DISUSUN OLEH :
Penulis
DAFTAR ISI
Kata pengantar.................................................................................................. i
Daftar isi........................................................................................................... ii
Bab I Pendahuluan
2.1 Definisi............................................................................................... 6
2.2 Anatomi Fisiologi............................................................................... 7
2.3 Etiologi............................................................................................... 10
2.4 Patofisiologi........................................................................................ 18
2.5 Patway COPD..................................................................................... 20
2.6 Pengkajian.......................................................................................... 22
2.7 Diagnosa............................................................................................. 23
2.8 Intervensi............................................................................................ 24
2.9 Hasil Evaluasi..................................................................................... 32
3.1 Kesimpulan......................................................................................... 33
3.2 Saran................................................................................................... 33
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pencemaran udara dapat menimbulkan dampak terhadap kesehatan, harta
benda, ekosistem maupun iklim. Umumnya gangguan kesehatan sebagai akibat
pencemaran udara terjadi pada saluran pernapasan dan organ penglihatan. Salah
satu dampak kronis dari pencemaran udara adalah bronchitis dan emphysema.
Saluran pernapasan merupakan jalur pernapasan yang paling penting pada
lingkungan industri. Berbagai jenis zat dapat terbawa dalam udara lingkungan
kerja. Efek paparan zat melalui saluran pernapasan sangat beragam, tergantung
pada konsentrasi dan lamanya pemaparan serta status kesehatan orang yang
terpapar (Mulia,2005 dalam Saminan 2014)
Banyak partikel kotoran dalam udara inspirasi ditangkap oleh mukus yang
menutupi rongga nasal dan faring, maupun trakea dan percabangan bronkus. Pada
percabangan bronkus, partikel difagositosis dengan segera atau dikembalikan ke
arah glotis oleh silia epitel trakeobronkial (pergerakan mukosiliar). Silia bergetar
12-20 kali/detik dan mendorong lapisan tipis mukosa pada kecepatan sekitar 1
cm/menit. Mukus yang dihasilkan pada kecepatan sekitar 10-100 ml/hari
tergantung pada iritasi setempat (misalnya, asap) dan perangsangan vagal. Mukus
biasanya ditelan dan cairannya diabsrobsi pada traktus gastrointestinal (Handojo
Y, 1990 dalam Saminan 2014).
Obstruktif adalah penurunan kecepatan aliran ekspirasi (ekspiratory flow)
(Harrison’s, 2000 dalam Saminan 2014).
1.2. Rumusan Masalah
1. Definisi COPD ?
2. Anatomi dan Fisiologi ?
3. Etiologi COPD ?
4. Manisfestasi klinis COPD ?
5. Komplikasi COPD ?
6. penatalaksanaan COPD ?
7. Patifisiologi COPD ?
8. Patway COPD ?
9. Pengkajian COPD ?
10. Diagnosa keperawatan?
11. Intervensi COPD?
12. Evaluasi COPD?
2. Asidosis Respiratory
3. Infeksi Respiratory
4. Gagal jantung
6. Status Asmatikus
2.1.1.6. Penatalaksaan
Beberapa teknik penatalaksaan yang berbeda, yang berkisar dari
latihan olahraga, konseling nutrisi, dan penyuluhan , sampai terapi obat,
penggunaan oksigen, dan pembedahan, dapat efektif dalam terapi PPOK.
2.1.1.1. Terapi Non Farmakologi
Tujuan utama rehabilitasi paru adalah mengurangi gejala,memperbaiki
gejala kualitas hidup, dan meningkatkan partisipasi fisik dan emosional dalam
aktivitas sehari-hari. Panduan (GOLD 2001)untuk diagnosis, penatalaksaan
dan pencegahan ppok merekomendasi program rehabilitasi paru yang
komprehensif.
1. Aktivis olahraga
Program aktivis olahraga untuk ppok dapat terdiri atas sepeda
ergometri, latihan treatmil atau berjalan dengan diatur waktunya ,
frekuensinya dapat berkisar dari setiap hari sampai setiap minggu, drngan
durasi 10-45 menit per sesi, dan intesistas latihan dari 50% konsumsi oksigen
puncak sampai maksimum yang ditoleransi. Manfaat rehabilitasi paru pada
pasien ppok meliputi hal-hal berikut ini :
memperbaiki kapasitas aktivitas fisik.
mengurangi intensitas sesak nafas.
memperbaiki kualitas hidup yang berhubungan dengan kesehatan.
mengurangi jumlah hospitalisi dan hari rawat di rumah sakit.
mengurangi ansietas dan depresi yang berkaitan dengan PPOK.
memperbaiki fungsi lengan dengan latihan kekuatan dan daya tahan
ekstremitas atas.
manfaat yang melebihi periode latihan segera.
memperbaiki harapan hidup.
2. Konseling nutrisi
Malnutrisi mengakibatkan penurunan otot pernapasan dan kelemahan otot
pernapasan lebih lanjut. Pengkajian nutrisi yang menyeluruh harus dilakukan
untuk mengidentifikasi strategi guna memaksimalkan status nutrisi pasien.
Tindakan preventif dapat mencakup pemberian makanan yang sedikit dan
sering untuk pasien yang mengalami sesak nafas ketika makan. memperbaiki
status nutrisi pasien ppok yang mengalami penurunan berat badan dapat
menyebabkan peningkatan kekuatan otot pernapasan.
3. Penyuluhan
Berhenti merokok adalah metode tunggal yang palinng efektif dalam
mengurangi resiko terjadinya ppok dan memperlambat kemajuan penyakit.
Pasien harus dianjurkan untuk memeriksa penggumuman public tentang
kualotas udara, dan bergantung kepada keparahan penyakit mereka, mereka
harus menghindari latihan yang keras diluar ruangan atau tinggal didalam
ruangan jika mungkin selama beberapa hari ketika kadar polusi tinggi.
2.1.1.1.6.2. Terapi Farmakologi
Terapi farmakologi untuk pasien ppok yang stabil terutama adalah
bronkodilator dan glukokortikosteroid.
1. Bronkodilator
Adalah bagian penting penatalaksaan gejala pada pasien ppok dan
diresepkan sesuai kebutuhan atau secara teratur untuk mencegah atau
mengurangi gejala. Bronkodilator memperbaiki pengosogan paru, mengurangi
hiperinflasi pada saat istirahat dan selama latihan, dan memperbaiki performa
latihan.
2.glukokortikoid
Terapi inhalasi glukokortikosteriod yang rutin untuk ppok hanya
sesuai pada pasien dengan penyakit simtomatik dan respon spirometrik yang
tercatat terhadap glukokortikosteroid , atau pada pasien dengan FEV, kurang
dari 50% diprediksi dan eksaserbasi berulang yang memerlukan terapi dengan
antibiotic.
3. Agens farmakologi lain
Beberapa obat lain dapat bermanfaat tetapi tidak direkomendasikan
secara universal. Antibiotic tidak boleh digunakan pada ppok kecuali untuk
terapi eksaserbasi infeksi dan infeksi bakteri lainnya. N-asetilsistein, suatu
anti oksidan, terbukti mengurangi frekuensi eksaserbasi ppok dan dapat
berperan untuk terapi pasien yang mengalami eksaserbasi
berulang.imunostimulator terbukti untuk mengurangi keparahan namun tidak
mengurangi frekuensi eksaserbasi PPOK.
2.1.1.1.6.3. Terapi Oksigen
Terapi oksigen adalah salah satu terapi non farmakologi utama untuk pasien
yang mengalami PPOK berat. Terapi oksigen dapat diberikan sebagai kontinu
jangka panjang, selama olahraga, dan untuk mengurangi dyspnea akut. Tujuan
rerapi oksigen jangka panjang adalah meningkatkan Pao2,dasar pada saat
istirahat sampai minimal 60mmHg setinggi permukaan air laut atau
menghasilkan satu rasi oksigen dalam darah arteri minimal 90%. Hal ini untuk
mempertahankan fungsi organ vital dengan memastikan distribusi oksigen
yang adekuat. Pemberian oksigen jangka panjang(lebih dari 15 jam perhari)
untuk pasien yang mengalami gagal napas kronis terbukti meningkatkan
harapan hidup. Akan tetapi, kewaspadaan harus dilakukan dalam pemberian
oksigen tambahan untuk kelompok pasien pilihan ini.
2.1.1.1.6.4. Terapi Pembedahan
1. Bedah reduksi volume paru
2.1.1.1.6.6. Pencegahan
Pengukuran gas darah arteri harus dilakukan pada semua pasien dengan
FEV, kurang dari 40% yang diprediksi atau ketika tanda klinis gagal napas
atau gagal jantung kanan terjadi. gagal napas diindikasikan oleh tekanan
parsial oksigen arteri, 60mmHg dengan atau tanpa tekanan parsial
karbondioksida arteri 45mmHg jika udara pernapasan sejajar permukaan air
laut. beberapa tindakan kewaspadaan haryus dilakukan untuk memastikan
hasil yang akurat. Pertama, harus dicatat jika pasien saat ini mendapatkan
sumber oksigen dan sejumlah oksigen diberikan kepada pasien selama masa
sampel gas darah. Kedua, jika fraksi oksigen inspirasi berubah, periode 20
sampai 30 menit harus berlalu sebelum tekanan gas diperiksa kembali.
2.1.7. Patofisiologi
Pada PPOK lebih lanjut, obstruksi jalan nafas perifer, destruksi parenkim,
dan iregularitas vascular pulmonal mengurangi kapasitas paru untuk
pertukaran gas sehingga menyebabkan hipoksemia (oksigen darah rendah) dan
hiperkapnia (karbon dioksida darah tinggi). Ketidakseimbangan rasio
ventilasi-perfusi adalah kekuatan pendorong dibelakang hipoksemia pada
pasien PPOK, tanpa memperhatikan stadium penyakit. Hiperkapnia kronis
biasanya mengindikasikan disfungsi otot inspirasi dan hipoventilasi alveolar.
Ketika hiposekmia dan hiperkapnia berkembang lambat pada PPOK,
hipertensi pulmonal sering terjadi, yang menyebabkan hipertrofi ventrikel
kanan, lebih dikenal sebagai kor pulmonal. Gagal jantung kanan
menyebabkan statis vena lebih lanjut dan thrombosis yang dapat berpotensi
menyebabkan embolisme paru lebih lanjut mengganggu sirkulasi paru,.
Terakhir, PPOK berkaitan dengan inflamasi sistemik dan disfungsi otot
rangka yang dapat menyebabkan keterbatasan kapasitas aktivitas fisik dan
penurunan status kesehatan. (Morten.patricia gonce, RN, PhD, ACNP,
FAAN.dkk :2005)
2.1.1.8. Pengkajian
Riwayat
Riwayat medis yang rinci tentang pasien baru yang diketahui memiliki
atau dicurigai PPOK, harus mengkaji hal-hal ini :
Intervensi
No Diagnosa keperawatan NANDA Hasil yang dicapai (NOC)
(NIC)
1 Ketidakefektifan bersihan Status pernafasan: patensi jalan Manajemen jalan nafas:
jalan nafas nafas Independen
Yang berhubungan dengan: Mempertahankan kepatenan Auskultasi jalan
Produksi mukus berlebihan, jalan nafas dengan suara nafas nafas. Catat suara
sekresi tertahan, eksudat di bersih atau dibersihkan. nafas tambahan
dalam alveoli Menunjukkan perilaku yang seperti mengi,
Merokok/perokok aktif bertujuan untuk meningkatkan crackles, atau ronki
Spasme jalan nafas, jalan bersihan jalan nafas. Kaji dan pantau
nafas alergi frekuensi pernafasan.
Definisi : Catat rasio inspirasi
Ketidakmampuan membersihkan ke ekspirasi
sekresi atau obstruksi dari Catat keberadaan dan
saluran nafas untuk derajad dyspnea, mis,
mempertahankan bersihan jalan laporan “lapar udara”,
nafas. gelisah ansientas,
hipoksia distress
napas, dan
penggunaan otot
aksesoris, gunakan
skala 0-10 atau
thoracic society’s
grade of
breathlessness scale
untuk menilai
kesulitan bernafas.
2 Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan Kaji kemampuan
Yang berhubungan dengan: asuhankeperawatan selama 3x24 jam pasien untuk
Ketidakseimbangan diharapkan klien dapat melakukan aktivitass
kebutuhan meningkatkan partisipasi dalam normal, catat
suplai oksigen aktivitas dengan kriteria hasil kelemahan, keletihan.
Definisi: menunjukkan peningkatan toleransi Awasi TD, nadi,
Ketidakcukupan energi untuk aktivitas. pernapasan.
melakukan aktivitas sehari-hari. Berikan lingkugan
tenang.
Ubah posisi pasien
dengan perlahan dan
pantau kondisi
pusing.
3 Gangguan pola tidur Setelah dilakukan tindakan Pantau keadaan umum
Yang berhubungan dengan: keperawatan selama 2 x 24 jam pasien dan TTV
gangguan dengan cara tidur diharapkan pasien dapat istirahat Kaji Pola Tidur.
pasangan tidur malam optimal dengan KH= Kaji fungsi
kendala lingkungan Melaporkan istirahat tidur malam pernapasan: bunyi
kurang privasi yang optimal. Tidak menunjukan napas, kecepatan,
pola tidur tidak perilaku gelisah. Wajah tidak pucat irama.
menyehatkan dan konjungtiva mata tidak anemis Kaji faktor yang
Definisi: karena kurang tidur malam. menyebabkan
Gangguan kualitas dan Mempertahankan (atau membentuk) gangguan tidur (nyeri,
kuantitas waktu tidur akibat pola tidur yang memberikan energi takut, stress, ansietas,
faktor eksternal. yang cukup untuk menjalani imobilitas, gangguan
aktivitas sehari-hari. eliminasi seperti
sering berkemih,
gangguan
metabolisme,
gangguan transportasi,
lingkungan yang
asing, temperature,
aktivitas yang tidak
adekuat).
Catat tindakan
kemampuan untuk
mengurangi
kegelisahan.
Ciptakan suasana
nyaman, Kurangi atau
hilangkan distraksi
lingkungan dan
gangguan tidur.
Batasi pengunjung
selama periode
istirahat yang optimal
(mis; setelah
makan).
Minta klien untuk
membatasi asupan
cairan pada malam
hari dan berkemih
sebelum tidur.
Anjurkan atau berikan
perawatan pada petang
hari (mis; hygiene
personal, linen dan
baju tidur yang
bersih).
Gunakan alat bantu
tidur (misal; air hangat
untuk kompres
rilaksasi otot, bahan
bacaan, pijatan di
punggung, music yang
lembut, dll).
Ajarkan relaksasi
distraksi.
Beri obat dengan
kolaborasi dokter.
4 Pertukaran Gas Status Respirasi : Manajemen asam dan
Yang berhubungan dengan: Pertukaran gas dengan skala ……. basa
gangguan suplai oksigen (1 – 5) setelah diberikan perawatan tubuh
Deninisi: selama……. Hari dengan kriteria : Manajemen jalan
Kelebihan atau deficit Status mental dalam batas nafas
oksigenasi dan/atau eleminasi normal Latih batuk
karbon dioksida pada Bernafas dengan mudah Tingkatkan keiatan
membrane alveolar-kapiler. Tidak ada cyanosis Terapi oksigen
PaO2 dan PaCO2 dalam batas Monitoring respirasi
normal Monitoring tanda
Saturasi O2 dalam rentang vital
normal
.1 Kesimpulan
Penyakit paru obstruktif kronis(PPOK) adalah keadaan
penyakit yang ditandai keterbatasan aliran udara yang tidak
reversible sepenuhnya. Keterbatasan aliran udara biasanya
progresif dan berkaitan dengan respons inflamasi abnormal pada
paru terhadap partikel atau gas yang berbahaya atau defisiensi
antitripsin yang diturunkan. Istilah PPOK digunakan pada
beberapa gabungan penyakit, yang meliputi emfisema dan
bronchitis kronis. (Morten.patricia gonce., RN, PhD, ACNP,
FAAN,dkk.2005)
PPOK adalah penyakit paru kronik yang ditandai dengan
hambatan aliran udara di saluran napas yang tidak sepenuhnya
reversible. Hambatan udara ini bersifat progresif dan
berhubungan dengan respon inflamasi paru terhadap partikel atau
gas racun yang berbahaya (GOLD, 2010 ;Robbins et al., 2010
dalam saminan 2014).
.2 Saran