Anda di halaman 1dari 14

PATOFISIOLOGI PENYAKIT MENULAR

“PENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIS (PPOK)”

DOSEN PENGAMPU: ANDI FATWA TENRI AWARU, S.Gz., M.Kes

DI SUSUN OLEH:

MUTIA ROCHMA (A1D120008)


ELDRIAN MAIKEL MOSIPATE (A1D12
NUR HALIJA MAULIDIYAH (A1D12

PRODI S1 ILMU GIZI


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR
2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan penulis kemudahan
dalam menyelesaikan makalah tepat waktu. Tanpa rahmat dan pertolongan-Nya,
penulis tidak akan mampu menyelesaikan makalah ini dengan baik. Tidak lupa
shalawat serta salam tercurahkan kepada Nabi agung Muhammad SAW yang
syafa’atnya kita nantikan kelak.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-
Nya, sehingga makalah dapat diselesaikan. Makalah ini disusun guna memenuhi
tugas mata kuliah patofisiologi penyakit tidak menular.
Penulis menyadari makalah ini masih perlu banyak penyempurnaan karena
kesalahan dan kekurangan. Penulis terbuka terhadap kritik dan saran pembaca
agar makalah ini dapat lebih baik. Apabila terdapat banyak kesalahan pada
makalah ini, baik terkait penulisan maupun konten, penulis memohon maaf.
Demikian yang dapat penulis sampaikan. Akhir kata, semoga makalah ini
dapat bermanfaat.

Makassar, 28 Januari 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................2

DAFTAR ISI............................................................................................................3

BAB I.......................................................................................................................4

PENDAHULUAN...................................................................................................4

A. Latar Belakang..............................................................................................4

B. Tujuan...........................................................................................................5

BAB II......................................................................................................................6

PEMBAHASAN......................................................................................................6

B. Gejala Ppok...................................................................................................6

C. Epidemiologi Ppok........................................................................................7

D. Prevalensi Ppok.............................................................................................8

E. Diagnosa Ppok..............................................................................................8

F. Pengobatan Ppok...........................................................................................9

G. Pemberian Asuhan Gizi Ppok.....................................................................10

BAB III..................................................................................................................13

PENUTUP..............................................................................................................13

A. Kesimpulan.................................................................................................13

B. Saran............................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................14
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit paru obstruksi kronik adalah klasifikasi luas dari gangguan
yang mencakup bronkitis kronik, bronkiektasis, emfisema dan asma. (Bruner
& Suddart,2002) Penyakit paru obstruksi kronik adalah kelainan paru yang
ditandai dengan gangguan fungsi paru berupa memanjangnya periode ekspira
yang disebabkan olehadanya penyempitan saluran nafas dan tidak banyak
mengalami perubahan dalam masa observasi beberapa waktu. (Mansunegoro,
1992)
PPOK disebabkan oleh faktor lingkungan dan gaya hidup, yang
sebagian besar bisa dicegah. Merokok diperkirakan menjadi penyebab utama
timbulnya 80-90% kasus PPOK. Faktor resiko lainnya termasuk keadaan
sosial-ekonomi danstatus pekerjaan yang rendah, kondisi lingkungan yang
buruk karena dekatlokasi pertambangan,perokok pasif atau terkena polusi
udara dan konsumsi alkoholyang berlebihan. Laki-laki dengan usia antara 30-
40 tahun paling banyakmenderita PPOK.
Penyakit yang termasuk dalam kelompok penyakit paru obstruksi
kronikadalah sebagai berikut:

 Bronkitis kronik, Bronkitis merupakan definisi klinis batuk-batuk hampir


setiap hari disertai pengeluaran dahak, sekurang-kuranganya 3 bulan
dalam satu tahun dan terjadi paling sedikit selama 2 tahun berturut-turut.
(Bruner & Suddart, 2002)
 Emfisema paru, Emfisema paru merupakan suatu distensi abnormal ruang
udara di luar bronkiolus terminal dengan kerusakan dinding alveoli.
(Bruner & Suddart, 2002)
 Asma, Asma adalah penyakit jalan napas obstruktif intermiten, reversible
dimana trakeadan bronki berespon secara hiperaktif terhadap stimuli
tertentu. (Bruner &Suddart, 2002)
 Bronkiektasis Bronkiektasis adalah dilatasi bronki dan bronkiolus kronik
yang mungkindisebabkan oleh berbagai kondisi, termasuk infeksi paru dan
obstruksi bronkus,aspirasi benda asing, muntahan, atau benda-benda dari
saluran pernapasan atas, dan tekanan terhadap tumor, pembuluh darah
yang berdilatasi dan pembesarannodus limfe. (Bruner & Suddart, 2002)

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi PPOK
2. Untuk mengetahui gejala PPOK
3. Untuk mengetahui epidemiologi PPOK
4. Untuk mengetahui prevalensi PPOK
5. Untuk mengetahui diagnosa PPOK
6. Untuk mengetahi pengoobatan PPOK
7. Untuk mengetahui pemberian asuhan gizi terstandar pasien PPOK
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Ppok
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit yang ditandai
oleh hambatan aliran udara di saluran pernapasan yang bersifat progresif
non-reversibel atau reversibel parsial. PPOK merupakan suatu gangguan yang
paling sering menimpa kelompok yang dalam jangka waktu lama terpapar
oleh asap rokok dan bahan toksik inhalasi lainnya,
Asap mengiritasi jalan nafas mengakibatkan hipersekresi lendir
daninflamasi. Karena iritasi yang konstan ini, kelenjar-kelenjar yang
mensekresi lendirdan sel-sel goblet meningkat jumlahnya, fungsi silia
menurun dan lebih banyaklendir yang dihasilkan. Sebagai akibat bronkiolus
dapat menjadi menyempit dantersumbat. Alveoli yang berdekatan dengan
bronkiolus dapat menjadi rusak dan membentuk fibrosis, mengakibatkan
perubahan fungsi makrofag alveolar yang berperan penting dalam
menghancurkan partikel asing termasuk bakteri.
Pasien kemudian menjadi lebih rentan terhadap infeksi pernafasan.
Penyempitan bronkial lebih lanjut terjadi sebagai akibat perubahan fibrotik
yang terjadi dalam jalan nafas. Pada waktunya mungkin terjadi perubahan
paru yang irreversible, kemungkinanmengakibatkan emfisema dan
bronkiektasis.

B. Gejala Ppok
 batuk produktif di sebabkan oleh inflamasi dan produksi muku yang
berlebihan disaluran pernapasan
 Dispnea terjadi secara bertahap dan biasanya disadari saat beraktifitas
fisik. Berhubungan dengan menurunnya fungsi paru-paru dan tidak selalu
berhubungan dgn rendahnya kada oksigen di udara.
 batuk kronik batuk ini umumnya diawali dengan batuk yang hanya terjadi
pada pagi hari sajakemudian berkembang menjadi batuk yang terjadi
sepanjang hari.
 Mengi terjadi karena obstruksi saluran nafas
 berkurangnya berat badan, pasien dengan PPOK yang parah membuthkan
kalori yang lebih besar hanya untuk bernafas saja . selain itu pasien juga
mengalami kesullitan bernafas pada saat makan sehingga nafsu makan
berkurang dan pasien tidak mendapat asupan kalori yang cukup untuk
mengganti kalori yang terpakai
 Edema pada tubuh bagian bawah ketika jantung tidak mampu memompa
cukup darah ke ginjal dan hati akan timbul edema pada hati atau terjadinya
penimbungan cairan pada abdomen b (acites)

C. Epidemiologi Ppok
PPOK merupakan salah satu penyakit tidak menular utama, yang agak
jarang terekpose karena kurangnya informasi yang diberikan. Di Amerika
Serikat data tahun 2007 menunjukkan bahwa pre-valensi PPOK sebesar
10,1% (SE 4,8) pada laki-laki sebesar 11,8% (SE 7,9) dan untuk perempuan
8,5% (SE 5,8). Sedangkan mortalitas menduduki peringkat keempat
penyebab terbanyak yaitu 18,6 per 100.000 penduduk pada tahun 1991 dan
angka kematian ini meningkat 32,9% dari tahun 1979 sampai 1991.
Sedangkan prevalensi PPOK di negara-negara Asia Tenggara diperkirakan
6,3% dengan prevalensi tertinggi terdapat di Vietnam (6,7%) dan China
(6,5%).
PPOK akan berdampak negatif dengan kualitas hidup penderita,
termasuk pasien yang berumur > 40 tahun akan menyebabkan disabilitas
penderitanya. Padahal mereka masih dalam kelom-pok usia produktif namun
tidak dapat bekerja maksimal karena sesak napas yang kronik. Co morbiditas
PPOK akan menghasilkan penyakit kardiovaskuler, kanker bronchial, infeksi
paru-paru, trombo embolik disorder, keberadaan asma, hiper-tensi,
osteoporosis, sakit sendi, depresi dan axiety.
D. Prevalensi Ppok

Indonesia sebagai negara dengan jumlah perokok yang banyak dipastikan


memiliki prevalen-si PPOK yang tinggi. Namun sangat disayangkan data
prevalensi PPOK tidak dimiliki oleh Indonesia, oleh sebab itu perlu dilakukan
kajian PPOK secara komprehensip agar pencegahan PPOK dapat dilaku-kan
dengan baik.

E. Diagnosa Ppok
1. Gambaran klinis
a. Anamnesis
 Riwayat merokok atau bekas perokok dengan tanpa gejala
pernapasan
 riwayat terpajan zat iritan yg bermakna ditempat kerja
 riwayat penyakit emfisema pada keluarga
 terdapat faktor predisposisi pada masa bayi/anak,misal
BBLR ,infeksi saluran napas berulang,lingkungan asap rokok dan
polusi udara
 batuk berulang dengan atau tanpa dahak
 sesak dengan atau tanpa bunyi mengi
b. Pemeriksaan fisis
 Inspeksi
 palpasi pada emfisema hipersonor dan batas jantung mengecil,letak
diagrafma rendah,hepar terdorong kebawah
 auskultrasi
2. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan rutin
 Faal paru
 darah rutin
 radiologi
b. pemeriksaan khusus ( tidak rutin )
 faal paru
 uji latih kardiopulmoner
 uji provokasi bronkus
 uji coba kortikosteroid
 analisis gas darah
 radiologi
 elektrokardiografi
 ekokardiografi
 bakteriologi
 kadar alfa-1 antiripsin

F. Pengobatan Ppok
a) Edukasi
 berhenti merokok
 penggunaan obat-obatan
 penggunaan oksigen
 mengenal dan mengatasi efek samping obat atau terapi oksigen
 penilaian dini eksaberbasi akut dan pengelolaannya
 mendeteksi dan menghindari pencetus eksasebasi
 menyesuaikan kebiasaan hidup dengan keterbatasan aktivitas
b) Obat obatan
 bronkodilator
macam-macam bronkodilator :
 golongan antikolinergik
 golongan agonis beta-2
 kombinasi antikolinergik dan agonis beta-2
 golongan xantin
 Antiinflamsi
digunakan bila terjadi eksaserbasi akut dalam bentuk oral atau injeksi
intravena,berfungsi menekan inflamasi yang terjadi,dipilih golongan
metilprednisolon

G. Pemberian Asuhan Gizi Ppok


Tujuan dari pemberian asuhan gizi gizi pada penyakit paru-paru kronik
adalah menjamin pemenuhan kebutuhan gizi pasien terutama energi dan
protein. Dan memberikan zat gizi yang dapat bermanfaat dan meringankan
kerja saluran pernafasan. Sangat penting menjaga keseimbangan energi dan
keseimbangan nitrogen.
Energi Kalori cukup 20-35 kkal/kgBB/ hari, untuk memenuhi kebutuhan
energi dikarenakan peningkatan kinerja pernapasan. Selain itu mengurangi
resiko terjadinya malnutrisi yang merupakan faktor penyulit utama.
Penurunan BB terjadi karena adanya gejala lemah, dyspnea, dan rasa mual,
nafas mulut kronis dan nafsu makan turun.
Protein : protein diberikan 1.2 s/d 1.7 g/kg BB/hari. Hal ini diperlukan
memenuhi kebutuhan tubuh, memelihara dan mempertahan kekuatan otot
pernafasan dan mendukung fungsi immun serta mencegah terjadi wasting
pada lean body mass /otot.
Lemak tinggi yaitu 30 s/d 45 dari total energi. Lemak mempunyai nilai
RQ rendah yang berarti dalam proses pencernaan memerlukan oksigen sedikit
dibanding zat gizi lainnya, lemak merupakan bahan makanan tingi energi
dibanding CHO dalam osmolitas dan tidak menyebabkan hiperglikemi
Vitamin dan mineral: Kecukupan vitamin dan mineral juga perlu
diperhatikan pada pasien PPOK. Kesehatan saluran nafas sangat dipengaruhi
oleh antioksidan. Vitamin antioksidan seperti vitamin C, vitamin A, vitamin
E dan betakaroten, perlu diperhatiakn apalagi kalau perokok. Beberapa studi
menyatakan bahwa perokok mempunyai kandungan vitamin antioksidan
dalam darah rendah.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyakit paru obstruksi kronik adalah klasifikasi luas dari gangguan
yang mencakup bronkitis kronik, bronkiektasis, emfisema dan asma. (Bruner
& Suddart,2002) Penyakit paru obstruksi kronik adalah kelainan paru yang
ditandai dengan gangguan fungsi paru berupa memanjangnya periode ekspira
yang disebabkan olehadanya penyempitan saluran nafas dan tidak banyak
mengalami perubahan dalam masa observasi beberapa waktu. (Mansunegoro,
1992).
Indonesia sebagai negara dengan jumlah perokok yang banyak dipastikan
memiliki prevalen-si PPOK yang tinggi. Namun sangat disayangkan data
prevalensi PPOK tidak dimiliki oleh Indonesia, oleh sebab itu perlu dilakukan
kajian PPOK secara komprehensip agar pencegahan PPOK dapat dilaku-kan
dengan baik
B. Saran
Sebagai penulis makalah ini saya mohon untuk meberikan saran dan koreksi
yang membangun
DAFTAR PUSTAKA
 Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner
&Suddarth, alih bahasa: Agung Waluyo (et. al.), vol. 1, edisi 8, Jakarta:
EGC

Anda mungkin juga menyukai