoto(2010). HubunganPersonal Hygiene dengan kejadian skabies

diPondokPesantrenNual ma’ ruf.

Kudus.Surakata:FakultasKedokteranUniversitasSebelasMaret.Skripsi.

Astuti, Widya Harwina.(2010). Asuhan keperawatan anak dengan gangguan

sistem Pernapasan. Jakarta: TIM

12

Anda mungkin juga menyukai