Anda di halaman 1dari 14

TUGAS POKOK DAN FUNGSI

"BACILLUS CEREUS"

DISUSUN OLEH :

NAMA:ZAILAN

JURUSAN:DIII SANITASI

KAKAK PEMBIMBING

DEWI MUSTIKA

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

PROGRAM STUDI DIII SANITASI

POLTEKKES KEMENKES TANJUNGPINANG

TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat-Nya lah TUPOKSI (tugas pokok
dan fungsi) yang berjudul Bacillus aereus..dapat terselesaikan tepat waktu dan tanpa halangan
yang berarti. TUPOKSI ini disusun kedalam empat bab. Bab satu berisi pendahuluan. Bab dua
mengenai landasan teori, Bab tiga mengenai pembahasan, dan Bab empat mengenai kesimpulan.

Adapun tujuan penulisan TUPOKSI ini adalah untuk mengenal lebih jauh mengenai bakteri
bacillus aereus beserta spesiesnya yang sebagian besar merupakan agen patogen dan mampu
untuk melihat gejala, cara pengobatan, cara pencegahan, serta cara pemeriksaan laboratoriumnya
dalam rangka meminimalisir efek patogenitas yang dihasilkan oleh bakteri

kelompok Bacillus aereus.ini.Penulis menyadari bahwa TUPOKSI ini masih ada kelemahan yang
perlu dibenahi. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan makalah dimasa mendatang, dan mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi kita semua
Aamiin.

PENGESAHAN
JUDUL MAKALAH:

“BACILLUS CEREUS”

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Individu Pengenalan Kehidupan Kampus
Bagi Mahasiswa Baru Poltekes Kemenkes Tanjungpinang Tahun 2020
Disusun Oleh:
ZAILAN

Makalah ini telah diperiksa dan disahkan:

Hari,tanggal : Kamis, 23 Juli 2020

Tempat : Poltekes Kemenkes Tanjungpinang

Oleh : Dewi Mustika

Mengetahui

Penulis Kakak Pembimbing,

( Zailan ) (DewiMustika)

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI .........................................................................................................i

KATA PENGANTAR .........................................................................................ii

LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN .....................................................................................1

1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................................1


1.2 . 1 1.2 Maksud dan Tujuan .......................................................................2
1.3 . 2 1.3 Identifikasi Masalah ......................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...........................................................................3

2.1 Bacillus sp. ................................................................................................3.4.5

BAB III PEMBAHASAN ...................................................................................6.7.8

3.1 Bacillus
anthracis……………………………………………………………………………………....9

3.2 Bacillus cereus ..............................................................................……….10

3.3 Bacillus subtilis ....................................................................................... 11

3.4 Identifikasi Bacillus sp ............................................................................12

BAB IV KESIMPULAN ....................................................................................13

Daftar Pustaka ...............................................................................................14


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Mikrobiologi adalah sebuah cabang dari ilmu biologi yang mempelajari

mikroorganisme. Objek kajiannya biasanya adalah semua makhluk (hidup) yang perlu

dilihat dengan mikroskop, khususnya bakteri, fungi, alga mikroskopik, protozoa, dan

Archaea. Virus sering juga dimasukkan walaupun sebenarnya tidak sepenuhnya dapat

dianggap sebagai makhluk hidup.

Pada dasarnya dari seluruh mikroorganisme yang ada di alam, hanya sebagian

kecil saja yang merupakan patogen. Patogen adalah organism atau mikroorganisme yang

menyebabkan penyakit pada organism lain. Kemampuan pathogen untuk menyebabkan

penyakit disebut dengan patogenisitas. Dan patogenesis disini adalah mekanisme infeksi

dan mekanisme perkembangan penyakit. Infeksi adalah invasi inang oleh mikroba yang

memperbanyak dan berasosiasi dengan jaringan inang. Infeksi berbeda dengan penyakit.

Sebagaimana kita ketahui sebelumnya mikroorganisme adalah organisme hidup

yang berukuran mikroskopis sehingga tidak dapat dilihat dengan mata telanjang.

Mikroorganisme dapat ditemukan disemua tempat yang memungkinkan terjadinya

kehidupan, disegala lingkungan hidup manusia. Mereka ada di dalam tanah, di

lingkungan akuatik, dan atmosfer ( udara ) serta makanan, dan karena beberapa hal

mikroorganisme tersebut dapat masuk secara alami ke dalam tubuh manusia, tinggal

menetap dalam tubuh manusia atau hanya bertempat tinggal sementara. Mikroorganisme

ini dapat menguntungkan inangnya tetapi dalam kondisi tertentu dapat juga

menimbulkan penyakit.

Bacillus sp. merupakan agen penyakit dari beberapa penyakit seperti infeksi kulit,
paru, usus, dan selaput otak. Selain itu, beberapa tipe Bacillus sp. dipastikan sebagai

penyebab suatu kasus keracunan makanan, apabila hasil isolasi Bacillus sp. menunjukkan

bahwa strain-strain dari serotip yang sama ditemukan pada makanan yang dicurigai dan

dari kotoran atau muntahan pasien, atau hasil isolasi bakteri dari makanan yang dicurigai,

kotoran, atau muntahan pasien menunjukkan adanya sejumlah besar Bacillus cereus dari

serotip yang dikenal sebagai penyebab keracunan makanan. Keracunan pangan yang

diakibatkan oleh Bacillus sp. ditunjukkan dari gejala diare, kejang (kram) perut, dan

muntah

1.2 Maksud dan Tujuan

Dengan dibuatnya makalah “Bacillus sp.” ini diharapkan mahasiswa dapat

mengenal beberapa spesies Bacillus sp yang bersifat patogen, mampu menggambarkan

secara keseluruhan karakteristik dari beberapa spesiesnya baik secara morfologi,

epidemiologi. Serta yang terakhir mahasiswa mampu mengetahui gambaran dari gejala

klinis yang diakibatkan bakteri bacillus sp. cara pengobatan, cara pencegahan beserta

pemeriksaan umum di Laboratoriumnya.

1.3 Identifikasi Masalah

1. Mengenal beberapa spesies Bacillus sp yang bersifat pathogen

2. Identifikasi karakteristik spesies Bacillus sp.

3. Gejala klinis, cara pengobatan, cara pencegahan dan cara pemeriksaan Laboratorium.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
Secara umum, Kelompok Bacillus merupakan bakteri berbentuk batang (basil), dan

tergolong dalam bakteri gram positif yang umumnya tumbuh pada medium yang

mengandung oksigen (bersifat aerobik) sehingga dikenal pula dengan istilah aerobic

sporeformers. Kebanyakan anggota genus Bacillus dapat membentuk endospora yang

dibentuk secara intraseluler sebagai respon terhadap kondisi lingkungan yang kurang

menguntungkan, oleh karena itu anggota genus Bacillus memiliki toleransi yang tinggi

terhadap kondisi lingkungan yang berubah-ubah.

Beberapa anggota Bacillus memiliki S-layer yang merupakan lapisan crystalline

dipermukaan subunit protein atau glikoprotein. Bagian kapsul kebanyakan anggota Bacillus

mengandung D atau L-glutamic acid, sedangkan beberapa lainnya memiliki kapsul yang

mengandung karbohidrat. Variasi struktur dinding sel seperti pada kebanyakan bakteri gram

negatif tidak ditemukan pada genus Bacillus. Dinding sel vegetatif kebanyakan anggota

Bacillus terbuat dari peptidoglikan yang mengandung Meso-Diaminopimelic acid (DAP)

dengan tipe Glyserol Teichoic Acid sangat bervariasi diantara spesies. Kebanyakan anggota

genus Bacillus merupakan bakteri yang bersifat motil dan memiliki flagela tipe peritrik.

Bakteri Bacillus sp. biasanya banyak ditemukan di tanah. Cara untuk mendapatkan

bakteri Bacillus sp. yaitu dengan mengambil sampel tanah menggunakan sendok yang telah

disterilisasikan terlebih dahulu kemudian ambil tanah sekitar kedalaman 3 cm dari

permukaan tanah. Bacillus sp. merupakan bakteri gram positif dengan sel batang berukuran 0,3-
22x1,27-7 πm, sebagian bersifat motil (mampu bergerak) mobilitasnya ini disebabkan

oleh flagel, jika dipanaskan akan membentuk endospora, yaitu bentuk dorman sel vegetatif

sebagai bentuk pertahanan diri yang muncul saat kondisi ekstrim yang tidak menguntungkan

bagi bakteri. Kandungan air endospora sangat rendah bila dibandingkan dengan sel

vegetatifnya, maka endospora berbentuk sangat padat dan sangat refraktil bila dilihat di

bawah mikroskop. Endospora dibentuk dalam sporangium di dalam sel dan dibentuk saat sel
masak. Endospora memiliki dinding tebal, reaktif, dan sangat resisten. Letak endospora

dalam sel ukuran selama pembentukannya tidak sama antara spesies satu dengan lainnya.

Beberapa spesies memiliki spora sentral, terminal, atau letal. Endospora dapat berbentuk

oval, silindris, bulat, atau lainnya.

Bacillus sp. bersifat aerob sampai anaerob fakultatif, metabolisme dengan fermentasi

dan respirasi. Isolat-isolat murni tersebut dipelihara dalam medium agar miring. Untuk

memastikan bahwa koloni-koloni tersebut adalah Bacillus, maka dilakukan serangkaian

pengujian yang bersifat spesifik yaitu pengecetan gram, pengecetan negatif dan motilitasnya.

Bacillus dibedakan dari anggota familia Bacillaceae lainnya berdasarkan sifat-sifatnya yaitu:

keseluruhannya merupakan pembentuk spora, hidup pada kondisi aerob baik sebagai jasad

yang sepenuhnya aerob maupun aerob fakultatif, selnya berbentuk batang, dan memproduksi

katalase.

Bacillus sp. merupakan bakteri gram-positif yang berbentuk batang,dan secara alami

sering ditemukan di tanah dan vegetasi. Bacillus sp.tumbuh di berbagai mesofilik suhu

berkisar 25-35 derajat Celsius. Bacillus sp. juga telah berevolusi sehingga dapat hidup

walaupun di bawah kondisi keras dan lebih cepat mendapatkan perlindungan terhadap stres

situasi seperti kondisi pH rendah (asam), bersifat alkali, osmosa, atau kondisi oksidatif, dan

panas atau etanol Bakteri ini hanya memiliki satu molekul DNA yang berisi seperangkat set

kromosom. Beberapa keunggulan dari bakteri ini adalah mampu mensekresikan antibiotik

dalam jumlah besar ke luar dari sel

Kebanyakan anggota genus Bacillus adalah organisme saprofit yang lazim terdapat

dalam tanah, air, udara, dan tumbuh-tumbuhan, seperti Bacillus cereus dan Bacillus subtilis.

Beberapa di antaranya patogen bagi insekta Bacillus cereus dapat tumbuh pada makanan dan

menghasilkan enterotoksin yang menyebabkan keracunan makanan. Organisme ini kadang

kadang dapat menimbulkan penyakit pada orang fungsi imun yang terganggu (misalnya
meningitis, endokarditis, endoftalmitis, konjungtivitis, atau gastro enteritis akut). Bacillus

anthracis, penyebab antraks adalah bakteri patogen utama genus ini.

Hampir semua jenis bacillus sp. bersifat motil, kecuali bacillus anthracis yang bersifat

Nonmotil

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Bacillus anthracis

Kuman antraks banyak ditemukan pada penyakit zoonosis, infeksi pada ternak lembu,

kambing, domba dan babi. Kuman dikelurakan melalui feses, urin dan saliva binatang

yang terinfeksi dan bertahan hidup di ladang dalam bentuk spora untuk waktu yang lama

sekali.

Morfologi

Batang dengan ukuran 1 x 3-4 µm, dapat tersusun dengan seperti bamboo, bentuk

batangnya persegi atau cekung ujungnya, sendiri-sendiri, berpasangan atau membentuk

rantai pendek, tidak bergerak, berspora oval yang letaknya sental, kadang-kadang

berkapsul.

Struktur Antigen

Bahan simpai B anthracis, yang terdiri atas polipeptida berbobot molekul tinggi yang

mengandung asam D-glutamat, adalah suatu hapten. Badan bakteri mengandung protein

dan suatu polisakarida somatic, keduanya bersifat antigenik.


Patogenesis

Antraks terutama merupakan penyakit pada biri-biri, sapi, kuda, dan hewan lainnya;

manusia jarang terserang. Infeksi biasanya didapat dengan masuknya spora melalui luka

pada kulit atau selaput lendir, jarang dengan inhalasi spora ke dalam paru-paru. Pada

hewan, pintu masuknya adalah mulut dan saluran pencernaan. Spora dari tanah yang

tercemar mudah masuk bila termakan bersama tumbuhan berduri atau yang merangsang.

Pada manusia, goresan pada kulit atau inhalasi menyebabkan timbulnya infeksi.

Spora tumbuh pada jaringan di tempat masuk, dan pertumbuhan organisme vegetative

mengakibatkan pembentukkan edema gelatinosa dan kongesti. Basil menyebar melalui

getah bening ke dalam aliran darah, bakteri berkembang biak dengan bebas dalam darah

dan jaringan segera sebelum dan setelah kematian hewan. Dalam plasma hewan yang

mati karena antraks, telah ditemukan suatu faktor toksik. Bila diinokulasikan, zat ini

mematikan mencit atau marmot dan secara spesifik dinetralisasi oleh antiserum antraks.

Eksudat antraks mengandung polipeptida yang identik dengan polipeptida pada

simpai Bacillus, dan dapat menimbulkan reaksi histologik yang sama seperti reaksi akibat

infeksi antraks. Protein lain yang diisolasi dari eksudat merangsang kekebalan yang kuat
terhadap antraks bila disutikkan pada hewan. Dari filtrat (“toksin antraks”), telah

dipisahkan tiga zat dengan filtrasi gelas dan kromatrografi: (1) antigen proktektif, (2)

faktor edema, dan (3) faktor letal. Campuran dari (1), (2), dan (3) lebih toksik pada

hewan, dan campuran seperti ini lebih imunogenik daripada masing-masing zat sendiri

sendiri. Pembentukan toksik berada di bawah pengaruh suatu plasmid; bila plasmid ini

hilang, toksik tidak diproduksi. Tipe antraks yang lain adalah antraks pernapasan (“penyakit
tukang sortir wool”).

Spora atraks yang terhirup dari debu wool, bulu atau kulit mengakibatkan berkembangnya

spora dalam paru-paru atau dalam kelenjar getah bening trakebronkial dan menimbulkan
mediastinitis hemoragik, pneumonia, meningitis, dan sepsis yang biasa cepat menimbulkan
kematian jumlah organisme dalam darah melebihi 10⁷/ mL.

Patologi

Pada hewan yang peka, organisme berkembang biak di tempat masuk. Simpai tetap

utuh, dan organisme dikelilingi oleh sejumlah besar cairan seperti protein yang

mengandung sedikit leukosit, organisme kemudian dengan cepat menyebar dan mencapai

aliran darah.

Pada hewan yang resisten, organisme berkembang biak selama beberapa jam, setelah

itu terkumpul sejumlah besar leukosit. Simpai lambat laun mengalami disintegrasi dan

menghilang. Organisme tetap terlokalisasi.

Gambaran Klinik

Pada manusia, antraks menimbulkan infeksi kulit (pustula ganas). Mula-mula timbul

popula dalam 12-36 jam setelah masuknya organisme atau spora melalui goresan. Papula

ini dengan cepat berubah menjadi visikel, kemudian pustula, dan akhirnya menjadi ulkus

nekrotik; lalu infeksi dapat menyebar, menimbulkan septikemia.

Pada antraks pernapasan, gejala dini dapat berupa mediastinitis, sepsis, meningitis

atau edema paru-paru hemoragik. Pneumonia hemoragik dengan syok merupakan gejala

yang terakhir.

Hewan sering terkena antraks dengan memakan sporanya dan organisme menyebar

lewat saluran usus, tetapi pada manusia hal ini jarang terjadi. Karena itu, sakit perut,

muntah dan diare berdarah jarang merupakan tanda-tanda klinik.

Tes Diagnostik Laboratorium A. Bahan: Cairan atau nanah dari lesi lokal, darah, dahak. B.
Pewarnaan Sediaan: Dari lesi lokal atau darah hewan yang mati; rantai bakteri

terbentuk batang besar Gram-positif sering terlihat. Antraks dapat diidentifikasi


pada sediaan kering dengan teknik pewarnaan imunofluoresensi. C. Biakan: Bila dibiakkan pada
lempeng agar darah, organisme ini membentuk

koloni kelabu nonhemolitik dengan morfologi mikroskopis yang khas. Peragian

karbohidrat tidak bermanfaat. Pada perbenihan setengah padat, basil antraks selalu

tidak bergerak, sedangkan organisme tidak patogen yang sejenis (misal B cereus) menunjukkan
pergerakkan dengan “menyebar”. Biakan antraks virulen mematikan

mencit atau marmot bila disutikkan secara intraperitoneal. D. Tes Serologi: Antibodi penyebab
presipitasi atau hemaglutinasi dapat

diperlihatkan dalam serum orang atau hewan yang telah divaksinasi atau

terinfeksi.

Resistensi dan Kekebalan

Beberapa hewan (marmot) sangat peka, sedangkan yang lain (tikus) sangat resisten

terhadap infeksi antraks. Kenyataan ini diperkirakan akibat sejumlah mekanisme

pertahanan: aktivitas leukosit, suhu badan, dan daya bakterisidal darah. Polipeptida

tertentu yang mematikan hasil antraks telah diisolasi dari jaringan hewan. Polilisin

sintetik mempunyai daya kerja yang mirip.

Kekebalan aktif terhadap antraks dapat diinduksi pada hewan yang peka oleh

vaksinasi dengan basil hidup yang telah dilemahkan, dengan suspensi spora, atau dengan

antigen proktektif dan filtrate biakan. Serum imun kadang-kadang disuntikkan bersama

dengan basil hidup pada hewan. Imunisasi antraks didasarkan pada percobaan klasik

Louis Pasteur, yang pada tahun 1881 membuktikkan bahwa biakan yang telah tumbuh

dalam kaldu pada 42-52°C selama beberapa bulan akan kehilangan sebagian besar

virulensinya dan dapat disuntikkan hidup-hidup pada biri-biri dan sapi tanpa
BAB IV

KESIMPULAN

Dari penjelasan di atas dapat kita simpulkan bahwa Kelompok Bacillus merupakan bakteri
berbentuk batang (basil), dan tergolong dalam bakteri gram positif yang umumnya tumbuh pada
medium yang mengandung oksigen (bersifat aerobik) sehingga dikenal pula dengan istilah
aerobic sporeformers. Kebanyakan anggota genus Bacillus dapat membentuk endospora yang
dibentuk secara intraseluler sebagai respon terhadap kondisi lingkungan yang kurang
menguntungkan, oleh karena itu anggota genus Bacillus memiliki toleransi yang tinggi terhadap
kondisi lingkungan yang berubah-ubah.

Bacillus sp. merupakan agen penyakit dari beberapa penyakit seperti infeksi kulit, paru, usus,
dan selaput otak. Selain itu, beberapa tipe Bacillus sp. dipastikan sebagai penyebab suatu kasus
keracunan makanan, apabila hasil isolasi Bacillus sp. menunjukkan bahwa strain-strain dari
serotip yang sama ditemukan pada makanan yang dicurigai dan dari kotoran atau muntahan
pasien, atau hasil isolasi bakteri dari makanan yang dicurigai, kotoran, atau muntahan pasien
menunjukkan adanya sejumlah besar Bacillus cereus dari serotip yang dikenal sebagai penyebab
keracunan makanan. Keracunan pangan yang diakibatkan oleh Bacillus sp. ditunjukkan dari
gejala diare, kejang (kram) perut, dan muntah
DAFTAR PUSTAKA

Wikipedia.com

Enprints.ums.ac.id

Lifestyle.okezone.com

Digilib.unimed.ac.id

Anda mungkin juga menyukai