Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA


“ PENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIS “
Dosen Pengampu : Erika Dwi Noorratri, S.Kep.Ns, M.Kep.

Disusun oleh :

Franda Palindra 202213093


Laila Melati 202213114
Mayfajma Sandya Maheswari 202213122
Mei Sella Anatasya 202213124

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH SURAKARTA
2022/2023
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan

sehingga dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa

pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk meneyesaikan makalah

ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginta

tercinta yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan syafa’atnya di

akhirat nanti.

Penulis mengucpakan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat

sehat-Nya, baik berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu

untuk menyelesaikan pembuatan makalah “ Penyakit Paru Obstruksi Kronis “.

Penulis menyadari, makalah yang penulis tulis ini masih jauh dari kata

sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis

nantikan dari kesempurnaan makalah ini.

Sukoharjo, 04 Oktober 2022


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................i


KATA PENGANTAR ............................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................1
1.1.Latar Belakang .............................................................1
1.2 Tujuan ..........................................................................2
BAB II PEMBAHASAN............................................................3
2.1 Pengertian......................................................................3
2.2 Etiologi..........................................................................3
2.3 Patofisiologi.................................................................. 4
2.4 Penatalaksanaan Medis................................................. 4
2.5 Intervensi Keperawatan ................................................5
2.6 Manifestasi Klinis......................................................... 6
2.7 Pemeriksaan Keperawatan............................................ 6
2.8 Diagnosa Keperawatan................................................. 6
2.9 Anatomi Fisiologi......................................................... 7
2.9.1 Anatomi ..............................................................7
2.9.2 Fisiologi ............................................................. 8
2.9.3 Pathway............................................................... 9
BAB III PENUTUP.................................................................. 10
3.1 Kesimpulan ................................................................ 10
3.2 Saran............................................................................10
DAFTAR PUSTAKA............................................................... 11
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Penyakit paru obstruksi kronis ( PPOK ) merupakan penyakit yang dapat
dicegah dan diobati. Penyakit ini berhubungan dengan peningkatan respon
inflamasi kronik pada jalan nafas dan paru terhadap partikel atau gas beracun
sehingga menyebabkan keterbatasan aliran udara paru yang progresif dan
persisten. (GOLD, 2013).

Kebiasaan merokok diyakini menjadi faktor resiko terbesar untuk PPOK.


Menurut Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013, prevalensi penduduk
Indonesia usia 15 tahun keatas yang mengkonsumsi rokok mengalami peningkatan
setiap tahunnya Pada tahun 2007 prevalensi perokok usia 15 tahun keatas sebesar
34,2% sedangkan pada tahun 2013 meningkat menjadi 36,3% (DEPKES 2013).

PPOK merupakan kondisi kronis suatu penyakit yang dapat menyebabkan


morbiditas dan moortalitas pada pasien. WHO melaporkan bahwa pada tahun 2004
PPOK menempati urutan keempat sebagai penyebab kematian di dunia dan
diperkirakan akan menjadi penyebab kematian ketiga pada tahun 2020 (WHO,
20008).

PPOK sebagai sebuah penyakit kronik pernafasan, memiliki komplikasi


ekstrapulmonal, seperti penyakit jantung coroner, penyakit difungsi otot dan
tulang, osteoporosis, diabetes, dan anemia ( Blakemorw, et al., 2014). Selain itu
PPOK juga dapat menyababkan gangguan psikologis pada pasien. Lebih dari
sepertiga pasien dengan PPOK mengalami komplikasi kelainan psikologi salah
satunya adalah depresi (Panagioti M, et al., 2014).

Tingkat keparahan PPOK berhubungan dengan derajat sesak nafas pasien.


Sesak nafas pasien PPOK ini berhubungan dengan aktivitas fisik yang dilakukan
pasien. Menurut kuesioner modified Medical research Council (Mmrc) , sesak
nafas pada pasien PPOK derajat ringan dan sedang terjadi pada saat pasien
melakukan aktivitas berat hingga sedang. Kondisi ini mengakibatkan terjadinya
keterbatasan aktivitas fisik yang dapat dilakukan pasien. Sehingga jika semakin
berat derajat PPOK pasien, maka akan semakin sedikit aktivitas fisik yang dapat
dilakukan pasien, dan semakin besar pula resiko timbulnya depresi pada pasien
tersebut (Smith MC & Worbel JP, 2014).

Selain itu ada bebepa faktor resiko lain yang memicu munculnya depresi pada
pasien PPOK, diantaranya adalah ketergantungan oksigen, gejala pernafasan
(umunya dispnea), komplikasi yang tidak terobati, merokok, social ekonomi yang
lemah, Riwayat pernikahan, tinggal sendiri, dan rendahnya kualitas hidup pasien
(Smith MC & Worbel JP, 2014). Menurut Panagioti M, et al., (2014), tiga
pennyebab utama depresi di dunia disebabkan oleh penurunan kualitas hidup,
dispnea, dan keterbatasan fisik.

Salah satu dampak yang ditimbulkan oleh PPOK adalah keadaan hipoksia.
PPOK dengan hipoksia derajat sedang dapat menyebabkan disfungsi neuron
monoamine otak, sehingga produksi serotonim (5-hydroxytryptamine / 5-HT) juga
ikut menurun (Tomomi SK., et al, 2013). Penurunan kadar serotonin tubuh ini
dapat menyebabkan turunnya nafsu makan, libido, motivasi hidup, kesulitan focus,
lesu, serta gagalnya pengaturan waktu tidur dan kesadaran. Sehingga rendahnya
kadar serotonim saat hipoksia sedang menjadi faktor resiko tingginya angka
kejadian bunuh diri pada pasien PPOK (Young SN, 2013).

1.2 TUJUAN
a. Untuk mengetahui gejala-gejala PPOK
b. Untuk mengetahui faktor penyakit PPOK
c. Untuk mengetahui tindakan penanganan PPOK
d. Untuk mengetahui cara pencegahan PPOK
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN

PPOK (Penyakit Paru Obstruksi Kronis) adalah peradangan paru-paru yang


berkembang dalam jangka panjang. Ditandai dengan sulit bernafas, batuk
berdahak, dan mengi (bengek).

Penyakit ini lebih menyerang orang berusia paruh baya yang merokok.
Seiring waktu, penyakit ini akan makin memburuk, dan beresiko menyebabkan
penderitanya mengalami penyakit jantung dan kanker. Peradangan Kronis pada
paru-paru yang menyebabkan terjadinya obstruksi aliran udara pada jalan napas.

2.2 ETIOLOGI

Etiologi PPOK adalah informasi kronik pada saluran napas. Inflamasi ini
dapat terjadi akibat paparan asap rokok, polusi udara, ataupun alfa-1antitripsin.

- Paparan Asap Rokok


Paparan asap rokok berkontribusi hingga 90% sebagai penyebab PPOK
dan dapat terjadi pada perokok aktif maupun pasif.
- Paparan Polusi Udara
Kerusakan struktur paru yang menyebabkan PPOK pada kelompok pasien
tersebut biasanya disebabkan oleh asap polusi dari aktivitas tanpa
memperhatikan sekitrnya.
- Defisiensi Alfa-1 Antitripsin
Beberapaa literatur juga melaporkan bahwa defisiensi alpha-1 amtitripsin
hal ini biasanaya dipengaruhi oleh kecenderungan genetic, sehingga dapat
timbul PPOK secara premature mulai usia 40 tahun.
2.3 PATOFISIOLOGI

Hambatan aliran udara merupakan perubahan fisiologi utama pada PPOK yang
diakibatkan oleh adanya perubahan yang khas pada saluran nafas bagian
proksimal, perifer, parenkim, dan vaskularasi paru yang dikarenakan adanya suatu
inflamasi yang kronik dan perubahan structural pada paru. Kerusakan ini
diakibatkan karena polusi asap rokok salah satunya. Secara nomal silia dan mucus
di bronkus melindungi dari inhalasi iritan. Asap rokok atau polutan dapat memicu
inflamasi yang dapat merusak paru-paru. Namun, iritasi yang terjadi secara terus
menerus yang berasal dari asap rokok atau polutan dapat memicu inflamasi yang
dapat merusak paru-paru yang meyebabkan respon yang berlebihan pada
mekanisme pertahanan mukosiliar yaitu penjagaan terhadap paru-paru yang
dilakukan oleh mucus dan silia.

Asap rokok akan menghambat pembersihan mukosiliar, faktor yang


menyebabkan gagalnya pembersihan mukosiliar adalah adanya proliferasi atau
pertumbuhan pesat sel goblet. Bersama dengan adanya produksi mucus, terjadinya
penyumbatan bronkiolus dan alveoli. Fungsi dari silia menurun dan lebih banyak
secret yang dihasilkan dengan banyaknya mucus yang kental dan lengketserta
menurunnya pembersihan mukosiliar menyebabkan masalah pada jalan napas.

2.4 PENATALAKSANAAN MEDIS


Tujuan utama dari penatalaksanaan PPOK adalah meningkatksn status
fungsional dan kualitas hidup pasien. Mayoritas episode eksaserbasi akut PPOK
(lebih dari 80%) dapat ditangani secara rawat jalan. Dilakukan rawat jalan tersebut
diberi pengobatan inisial terlebih dahulu di IGD, lalu dilanjutka dengan obat
untuk dirumah.

Pentalaksanaan medis stabil :

A. Mengurangi Gejala :
- Menghilangkan gejala
- Memperbaiki toleransi Latihan
- Memperbaiki kualitas hidup
A. Mengurangi Resiko
- Mencegah progresifitas penyakit
- Mencegah dan mengobati eksaserbasi
- Mengurangi Kematian

Penatalaksanaan medis umum :

- Edukasi
- Berhenti merokok
- Obat-obatan
- Terapi Oksigen

2.5 INTERVENSI KEPERAWATAN

Ketidakefektifan bersihan jalan nafas.

Definisi : Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dan


saluran pernafasan untuk mempertahankan kebersihan jalan nafas.

Batasan karakteristik :

- Tidak bisa batuk


- Suara napas tambahan
- Perubahan irama nafas
- Kesulitan berbicara atau mengeluarkan suara
- Penurunan bunyi nafas
- Gelisah
- Mata terbuka lebar

Faktor yang beerhubungan :

- Perokok pasif
- Mengisap rokok
- Merokok
2.6 MANIFESTASI KLINIS

Malfungsi klinis pada PPOK menurut Mansjoer (2008) dan GOLD (2010) yaitu:
Malfungsi kronis pada sistem pernafasan yang manifestasi awalnya ditandai
dengan batuk dan produksi dahak khususnya yang muncul di pagi hari. Nafas
pendek sedang yang berkembang menjadi nafas pendek,sesak nafas akut,
frekuensi nafaS yang cepat, penggunaan otot bantu pernafasan dan ekspirasi lebih
lama daripada inspirasi.

2.7 PEMERIKSAAN KEPERAWATAN

a. Chest X-Ray : dapat menunjukkan hyperinflation paru.


b. Pemeriksaan Fungsi Paru : dilakukan untuk menentukan penyebab dispnea,
memperkirakan tingkat disfungsi.
c. Total Lung Capacity ( TLS) : meningkatkan pada bronchitis berat dan
biasanya pada asma, namun menurun pada emfisema.
d. Kapasitas Inspirasi : menurun pada emfisema
e. FEVI / FVC : rasio tekanan volume eksperasi ( FEV) terhadap tekanan
kapasitas vital(FVC) menurun pada bronchitis dan asma.
f. Arterial Blood Gasses (ABGs) menunjukan proses penyakiit kronis sering
kali PaO2 menurun dan PaCO2 normal atau meningkat.

2.8 DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan bronkokontriksi,


peningkatan produksi sputum, batuk tidak efektif, kelebihan berkurangnya
tenaga dan infeksi bronkopulmonal.
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan nafas pendek, mucus,
bronkokontriksi dan iritan jalan nafas.
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidaksamaan ventilasi
perfusi.
4. Gangguan pola tidur.
5. Intoleransi aktivitas
2.9 ANATOMI FISIOLOGI

2.9.1 ANATOMI

A. Hidung

Hidung atau naso atau nasal merupakan saluran udara yang pertama,
mempunyai dua lubang (kavum nasi), dipisahkan oleh sekat hidung (septum nasi ).
Didalamnnya terdapat bulu-bulu yang beruguna untuk menyaring udara, debu,
dan kotoran yang masuk ke dalam lubang hidung.

B. Faring

Faring atau flek merupakan tempat persimpangan antara jalan pernafasan


dan jalan makanan, terdapat dibawah dasar tengkorak, di belakang rongga hidung,
dan mulut yang bernama koana, kedepan berhubungan dengan rongga mulut,
tempat hubungan ini bernama isymus fausium, kebawah terdapat 2 lubang
(kedepan laring dan ke belakang esofagus).

C. Laring

Laring atau pangkal tenggorakan merupakan saluran udara dan bertindak


sebagai pembentukan suara, terletak di depan bagian faring sampai ketinggian
vertebra servikal dan masuk ke dalaam trachea di bawahnya.
D. Trakea

Trakea atau batang tenggorokan merupakan lanjutan dari laring yang


dibentuk oleh 16-20 cincin yang terdiri dari tulang rawan yang berbentuk seperti
kuku kuda ( huruf c) sebelah dalam diliputi oleh selaput lendir yang berbulu getar
yang disebut sel bersilia, hanya bergerak kearah luar.

E. Bronkus

Bronkus atau cabang tenggorokan merupakan lanjuran dari trakea, ada 2


buah yang terdapat pada ketinggian vertebra tirakalis IV dan V, mempunyai
struktur serupa dengan trakea dan dilapisi oleh jenis set yang sama.

F. Paru -Paru

Paru-paru ada dua, merupakan alat pernafasan utama. Paru-paru mengisi


rongga dada dan terletak disebelah kanan dan kiri dipisahkan oleh jantung beserta
pembuluh darah besarnya dan struktur lainnya yang terletak didalam media
stinum.

2.9.2 FISIOLOGI

Fungsi paru-paru ialah pertukaran gas oksigen dan karbondioksida. Pada


pernafasan melalui paru-paru atau pernanfasann eksterna, oksigen dipungut
melalui hidung dan mulut pada waktu bernafas. Hanya satu lapisann membrane,
yaitu membrane alveoli kapiler, yang memisahkan oksigen dari darah.
Oksigen menembus membrane ini dan di pungut oleh hemoglobin sel darah
merah dan dibawa ke jantung. Dari sini di pompa didalam arteri kesemua
bagian tubuh.
Didalam paru-paru, karbondioksida, salah satu hasil buangan metabolisme,
menembus membrane alveolar darah ke alveoli, dan setelah melalui pipa
bronkial dan trakea, dinafaskan keluar melaui hidung dan mulut.
Udara yang dihembuskan jenuh dengan uap air dan mempunyai suhu yang
sama dengan badan. Daya muat udara oleh paru-paru, besar daya muat udara
oleh paru-paru ialah 4.500ml sampai 5000ml. Kapasitas itu berkurang pada
penyakit paru-paru, penyakit jantung, dan kelemahan otot pernafasan.
2.9.3 PATHWAYS
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) merupakan salah satu istilah
yang sering digunakan untuk sekelompok penyakit paru yang berlangsung
lama dan ditandai oleh peningkatan resistensi terhadap aliran udara sebagai
gambaran patofisologi utamanya. Ketiga penyakit yang membentuk satu
kesatuan yang dikenal dengan COPD adalah asma bronkial, bronchitis kronis,
dan emfisema paru-paru. Diagnosa utama pada penderita PPOK yaitu
bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi
sputum.

3.2 SARAN
Sebagai perawat diharapkan mampu membuat asuhan keperawatan
dengan baik terhadap penderita penyakit saluran pernafasan terutama PPOK.
Oleh karena itu, perawat juga berperan sebagi pendidik dalam hal ini
melakukan penyuluhan ataupun memberikan edukasi terhadap pasien
maupun keluarga pasien terutama mengenai tanda-tanda, penanganan, dan
pencegahannya.
DAFTAR PUSTAKA

Mengko,Cornelis Yohni.2018.Asuhan Keperawatan Penyakit Paru


Obstruksi Kronis (PPOK) Di Ruang Bougenvil Rumah Sakit TK. II DR.
Soedjono Magelang.Yogyakarta : eprints.poltekkesjogja.ac.id.
Hanafi,R.2019.Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Konsep PPOK 2.1.1 Definisi
PPOK Penyakit Paru Obstruksi Kronik.Ponorogo : eprints.umpo.ac.id.
Patofisiologi Paru Obstruksi Klinik.27 Juli2022.Patofiologi Penyakit
Obstruksi Kronik – Alomedika.05 Oktober 2022
Bab II TINJAUAN PUSTAKA Konsep Dasar Penyakit Paru Obstruksi
Kronik. 2019.Patofisiologi PPOK-poltekkes-denpasar.05 Oktober 2022

Anda mungkin juga menyukai