2020-2021
HALAMAN PENGESAHAN
PO 715-241-202-019
Dengan Judul
(SOPT)
Setiap langkah yang saya pijak itu semua pemberian dari Allah swt, dan sebagai
hentinya untuk memujinya dimanapun itu, dengan ridhonya saya bisa menyelesaikan
tugas laporan kasus dengan tepat waktu. Mohon maaf jika laporan ini masih memiliki
banyak kekurangan semoga kedepannya bisa lebih baik lagi dari yang sebelumnya.
Penulis
HALAMAN SAMPUL
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR..........................................................iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................1
BAB II TINJAUAN KASUS ...........................................................3
A. Tinjauan Tentang Anatomi Fisiologi...............................3
B. Tinjauan Tentang ............................................................4
1. Definisi...................................................................4
2. Etiologi...................................................................6
3. Epidemiologi..........................................................7
4. Patoanatomik Dan Patofisiologi.............................9
5. Maniestasi Klinis....................................................10
6. Pemeriksaan diagnostic..........................................12
BAB III PROSES ASSESSMENT FISIOTERAPI............................18
A. Data Medis........................................................................18
B. Identitas Pasien.................................................................18
C. Anamnesis Khusus............................................................19
D. Inspeksi/Observasi............................................................19
E. Pemeriksaan Spesifik........................................................19
F. Diagnosa Fisioterapi (ICF-ICD).......................................22
G. Problematik Fisioterapi.....................................................24
BAB IV INTERVENSI DAN EVALUASI FISIOTERAPI.................25
A. Rencana Intervensi Fisioterapi..........................................25
B. Strategi Intervensi Fisioterapi...........................................25
C. Prosedur Pelaksanaan Intervensi Fisioterapi....................26
D. Edukasi dan Home Program..............................................33
E. Evaluasi..............................................................................
BAB V PEMBAHASAN......................................................................
A. Pembahasan Assessmen Fisioterapi..................................
B. Pembahasan Intervensi Fisioterapi...................................
BAB I
PENDAHULUAN
berupa gangguan faal paru dengan kelainan obstruksif yang memiliki gambaran klinis
penyebab utama kematian oleh karena infeksi respirasi, ada sekitar 1.5 juta orang per
tahun orang meninggal diakibatkan oleh TB. Multi-Drug resistant tuberculosis (MDR-
TB), resisten pada rifampicin dan isoniazid telah mencapai 480000 kasus pertahun
Sebuah studi menemukan frekuensi kelainan aliran udara kronis yang berhubungan
dengan kerusakan struktural pada paru yang terjadi saat episode tuberculosis dimana
18.4% pasien dengan satu episode TB, 27.1 % dengan dua episode dan 35/2% dengan
tiga episode TB atau lebih. Tuberculosis dapat menyisakan sebuah gejala yang
memiliki gangguan ini. TB masih menjadi penyakit menular yang menjadi sorotan
didunia. WHO mendeklarasikan bahwa penyakit ini mempengaruhi populasi muda dan
memiliki masalah utama terutama dalam inkapasistas pernapasan atau sesak dan
gangguan pada aspek fungsional misalnya tidak dapat berjalan mencapai jarak >100
meter dan menjalankan tugas sehari hari karena keluhan yang muncul. Manajemen
fisioterapi pada SOPT untuk meningkatkan derajat dan kondisi kesehatan penderita
SOPT adalah adalah untuk mengurangi kerja pernapasan yang berlebihan, mendorong
pembersihan jalan napas, meningkatkan mobilitas, mendorong rehabilitasi dan
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi Fisiologi
Paru-paru terletak pada rongga dada dekat dengan letak organ jantung dan
dilindungi oleh tulang rusuk. Pada rongga dada inilah tepatnya di bagian kanan
dan kiri, paru-paru manusia terletak dengan diselimuti oleh selaput ganda pleura
(Saladin, 2003). Paru-paru terdiri dari beberapa bagian, antara lain trakea,
bronkus primer, bronkiolus, dan alveoli yang merupakan unit fungsional dari
paru-paru yang berfungsi sebagai tempat pertukaran udara yaitu oksigen dan
atas gelembung-gelembung (alveoli), yang terdiri atas sel-sel epitel dan endotel
(Wasripin, 2007). Paru-paru pada bagian kiri memiliki dua buah lobus,
otonom yang dimiliki paru adalah sekitar 14-16 kali pernapasan per menit. Satu
kali pernapasan sama dengan satu kali inspirasi dan satu kali ekspirasi (Ganong,
2005).
pernapsan auxiliair. Apabila kita melakukan tarik napas, yang bekerja adalah
pembantu(auxiliair).
3) mushel sterno-cledio-mastoideus
5) Muschel rhomboideus
B. Tinjauan Kasus
1. Pengertia Tuberkulosis
(M.tuberculosis) yang dikenal sebagai tubercle bacilli atau basil tahan asam
dan menular secara langsung ataupun tidak langsung yang disebabkan oleh
tersebut terhirup oleh orang lain saat bernapas serta melalui cairan dengan
infeksi. Penyakit ini menjadi masalah yang cukup besar bagi kesehatan
yang rendah akan menyebabkan kondisi kepadatan hunian yang tinggi dan
buruknya sanitasi lingkungan. Selain itu masalah kurang gizi dan rendahnya
menyumbang 56% jumlah penderita paru didunia pada tahun 2013, Afrika
29%, Eropa 4% dan yang paling kecil beban penderita TB adalah wilayah
terbanyak pada lima Negara di dunia yaitu India, China, Afrika Selatan,
(Depkes RI, 2008). Namun menurut laporan WHO tahun 2013, prevalensi
Tiongkok yaitu hampir 700 ribu kasus, dengan angka kematian masih tetap
pengobatan TB, namun pada sebagian penderita, secara klinik timbul gejala
tuberkulosis paru (fibrotik, kalsifikasi) yang minimal, dan uji faal paru
obstruksi pasca tuberkulosis (SOPT) dengan gejala dan tanda mirip dengan
bekas dari luka akibat infeksi TB paru atau fibrosis yang dipengaruhi oleh
Jadi, semakin luas jaringan paru yang rusak akibat infeksi kuman TB,
2. Etiologi
kuman yang berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4 mikron dan tebal
0,3-0,6 mikron dan digolongkan dalam Basil Tahan Asam (BTA). Bakteri
ada tidaknya sinar matahari tetapi dapat bertahan hidup di tempat yang gelap
dan lembab. Sebagian besar bakteri ini terdiri dari asam lemak dan lipid,
yang membuat lebih tahan asam. Sifat lain kuman ini ialah aerob yang
oksigennya. Dalam hal ini tekanan oksigen pada apikal paru-paru lebih
tinggi dari bagian lain, sehingga bagian ini merupakan tempat predileksi
sel yang larut air merupakan tambahan yang penting yang dapat
protein, sebagian mungkin spesifik spesies tetapi yang lainnya secara nyata
pembenihan pertumbuhan tampak setelah 2-3 minggu. Daya tahan kuman ini
lebih besar apabila dibandingkan dengan kuman lain karena sifat hidrofobik
permukaan sel. Pada sputum kering yang melekat pada debu dapat hidup 8-
10 hari (Aditama, 2006). Dalam jaringan tubuh, kuman ini dapat dormant
selama beberapa tahun. Sifat dormant ini berarti kuman dapat bangkit
a) Umur
b) Jenis kelamin
c) Pekerjaan.
d) Tingkat pendidikan.
e) Merokok.
f) Status gizi.
h) Perilaku.
3. Epidemiologi
menyebabkan kematian pada anak dan orang dewasa. Pada wanita kematian
berbagai tempat pada saat ini, diduga disebabkan oleh berbagai hal, yaitu (1)
(Kartasasmita, 2009).
4. Patomekanisme
jangka lama sehingga destruksi matriks alveoli terjadi cukup luas menuju
kerusakan paru menahun dan mengakibatkan gangguan faal paru yang dapat
dengan kuman TB. Droplet yang terhirup sangat kecil ukurannya, sehingga
kuman TB ke kelenjar limfe sekitar hilus paru, dan ini disebut sebagai
kompleks primer. Waktu antara terjadinya infeksi sampai pembentukan
kuman persisten atau dorman (tidur). Kadang-kadang daya tahan tubuh tidak
bulan yang bersangkutan akan menjadi penderita TB. Masa inkubasi yaitu
Organisme yang melewati kelenjar getah bening dalam jumlah kecil akan
5. Manifestasi Klinis
(Widoyono, 2008).
Keadaan ini sangat dipengaruhi oleh daya tahan tubuh pasien dan
(Somantri, 2009).
2009).
nafsu makan, badan makin kurus (berat badan turun), sakit kepala,
makin berat dan terjadi hilang timbul secara tidak teratur (Somantri,
2009).
d. Batuk atau batuk berdahak dimana gejala ini banyak karena adanya
produk radang keluar. Mungkin saja batuk baru ada setelah penyakit
e. Lemah badan, kehilangan nafsu makan dan berat badan turun, rasa
tidak ada kegiatan dan demam meriang lebih dari sebulan (Corwin,
2009).
tuberculosis dapat dibagi menjadi dua yaitu gejala respiratorik dan gejala
sistemik.
1. Gejala respiratorik meliputi batuk yang sudah lebih 2-3 minggu. Batuk
dapat berupa batuk kering, batuk dengan sputum, hingga batuk darah.
Selain itu, gejala respiratorik yang lainnya seperti sesak napas dan nyeri
dada.
Gejala sistemik yang lain berupa malaise, keringat malam, anorexia, dan
dan segmen posterior , serta daerah apex lobus inferior. Pada pemeriksaan
jasmani dapat ditemukan antara lain suara napas bronkial, amforik, suara
foto thorax merupakan cara yang praktis untuk menemukan lesi tuberculosis,
walaupun dengan harga yang lebih mahal karena beberapa keuntungan yang
adalah darah rutin. Pemeriksaan darah mempunyai hasil yang tidak sensitif
dan spesifik. Selain itu, dapat dilakukan tes tuberculin. Pemeriksaan ini
satu sediaan. Dengan kata lain diperlukan 5.000 kuman dalam satu sputum
1. Pemeriksaan BTA
spesimen dahak dalam waktu 2 hari, yaitu sewaktu - pagi - sewaktu (SPS).
a. S (sewaktu): dahak dikumpulkan pada saat suspek tuberkulosis datang
setelah bangun tidur. Pot dahak dibawa dan diserahkan sendiri kepada
petugas di Fasyankes.
biakan dengan BACTEC ini adalah metode radiometrik. Sistem ini dapat
dan membentuk garis warna merah muda. Uji dinyatakan positif bila
setelah 15 menit terbentuk garis kontrol dan minimal satu dari empat
spesifik anti LAM dalam jumlah yang memadai sesuai dengan aktiviti
penyakit, maka akan timbul perubahan warna pada sisir dan dapat
8. PAP (Uji peroksidase anti peroksidase) merupakan salah satu jenis uji
hasil pemeriksaan serologi yang diperoleh, para klinisi harus hati hati
adanya infeksi TB dan kemungkinan ada TB aktif pada anak. Namun, uji
penyakit sangat berat, dll). Jika uji tuberculin meragukan dilakukan uji
silang.
10. Reaksi cepat BCG Bila dalam penyuntikan BCG terjadi reaksi cepat
(dalam 3-7 hari) berupa kemerahan dan indurasi > 5 mm, maka anak
bayangan lesi terletak di lapangan atas paru atau segmen apikal lobus
toraks. Namun pada kondisi tertentu pemeriksaan foto toraks perlu dilakukan
a. Hanya 1 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif. Pada kasus ini
SPS pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada
positif
biakan positif.
b. Tuberkulosis paru BTA negatif Kasus yang tidak memenuhi definisi pada
A. Data Medis
Vital Sign :
Nadi : 84 X/Menit
Pernafasan : 18 X/Menit
Suhu : 36o C
SpO2 : 95 %
B. Identitas Pasien
Nama : Tn. Y
umur : 58 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Kota Makassar
C. History Taking
Keluhan Utama : Sesak nafas
Faktor Penyebab : Pola hidup kurang sehat/Bakteri
Faktor Yang Memperberat : Beraktivitas Berat
Faktor Yang Memperingan : Istirahat
Riwayat Perjalanan Penyakit : 4 tahun yang lalu pasien di diagnose TB paru,
hari ini (26/4/2021) pasien datang ke poli fisioterapi dengan keluhan sesak nafas,
sesak dirasakan sejak 1 minggu yang lalu, dokter mengdiagnosa lanjut SOPT,
untuk keluhan batuk jarang. Sesak biasanya menyerang pada malam hari.
Riwayat Penyakit Dahulu : TBC Paru
D. Inspeksi
Statis
5. Mata : Normal
6. Bibir : Normal
Dinamis
E. Pemeriksaan Spesifik
2. Palpasi :
Spasme : -
3. Asukultasi :
Selisih
Titik Ukur Inspirasi Awal Ekspirasi
Inspirasi Ekspirasi
Axilla 75 cm 74 cm 73 cm 1 cm 1 cm
Pappila
78 cm 76 cm 75 cm 2 cm 1 cm
Mamae
Xyphoid 76 cm 74 cm 73 cm 2 cm 1 cm
Interprestasi : penurunan mobilisasi sangkar thorak
0 Tidak ada
1 Sangat ringan
2 Ringan
3 Sedang
4 Sedikit berat
5 Berat
7 Sangat berat
10 Sangat-sangat berat
? Tidak tertahankan
Nyeri : Diam : 0
Tekan : 4
Gerak : 2
1. Diagnosa Fisioterapi
dengan sesak nafas terkadang disertai batuk kering e.c Sindrome Obstructive
Post Tuberculosis
Perawatan Diri
1. Memakai handuk setelah mandi 1
Aktivitas Di Rumah
2. Merapikan sprei 2
3. Membersihkan jendela 2
4. Menyapu 3
5. Menyiapkan makanan 1
6. Membersihkan debu 3
Aktifitas Fisik
1. Menaiki tangga 4
2. Membungkuk 3
Aktifitas Waktu Luang
3. Berbicara 1
0 1 2 3 4 5 skor
Saya tidak pernah ✓ Saya selalu batuk 2
Batuk
Tidak ada dahak ✓ Dada saya penuh 2
sama sekali dengan dahak
Tidak ada rasa berat ✓ Dada saya terasa 2
di dada berat ( tertekan )
sekali
Ketika saya jalan ✓ Ketika saya jalan 3
mendaki/ naik mendaki/ naik
tangga saya tidak tangga saya
sesak sangat sesak
Aktivitas sehari- ✓ Aktivitas sehari- 3
hari saya di rumah hari saya di
tidak terbatas rumah sangat
terbatas
Saya tidak kawatir ✓ Saya sangat 4
keluar rumah kawatir keluar
meskipun saya rumah karena
menderita penyakit kondisi paru saya
paru
Saya dapat tidur ✓ Saya tidak dapat 5
dengan nyenyak tidur nyenyak
karena kondisi
paru saya
Saya sangat ✓ Saya tidak punya 5
bertenaga tenaga sama
sekali
Interprestasi : 26<30 tingkat kualitas keseharian sedang
I. Problematik Fisioterapi
Pemeriksaan/Pengukuran Yang
No. Komponen ICF
Membuktikan
1. Inpairment
Spirometri
c. Sesak nafas Skala Borg
Auskultasi
Lingkar dada
d. Nyeri dada Palpasi
Skala VAS
2. Activifiti Limitation
3. Participation Restriction
BAB IV
Mengurangi sesak nafas dan meningkatkan kualitas hidup pasien tanpa adanya
1. Impraitmen
MWD, Breathing
Exercise, postural
c.sesak nafas Memperbaiki jalan nafas drainase, dan
streaching serta
mobilisasi paru
2. Activifiti Limitation
Breathing Exercise
Pasien merasa sesak saat
dan postural
beraktivitas berat dan Menghilangkan sesak
drainase,
berada di suhu dingin
mobilisasi thoraks
Participation Restriction
Pasien mengurangi Therapy activity
aktivitas diluar rumah s
C. Prosedur Intervensi
1. MWD
a. Persiapan
Tekan tombol on
dahulu
b. Persiapan pasien
c. Posisi terapis
d. Teknik
diterapi.
dll.
b. Persiapan alat
Tes alat
c. Persiapan pasien
d. Posisi terapis
e. Teknik pelaksanaan
3. Breathing exercises
a. Teknik Pelaksanaan
4. Mobbilisasi Thoraks
b. Teknik pelaksanaan :
5. Postur Drainage
a. Tujuan : untuk mengalirkan mucus dari sebagian segmen paru ke
b. Prosedur pelakanaan :
c. Teknik pelaksanaan :
dalam dan rileks. Anjurkan pasien tarik napas dalam dan batuk
sehari.
6. Streaching exercises
a. M. Pectoralis Mayor
Teknik Pelaksanaan : Pasien dalam posisi duduk dengan kedua
pasien menahannya. Setelah itu, minta pasien untuk tarik nafas dan
c. Muchel Sternocledomastoideus
arah kiri dan kanan. Gerakan ini dilakukan sebanyak 4-8 kali.
a) Breathing Control
Teknik :
posisi rileks.
cukup pada keadaan sesak napas yang ringan dan lebih dari
b) Deep Breathing
Teknik pelaksanaan :
Teknik pelaksanaan :
batuk. Posisi duduk dengan leher sedikit fleksi agar batuk lebih
8. Mobilisasi
1. Mobilisasi paru
2. Mobilisasi diagfragma
o Home Program
PEMBAHASAN
1. Identitas Pasien
dari kasus Paru. Apakah ada riwayat penyakit yang sama dengan
keluarganya.
2. History Taking
3. Inspeksi/Observasi
Pada inspeksi terdapat dua bagian Statis dan dinamis dimana pada
statis kita melihat pada saat pasien diam, sedangkan pada dinamis
kita melihat pada saat pasien berjalan. Dan pada hasil yang
B. Pemeriksaan Spirometri
>80%.
(<80%).
C. Palpasi
pasien
D. Auskultasi
Bunyi jantung sehat memiliki irama yang teratur, dan tidak ada
bunyi tambahan. Sementara pada paru-paru yang sehat, akan terdengar
suara napas yang normal, tanpa ada mengi, stridor, atau suara napas
abnormal lainnya.
rasa nyeri yakni adanya efek thermal yang akan menimbulkan efek
sisa metabolisme, maka otot yang akan menjadi rileks dan nyeri akan
nosiseptif pada tingkatan dorsal horn (pusat dari gray matter), sehingga dapat
3. Breathing Exercises
Breathing exercise merupakan latihan untuk meningkatkan
dua mekanisme yaitu inspirasi secara kuat dan dalam serta ekspirasi
gerak atas selain itu antara sternum, torakal vertebra, serta otot-otot
DAFTAR PUSTAKA
Aditama TY, 2002. Tuberculosis Masa Datang Dalam : Simposium
Aras, Djohan. 2013. Buku Ajar Mata Kuliah Proses dan Pengukuran
Unhas.
EGC.
Alih bahasa Asdie Ahmad H., Edisi 13, Jakarta: EGC. Hal 799-800.
Kondisi Bronkitis Akut di RS Paru Dr. Ario Wirawan Salatiga. Program Studi
Muhammadiyah Surakarta.
Mardino.Sasono. 2013. “Pengaruh Latihan Batuk Efektif Terhadap
Rumah Sakit Pelabuha Palembang Tahun 2013”. Jurnal Harapan BAngsa Vol. 1
Tuberkulosis Paru di RSP. Ario Wirawan Salatiga. Program Studi Diploma III
Surakarta.
15/9/2019. http://klikpdpi.com/konsensus/Xsip/tb.pdf
Radiologis Serta Biakan MGIT 960 Alam Diagnosis Tuberculosis Paru Pada
EGC.
Pada Kasus Syndrome Obstructive Post Tuberculosis (SOPT) di RS. Dokter Ario