Disusun oleh :
Kelompok 3
Kelas 1A
TAHUN 2019
i
Kata Pengantar
Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat,
karunia serta kesempatan dan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan praktek teknik radiografi 2 ini dengan judul “LARYNG, FARING,
TRAKEA” dalam waktu yang telah ditentukan.
Penyusunan makalah ini bertujuan sebagai salah satu tugas dalam mata
kuliah Teknik Radiografi 2. Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, Penulismengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun dari pembaca demi tercapainya kesempurnaan makalah ini.
Penulis berharap semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi berbagai
pihak dan perkembangan dunia kesehatan.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
BAB IV PENUTUP 15
KESIMPULAN 15
DAFTAR PUSTAKA 16
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Bronkiektasis merupakan gejala sisa dari infeksi yang tidak diterapi
dengan benar atau tidak mendapatkan terapi sama sekali. Beberapa bakteri dan
virus yang sering menyebabkan bronkiektasisanatara lain:
Mycobacteriumtuberculosis, Mycoplasma pneumonia,
Nontuberculousmycobacteria, virus measles, Pertussis virus, virus Influenza,
virus Herpes simplex, , Adenovirus, Infeksi RSV (RespiratorySyncytial Virus)
yang menyebabkan bronkiektasis pada anak (Emmons, 2014)
Beberapakasusmasuknyabendaasing di dalamtubuhbanyakdijumpai di
rumahsakit. Benda asingbiasanyaterdapatpadasaluran–saluranyang sempit yang
masukmelaluilubangkecil, sepertimulutbiasanya yang
masuktaksengajadengantertelan, hidungkarenabendaterhirupdll.
Denganbanyaknyakasusbendaasingtersebutmakauntukmempermudahmenegakk
andiagnosadibuatlahradiografdaribagiantubuh yang
terdapatbendaasing.Makadenganitupembahasanteknikradiografibendaasingsang
atlahperlu di pelajarioleh radiographer.
1.3 Tujuan
1 untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan masuknya benda asing ke
dalam sistem pernapasan.
2 untuk mengetahui patologi dari sistem pernapasan (faring, laring, dan
trakea).
3 untuk mengetahui jenis teknik pemeriksaan ada faring, laring, trakea.
4 untuk mengetahui kriteria radiograf dari pemeriksaan faring, laring, dan
trakea.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1 Hidung
3
selaput lendir semua sinus yang mempunyai lubang masuk ke dalam rongga
hidung. Rongga hidung mempunyai fungsi sebagai panyaring udara pernapasan
oleh bulu hidung dan menghangatkan udara pernapasan oleh mukosa.
Hidung berfungsi sebagai jalan napas, pengatur udara, pengatur
kelembaban udara (humidifikasi), pengatur suhu, pelindung dan penyaring udara,
indra pencium, dan resonator suara. Fungsi hidung sebagai pelindung dan
penyaring dilakukan oleh vibrissa, lapisan lendir, dan enzim lisozim. Vibrisa
adalah rambut pada vestibulum nasi yang bertugas sebagai penyaring debu dan
kotoran (partikel berukuran besar). Debu-debu kecil dan kotoran (partikel kecil)
yang masih dapat melewati
vibrissa akan melekat pada lapisan lendir dan selanjutnya dikeluarkan oleh
refleks bersin. Jika dalam udara masih terdapat bekteri (partikel sangat kecil),
maka enzim lisozomyang menghancurkannya (Irman Somantri, 2014).
2 Faring(Tekak)
4
dibelakang rongga hidung dan mulut setelah depan ruas tulang leher(Syaifudin,
2017).
Nasofaring adalah bagian faring yang terletak di belakang hidung di atas
palatum yang lembut. Pada dinding posterior terdapat lintasan jaringan limfoid
yang disebut tonsil faringeal, yang biasanya disebut sebagai adenoid. Jaringan
ini kadang-kadang membesar dan menutup faring. Tubulus auditorium terbuka
dari dinding lateral nasofaring dan melalui tabung tersebut udara dibawa
kebagian tengah telinga. Nasofaring dilapisi membran mukosa bersilia yang
merupakan lanjutan membran yang dilapisi bagian hidung. Orofaring terletak di
belakang mulut di bawah palatum lunak, dimana dinding lateralnya saling
berhubungan. Diantara lipatan dinding ini, ada yang disebut arkuspalato-glosum
yang merupakan kumpulan jaringan limfoid yang disebut tonsil palatum(Watson,
2016)
Dalam faring terdapat tuba eustachii yang bermuara pada nasofarings. Tuba
ini berfungsi menyeimbangkan tekanan udara pada kedua sisi membran timpani,
dengan cara menelan pada daerah laringofarings bertemu sistem pernapasan
dan pencernaan. Udara melalui bagian anterior ke dalam larings, dan makanan
lewat posterior ke dalam esofagus melalui epiglotis yang fleksibel (Tambayong,
2014).
5
Laring merupakan saluran udara dan bertindak sebagai pembentukan suara
yang terletak di depan bagian faring sampai ketinggian vertebra servikalis dan
masuk kedalam trakea dibawahnya. Pangkal tenggorokan itu dapat ditutup oleh
sebuah empang tenggorok yang disebut epiglotis, yang terdiri dari tulang-tulang
rawan yang berfungsi pada waktu kita menelan makanan manutupi
laring(Syaifudin, 2017). Laring terdiri atas dua lempeng atau lamina yang
tersambung di garis tengah. Di tepi atas terdapat lekuk berupa V. Tulang rawan
krikoidterletak di bawah tiroid, bentuknya seperti cincin mohor dengan mohor
cincinnya di sebelah belakang (ini adalah tulang rawan satu-satunya yang
berbentuk lingkaran lengkap). Tulang rawan lainnya ialah kedua rawan tiroid
terdapat epiglotis, yang berupa katup tulang rawan dan membantu menutup
laring sewaktu orang menelan, laring dilapisi oleh selaput lendir yang sama
dengan yang di trakea, kecuali pita suara dan bagian epiglotis yang dilapisi
selepitelium berlapis (Pearce, 2015).
Dalam laring terdapat pita suara yang berfungsi dalam pembentukan suara.
Suara dibentuk dari getaran pita suara. Tinggi rendah suara dipengaruhi panjang
dan tebalnya pita suara. Dan hasil akhir suara ditentukan oleh perubahan posisi
bibir, lidah dan platum mole (Tambayong, 2016).
4 Trachea(Batang Tenggorokan)
6
Dindingnya terdiri atas epitel, cincin tulang rawan yang berotot polos dan
jaringan pengikat. Pada tenggorokan ini terdapat bulu getar halus yang berfungsi
sebagai penolak benda asing selain gas (Pearce, 2015). Trakea berjalan dari
laring sampai kira-kira ketinggian vertebra torakalis kelima dan ditempati ini
bercabang dua bronkus. Trakea tersusun atas enam belas sampai dua puluh
lingkaran tangan lengkap berupa cincin tulang rawan yang diikat bersama oleh
jaring fibrosadan
yang melengkapi lingkaran di sebelah belakang trakea, selain itu juga memuat
beberapa jaringan otot. Trakea dilapisi oleh selaput lendir yang terdiri atas
epiteliumbersilia dan sel cangkir. Jurusan silia ini bergerak keatas ke arah laring,
maka dengan gerakan debu dan butir-butir halus lainnya yang terus masuk
bersama dengan pernapasan, dapat dikeluarkan. Tulang rawan yang gunanya
mempertahankan agar trakea tetap terbuka, di sebelah belakangnya tidak
tersambung, yaitu di tempat trakea menempel pada esofagus, yang
memisahkannya dari tulang belakang (Pearce,2015)
B. PATOLOGI
2.1. Laringitis
Radang pada laring. Radang pada laring. Penderita serak atau kehilangan
suara. Penyebabnya antara lain karena infeksi, terlalu banyak merokok, minum
alcohol, atau banyak bicara.
2.2. Faringitis
7
kadang bersamaan dengan pembesaran tonsil.Penderita hendaknya istirahat
dan diberi antibiotik.
2.3.Epliglotitis
8
Gambar 2.4 Citra radiograf retropharyngeal abses (Bontrager,2014)
2.5. Acutelaryngotracheobronkitis
9
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Teknik Radiografi
10
Gambar 3.1 Posisi pasien proyeksi AP (Bontrager,2014)
3) Faktor Eksposi :
2. Proyeksi Lateral
1) PP : Berdiri menyamping pada salah satu sisi yang diperiksa
dekat dengan kaset
2) PO :
a. Mengatur MSP tubuh
sejajar dengan bidang grid
b. Tepi atas kaset setinggi dengan auricle
c. Tekan bahu dan letakkan tangan pada posterior tubuh
d. Pandangan lurus kedepan
11
Gambar 3.2 Posisi pasien proyeksi Lateral (Bontrager,2014)
3) Faktor Eksposi:
CR : Horizontal tegak lurus IP
CP : C6 atau C7, di tengah – tengah antara keunggulan laring
tulang rawan tiroid dan takik jugularis
FFD : 183 cm
FE : 60kV, 10 mAs
3.4. KriteriaRadiograf
Proyeksi AP Faring danLaring
1) Kolimasi meliputi sebagian osoccipitale sampai vertebraecervical
ke-7
2) Semua bagian laring dan faring terlihat jelas
3) Tidak overlap pada laring dengan mandibula
4) Leher tidak rotasi
5) Atur densitas radiografi pada gambaran dari struktur
pharyngolaryngeal
12
Gambar 3.5 Kriteria citra radiograf proyeksi AP (Bontrager,2014)
1. Proyeksi Lateral Faring dan Laring
1) Terlihat softtissue pada structurpharyngelaryngeal
2) Tidak ada superposisi trakea terhadap bahu
3) Tidak terjadi superposisi bahu dengan laring
4) Superimpose bayangan mandibular
5) Gambaran udara pada faring dan laring
13
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
3) Faktor Eksposi :
14
2. Proyeksi Lateral
1) PP : Berdiri menyamping pada salah satu sisi yang diperiksa
dekat dengan kaset
2) PO :
a. Mengatur MSP tubuh
sejajar dengan bidang grid
b. Tepi atas kaset setinggi dengan auricle
c. Tekan bahu dan letakkan tangan pada posterior tubuh
d. Pandangan lurus kedepan
15
Hasil Radiograf
4.2.RADIOGRAF HASIL PEMERIKSAAN FARING LARING AP
16
Gambar 4.2 Hasil Radiograf Faring Laring Lateral
17
BAB V
PENUTUP
KESIMPULAN
1. Pemeriksaan radiografi faring, laring, dan trakea merupakan suatu
pemeriksaan dasar untuk mengetahui anatomi dan fisiologi dari saluran
jalan nafas pada manusia, yaitu : hidung, faring, laring, trakea, bronkus dan
bronkeolus. Biasanya dilakukan untuk memperlihatkan penyebab dari
masalah yang dapat mengganggu proses pernafasan baik itu ringan
ataupun berat.
2. Pemeriksaan radiologi faring, laring, dan trakea terdiri dari empat proyeksi
yaitu AP Faring Laring, Lateral Faring Laring, AP Trakea, dan Lateral
Trakea.
3. Pada hasil radiograf yang telah dibuat, tidak dapat menunjukkan adanya
udara pada faring laring dikarenakan eksposi menggunakan phantom.
18
DAFTAR PUSTAKA
19