Teknik Dasar Nekropsi Hewan Dosen Praktikum : drh. Vetnizah Juniantito, Ph.D
drh. Evy
drh. Heryudianto
Vibowo, MsI
Secara makro anatomi, sistem respirasi dapat dibedakan menjadi 2 (dua) bagian
yaitu: pars konduktoria (saluran respirasi) dan pars respiratorius (alveolus). Pars
konduktoria tersusun atas: hidung → rongga hidung → pharynx → larynx → trachea →
bronchus → bronchiolus. Pars konduktoria berfungsi sebagai saluran udara respirasi dari
atmosfer ke dalam alveoli. Epitel respirasi tersusun atas epitel kolumner (toraks)
bertingkat bersilia, dan diantaranya banyak terdapat sel goblet.
1.2 Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui anatomi sistem respirasi pada babi
serta mengetahui kelainan-kelainan pada sistem respirasi babi.
2. METODOLOGI
2.2 Metode
Metode yang digunakan pada praktikum ini yaitu studi literatur dengan internet
dan jurnal.
Trakea Setelah melewati faring, udara akan masuk ke batang trakea yang terletak
di depan esofagus yang tersusun atas cicin kartilago. Trakea dilengkapi dengan silia dan
selaput lendir yang akan mencegah udara kotor yang lolos dari saringan atau proses
pembersihan udara di hidung masuk ke paru-paru.
Bronkus Bronkus merupakan percabangan dari trakea yang terletak di depan dada
dan bronkus masih tersusun oleh tulang rawan namun jumlahnya lebih sedikit
dibandingan dengan faring. Bronkus bercabang menjadi dua yaitu bronkus kanan dan kiri
paru-paru dn masing- masing cabang bronkus bercabang lagi menjadi bronkiolus.
Pada saat babi menghirup udara (inspirasi), udara pertama-tama masuk ke hidung
dan terjadi proses penyaringan udara dari kotoran dan bakteri, setelah itu udara akan
melewati faring dan menuju trakea. Udara akan masuk ke paru-paru karena tekanan di
dalam paru-paru lebih rendah dibandingkan dengan tekanan di luar, disebabkan otot
interkostalis eksternal (otot antartulang rusuk) berkontraksi menyebabkan tulang rusuk
terangkat serta kontraksi diafragma yang menyebabkan diafragma mendatar sehinggah
rongga dada membesar dan udara langsung masuk ke paru-paru hingga tekanan sama.
Sebelum masuk ke paru- paru. Pada trakea terdapat silia yang akan akan membersihkan
udara kotor yang lolos dari penaringan di hidung. Kepekaan silia terhadap iritasi atau
kotoran pada udara membangkitkan implus saraf yang dihantarkan oleh saraf vagus ke
pusat pernapasan di batang otak sehinggah menyebabkan batuk. Percabangan trakea atau
bronkus akan menyalurkan udara masuk ke dalam paru-paru. Di dalam paru- paru
bronkus berkembang menjadi bronkiolus, bronkuolus terminal, bronkiolus respiratori,
duktus alveolus dan akhirnya akan menjadi alveoli. Pertukaran gas terjadi di membran
respiratorik yang disusun oleh dinding alveolar dan dinding kapiler yang saling
bergabung. Pengeluaran karbon dioksida (ekspirasi) terjadi karena rongga dada mengecil
akibat otot diafragma berelaksasi sehingga posisi diafragma mengembang dan juga akibat
dari otot antartulang rusuk bereleksasi sehingga tulang rusuk turun kembali. Rongga dada
yang mengecil menyebabkan tekanan udara di dalam paru-paru lebih besar dari pada di
luar tubuh sehingga udara yang kaya karbondioksida terdorong keluar tubuh.
Pada babi terdapat banyak sekali penyakit yang menyerang saruran pernapasan.
Diantaranya mycoplasma pneumonia dan athropic rhinitis. Pada awalnya pneumonia
pada babi dikenal sebagai enzootic pneumonia diduga disebabkan oleh virus. Tetapi
pada tahun 1965 kuman penyebab enzootic pneumonia tersebut diidentiikasi sebagai
Mycoplarma hyopneumoniae. Dengan mikroskopelektron mikoplasmatersebut tampak
berada di dalam epitel bronkhiolus dan bronkhus. Kerusakan pada epitel akan
mempermudah infektor sekunder seperti Pasteurella multocida, Actinobacillus
(Haemophilus) pneumoniae don Bordetella bronchiseptica masuk ke jaringan paru-paru
yang lebih dalam.
Severe pneumonia in SEW pigs that were coinfected with PCV2 and M. hyo.
Photo credit: Iowa State University (Alex Ramirez).
http://www.pigprogress.net/Health/Health-Tool/diseases/Enzootic-Pneumonia-
EP/
Babi ini mengalami destruksi total pada tulang turbinatum hidung setelah infeksi
alami oleh kuman tipe D toksigenik P.multocida (Sumber : Departemen Patologi,
Universitas Guelph) (Sumber : http://www.merckvetmanual.com/mvm/htm/bc/resrp
01.htm)
Bailao AM, Parente JA, Pereira M & Maria C. 2007. Kinases of two strains of
mycoplasma hyopneumoniae and strain of mycoplasma synoviae. Copyright by the
Brazilian Society of Genetics : Brazil. Jurnal Genetic and Molecular Biology. 30(1).
Hal. 219-224.
Melintira I, Yunus F, Wiyono WH. 2003. Peranan Infeksi Chlamydia pneumoniae dan
Mycoplasma pneumonia terhadap Eksaserbasi Asma. Universitas Indonesia :
Jakarta. Cermin Dunia kedokteran No 141.