SEDIAAN AEROSOL
OLEH:
NAMA : ANISA
KELAS : A-2017
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY
MAKASSAR
2019
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-
Nya terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah Biofarmasetika yang berjudul Biofarmasi Sediaan
Aerosol ini. Kemudian shalawat beserta salam kita sampaikan kepada Nabi besar
kita Muhammad SAW yang telah memberikan pedoman hidup yakni Al-qur’an
dan sunnah untuk keselamatan umat di dunia. Terima kasih kepada Dosen yang
telah membantu memberikan arahan dan petunjuk untuk pembuatan makalah ini.
Makalah ini dibuat dalam rangka memperdalam pemahaman tentang
biofarmasi obat khususnya sediaan aerosol
Akhirnya penulis menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan-
kekurangan dalam penulisan makalah ini, maka dari itu penulis mengharapkan
kritik dan saran yang konstruktif dari para pembaca demi kesempurnaan makalah
ini.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan masalah
C. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A. Anatomi Fisiologi Organ Pencernaan
B. Proses Biofarmasetika Liberasi, Absorbsi, Distribusi, Metabolisme Dan
Ekskresi Sediaan Aerosol
C. Komponen Karakteristik Cairan Melalui Rute Pemberian Aerosol
D. Faktor Yang Mempengaruhi Liberasi, Distribusi Dan Absorbsi Obat
Sediaan Aerosol
E. Evaluasi Biofarmasetik Dalam Sediaan Obat Melalui Rute Pemberian
Organ Pernapasan
BAB III PENUTUP
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem penghantaran melalui paru-paru (pulmonary drug delievery
system) merupakan salah satu alternatif penghantara obat yang bermasalah jika
melalui rute lain. Sistem penghantaran ini dinilai dapat menghantarkan obat
dengan baik sehingga bioavaibilitasnya dapat mencapai 100% karena obat
tidak mengalami metabolisme lintas pertama di hati. Selain penghantaran yang
baik, barrier yang relatif lebih tipis dan vaskularisasinya yang tinggi yang
menyelubungi paru-paru membuat obat akan mudah diserap dan masuk ke
sirkulasi sistemik.
Sistem penghantara melalui saluran pernapasan membutuhkan bentuk
sediaan yang mikrometer sehingga dikembangkan desain obat melalui
teknologi mikropartikel. Sediaan mikropartikel sendiri adalah sediaan yang
memiliki ukuran partikel sebesar 1-1000 μm, dan untuk penghantaran obat
melalui sistem pernapasan, ukuran partikel yang diharapkan adalah ¿ 10 μm
agar obat dapat terdeposit didalam daerah trakheobronkial sampai daerah
alveolus.
Sistem pernapasan atau respirasi adalah proses pengambilan napas
oksigen (O2) dari udara bebas saat menarik napas, O2 tersebut kemudian
melewati saluran napas (bronkus) dan sampai ke dinding alveoli (kantong
udara), sesampainya di kantong udara, O2 akan di transfer ke pembuluh darah
yang didalamnya mengalir sel-sel darah merah yang akan dibawah ke sel-sel
diseluruh organ tubuh lain sebagai energi dalam proses metabolisme, setelah
metabolisme, sisa-sisa metabolisme terutama karbondioksida (CO 2) akan
dibawah darah untuk dibuaang kembali ke udara bebas melalui paru-paru pada
saat membuang napas.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana anatomi fisiologi organ pernapasan
2. Bagaimana proses biofarmasetika liberasi, absorbsi, distribusi, metabolisme
dan ekskresi sediaan aerosol
3. Bagaimana komponen karakteristik cairan melalui rute pemberian organ
pernapasan
4. Apa saja faktor yang mempengaruhi liberasi, distribusi, dan absorbsi obat
sediaan aerosol
5. Bagaimana evaluasi biofarmasetik dalam sediaan obat melalui rute
pemberian organ pernapasan.
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui anatomi fisiologi organ pencernaan
2. Untuk mengetahui proses biofarmasetika liberasi, absorbsi, metabolisme dan
ekskresi sediaan aerosol
3. Untuk mengetahui komponen karakteristik cairan melalui rute pemberian
organ pernapasan
4. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi liberasi, distribusi, dan
absorbsi obat sediaan aerosol
5. Untuk mengetahui evaluasi biofarmasetik dalam sediaan obat melalui rute
pemberian organ pernapasan.
BAB II
PEMBAHASAN
d. Mucociliary clearance
Mucociliary clearance merupakan mekanisme pertahanan paru-
paru yang paling penting. Berdasarkan dengan pergerakan silia, mucus
disapu bersihkan dari nasal dan paru-paru menuju faring dan
kemudian ditelan. Implikasinya untuk penghantaran obat, yaitu waktu
tinggal obat inhalasi dalam paru-paru tergantung pada lokasi
pengendapan. Sebuah proporsi yang signifikan dari obat dalam
mencapai paru-paru dari sediaan inhalasi adalah terperangkap dalam
lendir di saluran pernapasan. Kemampuan obat untuk menembus
penghalang lendir tergantung pada muatan partikel, kelarutan,
lipofilisitas, dan ukuran. Misalnya, mengurangi transportasi di lapisan
lendir pernapasan telah dibuktikan secara in vitro untuk kortikosteroid
dan antibiotik.
2. Faktor farmasetik
Faktor terkait formulasi yang mempengaruhi sistem penghantaran
obat adalah ukuran, bentuk, kerapatan dan stabilitas fisik partikel.
Partikel dengan ukuran lebih dari 10 μm akan bertubrukan pada saluran
saluran pernapasan baagian aatas dan mudah dikeluarkan oleh kejadian
batuk, menelan, dan proses pembersihan oleh mukosiliaris. Partikel
dengan ukuran 0,5-5 μm dapat menghindari tubrukan yang terjadi di
saluran pernapasan atas dan akan terdeposisi melalui tubrukan dan
sedimentasi di daerah trakheobronkial dan alveolar. Jika ukuran partikel
berada diantara 3-5 μm maka akan terdeposisi sepenuhnya di daerah
trakheobronkial dan jika ukurannya kurang dari 3 μm maka kemungkinan
akan terdeposisi jauh lebih dalam lagi di daerah alveolar. Sedangkan
partikel dengan ukuran submikron tidak dapat terdeposisi dan akan
terbuang saat ekspirasi sebelum terjadi sedimentasi. Partikel dengan
ukuran diameter 20 μm dan kerapatan 0,4 g/cm −3 akan secara efektif
terdeposit dalam paru-paru.
Kesimpulan
1. Organ sistem pernapasan pada manusia terdiri dari Hidung, Sinus, Faring,
Laring, Trakhea, Bronkus, Bronkiolus, Alveolus, dan Paru-Paru
2. Poses liberasi sediaan aerosol melalui mulut ke pharyx–larynx–trakea–bronchi
primer–bronchi sekunder–bronchi terminal–bronchi respirsi–saluran alveolar-
alveoli. Absorpsi terjadi cepat sekali (langsung) karena luas permukaan
pulmoner yang sangat besar mekanisme absorpsi terutama berupa difusi pasif.
Difusinya terjadi segera setelah penyerapan dan kadang juga lambat jika mencakup
jaringan yang perfusinya tidak terlalu baik. Proses metabolisme umumnya bertambah
bila konsentrasi obat meningkat sampai konsentrasi maksimal, sebaliknya bila
konsentrasi obat melewati maka kecepatan metabolisme dapat turun. pengeluaran obat
atau metabolitnya dari tubuh terutama dilakukan oleh ginjal melalui air seni, dan
dikeluarkan dalam bentuk metabolit maupun bentuk asalnya.
3. Sediaan rute pemberian organ pernapasan berbentuk gas, padat, dan cair. sebaiknya
mengandung 90% atau lebih partikel berukuran antara 0,5 dan 10 µm karena
partikel ukuran tersebut mudah masuk dan larut dalam cairan pernafasan.
4. Faktor yang mempengaruhi liberasi sediaan aerosol adalah ukuran partikel.
Faktor yang mempengaruhi distribusi yaitu epitel paru-paru, lapisan cairan
epitel, surfaktan paru-paru, dan mucociliary clearance, serta faktor farmasetik
berupa ukuran, bentuk, kerapatan, dan stabilitas partikel. Dan faktor yang
mempengaruhi absorbsi yaitu kecepatan aerosol, ukuran geometrik standar,
bentuk partikel, massa jenis, stabilitas fisik, dan perangkat pengiriman.
5. Evaluasi biofarmasetik sediaan aerosol dengan efek sistemik bisa
memprakirakan aktivitas farmakologik atau terapetik, atau menentukan kadar
obat dalam darah dan membandingkannya dengan kadar yang didapat dari
pemberian lain dan untuk aerosol efek setempat diperlukan untuk melakukan
studi ketersediaan hayati relatif dengan membandingkan berbagai formulasi
yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Evelyn CP. 2009. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta : PT.
Gramedia
Gibson, Jhon. 2003. Fisiologi dan Anatomi Modern pada Perawat. Jakarta : EGC
Guyton AC, John EH. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta :
EGC
Jayanti N. 2013. Perbandingan Kapasitas Vital Paru pada Atlet Pria Cabang
Olahraga dan Lari Cepat Persiapan Pekan Olahraga Provinsi 2013 di
Bandar Lampung. Majority Journal, 2(5):113-118
Umar, N. 2008. Sistem Pernapasan dan Suctioning pada jalan Nafas. Sumatera
Utara : Bagian Anestesiologi Fakultas Kedokteran Universitas.
Yunus, F. 1994. Aplikasi Klinik Pada Volume Paru: PIPKRA (Pertemuan Ilmiah
Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi) Workshop Faal Paru. Blackell
Scientific Publications.Melbourne.