Anda di halaman 1dari 4

Nama : Titi Humairah Bahtiar

NIM : 2009511073

Kelas :B

HOST, PARASITS DAN PATOGEN

Inang, dalam biologi, adalah organisme yang menampung virus, parasit, partner mutualisme,
atau partner komensalisme, umumnya dengan menyediakan makanan dan tempat berlindung. Parasit
adalah organisme yang hidup pada atau di dalam makhluk hidup lain dengan menyerap nutrisi, tanpa
memberi bantuan atau manfaat lain padanya. Patogen adalah agen biologis yang menyebabkan penyakit
pada inangnya. Sebutan lain dari patogen adalah mikroorganisme parasit. Umumnya istilah ini
diberikan untuk agen yang mengacaukan fisiologi normal hewan atau tumbuhan multiselular. Parasit
dan patogen berpengaruh besar terhadap kesehatan dan produksi ternak di seluruh dunia.

Penyakit prion disebabkan oleh prion, yaitu partikel protein yang bersifat infeksius.
Infeksi prion membuat otak sapi berlubang seperti spons sehingga kondisinya disebut
spongiform. Sapi yang menderita BSE akan mengalami penurunan kondisi secara progresif. Ada
sekelompok penyakit yang disebut spongioform encephalopathies, yang merupakan penyakit
neurologis fatal yang telah diketahui selama beberapa tahun pada domba dan kambingpenyebab
penyakit tersebut adalah suatu bentuk termodifikasi dari protein yang disandi oleh gen di dalam inang.
Gen inang tersebut dinamakan gen protein prion (PrP), yang adalah bagian normal dari genom mamalia
dan ayam. penyakit prion menjadi issue kesehatan publik internasional ketika sapi di Inggris
memunculkan penyakit baru yang disebut bovine spongioform encephalopathy (BSE atau penyakit sapi
gila). Diduga penyebab penyakit baru ini adalah pindahnya agen scrapie dari domba ke sapi, melalui
pemberian pakan kotoran domba kepada sapi. Kejadian BSE telah memberikan dorongan baru untuk
penelitian penyakit prion, seperti juga untuk penemuan baru tentang penyakit serupa pada kucing dan
pada berbagai ternak non-domestik di penangkaran seperti pada Greater Kudu, cheetah, dan puma.
Aspek sangat penting lainnya dari penyakit prion adalah tantangan bahwa mereka bersikap ke lembaga
karantina di negara-negara yang bebas penyakit tersebut seperti Australia dan Selandia Baru.

African trypanosomiasis adalah penyaki ternak terpenting dari semua penyakit ternak di Afrika.
Penyakit ini membunuh ribuan ternak setiap tahunnya, dan menurunkan produksi ratusan ribu sapi lain
yang menderita infeksi kronis. Ini disebabkan oleh berbagai spesies protozoa yang disebut tripanosoma
yang terutama ditularkan melalui lalat tsetse. Ciri paling menarik dari infeksi tripanosoma adalah bahwa
infeksi ini ditandai oleh fluktuasi jumlah tripanosoma pada inang yang terinfeksi, yang berkisar antara
nol sampai kira-kira 1.500/ml darah. Alasan fluktuasi tersebut merupakan suatu fenomena yang disebut
variasi antigen, yaitu terjadinya sekuens varian antigen yang berbeda yang semuanya timbul dari
populasi pathogen tunggal yang awalnya memasuki inang. Saat populasi tripanosoma memasuki inang,
seluruh anggota populasi tersebut menunjukkan antigen dasar, yang merupakan satu diantara tipe
antigen yang seringkali terjadi. Inang tersebut meningkatkan respon imun kuat, yang menghasilkan
antibodi yang diarahkan untuk melawan antigen dasar ini. Akibatnya, sebagian besar tripanosoma yang
memasuki inang tersebut dihancurkan. Genom tripanosoma mengandung lebih dari 100 gen yang
masingmasing menyandi jenis antigen berbeda. Ada tiga aspek lain dari variasi antigen yang perlu
disebutkan. Yang pertama adalah bahwa variasi antigen terjadi bahkan walaupun tidak ada antibodi,
Hal kedua adalah bahwa jika tripanosoma dihilangkan dari inang dan ditumbuh-kembangkan melalui
lalat tse tse, Terakhir, jelas bahwa implikasi praktis dari variasi antigen adalah bahwa sangat sulit untuk
menghasilkan vaksin yang akan efektif melawan sejumlah besar antigen yang berbeda, yang dihadapi
setiap inang.

Interaksi yang membentuk hubungan inang- parasit adalah kompleks. Ketika suatu parasit
mencoba untuk menyebabkan infeksi, inang merespon dengan menggerakkan suatu kesatuan tempur
dari mekanisme pertahanan. Kemampuan mencegah penyakit yang akan memasuki mekanisme
pertahanan disebut resistensi (kekebalan). Tidak ada kekurangan contoh tentang variasi genetik pada
inang untuk resistensi terhadap patogen atau parasit. Malahan, jenis variasi ini ada pada sebagian besar,
jika tidak semua, populasi inang, dalam kaitannya dengan sebagian besar, jika tidak semua, parasit dan
patogen yang telah diselidiki.

Penyakit Marek pada ayam adalah penyakit neoplastik dimana terjadinya pertumbuhan dari sel-
sel tumor disebabkan oleh virus DNA. Ketika populasi galur ayam kontrol yang diternakkan secara
acak diseleksi untuk sifat resistensi terhadap penyakit Marek, kematian akibat penyakit ini menurun
secara dramatis dari sekitar 50% ke kurang dari 10% hanya dalam empat generasi.

Blowfly domba Australia, Lucilia cuprina, adalah penyebab utama hilangnya pendapatan
industri wul di Australia, melalui kerusakan yang dilakukan oleh larva terhadap domba hidup, dan
berakibat hilangnya produksi wul dan kematian domba. Penggunaan insektisida segera menimbulkan
respon yang dapat diduga pada blowfly. Sekarang telah diketahui bahwa blowflies menjadi resisten
pada setiap bahan kimia karena seleksi alam yang sangat kuat memilih alel untuk resistensi pada satu
atau lebih lokus pada blowfly. Mengubah dari satu insektisida ke lain insektisida dalam kelompok
senyawa kimia yang sama menghasilkan perubahan sangat sedikit jika efek bahan kimia, dan juga
mekanisme kekebalan, adalah sama pada setiap kasus. Dengan menggunakan teknik pemetaan gen
standar, peneliti telah menentukan lokasi lokus resistensi pada genom blowfly.

Para peneliti telah menunjukkan bahwa dalam beberapa kasus, resistensi disebabkan oleh alel
tertentu dengan efek cukup besar pada lokus tunggal. Misalnya, sebagian besar variasi resistensi
terhadap levamisole pada Trichostrongylus colubriformis disebabkan oleh alel resesif terpaut jenis
kelamin.

Dalam tahun-tahun setelah penggunaan penicillin secara luas, banyak galur bakteri resisten
telah diiolasi. Antibiotik lain diperkenalkan, tapi galur baru yang resisten segera muncul. Ada tiga
metode yang digunakan bakteri untuk mentransfer gen-gen secara horizontal. Ketiga metode itu adalah
transformasi (pelepasan DNA dari satu sel, dan direspon oleh sel lain), transduksi (transfer DNA dari
satu sel ke sel lainnya oleh bakteriofag), dan konjugasi (transfer DNA dari satu sel ke sel lainnya,
mengikuti penggabungan—perkawinan--dari dua sel). Transfer resistensi secara horizontal muncul
karena ada sejumlah besar bakteri dalam linkungan eksternal dan internal manusia maupun ternak.
Penggunaan antibiotik membuat lingkungan sesuai untuk hidupnya galur yang memiliki faktor R.

Ada dua jenis lalat screw worm: lalat Dunia lama (Chrysomya bezziana) dan lalat Dunia Baru
(Cochliomyia hominivorax). Keduanya parasit pada hewan berdarah panas. Kerugian yang mereka
sebabkan muncul dari kegemarannya berada di luka yang terbuka pada fase larva. Kombinasi antara
SIRM dan pengobatan sapi menghasilkan pembasmian lalat screw-worm dari bagian Tenggara USA
pada tahun 1959, hanya dua tahun setelah program SIRM dimulai. Meskipun dipertimbangkan sebagai
suatu bentuk kontrol genetik, SIRM itu sendiri tidak terkait dengan genetik.

SIRM konvensional meliputi pemeliharaan insekta di laboratorium sampai tahap dewasa


(termasuk iradiasi pada tahap pupa), dan pelepasan insekta dewasa dari pesawat atau kendaraan lain.

Pada prinsipnya, teknik yang dijelaskan di atas untuk kontrol biologi pada serangga bisa juga
diaplikasi pada cacing. Di masa mendatang, peternak harus memberantas cacing setuntas mungkin,
melalui drenching.

Bakteri memiliki cara efektif memindahkan gen penyandi resistensi terhadap antibiotik secara
horizontal dan secara vertikal, dan penggunaan terus-menerus antibiotic secara luas menyebabkan
peningkatan yang mengkhawatirkan pada bakteri resisten.

Sebagian besar pathogen dan parasit pada sebagian besar ternak domestik. Cara terbaik untuk
memanfaatkan variasi tersebut adalah melakukan seleksi untuk resistensi yang meningkat. Ada
sejumlah contoh strategi yang sukses. Namun demikian, ada keterbatasan utama dengan pendekatan ini,
yaitu bahwa seluruh populasi secara sengaja diekspose ke pathogen dan parasit. Dalam beberapa kasus,
misalnya parasit internal, ini sering terjadi meskipun manusia berupaya maksimal untuk mencegahnya,
dimana seleksi untuk resistensi terjadi secara alami.

Tantangan besar saat ini adalah mencari penciri DNA untuk resistensi, yaitu polimorfisme
DNA yang mudah dideteksi yang terpaut erat ke, atau bagian dari, gen yang berkontribusi pada variasi
genetik untuk resistensi. Tapi ada banyak gen lain yang terlibat dalam penentuan resistensi terhadap
pathogen dan parasit. Tantangannya adalah mengidentifikasi gen-gen tersebut, dan kemudian
menentukan cara terbaik bagaimana menggunakannya.

Anda mungkin juga menyukai