Pneumonia
Pembimbing:
Disusun Oleh:
Marhani
030.12.155
Judul:
Pneumonia
Marhani
030.12.155
Pembimbing
2
KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
karunia-Nya, penyusunan makalah referat yang berjudul Pneumonia dapat
diselesaikan. Dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih
kepada dr. Anthony D. Tulak, Sp.P, FCCP selaku pembimbing yang telah
memberikan bimbingan kepada penulis demi terselesaikannya penulisan makalah
referat ini, serta kepada berbagai pihak yang telah membantu terlaksananya
penulisan makalah referat ini.
Penulis
Marhani
3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................3
DAFTAR ISI..............................................................................................................
4
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................
5
1.1 Definisi ...............................................................................................
5
BAB II ANATOMI................................................................................................
8
2.1 Anatomi paru.......................................................................................
8
2.2 Sistem Pertahanan Paru.......................................................................
10
BAB III TINJAUAN PUSTAKA ..........................................................................
14
3.1 Pneumonia...........................................................................................
14
3.1.1 Etiologi..........................................................................................
15
3.1.2 Patogenensis..................................................................................
19
3.1.3 Patologi..........................................................................................
20
3.1.4 Diagnosis ......................................................................................
21
3.1.5 Penatalaksanaan.............................................................................
40
3.1.6 Penatalaksanaan lainnya yang perlu dipertimbangkan..................
50
31.7 Evaluasi pasien pneumonia yang tidak respon................................
50
3.1.8 Prognosis........................................................................................
55
3.1.9 Pencegahan.....................................................................................
56
BAB IV KESIMPULAN........................................................................................
59
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................
60
4
BAB I
PENDAHULUAN
paru-paru. Salah satu bagian paru-paru yaitu terdiri dari kantung kecil yang
nanah dan cairan, yang bisa membuat nafas terasa sakit dan membatasi asupan
oksigen.1
bakteri, virus di udara dan mikroorganisme lainnya seperti jamur serta parasit
5
kuman ini menginfeksi ke paru-paru. Tetapi terkadang kuman ini bisa
semua umur di semua wilayah, namun terbanyak terjadi di Asia Selatan dan
usia kurang dari 2 tahun, usia lanjut lebih dari 65 tahun dan orang yang memiliki
penyebab kematian keenam yang paling umum di Amerika Serikat dan penyebab
utama kematian akibat penyakit menular. Hal ini terkait dengan morbiditas dan
mortalitas yang signifikan, dan menimbulkan beban ekonomi utama pada sistem
Penyebab bakteri yang umum lainnya termasuk Haemophilus influenzae dan juga
6
7
BAB II
ANATOMI
di atas tulang iga pertama dan dasarnya berada pada diafragma. Paru terbagi
menjadi dua yaitu, paru kanan dan paru kiri. Paru kanan terbagi menjadi lobus
atas, tengah, dan bawah oleh fissura obliqus dan horizontal. Paru kiri hanya
memiliki fissura obliqus sehingga tidak ada lobus tengah. Paru-paru kanan dan
paru. Setiap pleura mengandung beberapa lapis jaringan ikat elastik dan
mengandung banyak kapiler. Diantara lapisan pleura tersebut terdapat cairan yang
bervolume sekitar 25-30 mL yang disebut cairan pleura. Cairan pleura tersebut
8
Gambar 2.1 Anatomi Paru
Bronki dan jaringan parenkim paru mendapat pasokan darah dari arteri
juga berhubungan dengan vena pulmonalis, mengalirkan darah ke vena azigos dan
terminal arteri pulmonalis dan darah yang teroksigenasi mengalir kembali melalui
9
Tiap alveolus dilapisi oleh 2 jenis sel epitel, yaitu sel tipe 1 dan sel tipe 2.
Sel tipe 1 merupakan sel gepeng sebagai sel pelapis utama, sedangkan sel tipe 2
tersebut adalah :
10
Saluran napas atas (nasofaring dan orofaring) merupakan mekanisme
pipa nasogastrik dan pipa nasotrakeal yang lama dapat mengganggu aliran sekret
yang telah terkontaminasi dengan baktri patogen. Dalam keadaan ini dapat terjadi
inflamasi
- Penarikan netrofil
paru (saluran napas atas). IgA merupakan salah satu bagian dari sekret hidung (10
% dari total protein sekret hidung). Penderita defisiensi IgA memiliki resiko untuk
terjadi infeksi saluran napas atas yan berulang. Bakteri yang sering mengadakan
kolonisasi pada saluran napas atas sering mengeluarkan enzim proteolitik dan
merusak IgA. Bakteri gram negatif (P.aeroginosa, E.colli, Serratia spp, Proteus
11
dan kerusakan setiap komponen pertahan saluran napas atas menyebabkan
kolonisasi bakteri patogen sebagai fasiliti terjadinya infeksi saluran napas bawah.
refleks batuk dari glotis merupakan pertahanan utama terhadap aspirat dari
orofaring. Bila terjadi gangguan fungsi glotis maka hal ini berbahaya bagi
saluran napas bagian bawah yang dalam keadaan normal steril. Tindakan
a. Surfaktan
b. Aktifiti anti bakteri (non spesifik) : FFA, lisozim, iron binding protein.
12
- Makrofag Alveolar yang berperan sebagai mekanisme pertahanan
pertama
GNB, P. aeruginosa)
leukotriene.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Pneumonia
13
Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari
terjadi dan bersifat serius, berhubungan dengan angka kesakitan dan angka
komunitas merupakan salah satu penyakit infeksi yang terbanyak terjadi dan juga
3.1.1 Etiologi
14
Pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai macam kuman, yaitu bakteri,
penyebab terbanyak pneumonia komunitas di ruang rawat inap dari bahan sputum
pneumonia
ini menunjukan bahwa dalam 10 tahun terkahir terjadi perubahan pola kuman
15
Data Survelans Sentinel SARI (Severe Acute Respiratory Infection) 2010
(Level III).
Pada pasien penyakit paru kronik seperti bronkiektasis, fibrosis kistik dan
PPOK bial terdapat infeksi biasanya berhubungan dengan kuman Gram negatif
Taiwan dan Hong Kong terhadapa pasien PPOK eksaserbasi mendapat pola
pengguna antibiotik spektrum luas 7 hari pada bulan sebelumnya dan malnutrisi.
Faktor risiko yang berhubungan dengan infeksi Gram Negatif lainya adalah
pengambilan dan pengiriman spesimen harus benar agar didaptkan hasil yang
16
representatif. Cara pengambilan dan pengiriman spesimen yang baik dapat
antibiotika.
rapat.
Apabila jumlah spesimen dahak kurang dari 1-2 ml. Maka prosedur
trakeostomi.
sumber/pompa suction .
Cairan pelicin dioleskan pada sisi distal pipa suction lalu masukan
17
trakeostomi hingga ke saluran napas (pada pasien dewasa sekitar
25-30 cm).
pasien.
yang terlatih.
18
Apabaila proses pengiriman membutuhkan waktu lebih dari 1 jam
2-8o C.
Spesimen silva
3.1.2 Patogenesis
Keadaan inidi sebabkan oleh mekanisme pertahanan paru. Apabila terjadi ketidak
seimbangan antara daya tahan tubuh, mikroorganisme dapat berkembang biak dan
1. Inokulasi langsung
19
Dari keempat cara tersebut diatas yang terbanyak adalah secara
mikrobakteria atau jamur. Kebanyakan bakteri dengan ukuran 0,5 -2,0 m melalui
udara dapat mencapai bronkus terminal atau alveol dan selanjutnya terjadi proses
infeksi. Bila terjadi kolonisasi pada saluran napas atas (hidung, orofaring)
kemudian terjadi
aspirasi ke saluran napas bawah dan terjadi inokulasi mikroorganisme, hal ini
merupakan permulaan infeksi dari sebagian besar infeksi paru. Aspirasi dari
sebagian kecil sekret orofaring terjadi pada orang normal waktu tidur (50 %) juga
(drug abuse).
sebagian kecil sekret (0,001 - 1,1 ml) dapat memberikan titer inokulum bakteri
sama dengan di saluran napas bagian bawah, akan tetapi pada beberapa penelitian
3.1.3 Patologi
reaksi radang berupa edema seluruh alveoli disusul dengan infiltrasi sel-sel PMN
20
dan diapedesis eritrosit sehingga terjadi permulaan fagositosis sebelum
bakteri tersebut kemudian dimakan. Pada waktu terjadi peperangan antara host
dan bakteri maka akan tampak 4 zona pada daerah parasitik terset yaitu :
1. Zona luar : alveoli yang tersisi dengan bakteri dan cairan edema.
Red hepatization ialah daerah perifer yang terdapat edema dan perdarahan
3.1.4 Diagnosis
pada foto toraks terdapat infiltrat / air bronchogram ditambah dengan beberapa
Batuk-batuk
21
Suhu tubuh >/= 38oC (axilla) riwayat demam
Nyeri dada
Sesak
menggunakan bahan sputum, darah, atau aspirat endotrakeal, aspirat jaringan paru
dan bilasan bronkus. Pemeriksaan invasif hanya dilakukan pada pneumonia berat
tidak segera diobati, maka pengobatan awal pneumonia diberikan antibiotik secara
ditemukan 50%.
22
spektrum antibiotik dapat diperluas, dipersempit, atau berubah berdasarkan hasil
mikrobilogi sputum dan hasil kepositifan biakan yang rendah. Indikasi klinis
unruk pemeriksaan diagnostik lebih lanjut dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
PerawatanICU X X X X Xa
Pasienrawatjalangagal X X X
Terapiantibiotik
Kavitas X X Xb
Lekopeni X X
Peminumalkoholaktif X X X X
Penyakitliverkronik X X
Penyakitparuobstruktif/ X
strukturankronik
Asplenia X X
Barusajaberpergianjauh
X XC
(dalam2minggu)
HasillegionellaUATPositif Xd N/A
HasilPneumokokatUATpositif X X N/A
EfusiPleura X X X X XC
23
UAT : Urinary antigen test
a
Aspirat endotrakeal bila diintubasi
b
Kultur tuberkulosis dan jamur
c
Media khusus untuk Legionella
d
Kukltur cairan pleura dan torakosintessis
berdasarkan 2 pertimbangan :
yang tinggi.
Pemeriksaan biakan darah dan apusan sputus erta kultur sputum harus
dilakukan pada pasien rawat inap dengan iindikasi klinis untuk pemeriksaan
dilakukan sesuai indikasi yang dapat dilihat tabel diatas. Pemeriksaan apusan
Gram dan biakan sputum hanya dapat dilakukan jika hasil sputum yang
24
Keuntungan dari apusa Gram adalah :
Procalciltonim (PCT)
PCT pada infeksi dan inflamasi akan meningkat terutama pada infeksi
bakterial berat, sepsis. Syok septik dan sindrom disfungsi multiorgan (MODS).
PCT > 2 ng/Ml menjadi prediktor bakteremia, sepsis, syok septik dan MODS.
antibiotik intensif (PCT 0.25 atau 0.5 ng/L) dan menghentikan antibitoki bila
singkat dan menurun kan efek samping dan resistensi sehingga pada akhirnya
menurunkan biaya pengobatan. Manfaat hasil PCT dapat menilai waktu memulai
25
C- Reactive Pretein (CRP)
Nilai normal CRP adalah 3 mg/L dan kadar 10 mg/L merupakan indikasi
rendah, karena kadar CRP 3 mg/L dan 10 mg/L terdapat pada keadaan lain seperti
dan penuan. Kadar CRP diatas 100mg/L dapat digunakan untuk menentukan
Pneumonia atipik
Pada pneumonia selain ditemukan bajteri penyebab yang tipik sering pual
dijumpai bakteri atipik. Bakteri atipik yang sering dijumpaia adalah Mycoplasma
26
c. Gambaran radiologis berupa infiltrat interstitial, jarang terjadi
konsolidasi
- Uji serologi
Cold agglutinin
M.Pneumonia
Legionella
Untuk membantu secara klinis gambaran perbedaan gejala klinis atipik dan
tipik dapat dilihat pada tabel dibawah ini, walaupun tidak selalau dijumpai gejala-
gejala tersebut.
27
Tabel 3.3 Perbedaan gambaran klinik pneumonia atipik dan tipik
sakittenggorokan,suara
parau,nyeritelinga
spesifik ()
rendah
28
Pneumonia virus
- Virus Corona :
pneumonia berat yaitu virus corona (SARS, MERS CoV). Virus corona diketahui
dapat menimbulakan kesakitan pada manusia mulai dari yang ringan sampai berat
untuk itu kenali manifestasi Savere Acute Respiratory Infection (SARI). Salah satu
strain terbaru dari virus corona adalah MERS CoV yang banayak ditemukan pada
- Demam suhu 38o C, batuk dan sesak, ditanyakan juga riwat bepergian
29
- Laboratorium : ditentukan dari pemeriksaan PCR dari swab tenggorok dan
sputum.
dengan tanda dan gejala yang ditemukan. Penyakit dengan gejala hampir serupa
- Demam berdaraha
- Infeksi virus yang disebakan oleh virus lain, bakteri atau jamur
- Demam tifoid
- Tuberkulosis paru
(PSI) atau CURB-65. Sistem skor ini dapat mengidentifikasi apakaha pasien dapr
berobat jawla atau rawat inap, dirawat diruangan biasa atau intensif (Level I). PSI
nilai yang tinggi. CURB-65 lebih mudah cara menghitungnya karena yang dinilai
30
Gunakan Skor CURB 65. Bagi RS yang memiliki fasilitas yang lebih lengkap
dapat menggunakan PSI
Skor CURB-65 adalaha penilaian setiap faktor resiko yang diukur. Sistem
skor pada CURB-65 lebih ideal digunakan untuk mengidentifikasi pasien dengan
tingkat angka kematian tinggi. Setiap nilai faktor resiko dinilai satu. Faktor-faktor
U : Urea
65 : umur 65 tahun
Respon Nilai
Umur
Tanggallahir
31
Waktu(unyukjamterdekat)
Tahunsekarang
Namarumahsakit
dokter,perawat)
Alamatrumah
Tanggalkemerdekaan
Namaraja/presiden
Hitungmundur(mulaidari20kebelakang
Catatan :
Ada 10 pertanyaan
Tiap pertanyaan di jawab benar dapat nilai 1
lainya yaitu urea, frekuensi nafas, tekanan darah dan umur. Mengingat
2,14. Bila nilai urea yang dihitung > 19, mg/Dl maka diberi skor 1 dan nilai urea
19 mg/Dl diberi skor 0. Total skor yang didapat digunakan untuk menentukan
apakah pasien yang dapat berobat jalan atau rawat inap, dirawat diruangan biasa
32
Tabel 3.5 Skor CURB-65
Confusion
RR 30x/menit skor 0
Blood Pressure (BP)
33
Gambar 3.1 Algoritme penetuan derajat ini dapat dilihat pada gambar 1
Confusion
Ureum > 40 mg/Dl
Frekuensi napas 30/m
Tekanan darah : sistolik < 90 mmHg dan diastolik 60mmHg
Umur 65 tahun
Penilaian beratnya pneumonia menggunakan PSI dapat dilihat pada tabel dibawah ini
KarakteristikpasienNilai
34
Faktor demografik
Umur
- Laki laki Umur (tahun)
- Perempuan Umur (tahun)-10
Penghuni panti werda +10
Penyakit Komorbid
Keganasan +30
Penyakit hati +20
Penyakit jantung kongestif +10
Penyakit serebrovaskular +10
Penyakit ginjal +10
Pemeriksaan Fisis
35
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) merekomendasikan jika
menggunakan PSI kriteria yang dipakai untuk indikasi rawat inap pneumonia
komunitas adalah :
2. Bila skor PSI kuarng dari 70 pasien tetap perlu dirawat inap bila dijumpai
Total poin yang didapatkan dari PSI dapat digunakan untuk menentukan
resiko, kelas resiko, angka kematian dan jenis perawatan sperti gterlihat
pada tabel .
36
Totalpoin Risiko Kelasrisiko Angka Perawatan
kemtaian
70 II 0.6% RawatJalan
Kriteria minor
37
Kriteria Mayor adalah sebagai berikut :
Catatan :
a
Kriteria lain untuk dipertimbangkan adalah hipoglekimia (pada pasien
bukan diabetes) alkoholisme akut atau gejala putus alkohol, hiponatremia,
asidosis metabolik dengan penyebab tidak jelas atau peningkatan kadara
laktat, siroris dan pengangkatan limpa.
b
Membutuhkan noninvasive vntilation (NIV) dapat digantikan untuk
pasien dengan RR > 30 x / menit PaO2/FiO2 < 250
c
Sebagai hasil dari infeksi saja.
38
Gambar Alur diagnosis dan tatalaksana penumonia komunitas
3.1.5 Penatalaksanaan
perlu diperhatikan
39
Pemeilihan antibiotik secara empiris berdasarkan beberapa faktor,
termasuk
efektif
memerlukan perawatan
pengobatan.
terakhir
Pecandu alkohol
40
Penyakit gangguan kekebalan
c. Pseudomonas aeruginosa
Bronkiektasis
terakhir
Gizi kurang
Pengobatan suportif/simptomatik
41
- Minum secukupnya untuk mengatasi dehidrasi
panas
Pengobatan suportif/simptomatik
elektrolit
Pengobatan suportif/simptomatik
elektrolit
42
Pengobatan antibiotik diberikan segera mungkin
kegawatannya, bila dapat distabilkan maka pasien dirawat inap di ruang rawat
biasa bila terajadi Respiratory distres maka pasien dirawat di ruangan rawat
intensif. Pada tabel dibawah ini dapat dilihat petunjuk terapi empiris untuk
Tabel 3.8 Petunjuk terapi empiris untuk pneumonia komunitas menurut PDPI
43
Catatan :
Bila pengobatan sesuai secara empiris memberikan respons yang baik walaupun hasil uji
sensivitas tidak sesuai maka terapi antibiotik dilanjutkan dengan evaluasi klinis.
44
Makrolid baru : azitromisin, klaritomisin, roksitromisisn
Untuk pasien terinfeksi virus Influenza (H5N1, H1N1, H7N9, H3N2) antiviral
Dewasa atau anak 13 tahun oseltamivir 2x75 mg per hari selama 5 hari.
Anak 1 tahun dosis oseltamivir 2 mg/kg BB, 2 kali sehari selama 5 hari
Dosis oseltramivir dapat diberikan sesuai dengan berat badan dapat dilihat
> 40 kg 75 mg 2x / hari
>23-40 kg 60 mg 2x / hari
>15-23 kg 45 mg 2x / hari
15 kg 30 mg 2x / hari
45
Masa perawatan di rumah sakit sebaiknya dipersingkat dengan perubahan
obat suntik ke oral dilanjutkan dengan berobat jalan, hal ini untuk mengurangi
efektiviti antibiotik iv yang telah digunakan. Perubahan ini dapat diberikan secara
sequintial (obat sam, potensi sama), switch over (obat berbeda, potensi sama)
dan step down (obat sama atau berbeda, potensi lebih rendah)
cefiksim oral.
Obat suntik dapat diberikan 2-3 hari, paling aman 3 hari, kemudian pada
hari ke-4 diganti obat oral dan pasien dapat berobat jalan. (Level II). Pada pasien
yang dirawat diruangan pemebrian intravena dapat disulih terapi ke oral setala 3
hari dan pasien di ICU dapat diberikan sulih terapi ke oral setelah 7 hari.
46
Kriteria untuk perubahan obat suntik ke oral pada pneumonia komunitas
a. Hemodinsmik stabil
a. Suhu 37.80C
Pasien harus dipulangkan secepatnya jika klinis stabil, tidak ada lagi masalah medis
dan keadaan lingkungan nya aman untuk melanjutkan perawatan di rumah.
Tabel 3.10 Pemilihan antibiotik untuk sulih terapi pada pneumonia komunitas
47
Lama pengobatan
Lama pemberian antibiotik (iv/oral) minimal 5 hari dan tidak demam 48-
48
- Frekuensi nadi > 100 x/menit
Lama pengobatan pada umumnya 7-10 hari pada pasien yang menunjukan
bila.
oleh MRSA tanpa infeksi di organ lainnya lama pengobatan bervariasi antara 7-21
49
Hipotensi
cm3/kg BB ideal) yaitu pada pneumonia bilateral atau ARDS (level I)3.
dalam jangka waktu tersebut. Dan tingkat kegagaglan mencapai 40% pada pasien
yang lasgsung dirawat di ICU. Jika setelah diberikan pengobatan secara empiris
faktor-faktor pasien, obat obatan yang telah diberikan dan bakteri penyebabnya,
50
Gambar 3.3 Pasien yng tidak respon dengan pengobatan empiris yang telah diberikan.
Pasien yang tidak respon dengan pengobatan empiris yang telah diberikan dapat
disebabkan :
1. Salah diagnosis (bukan infeksi atau tidak ada komponen infeksi pada
2. Diagnosis suadah benar, tetapi pasien tidak respon pada pengobatan, hal
a. Faktor pasien
51
Lesi lokal misal obstruksi lokal akibat benda asing atau keganasan.
b. Faktor obat
Jika penyebab pasien sudah ditemukan tapi pasien tidak respon terhadap
Demam akibat obat atau efek samping lain yang mungkin akan
c. Faktor patogen
Banyaknya variasi dari kuman patogen (M. Tb, jamur, virus dan lain lain)
beberapa kasus patogen ini atau kuman lain mungkin merupakan patogen
penyerta.
52
Dua kelompok penyebab pasien pneumonia komunitas yang tidak respon
pemebrian antibiotik.
ketidak tepatan pemilihan antibiotik. Faktor pasein ini meliputi beratnya penyakit,
terhadap antibiotik awal mungkin disebakna oleh kuman yang resisten, kuman
pada tabel dibawah ini. Klasifikasi ini dapat membantu klinis untuk mendiagnosis
terhadap pengobatan.
Tabel 3.11 Pola dan tipe penyebab pneumonia komunitas yang tidak respon
53
Penatalaksanaan pasien pneumonia komunitas yang tidak respon
Beberapa hal yang harus dilakukan pada pasien yang tidak respon :
prosedur invasif
54
c. Berikan eskalasi antibiotik
adalah CT Scan, bronskopi dan fungsi pleura atau pemasangan selang dada.
3.1.8 Prognosis
bakteri penyebab dan penggunaan antibiotik yang tepat serta adekuat. Perawatan
yang baik dan intensif sangat mempengaruhi prognosis pada pasien yang dirawat.
Angka kematian pasien pneumonia komunitas kuarng dari 5 % pada pasien rawat
jalan 20% pada pasien rawat inapa. Penentuan prognosi menurut IDSA dan
British Thoracis Society (BTS) dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
55
3.1.9 Pencegahan
b. Berhenti meroko
menginginkan imunitas
beresiko
56
1. Vaksinasi influenza
fasilitas lain dalam waktu lama (misalnya biara, asrama, dsb); penyakit
Efektivitas; 88-89 %
yang tidak divaksin mengalami kejadian II, I. 2,2 kali lebih besar dari
makna.
2. Vaksinasi pneumokok
adalah
57
- Perlindungan terhadap orang tua sehat khususnya yang tinggal dirumah
jompo
pneumokok
BAB IV
KESIMPULAN
parasit).
58
Sakit (Hospital - Acquired Pneumonia = HAP), Healt Care Associated
perubahan karakteristik sputum / purulent, suhu tubuh >/= 38oC (axilla) riwayat
demam, nyeri dada, sesak dan diperkuat dengan foto toraks terdapat infiltrat / air
tanda konsolidasi, suara napas bronkial dan ronki serta leukosit > 10.000 atau <
4500. Tatalaksana pada pneumonia diberikan terapi antibiotik yang sesuai dengan
bakteri penyebab dan penggunaan antibiotik yang tepat serta adekuat. Perawatan
yang baik dan intensif sangat mempengaruhi prognosis pada pasien yang dirawat.
DAFTAR PUSTAKA
59
5. Memish AZ, Almasri M, Turkestani E et all. Etiology of severe community-
acquired pneumonia during the 2013 Hajjpart of the MERS-CoV surveillance
program. International Journal of Infectious Diseases.2014
6. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Pneumonia Komunitas Ed 2. Jakarta. Badan
Penerbit FK UI. 2003
7. Moore, Keith & Anne M. R. Agur. Anatomi Klinis Dasar. Jakarta : Hipokrates, 2002.
8. Sloane, Ethel. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: EGC. 2003.
9. Sherwood L. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi 6. Jakarta : EGC; 2012
10. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam. 5th Ed. Jakarta: Interna Publishing; 2009
11. Ward PTJ, Ward J, Leach MR, Wiener MC. At a Glance Sistem Respirasi
Edisi 2. Jakarta : Erlangga;2009
12. Sani A, Jeremy B, et all. Pneumonia in adults: diagnosis and management.
National Institute for Health and Care Excellence; 2014.
60