Anda di halaman 1dari 23

LAPORANTEKNIK RADIOGRAFI 2

“LARYNG, FARING, TRAKEA”

Disusun oleh :
Kelompok 3
Kelas 1A

1. Windar Budi Prasetyo (P1337430118039)


2. Arief Rachman Effendy (P1337430118033)
3. Novico Bagus Putranto (P1337430118008)
4. Haniifah Mustika R.M (P1337430118042)
5. Alif Nadia Putri Wardani (P1337430118018)
6. Silvia Agustina Widjayanti (P1337430118010)
7. Anisa Puspa Wardani (P1337430118004)
8. Fadlillah Amallia S. (P1337430118029)
9. Rani Sita Pratiwi (P1337430118051)

PRODI DIII TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI

JURUSAN TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SEMARANG

TAHUN 2019

i
Kata Pengantar

Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat, 
karunia serta kesempatan dan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan praktek teknik radiografi 2 ini dengan judul “LARYNG, FARING,
TRAKEA” dalam waktu yang telah ditentukan.

Penyusunan makalah ini bertujuan sebagai salah satu tugas dalam mata
kuliah Teknik Radiografi 2. Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, Penulismengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun dari pembaca demi tercapainya kesempurnaan makalah ini.

Penulis berharap semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi berbagai
pihak dan perkembangan dunia kesehatan.

Semarang, 1 April 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah 2

1.3 Tujuan Masalah 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3

2.1 Anatomi Sistem Pernapasan 3

2.2 Patologi Pada Faring, Laring, Trakea 7

BAB III PELAKSANAAN PRAKTIKUM 10

3.1 Persiapan Pasien 10

3.2 Alat dan Bahan 10

3.3 Teknik Pemeriksaan 10

3.4 Kriteria Radiograf 11

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 13

4.1 Hasil Radiograf Proyeksi AP 13

4.2 Hasil Radiograf Proyeksi Lateral 14

BAB IV PENUTUP 15

KESIMPULAN 15

DAFTAR PUSTAKA 16

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Bernapas merupakan proses vital bagi makhluk hidup. Seluruh makhluk


hidup bernapas untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, termasuk manusia.
Manusia bernapas untuk memenuhi kebutuhan kadar oksigen yang diperlukan
olehtubuhnya. Oksigen tersebut digunakan oleh setiap sel dalam tubuh manusia
untuk melakukan proses metabolisme, sehingga karbondioksida dan air yang
harus dikeluarkan. Pada proses bernafas berlangsung secara bergantian,
pertama manusia menghirup udara untukmemperoleh oksigen disebut dengan
proses inspirasi dan kedua menghembuskan nafas untuk mengeluarkan
karbondioksida dan air disebut dengan proses ekspirasi.
Saluran jalan nafas pada manusia, yaitu : hidung, faring, laring, trakea,
bronkus dan bronkeolus. Proses bernapas terjadi antara sadar dan tidak sadar,
karna dalam bernapas merupakan proses yang otomatis. Pernapasan tersusun
atas organ yang berbeda, tidak menutup kemungkinan organ ini dapat
mengalami masalah yang bisa mengganggu proses pernafasan baik itu ringan
ataupun berat. Gangguan ini akan menyebabkan kesulitan bernapas pada
penderitanya dan dalam jangka waktu yang panjang gangguan ini akan
mempengaruhi metabolisme tubuh si penderitanya. Gangguan pada paru dapat
berupa yang obstruktif ataupun restriktif. Gangguan paru obstruktif biasanya
terjadi pada jalan nafas itu sendiri atau organ paru itu sendiri, dikenal dengan
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK). Sedangkan retriksi gangguannya
berasal dari luar atau dalam paru-paru. Dikenal dengan PenyakitParu Restriksi
(PPR). Masing-masing penyakit ini memiliki karakteristiknya tersendiri. Fisioterapi
sebagai tenaga kesehatan ikut berperan dalam menangani kasus Bronkiektasis,
dengan tujuan untuk mengembalikan fungsi paru dan mengurangi problematika
yang ada (Basuki, 2015).
Bronkiektasis merupakan penyakit pada bronkus dan bronkiolus, penyakit
ini menyebabkan dilatasi permanen pada bronkus dan bronkiolus yang
disebabkan oleh kerusakan otot dan hilangnya elastisitas pada bronkus maupun
bronkiolus. Penyakit diawali oleh adanya infeksi kronik pada cabang-cabang dan
bronkus.Bronkiektasis sering terjadi sesudah seseorang dengan penyakit
pneumonia yang sering kambuh dan berlangsung lama (Sudoyo, dkk.2014).

1
Bronkiektasis merupakan gejala sisa dari infeksi yang tidak diterapi
dengan benar atau tidak mendapatkan terapi sama sekali. Beberapa bakteri dan
virus yang sering menyebabkan bronkiektasisanatara lain:
Mycobacteriumtuberculosis, Mycoplasma pneumonia,
Nontuberculousmycobacteria, virus measles, Pertussis virus, virus Influenza,
virus Herpes simplex, , Adenovirus, Infeksi RSV (RespiratorySyncytial Virus)
yang menyebabkan bronkiektasis pada anak (Emmons, 2014)
Beberapakasusmasuknyabendaasing di dalamtubuhbanyakdijumpai di
rumahsakit. Benda asingbiasanyaterdapatpadasaluran–saluranyang sempit yang
masukmelaluilubangkecil, sepertimulutbiasanya yang
masuktaksengajadengantertelan, hidungkarenabendaterhirupdll.
Denganbanyaknyakasusbendaasingtersebutmakauntukmempermudahmenegakk
andiagnosadibuatlahradiografdaribagiantubuh yang
terdapatbendaasing.Makadenganitupembahasanteknikradiografibendaasingsang
atlahperlu di pelajarioleh radiographer.

1.2 Rumusan Masalah


1 apa yang dimaksud dengan masuknya benda asing ke dalam sistem
pernapasan
2 sebutkan patologi dari sistem pernapasan (faring, laring, dan trakea).
3 jelaskan teknik pemeriksaan faring, laring, trakea.
4 jelaskan kriteria radiograf dari pemeriksaan faring, laring, dan trakea

1.3 Tujuan
1 untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan masuknya benda asing ke
dalam sistem pernapasan.
2 untuk mengetahui patologi dari sistem pernapasan (faring, laring, dan
trakea).
3 untuk mengetahui jenis teknik pemeriksaan ada faring, laring, trakea.
4 untuk mengetahui kriteria radiograf dari pemeriksaan faring, laring, dan
trakea.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Respirasi (Sistem Pernapasan)


Pengertian secara umum dari pernapasan adalah peristiwa menghirup atau
pergerakan udara dari luar yang mengandung oksigen (O2) ke dalam tubuh atau
paru-paru serta menghembuskan udara yang banyak mengandung
karbondioksida (CO2)sebagai sisa dari oksidasi ke luar dari tubuh (Syaifudin,
2017)
Anatomi saluran pernapasan terdiri dari :

1 Hidung

Gambar 1.1 Anatomi Hidung( Netter,2014)


Merupakan tempat masuknya udara, memiliki 2 (dua) lubang (kavum
nasi) dan dipisahkan oleh sekat hidung (septum nasi). Rongga hidung
mempunyai permukaan yang dilapisi jaringan epithelium. Epitheliummengandung
banyak kapiler darah dan sel yang mensekresikanlender. Udara yang masuk
melalui hidung mengalami beberapa perlakuan, seperti diatur kelembapan dan
suhunya dan akan mengalami penyaringan oleh rambut atau bulu-bulu getar
(Syaifudin, 2017).
Dalam Syaifudin, (2017) hidung merupakan saluran pernapasan udara
yang pertama, mempunyai 2 lubang (kavum nasi), dipisahkan oleh sekat hidung
(septum nasi). Rongga hidung ini dilapisi oleh selaput lendir yang sangat kaya
akan pembuluh darah dan bersambung dengan faring dan dengan semua

3
selaput lendir semua sinus yang mempunyai lubang masuk ke dalam rongga
hidung. Rongga hidung mempunyai fungsi sebagai panyaring udara pernapasan
oleh bulu hidung dan menghangatkan udara pernapasan oleh mukosa.
Hidung berfungsi sebagai jalan napas, pengatur udara, pengatur
kelembaban udara (humidifikasi), pengatur suhu, pelindung dan penyaring udara,
indra pencium, dan resonator suara. Fungsi hidung sebagai pelindung dan
penyaring dilakukan oleh vibrissa, lapisan lendir, dan enzim lisozim. Vibrisa
adalah rambut pada vestibulum nasi yang bertugas sebagai penyaring debu dan
kotoran (partikel berukuran besar). Debu-debu kecil dan kotoran (partikel kecil)
yang masih dapat melewati
vibrissa akan melekat pada lapisan lendir dan selanjutnya dikeluarkan oleh
refleks bersin. Jika dalam udara masih terdapat bekteri (partikel sangat kecil),
maka enzim lisozomyang menghancurkannya (Irman Somantri, 2014).

2 Faring(Tekak)

Gambar 1.2 Anatomi Faring (Netter, 2014)

Faring atau tekak merupakan tempat persimpangan antara jalan pernapasan


dan jalan makanan. Faring atau tekak terdapat dibawah dasar tengkorak,

4
dibelakang rongga hidung dan mulut setelah depan ruas tulang leher(Syaifudin,
2017).
Nasofaring adalah bagian faring yang terletak di belakang hidung di atas
palatum yang lembut. Pada dinding posterior terdapat lintasan jaringan limfoid
yang disebut tonsil faringeal, yang biasanya disebut sebagai adenoid. Jaringan
ini kadang-kadang membesar dan menutup faring. Tubulus auditorium terbuka
dari dinding lateral nasofaring dan melalui tabung tersebut udara dibawa
kebagian tengah telinga. Nasofaring dilapisi membran mukosa bersilia yang
merupakan lanjutan membran yang dilapisi bagian hidung. Orofaring terletak di
belakang mulut di bawah palatum lunak, dimana dinding lateralnya saling
berhubungan. Diantara lipatan dinding ini, ada yang disebut arkuspalato-glosum
yang merupakan kumpulan jaringan limfoid yang disebut tonsil palatum(Watson,
2016)
Dalam faring terdapat tuba eustachii yang bermuara pada nasofarings. Tuba
ini berfungsi menyeimbangkan tekanan udara pada kedua sisi membran timpani,
dengan cara menelan pada daerah laringofarings bertemu sistem pernapasan
dan pencernaan. Udara melalui bagian anterior ke dalam larings, dan makanan
lewat posterior ke dalam esofagus melalui epiglotis yang fleksibel (Tambayong,
2014).

3 Laring (Pangkal Tenggorokan)

Gambar 1.3 Anatomi Laring ( Netter,2014)

5
Laring merupakan saluran udara dan bertindak sebagai pembentukan suara
yang terletak di depan bagian faring sampai ketinggian vertebra servikalis dan
masuk kedalam trakea dibawahnya. Pangkal tenggorokan itu dapat ditutup oleh
sebuah empang tenggorok yang disebut epiglotis, yang terdiri dari tulang-tulang
rawan yang berfungsi pada waktu kita menelan makanan manutupi
laring(Syaifudin, 2017). Laring terdiri atas dua lempeng atau lamina yang
tersambung di garis tengah. Di tepi atas terdapat lekuk berupa V. Tulang rawan
krikoidterletak di bawah tiroid, bentuknya seperti cincin mohor dengan mohor
cincinnya di sebelah belakang (ini adalah tulang rawan satu-satunya yang
berbentuk lingkaran lengkap). Tulang rawan lainnya ialah kedua rawan tiroid
terdapat epiglotis, yang berupa katup tulang rawan dan membantu menutup
laring sewaktu orang menelan, laring dilapisi oleh selaput lendir yang sama
dengan yang di trakea, kecuali pita suara dan bagian epiglotis yang dilapisi
selepitelium berlapis (Pearce, 2015).
Dalam laring terdapat pita suara yang berfungsi dalam pembentukan suara.
Suara dibentuk dari getaran pita suara. Tinggi rendah suara dipengaruhi panjang
dan tebalnya pita suara. Dan hasil akhir suara ditentukan oleh perubahan posisi
bibir, lidah dan platum mole (Tambayong, 2016).

4 Trachea(Batang Tenggorokan)

Gambar 1.4 anatomi trakea

6
Dindingnya terdiri atas epitel, cincin tulang rawan yang berotot polos dan
jaringan pengikat. Pada tenggorokan ini terdapat bulu getar halus yang berfungsi
sebagai penolak benda asing selain gas (Pearce, 2015). Trakea berjalan dari
laring sampai kira-kira ketinggian vertebra torakalis kelima dan ditempati ini
bercabang dua bronkus. Trakea tersusun atas enam belas sampai dua puluh
lingkaran tangan lengkap berupa cincin tulang rawan yang diikat bersama oleh
jaring fibrosadan
yang melengkapi lingkaran di sebelah belakang trakea, selain itu juga memuat
beberapa jaringan otot. Trakea dilapisi oleh selaput lendir yang terdiri atas
epiteliumbersilia dan sel cangkir. Jurusan silia ini bergerak keatas ke arah laring,
maka dengan gerakan debu dan butir-butir halus lainnya yang terus masuk
bersama dengan pernapasan, dapat dikeluarkan. Tulang rawan yang gunanya
mempertahankan agar trakea tetap terbuka, di sebelah belakangnya tidak
tersambung, yaitu di tempat trakea menempel pada esofagus, yang
memisahkannya dari tulang belakang (Pearce,2015)

B. PATOLOGI

2.1. Laringitis

Radang pada laring. Radang pada laring. Penderita serak atau kehilangan
suara. Penyebabnya antara lain karena infeksi, terlalu banyak merokok, minum
alcohol, atau banyak bicara.

Gambar 2.1 Patologi laringitis dan CT-Scan laringitis

2.2. Faringitis

Radang pada faring akibat infeksi oleh bakteri Streptococcus. Tenggorokan


sakit dan tampak berwarna merah, rasa haus dan kering pada tenggorokan,

7
kadang bersamaan dengan pembesaran tonsil.Penderita hendaknya istirahat
dan diberi antibiotik.

Gambar 2.2 citra radiograf faringitis


(Bontrager, 2014)

2.3.Epliglotitis

Epligotitis adalah suatu infeksi epiglottis, yang bisa menyebabkan


penyumbatan saluran pernafasan.

Gambar 2.3Citra radiograf epligotitis (Bontrager,2014)

2.4. Retropharyngeal Abses

Retropharyngeal abses adalah infeksi tenggorokan seperti radang


tenggorokan dan tonsil yang disebabkan oleh serangan bakteri pada jaringan
tenggorokan, sehingga dapat mengganggu jalannya system pernafasan.

8
Gambar 2.4 Citra radiograf retropharyngeal abses (Bontrager,2014)

2.5. Acutelaryngotracheobronkitis

Acutelaryngotracheobronkitis adalah inflamasi yang menginfeksi laring,


trakea, dan bronkus. Infeksi ini ditandai dengan adanya kumulanmuskus yang
dapat menyumbat jalannya pernafasan.

Gambar 2.5Citra radiograf acutelaryngotracheobronkitis


(Bontrager,2014)

9
BAB III

PELAKSANAAN PRAKTIKUM

Teknik Radiografi

3.1. Persiapan Pasien

1. Meminta kepada pasien untuk melepaskan aksesoris di sekitar daerah


pemeriksaan seperti anting-anting, kalung, jepit rambut, dll.
2. Menjelaskan prosedur pemeriksaan.
3. Mensimulasikan penggunaan alat proteksi radiasi.
4. Mengkonfirmasikan apakah sudah paham tentang penggunaan alat
proteksi radiasi.
5. Membantu memakaikan alat proteksi radiasi

3.2. Alat dan Bahan


1. Pesawat Sinar-X
2. Computed Radiography
3. IP ukuran 24x30 cm
4. Gonad shield
5. Softbag
6. Marker
7. Grid/ bucky

3.3. Teknik Pemeriksaan


1. Proyeksi AP
1) PP : Erect didepan meja pemeriksaan
2) PO:
a) Tempatkan MSP tubuh pada pertengahan garis grid/kaset
b) Angkat dagu sehingga garis acanthiomeatal line tegak lurus
dengan IR
c) Atur kedua bahu simetris
d) Sesuaikan tinggi IR untuk menempatkan bagian atas IR
sekitar 1 atau 1,5 inchi (3 – 4 cm) dibawah MAE
e) Kepala hiperekstensi (ditengadahkan) dan pandangan lurus
ke depan.

10
Gambar 3.1 Posisi pasien proyeksi AP (Bontrager,2014)

3) Faktor Eksposi :

CR : Horizontal tegak lurus terhadap IP


CP : T1 atau T2, sekitar 1 inchi (2,5 cm diatas takik
jugularis
FFD : 102 cm
FE : 57 kV, 10 mAs

2. Proyeksi Lateral
1) PP : Berdiri menyamping pada salah satu sisi yang diperiksa
dekat dengan kaset
2) PO :
a. Mengatur MSP tubuh
sejajar dengan bidang grid
b. Tepi atas kaset setinggi dengan auricle
c. Tekan bahu dan letakkan tangan pada posterior tubuh
d. Pandangan lurus kedepan

11
Gambar 3.2 Posisi pasien proyeksi Lateral (Bontrager,2014)
3) Faktor Eksposi:
CR : Horizontal tegak lurus IP
CP : C6 atau C7, di tengah – tengah antara keunggulan laring
tulang rawan tiroid dan takik jugularis
FFD : 183 cm
FE : 60kV, 10 mAs

3.4. KriteriaRadiograf
Proyeksi AP Faring danLaring
1) Kolimasi meliputi sebagian osoccipitale sampai vertebraecervical
ke-7
2) Semua bagian laring dan faring terlihat jelas
3) Tidak overlap pada laring dengan mandibula
4) Leher tidak rotasi
5) Atur densitas radiografi pada gambaran dari struktur
pharyngolaryngeal

12
Gambar 3.5 Kriteria citra radiograf proyeksi AP (Bontrager,2014)
1. Proyeksi Lateral Faring dan Laring
1) Terlihat softtissue pada structurpharyngelaryngeal
2) Tidak ada superposisi trakea terhadap bahu
3) Tidak terjadi superposisi bahu dengan laring
4) Superimpose bayangan mandibular
5) Gambaran udara pada faring dan laring

Gambar 3.6 Kriteria citra radiograf proyeksi lateral (Bontrager,2014)

13
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Teknik Pemeriksaan AP dan Lateral Faring,Laring, Trakea


1. Proyeksi AP
1) PP : Erect didepan meja pemeriksaan
2) PO:

Tempatkan MSP tubuh pada pertengahan garis grid/kaset

a) Angkat dagu sehingga garis acanthiomeatal line tegak lurus


dengan IR
b) Atur kedua bahu simetris
c) Sesuaikan tinggi IR untuk menempatkan bagian atas IR
sekitar 1 atau 1,5 inchi (3 – 4 cm) dibawah MAE
d) Kepala hiperekstensi (ditengadahkan) dan pandangan lurus
ke depan.

Gambar 4.1 proyeksi AP laring,faring, trakea

3) Faktor Eksposi :

CR : Horizontal tegak lurus terhadap IP


CP : T1 atau T2, sekitar 1 inchi (2,5 cm diatas takik
jugularis
FFD : 102 cm
FE : 57 kV, 10 mAs

14
2. Proyeksi Lateral
1) PP : Berdiri menyamping pada salah satu sisi yang diperiksa
dekat dengan kaset
2) PO :
a. Mengatur MSP tubuh
sejajar dengan bidang grid
b. Tepi atas kaset setinggi dengan auricle
c. Tekan bahu dan letakkan tangan pada posterior tubuh
d. Pandangan lurus kedepan

Gambar 4.2 proyeksi Lateral laring,faring,trakea


3) Faktor Eksposi:

CR : Horizontal tegak lurus IP


CP : C6 atau C7, di tengah – tengah antara keunggulan laring
tulang rawan tiroid dan takik jugularis
FFD : 183 cm
FE : 60kV, 10 mAs

15
Hasil Radiograf
4.2.RADIOGRAF HASIL PEMERIKSAAN FARING LARING AP

Gambar 4.1 Hasil Radiograf Faring Laring AP


Kriteria Radiograf yang Terdapat Pada Hasil Radiograf Faring Laring AP yang
Kami buat adalah :

Proyeksi AP Faring danLaring


1) Kolimasi meliputi sebagian osoccipitale sampai vertebraecervical
ke-7
2) Semua bagian laring dan faring terlihat jelas
3) Tidak overlap pada laring dengan mandibula
4) Leher tidak rotasi
5) Kontras dan Densitas pada Gambar Radiograf Sudah sangat baik.

4.2. RADIOGRAF HASIL PEMERIKSAAN FARING LARING LATERAL

16
Gambar 4.2 Hasil Radiograf Faring Laring Lateral

4.2 Hasil Radiograf Faring Laring Lateral


Kriteria Radiograf Pada Hasil Radiograf Faring Laring Lateral yang kami
buat adalah :
Proyeksi Lateral Faring dan Laring
1.) Terlihat softtissue pada structurpharyngelaryngeal
2.) Tidak ada superposisi trakea terhadap bahu
3.) Tidak terjadi superposisi bahu dengan laring
4.) Superimpose bayangan mandibular
5.) Gambaran tidak bisa menunjukkan adanya udara pada laring dan
faring karena pemeriksaan menggunakan phantom
6.) Kontras dan densitas pada gambaran radiograf sudah sangat baik.

17
BAB V

PENUTUP
KESIMPULAN
1. Pemeriksaan radiografi faring, laring, dan trakea merupakan suatu
pemeriksaan dasar untuk mengetahui anatomi dan fisiologi dari saluran
jalan nafas pada manusia, yaitu : hidung, faring, laring, trakea, bronkus dan
bronkeolus. Biasanya dilakukan untuk memperlihatkan penyebab dari
masalah yang dapat mengganggu proses pernafasan baik itu ringan
ataupun berat.
2. Pemeriksaan radiologi faring, laring, dan trakea terdiri dari empat proyeksi
yaitu AP Faring Laring, Lateral Faring Laring, AP Trakea, dan Lateral
Trakea.
3. Pada hasil radiograf yang telah dibuat, tidak dapat menunjukkan adanya
udara pada faring laring dikarenakan eksposi menggunakan phantom.

18
DAFTAR PUSTAKA

1 Charles, Sloane, Holmes, Ken, Anderson, Craig, &Whitley Stewart,2010,


A Clark’sPositioning in Radiography 12th Edition, Hachette UK Company,
London.
2 W Balinger, Philip & D Frank, Eugene, Merrill’s Atlas
ofRadiographicPositions&RadiologicProcedures Volume. 2, TenthEdition,
The Ohio State University, Columbia
3 Bontrager, L Kenneth & P Lampignano,
John,TextbookofRadiographicPositioningandRelatedAnatomy,
EightEdition, ELSEVIER, Missouri
4 Atlas OfNetter

19

Anda mungkin juga menyukai