Anda di halaman 1dari 24

Tugas : KMB II

Dosen : La Rangki, S.Kep

Asuhan Keperawatan Pada Pasien


“ Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) “

Disusun Oleh :
Kelompok 2
RASAP JASENG
WD. YUYUN ANGGRAINI
WD. YUL SARTIKA
LILI ASMIN

AKADEMI KEPERAWATAN
PEMERINTAH KABUPATEN MUNA
2011 / 2012
KATA PENGANTAR
“Syukur Alhamdulillah” ungkapan yang patutu dipanjatkan kehadirat Allah SWT
atas limpahan rahmat, kasih sayang dan pertolongan – Nya sehingga makalah yang berjudul
“ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PPOK” ini dapat terselesaikan sebagaimana
yang diharapkan.Shalawat dan Taslim kepada Rasulullah SAW, keluarga, dan pengikutnya
hingga hari kiamat.
Adalah penting bagi manasiswa memahami serta menginterprestaikan mengenai
KMB mengenai Asuhan Keperawatan pada berbagai penyakit khuusnya Asuhan Keperawatan
Pada Pasien PPOK.Oleh karena itu, penyusun merasa perlu penyajian makalah yang dapat
mendukung salah satu indikator pembelajaran KMB.
Dengan segala kerendahan hati, penyusun menyampaikan bahwa makalah ini masih
banyak kekurang sehingga diperlukan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna
penyempurnaan makalah ini.Namun terlepas dari kekurangan yang ada, semoga makalah ini
dapatbermanfaat bagi para penggunanya “Mahasiswa AKPER PEMKAB MUNA”.

Raha, Oktober 2011

Penyusun

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR …………………………………………………………… i
DAFTAR ISI …………………………………………………………………….. ii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar belakang …………………………………………….. 1
B. Permasalahan …………………………………………….. 1
C. Tujuan ………………………………………………………. 1
D. Metode Penulisan…………………………………………….
BAB II : TINJAUAN TEORITIS
A.Pengertian ……………………………..………………… 2
B. Anatomi & Fisiologi…………………………………………..
C. Etiologi..............................…………………………………. 2
D. Manifestasi Klinis…………………………………………….
E. Patofisiologi………………………………………………….
F. Komplikasi ............................................................................. 3
G.Pemerikasaan Penunjang……………………………………..
H.Penatalaksanaan Medis………………………………………
BAB III : KONSEP ASKEP PADA PASIEN PPOK………………………
A. Pengkajian ……………………………………………..……
B. Diagnosa……………………………………………………
C. Perencanaa………………………………………………….
D. Implementasi & Evaluasi………………………………….
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………
B. Saran……………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronik yang
progresif, artinya penyakit ini berlangsung seumur hidup dan semakin memburuk secara
lambat dari tahun ke tahun.Dalam perjalanan penyakit ini terdapat fase-fase eksaserbasi
akut. Berbagai faktor berperan pada perjalanan penyakit ini, antara lain faktor resiko
yaitu faktor yang menimbulkan atau memperburuk penyakit seperti kebiasaan merokok,
polusi udara, polusi lingkungan, infeksi, genetik dan perubahan cuaca.
Derajat obtruksi saluran nafas yang terjadi, dan identifikasi komponen yang
memugkinkan adanya reversibilitas. Tahap perjalanan penyakit dan penyakit lain diluar
paru seperti sinusitis dan faringitis kronik. Yang pada akhirnya faktor-faktor tersebut
membuat perburukan makin lebih cepat terjadi.Untuk melakukan penatalaksanaan PPOK
perlu diperhatikan faktor-faktor tersebut, sehingga pengobatan PPOK menjadi lebih baik.
Penyakit paru obstruksi kronik adalah klasifikasi luas dari gangguan yang
mencakup bronkitis kronik, bronkiektasis, emfisema dan asma, yang merupakan kondisi
ireversibel yang berkaitan dengan dispnea saat aktivitas dan penurunan aliran masuk dan
keluar udara paru-paru.
Penyakit paru obstruksi kronik adalah kelainan paru yang ditandai dengan
gangguan fungsi paru berupa memanjangnya periode ekspirasi yang disebabkan oleh
adanya penyempitan saluran napas dan tidak banyak mengalami perubahan dalam masa
observasi beberapa waktu.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk memenuhi tugas kelompok dari dosen pembimbing.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui penyakit PPOK tersebut
b. Untuk mengetahui etiologi, patofisiologi, tanda dan gejala, komplikasi,
pemeriksaan penunjang serta penetalaksanaan medis dari penyakit PPOK
c. Untuk mengatahui cara penanganan penyakit tersebut

C. Rumusan Masalah
Masalah yang timbul dari pembuatan makalah ini adalah :
1. Apa devenisi dari penyakit PPOK ?
2. Apa etiologi, patofisiologi, tanda dan gejala, komplikasi, pemeriksaan penunjang
serta penetalaksanaan medis dari penyakit PPOK ?
3. Bagaimana cara penanganan penyakit PPOK itu sendiri ?

D. Metode Penulisan
Metode penulisan makalah ini adalah tinjauan pustaka dengan mengambil
literatur – literatur atau teori – teori melalui buku – buku yang berkaitan dan informasi
melalui layanan internet.
BAB II

KONSEP PENYAKIT

A. Pengertian
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (COPD) atau PPOK merupakan suatu
istilah yang sering digunakan untuk sekelompok penyakit paru-paru yang berlangsung
lama dan ditandai oleh peningkatan resistensi terhadap aliran udara sebagai gambaran
patofisiolog
-
.
PPOK Merujuk pada sejumlah gangguan yang mempengaruhi pergerakan
udara dari dan keluar Paru.Gangguan yang penting adalah Bronkhitis Obstruktif,
Emphysema dan Asthma Bronkiale.(Black. J. M. & Matassarin,.E. J. 1993).
Suatu kondisi dimana aliran udara pada paru tersumbat secara terus
menerus. Proses penyakit ini adalah seringkali kombinasi dari 2 atau 3 kondisi berikut ini
(Bronkhitis Obstruktif Kronis, Emphysema dan Asthma Bronkiale) dengan suatu
penyebab primer dan yang lain adalah komplikasi dari penyakit primer.(Enggram, B.
1996).

B. Etiologi
Etiologi penyakit ini belum diketahui. Penyakit ini dikaitkan dengan
faktor-faktor risiko yang terdapat pada penderita antara lain:
1. Merokok
Hiperplasia kelenjar mucus bronkus
Metaplasia skuamus epitel saluran pernapasan
Inhibisi aktivitas sel rambut getar, makrofag alveolar, surfaktan
2. Polusi udara, zat-zat kimia antara lain : N2O, hidrokarbon, aldehid
3. Infeksi, bakteri terbanyak adalah haemophilus influenza dan streptococus
pneumonia
4. Umur
5. Defisiensi alfa-1 antitripsin
6. Defisiensi anti oksidan
Pengaruh dari masing-masing faktor risiko terhadap terjadinya PPOK
adalah saling memperkuat dan faktor merokok dianggap yang paling dominan.

C. Patofisiologi
Fungsi paru mengalami kemunduran dengan datangnya usia tua yang
disebabkan elastisitas jaringan paru dan dinding dada makin berkurang. Dalam usia yang
lebih lanjut, kekuatan kontraksi otot pernapasan dapat berkurang sehingga sulit bernapas.
Fungsi paru-paru menentukan konsumsi oksigen seseorang, yakni jumlah
oksigen yang diikat oleh darah dalam paru-paru untuk digunakan tubuh.Konsumsi
oksigen sangat erat hubungannya dengan arus darah ke paru-paru.Berkurangnya fungsi
paru-paru juga disebabkan oleh berkurangnya fungsi sistem respirasi seperti fungsi
ventilasi paru.
Faktor-faktor risiko tersebut diatas akan mendatangkan proses inflamasi
bronkus dan juga menimbulkan kerusakan pada dinding bronkiolus terminalis. Akibat
dari kerusakan akan terjadi obstruksi bronkus kecil (bronkiolus terminalis), yang
mengalami penutupan atau obstruksi awal fase ekspirasi. Udara yang mudah masuk ke
alveoli pada saat inspirasi, pada saat ekspirasi banyak terjebak dalam alveolus dan
terjadilah penumpukan udara (air trapping).
Hal inilah yang menyebabkan adanya keluhan sesak napas dengan segala
akibatnya. Adanya obstruksi pada awal ekspirasi akan menimbulkan kesulitan ekspirasi
dan menimbulkan pemanjangan fase ekspirasi. Fungsi-fungsi paru: ventilasi, distribusi
gas, difusi gas, maupun perfusi darah akan mengalami gangguan (Brannon, et al, 1993).

D. Klasifikasi
1. Bronkitis kronik
Bronkitis merupakan definisi klinis batuk-batuk hampir setiap hari disertai
pengeluaran dahak, sekurang-kuranganya 3 bulan dalam satu tahun dan terjadi
paling sedikit selama 2 tahun berturut-turut.
2. Emfisema paru
Emfisema paru merupakan suatu definisi anatomik, yaitu suatu perubahan
anatomik paru yang ditandai dengan melebarnya secara abnormal saluran udara
bagian distal bronkus terminalis, yang disertai kerusakan dinding alveolus.
a. Emfisema Centriolobular Merupakan tipe yang sering muncul,
menghasilkan kerusakan bronchiolus, biasanya pada region paru atas.
Inflamasi berkembang pada bronchiolus tetapi biasanya kantung alveolar
tetap bersisa.
b. Emfisema Panlobular (Panacinar) Merusak ruang udara pada seluruh
asinus dan biasanya termasuk pada paru bagian bawah. Bentuk ini
bersama disebut centriacinar emfisema, timbul sangat sering pada seorang
perokok.
c. Emfisema Paraseptal Merusak alveoli pada lobus bagian bawah yang
mengakibatkan isolasi dari blebs sepanjang perifer paru. Paraseptal
emfisema dipercaya sebagai sebab dari pneumothorax spontan. Panacinar
timbul pada orang tua dan klien dengan defisiensi enzim alpha-antitripsin.
Pada keadaan lanjut, terjadi peningkatan dyspnea dan infeksi pulmoner,
seringkali timbul Cor Pulmonal (CHF bagian kanan) timbul.

3. Astma
Asma merupakan suatu penyakit yang dicirikan oleh hipersensitivitas cabang-cabang
trakeobronkial terhadap pelbagai jenis rangsangan.Keadaan ini bermanifestasi sebagai
penyempitan saluran-saluran napas secara periodic dan reversible akibat bronkospasme.

E. Tanda & Gejala


Tanda dan gejala akan mengarah pada dua tipe pokok:
1. Mempunyai gambaran klinik dominant kearah bronchitis kronis (blue bloater).
2. Mempunyai gambaran klinik kearah emfisema (pink puffers).
Tanda dan gejalanya adalah sebagai berikut:
a. Kelemahan badan
b. Batuk
c. Sesak napas
d. Sesak napas saat aktivitas dan napas berbunyi
e. Mengi atau wheeze
f. Ekspirasi yang memanjang
g. Bentuk dada tong (Barrel Chest) pada penyakit lanjut
h. Penggunaan otot bantu pernapasan
i. Suara napas melemah
j. Kadang ditemukan pernapasan paradoksal
k. Edema kaki, asites dan jari tabuh

F. Komplikasi
1. Hipoxemia
Hipoxemia didefinisikan sebagai penurunan nilai PaO2 kurang dari 55 mmHg,
dengan nilai saturasi Oksigen <85%. Pada awalnya klien akan mengalami
perubahan mood, penurunan konsentrasi dan pelupa. Pada tahap lanjut timbul
cyanosis.
2. Asidosis Respiratory
Timbul akibat dari peningkatan nilai PaCO2 (hiperkapnia). Tanda yang muncul
antara lain : nyeri kepala, fatique, lethargi, dizzines, tachipnea.
3. Infeksi Respiratory
Infeksi pernafasan akut disebabkan karena peningkatan produksi mukus,
peningkatan rangsangan otot polos bronchial dan edema mukosa.Terbatasnya
aliran udara akan meningkatkan kerja nafas dan timbulnya dyspnea.

4. Gagal jantung
Terutama kor-pulmonal (gagal jantung kanan akibat penyakit paru), harus
diobservasi terutama pada klien dengan dyspnea berat.Komplikasi ini sering kali
berhubungan dengan bronchitis kronis, tetapi klien dengan emfisema berat juga
dapat mengalami masalah ini.
5. Cardiac Disritmia
Timbul akibat dari hipoxemia, penyakit jantung lain, efek obat atau asidosis
respiratory.
6. Status Asmatikus
Merupakan komplikasi mayor yang berhubungan dengan asthma bronchial.
Penyakit ini sangat berat, potensial mengancam kehidupan dan seringkali tidak
berespon terhadap therapi yang biasa diberikan. Penggunaan otot bantu
pernafasan dan distensi vena leher seringkali terlihat.

G. Pemeriksaaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan adalah sebagai berikut:
1. Pemeriksaan radiologist
Pada bronchitis kronik secara radiologis ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan:
a. Tubular shadows atau farm lines terlihat bayangan garis-garis yang
parallel, keluar dari hilus menuju apeks paru. Bayangan tersebut adalah
bayangan bronkus yang menebal.
b. Corak paru yang bertambah

 Pada emfisema paru terdapat 2 bentuk kelainan foto dada yaitu:


1) Gambaran defisiensi arteri, terjadi overinflasi, pulmonary oligoemia dan bula.
Keadaan ini lebih sering terdapat pada emfisema panlobular dan pink puffer.
2) Corakan paru yang bertambah.
3) Pemeriksaan faal paru

 Pada bronchitis kronik terdapat VEP1 dan KV yang menurun, VR yang


bertambah dan KTP yang normal. Pada emfisema paru terdapat penurunan
VEP1, KV, dan KAEM (kecepatan arum ekspirasi maksimal) atau MEFR
(maximal expiratory flow rate), kenaikan KRF dan VR, sedangkan KTP
bertambah atau normal. Keadaan diatas lebih jelas pada stadium lanjut, sedang
pada stadium dini perubahan hanya pada saluran napas kecil (small airways).
Pada emfisema kapasitas difusi menurun karena permukaan alveoli untuk
difusi berkurang.
2. Analisis gas darah
Pada bronchitis PaCO2 naik, saturasi hemoglobin menurun, timbul sianosis,
terjadi vasokonstriksi vaskuler paru dan penambahan eritropoesis. Hipoksia yang
kronik merangsang pembentukan eritropoetin sehingga menimbulkan polisitemia.
Pada kondisi umur 55-60 tahun polisitemia menyebabkan jantung kanan harus
bekerja lebih berat dan merupakan salah satu penyebab payah jantung kanan.
3. Pemeriksaan EKG
Kelainan yang paling dini adalah rotasi clock wise jantung. Bila sudah terdapat
kor pulmonal terdapat deviasi aksis kekanan dan P pulmonal pada hantaran II, III,
dan aVF. Voltase QRS rendah Di V1 rasio R/S lebih dari 1 dan V6 rasio R/S
kurang dari 1. Sering terdapat RBBB inkomplet.
a. Kultur sputum, untuk mengetahui petogen penyebab infeksi.
b. Laboratorium darah lengkap

H. Penatalaksanaan Medis
1. Pencegahan : Mencegah kebiasaan merokok, infeksi, dan polusi udara
2. Terapi eksaserbasi akut di lakukan dengan :
a. Antibiotik, karena eksaserbasi akut biasanya disertai infeksi
Infeksi ini umumnya disebabkan oleh H. Influenza dan S. Pneumonia,
maka digunakan ampisilin 4 x 0.25-0.56/hari atau eritromisin 4x0.56/hari
Augmentin (amoksilin dan asam klavulanat) dapat diberikan jika kuman
penyebab infeksinya adalah H. Influenza dan B. Cacarhalis yang
memproduksi B. Laktamase Pemberiam antibiotik seperti kotrimaksasol,
amoksisilin, atau doksisiklin pada pasien yang mengalami eksaserbasi
akut terbukti mempercepat penyembuhan dan membantu mempercepat
kenaikan peak flow rate. Namun hanya dalam 7-10 hari selama periode
eksaserbasi.Bila terdapat infeksi sekunder atau tanda-tanda pneumonia,
maka dianjurkan antibiotik yang kuat.
b. Terapi oksigen diberikan jika terdapata kegagalan pernapasan karena
hiperkapnia dan berkurangnya sensitivitas terhadap CO2
c. Fisioterapi membantu pasien untuk mengelurakan sputum dengan baik.
d. Bronkodilator, untuk mengatasi obstruksi jalan napas, termasuk di
dalamnya golongan adrenergik b dan anti kolinergik. Pada pasien dapat
diberikan salbutamol 5 mg dan atau ipratopium bromida 250 mg diberikan
tiap 6 jam dengan nebulizer atau aminofilin 0,25 - 0,56 IV secara
perlahan.
3. Terapi jangka panjang di lakukan :
a. Antibiotik untuk kemoterapi preventif jangka panjang, ampisilin 4x0,25-
0,5/hari dapat menurunkan kejadian eksaserbasi akut.
b. Bronkodilator, tergantung tingkat reversibilitas obstruksi saluran napas
tiap pasien maka sebelum pemberian obat ini dibutuhkan pemeriksaan
obyektif dari fungsi faal paru.
c. Fisioterapi
d. Latihan fisik untuk meningkatkan toleransi aktivitas fisik
e. Mukolitik dan ekspektoran
f. Terapi oksigen jangka panjang bagi pasien yang mengalami gagal napas
tipe II dengan PaO2 (7,3 Pa (55 MMHg)
g. Rehabilitasi, pasien cenderung menemui kesulitan bekerja, merasa sendiri
dan terisolasi, untuk itu perlu kegiatan sosialisasi agar terhindar dari
depresi.

Penatalaksanaan PPOK pada usia lanjut adalah sebagai berikut:


1. Meniadakan faktor etiologi/presipitasi, misalnya segera menghentikan
merokok, menghindari polusi udara.
2. Membersihkan sekresi bronkus dengan pertolongan berbagai cara.
3. Memberantas infeksi dengan antimikroba. Apabila tidak ada infeksi
antimikroba tidak perlu diberikan. Pemberian antimikroba harus tepat
sesuai dengan kuman penyebab infeksi yaitu sesuai hasil uji
sensitivitas atau pengobatan empirik.
4. Mengatasi bronkospasme dengan obat-obat bronkodilator. Penggunaan
kortikosteroid untuk mengatasi proses inflamasi (bronkospasme)
masih kontroversial.
5. Pengobatan simtomatik.
6. Penanganan terhadap komplikasi-komplikasi yang timbul.
7. Pengobatan oksigen, bagi yang memerlukan. Oksigen harus diberikan
dengan aliran lambat 1 - 2 liter/menit.
Rehabilitasi untuk pasien PPOK adalah :
a. Fisioterapi
b. Rehabilitasi psikis
c. Rehabilitasi pekerjaan (Mansjoer 2001 : 481-482)]
Tujuan penatalaksanaan PPOK adalah:
1. Memeperbaiki kemampuan penderita mengatasiu gejala tidak hanya pada
fase akut, tetapi juga fase kronik.
2. Memperbaiki kemampuan penderita dalam melaksanakan aktivitas harian.
3. Mengurangi laju progresivitas penyakit apabila penyakitnya dapat
dideteksi lebih awal.
BAB III
KONSEP ASKEP

A. Pengkajian
a. Pengumpulan Data
1) Aktivitas / istirahat
Gejala :
Klien menegatakan selama sakit aktivitas klien di bantu oleh
keluarga dan perawat
Klien mengatakan sesaknya bertambah saat beraktivitas
Tanda :
Nampak aktivitas klien dibantu oleh keluarga dan perawat
Klien nampak sesak saat beraktivitas
2) Interaksi ego
Gejala :
Klien mengatakan cemas
Tanda :
Menyangkal, marah dan gelisah
3) Makanan dan cairan
Gejala :
KLien mengatakan berat badannya menurun
Klien mengatakan kurang nafsu makan
Tanda :
Porsi maqkan tidak dihabiskan
Badan tambah kurus
4) Pernapasan
Gejala :
Klien mengatakan sesak napas
Klien mengatakan batuknya berdahak
Tanda :
Suara paru ronkhi disebelah kanan dada
Kilen nampak batuk berdahak
Frekuensi napas cepat
Klien bernapas menggunakan otot – otot pernapasan
Klien nampak batuk
5) Penyuluhan dan Pembelajaran
Gejala :
Klien selalu bertanya tentang penyalitnya
Tanda :
Klien selalu bertanya

b. Klasifikasi Data
Data Subyektif :
KLien mengatakan sesak naps
Klien mengatakan batuknya berdahak
Klien mengatakan berat badannya menurun
Klien mengatakan kurang nafsu makan
Klien mengatakan tidak bisa beraktivitas
Klien mengatakan sesak bertambah saat beraktivitas
Klien mengatakan cemas
Klien selalu bertanya tentang penyakitnya
Data Obyektif :
Suara paru ronkhi disebelah dada kanan
Klien nampak betuk berdahak
Frekuensi napas cepat
Klien bernapas menggunakan otot – otot pernapsan
Klien nampak batuk
Porsi makan tidak dihabiskan
Badan tampak kurus
Berat badan menurun
Nampak aktivitas klien dibantu
Klien nampak sesak saat beraktivitas
Klien nampak gelisah
Klioen selalu bertanya

c. Analisa Data
No Symptom Etiology Problem
1 DS : Terpapar polusi udara yang Bersihan jalan naps
 Klien mengatakan terus menerus tidak efektif
sesak napas
 Klien mengatakan Hypertrofi dan hyperplasia
batuknta berdahak kelenjar mucus serta
 Klien mengataka metaplasisel goblek
sering batuk
DO : Sekret terakumilasi pada
 Suara paru jalan napas
wheezing disebelah
kanan Penurunan kemampuan
 Batuknya berdahak untuk mengeluarkan secret
 Terdapat retraksi
dinding dada Bersihan jalan naps tidak
 Nampak sesak naps efektif
 Frekwensi napas
cepat
2 DS : Infasi mikroorganisme dalam Gangguan
 Klien mengatakan tubuh pemenuhan
kurang nafsu makan kebutuhan nutrisi
 Klien mengatakan Meningkatkan aktivitas
berat badannya seluler
menurun
DO : Gangguan kebutuhan
 Badan nampak pemenuhan nutrisi
kurus
 Porsi makan tidak
dihabiskan

3. DS : Bersihan jalan napas tidak Intoleransi aktivitas


 Klien mengatakan efektif
tidak bisa
beraktivitas Akumulasi sekret pada jalan
 Klien mengatakan napas
sesaknya bertambah
saat beraktivitas Gangguan pertukaran gas
DO :
 Nampak aktivitas Peningkatan penggunaan
klien dibantu energy untuk bernapas
 Klien nampak sesak
saat beraktivitas Penurunan energy cadangan

Kelemahan

Intoleransi aktivitas

4 DS : Adanya penyakit kronik Ansietas


 Klien mengatakan
cemas Merupakan stressor
 Klien bertanya psikologis bagi klien
tentang penyakitnya
DO : Kurang terpaparnya
 Klien nampak informasi tentang
gelisah penyakitnya dan proses
 Klien selalu pengobatan
bertanya
Ansietas
5 DS : Adanya batuk terus menerus Resiko tinggi
 Klien mengatakan penyebaran infeksi
batuk berdahak Kuman mikroorganisme
DO : terbawa oleh batuk
 Klien nampak batuk
Merupakan media
penyebaran bakteri melalui
udara

Kurang pengetahuan tentang


cara penularan dan
pencegahan penyakit

Resiko tinggi penyebaran


infeksi

B. Diagnosa Keperawatan
a. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan penumpukkan sekresi pada jalan
napas ditandai dengan :
DS :
 Klien mengatakan sesak napas
 Klien mengatakan batuk berdahak
 Klien mengatakan sering batuk
DO :
 Suara paru ronkhi sebelah kanan
 Batuknya berdahak
 Respirasi 32x/ menit
 Terdapat retraksi dinding dada
 Nampak sesak napas
b. Gangguan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan meningkatnya metabolisme
berlebihan ditandai dengan :
DS :
 Klien mengatakan kurang nafsu makan
 Klien mengatakan berat badannya menurun
DO :
 Klien nampak kurus
 BB menurun
 Porsi makan tidak dihabiskan
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan ditandai dengan :
DS :
 Klien mengatakan selama sakit aktivitas klien dibantu oleh keluarga dan
perawat
 Klien mengatak sesaknya bertambah saat beraktivitas
DO :
 Nampak aktivitas klien dibantu oleh keluarga dan perawat
 Klien nampak sesak saat beraktivitas
d. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit dan
pengobatan ditandai dengan :
DS :
 Klien mengatakan cemas
 Klien selalu bertanya tentang penyakitnya
DO :
 Klien nampak gelisah
 Klien selalu bertanya
e. Resiko tinggi penyebaran infeksi berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
tentang cara penularan dan pencegahan penyakit ditandai dengan :
DS :
 Klien mengatakan batuk
DO :
 Klien nampak batuk

C. Rencana Asuhan Keperawatan


No Tujuan Intervensi Rasional
1 Tupan : 1. Observasi tanda – tanda 1. Untuk menentukan
Setelah diberikan tindakan vital . intervensi selanjutnya.
keperawatan selama 7 hari
pola napas kembali efektif. 2. Auskultasi bunyi 2. Bunyi napas tidak
Tupen : pernapasan. normal menandakan
Setelah dilakukan tindakan masih adanya masalah.
keperawatan selama 2 hari 3. Pertahankan posisi semi 3. Posisi semi fowler
pola napas berangsur – fowler. dapat mengurangi
angsur membaik, dengan sesak.
kriteria hasil : 4. Anjurkan kepada klien 4. Mengencerkan dahak
 Sesak berkurang untuk minum air agar mudah keluar.
 Tidak menggunakan hangat.
otot – otot 5. Bimbing dan latih 5. Batuk tidak terkontrol
pernapasan teknik napas dalam dan adalah melelahkan dan
batuk efektif yang tidak efektif
teratur. menyebabkan frustasi.
6. Pemberian nebulizer 6. Pemberian nebulizer
sesuai indikasi. dapat membantu
pengenceran dahak.
7. Lanjutkan pemberian 7. O2 dapat mengurangi
O2 sesuai intruksi sesak dan membantu
dokter. memenuhi kebutuhan
oksigen.
2 Tupan : 1. Observasi tingkat 1. Sebagai data dasar
Setelah diberikan tindakan pemasukkan nutrisi untuk menentukan
keperawatan selama 5 hari klien. intervensi selanjutnya.
gangguan pemenuhan 2. Hindarkan klien untuk 2. Makanan yang
kebutuhan nutrisi terpenuhi. mengkonsumsi merangsang batuk
Tupen : makanan yang dapat dapat meningkatkan
Setelah diberikan tindakan merangsang batuk. frekwensi batuk lebih
keperawatan selama 1 hari tinggi.
nutrisi berangsur – adngsur 3. Berikan makanan 3. Mencegah klien cepat
terpenuhi, dengan kriteria pasien dalam porsi bosan terhadap
hasil : kecil tapi sering. makanan yang
 Nafsu makan baik diberikan.
 BB naik 4. Beri HE kepada klien 4. Agar dapat mengerti
dan keluarga tentang pentingnya nutrisi bagi
nutrisi. tubuh.
5. Anjutkan pemberian 5. Memenuhi kebutuhan
diet TKTP. nutrisi.
3 Tupan : 1. Observasi tingkat 1. Mengetahui batasan
Setelah diberikan tindakan aktivitas klien. yang dapat dilakukan
keperawatan selama 5 hari 2. Bantu klien melakukan klien.
intoleransi aktivitas teratasi. aktivitas yang tidak 2. Dengan bantuan orang
Tupen : dapat dilakukan. lain kebutuhan ADL
Stelah dilakukan tindakan 3. Libatkan keluarga klien terpenuhi.
keperawatan selama 1 hari dalam pemenuhan ADL 3. Mengurangi
intoleransi aktivitas klien. ketergantungan
berangsur – angsur teratasi, 4. Anjurkan klien keluarga kepeda
dengan kriteria hasil : melakaukan aktivitas petugas.
 Aktivitas klien tidak sesuai dengan 4. Aktivitas tang sesuai
dibantu lagi kemempuannya. dapat mencegah
 Saat beraktivitas 5. Selingi periode kekakuan otot.
klien tidak sesak lagi. aktivitas dengan 5. Mengurangi kerja otot
istirahat. meminimalkan
penggunaan energy
yang berlebihan.
4 Tupan : 1. Kaji sejauh mana 1. Diharapkan klien dapat
Setelah diberikan tindakan pasien mengetahui memberikan gambaran
keperawatan selama 1 hari penyakitnya. sejauh mana
cemas hilang. pengetahuannya
Tupen : sehingga dapat
Setelah diberikan tindakan melakukan langkah
keperawatan selama 1 x 24 selanjutnya.
jam cemasnya berangsur – 2. Jelaskan pada klien 2. Diharapakan klien
angsur hilang dengan kriteria tentang penyakit dan mengetahui dan
hasil : prosedur memahami tentang
 Ekspresi wajah pengobatannya. penyakitnya dan
tenang. prosedur pengobatan.
 Klien mengerti 3. Anjurkan pada keluarga 3. Keluarga adalah
dengan penjelasan untuk memberikan support yang baik
perawat. support dan motivasi untuk percepatan proses
kepeda klien. penyembuhan klien.
5 Tupan : 1. Pantau suhu tubuh 1. Untuk mengidentifikasi
Tidak terjadi penyebaran klien. kemajuan – kemajuan
infeksi. yang dapat dicapai .
Tupen : 2. Berikan antibiotic 2. Infeksi merupakan
Setelah diberikan tindakan sesuai anjuran, mis factor pencetus distress
keperawatan selama 2 hari :cefotaxime. pernapasan yang sering,
tidak ada penyebaran infeksi, oleh karena itu sering
dengan kriteria hasil : kali antibiotic diberika
Klien tidak batuk. sebagai pengobatan dan
pencegahan terhadap
infeksi.
3. Cuci tangan adalah
3. Laksanakan
tindakan yang paling
kewaspadaan umum
sering dan utama
seperti cuci tangan.
dilakukan oleh perawat.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (COPD) atau PPOK merupakan suatu istilah
yang sering digunakan untuk sekelompok penyakit paru-paru yang berlangsung lama dan
ditandai oleh peningkatan resistensi terhadap aliran udara sebagai gambaran patofisiologi
utamanya.Diagnosa atau gangguan yang dialami.

B. Saran
Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan olenya itu dibutuhkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun.
DAFTAR PUSTAKA

http://www.Google.co.id
Price, Sylvia A. dan Lorraine M. Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses – proses
Penyakit. Jakarta : Buku Kedokteran EGC
Robbins & Kumar. 1995. Patofisiologi II Edisi 4. Jakarta : Buku Kedokteran EGC
Smeltzer, Sizanne C. & Brenda G. Bare. 2002. Keperawatan Medikal-Bedah Edisi 8. Jakarta :
Buku Kedokteran EGC

Anda mungkin juga menyukai