Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PPOK EKSASERBASI
Oleh :
Preseptor:
dr. Sabrina Ermayanti, Sp.P(K), FISR
dr. Dessy Mizarti, Sp.P
2.1 Definisi
PPOK adalah suatu penyakit dapat dicegah dan diobati, ditandai dengan
keterbatasan aliran udara yang irreversibel, biasanya progresif dan berhubungan
dengan respons inflamasi kronis pada saluran napas dan paruparu terhadap
partikel atau gas yang beracun, disertai efek ekstra paru yang berkontribusi
terhadap derajat sesak.1 Keterbatasan aliran udara kronis yang khas dari PPOK
disebabkan oleh campuran dari penyakit bronkitis kronik dan emfisema.
Bronkitis kronik merupakan suatu gangguan klinis yang ditandai oleh
pembentukan mukus yang meningkat dan bermanifestasi sebagai batuk kronik
dalam jangka waktu 3 bulan. Emfisema merupakan suatu perubahan anatomis
parenkim paru yang ditandai oleh pembesaran alveolus dan duktus alveolaris serta
destruksi dinding alveolar.3
2.2 Epidemiologi
Data World Health Organization (WHO) dari seluruh perokok di dunia, 84%
(1,09 milyar orang) berada di negara berkembang. Depkes RI (2004) melaporkan
bahwa penduduk Indonesia hampir 70% telah mulai merokok di usia anak-anak
dan remaja. Kondisi ini menyebabkan mereka akan sulit berhenti merokok dan
membuat mereka mempunyai risiko yang tinggi mendapatkan penyakit yang
berhubungan dengan rokok pada usia pertengahan. Di Amerika Serikat, PPOK
mengenai lebih dari 16 juta orang, lebih dari 2,5 juta orang Italia, lebih dari 30
juta di seluruh dunia dan menyebabkan 2,74 juta kematian pada tahun 2000. Di
Indonesia, PPOK menempati urutan kelima sebagai penyakit penyebab kematian
dan diperkirakan akan menduduki peringkat ke-3 pada tahun 2020 mendatang.3
Faktor risiko PPOK adalah hal-hal yang berhubungan dan atau yang
menyebabkan terjadinya PPOK pada seseorang atau kelompok tertentu. Faktor
risiko tersebut meliputi faktor pejamu, faktor perilaku merokok, dan faktor
lingkungan. Faktor pejamu meliputi genetik, hiperesponsif jalan napas dan
pertumbuhan paru. Faktor genetik yang utama adalah kurangnya alfa 1
antitripsin, yaitu suatu serin protease inhibitor. Hiperesponsif jalan napas juga
dapat terjadi akibat pajanan asap rokok atau polusi. Pertumbuhan paru dikaitan
dengan masa kehamilan, berat lahir dan pajanan semasa anak-anak. Penurunan
fungsi paru akibat gangguan pertumbuhan paru diduga berkaitan dengan risiko
mendapatkan PPOK.
Merokok merupakan faktor risiko terpenting terjadinya PPOK. Prevalensi
tertinggi terjadinya gangguan respirasi dan penurunan faal paru adalah pada
perokok. Usia mulai merokok, jumlah bungkus per tahun dan perokok aktif
berhubungan dengan angka kematian. Tidak semua perokok akan menderita
PPOK, hal ini mungkin berhubungan juga dengan faktor genetik. Perokok pasif
dan merokok selama hamil juga merupakan faktor risiko PPOK. Pada perokok
pasif didapati penurunan FEV1 tahunan yang cukup bermakna pada orang muda
yang bukan perokok. Hubungan antara rokok dengan PPOK menunjukkan
hubungan dose response, artinya lebih banyak batang rokok yang dihisap setiap
hari dan lebih lama kebiasaan merokok tersebut maka risiko penyakit yang
ditimbulkan akan lebih besar.
Polusi udara terdiri dari polusi di dalam ruangan (indoor) seperti asap rokok,
asap kompor, asap kayu bakar, dan lain-lain, polusi di luar ruangan (outdoor),
seperti gas buang industri, gas buang kendaraan bermotor, debu jalanan, dan
lain-lain, serta polusi di tempat kerja, seperti bahan kimia, debu/zat iritasi, gas
beracun, dan lain-lain. Pajanan yang terus menerus oleh polusi udara merupakan
faktor risiko lain PPOK. Peran polusi luar ruangan (outdoor polution) masih
belum jelas tapi lebih kecil dibandingkan asap rokok. Polusi dalam ruangan
(indoor polution) yang disebabkan oleh bahan bakar biomassa yang digunakan
untuk keperluan rumah tangga merupakan faktor risiko lainnya. Status
sosioekonomi merupakan faktor risiko untuk terjadinya PPOK, kemungkinan
berkaitan dengan polusi, ventilasi yang tidak adekuat pada tempat tinggal, gizi
buruk atau faktor lain yang berkaitan dengan sosioekonomi1.
2.4 Patogenesis dan Patofisiologi PPOK
Patogenesis
Inflamasi dari saluran napas pasien PPOK merupakan interaksi dari faktor
resiko yang telah dibahas sebelumnya. Inflamasi tersebut melibatkan sel-sel
seperti neutrofil, makrofag, dan limfosit yang akan melepaskan mediator
inflamasi dan berinteraksi dengan sel-sel struktural dalam saluran napas dan
parenkim paru. Mediator inflamasi dapat menarik sel-sel inflamasi lain dari
sirkulasi ke jaringan (faktor kemotaktik), menguatkan proses inflamasi (sitokin
pro inflamasi) dan mendorong perubahan struktural (faktor pertumbuhan).1,3
Stress oksidatif yang dihasilkan asap rokok, polusi udara dan yang dilepaskan
sel inflamasi memiliki akibat yang merugikan di paru, diantaranya yaitu aktivasi
proses inflamasi, stimulasi ekskresi mukus, stimulasi eksudasi plasma dan
inaktivasi antiprotease. Protease pada paru berfungsi memecah komponen
jaringan ikat dan antiprotease melindunginya. Peningkatan protease tanpa diikuti
dengan perlindungan oleh antiprotease akan menyebabkan inflamasi pada paru.
Perubahan patologik pada PPOK ditemukan di saluran napas perifer, parenkim
dan vaskuler.1,3
Tingkat peradangan, fibrosis dan cairan eksudat di lumen saluran napas kecil
berkolerasi dengan penuruna VEP1 dan rasio VEP1/KVP. Adanya obstruksi pada
saluran napas perifer akan menyebabkan udara terperangkap dan mengakibatkan
inflasi timbulnya sesak napas pada aktivitas.1,3
1. PPOK Stabil
Kriteria3 :
- Tidak dalam kondisi gagal napas akut pada gagal napas kronik
2. PPOK eksaserbasi
- Sesak nafas
- Produksi sputum
Klasifikasi :
Untuk menentukan gejala pada PPOK dapat menggunakan CAT atau mMRC
breathlessness scale.1
<10 : ringan
10-20 : sedang
20-30 : berat
2.6 Diagnosis
Diagnosis PPOK dapat dipertimbangkan pada setiap pasien yang
memiliki sesak, batuk kronik, produksi sputum dan riwayat terpapar faktro
risiko dari PPOK.
A. Gambaran Klinis
a. Anamnesis2,3
Riwayat merokok atau bekas perokok dengan atau tanpa gejala
pernapasan
Riwayat terpajan zat iritan yang bermakna di tempat kerja
Batuk berulang dengan atau tanpa dahak
Sesak dengan dengan atau tanpa bunyi mengi
Riwayat penyakit emfisema pada keluarga.
b. Pemeriksaan fisik2,3
Inspeksi
Pursed - lips breathing (mulut setengah terkatup mencucu)
Sikap ini terjadi sebagai mekanisme tubuh untuk mengeluarkan retensi
CO2 yang terjadi pada gagal nafas kronik.
Barrel chest (diameter antero - posterior dan transversal sebanding)
Penggunaan otot bantu napas
Hipertropi otot bantu napas
Pelebaran sela iga
Bila telah terjadi gagal jantung kanan terlihat denyut vena jugularis di
leher dan edema tungkai.
Penampilan pink puffer (gambaran khas emfisema, penderita kurus, kulit
kemerahan, dan pernafaran pursed-lips breathing) atau blue bloater
(gambaran khas pada bronkitis kronik, penderita gemuk sianosis, terdapat
edema tungkai dan ronki di basal paru, sianosis sentral dan perifer).1
Palpasi
Fremitus melemah
Sela iga melebar
Perkusi
Pada emfisema hipersonor dan batas jantung mengecil, letak diafragma
rendah, hepar terdorong kebawah.
Auskultasi
Suara napas vesikuler normal, atau melemah
Terdapat ronki dan atau mengi pada waktu bernapas biasa atau pada
ekspirasi paksa
Ekspirasi memanjang
Bunyi jantung terdengar jauh
B. Pemeriksaan Penunjang2,3
a. Pemeriksaan rutin
1. Faal paru
• Spirometri
Spirometri merupakan suatu pemeriksaan yang menilai fungsi terintegrasi
mekanik paru, dinding dada dan otot-otot pernapasan dengan mengukur
jumlah volume udara yang dihembuskan dari kapasitas paru total (TLC) ke
volume residu.
Gangguan obstruktif pada paru, dimana terjadi penyempitan saluran napas
dan gangguan aliran udara di dalamnya, akan mempengaruhi kerja
pernapasan dalam mengatasi resistensi nonelastik dan akan bermanifestasi
pada penurunan volume dinamik.
Kelainan ini berupa penurunan rasio FEV1:FVC <70%. FEV1akan selalu
berkurang pada PPOK dan dapat dalam jumlah yang besar, sedangkan FVC
dapat tidak berkurang. Pada orang sehat dapat ditemukan penurunan rasio
FEV1:FVC, namun nilai FEV1 dan FVC tetap normal. Ketika sudah
ditetapkan diagnosis PPOK, maka selanjutnya menilai: beratnya obstruksi,
kemungkinan reversibelitas dari obstruksi, menentukan adanya hiperinflasi,
dan air trapping.
• Uji bronkodilator
3.Radiologi :
Foto toraks PA dan lateral berguna untuk menyingkirkan penyakit paru lain.
- Hiperinflasi,
- hiperlusen,
- diafragma mendatar
- normal
- Asma
- Pneumotoraks
- Bronkiektasis
2.8 Penatalaksanaan3
Tujuan penatalaksanaan :
Mengurangi gejala
Mencegah eksaserbasi berulang
Memperbaiki dan mencegah penurunan faal paru
Meningkatkan kualitas hidup penderita
a. Penatalaksanaan secara umum :
1. Edukasi
Tujuan : mengenal perjalanan penyakit dan pengobatan,
melaksanakanpengobatan yang maksimal, mancapai aktivitas optimal,
meningkatkan kualitas hidup.
Bahasan edukasi : pengetahuan tentang dasar PPOK, obat-obat (manfaat
dan efek sampingnya), cara pencegahan perburukan penyakit,
menghindari pencetus, penyesuaian aktvitas.
2. Obat-obat
a. Bronkodilator
Gol. Beta-2 agonis : relaksasi otot polos pernafasan menstimulasi
reseptor B2 agonist produksi antagonis bronkokonstriksi.
SABA 4-6 jam, LABA 12 jam
Antikolinergik: digunakan pada ringan sampai berat, selain untuk
bronkodilator juga mengurangi sekresi lendir (max. 4 kali/hari).
Kombinasi B2 agonis dengan antikolinergik : kombinasi 2 obat lebih
memperkuat efek bronkodilator karena tempat kerja berbeda dan
penggunaan obat kombinasi lebih sederhana.
Gol. xantin : dalam bentuk lepas lambat sebagai obat pemeliharaan
jangka panjang, terutama derajat sedang-berat. Bentuk tablet/puyer
untuk mengatasi sesak (pelega nafas), bentuk suntik/bolus mengatasi
eksasebasi akut.
b. Antiinflamasi
Digunakan bila eksaserbasi akut dalam bentuk oral atau injeksi
intravena, berfungsi menekan inflamasi. Dipilih golongan
metilprednisolon atau prednison. Bentuk inhalasi sebagai terapi jangka
panjang diberikan bila uji kortikosteroid positif yaitu terdapat
perbaikan VEP1 pascabronkodilator meningkat >20% dan min 200 ml.
c. Antibiotik
Hanya diberikan apabila ada infeksi.
Lini 1 : amoksisilin, makrolid.
Lini 2 : amoksisilin dan adam klavulanat, sefalosporin, kuinolon,
makrolid baru.
d. Antioksidan
Dapat mengurangi eksaserbasi dan memperbaiki kualiats hidup,
digunakan N-asetilsistein. Dapat diberikan pada PPOK dengan
eksaserbasi yang sering, tidak dianjurkan pemberian rutin.
e. Mukolitik
Hanya diberikan terutama eksaserbasi akut karena akan mempercepat
perbakan eksaserbasi, terutama pada bronkitis kronik dengan sputum
yang viscous. Tidak dianjurkan pemberian lama.
3. Terapi Oksigen
Pada PPOK terjadi hipoksemia progresif dan berkepanjangan
menyebabkan kerusakan sel dan jaringan. Pemberian terapi oksigen
merupakan hal yang sangat penting untuk mempertahankan oksigenasi
seluler dan mencegah kerusakan sel baik di otot maupun di organ-organ
lainnya.
Indikasi : - PaO2 < 60 mmHg atau SaO2 < 90%
- PaO2 55-59 mmHg atau SaO2 >89% disertai kor pulmonal,
perubahan P pulmonal, Ht >55% dan tanda-tanda gagal
janutng kanan, sleep apnea, penyakit paru lain.
4. Ventilasi mekanik
Digunakan pada saat eksaserbasi dan gagal nafas akut, pasien
PPOK derajat berat dengan sesak kronik. Ventilasi mekanik dapat
dilakukan dengan ventilasi mekanik tanpa intubasi (Noninvasive
Intermitten Posstitive Pressure Ventilation (NIPPV) dan Negative
Pressure Ventilation (NPV)) dan ventilasi mekanik intubasi (di rumah
sakit).
5. Nutrisi
Malnutrisi sering terjadi pada PPOK karena bertambahnya
energi akibat muskulus respirasi meningkat akibat hiperkapnia dan
hipoksemia kronik hipermetabolisme. Komposisi nutrisi seimbang
tinggi lemak rendah karbohidrat.Sering terjadi gangguan elektrolit
hipofosfotemi, hiperkalemi, hipokalsemi, hipomagnesemi . Gangguan ini
dapat mengurangi fungsi diagfrahma pemberian nutrisi komposisi
seimbang, porsi kecil dan waktu pemberian sering.
6. Rehabilitasi
Tujuan : untuk meningkatkan toleransi latihan dan memperbaiki
kualitas hidup penderita PPOK. Ditujukan untuk penderita yang telah
mendapat pengobatan optimal dengan gejala pernapasan berat, beberapa
kali masuk ruang gawat darurat, dan kualitas hidup yang menurun.
Program rehabilitasi terdiri dari:
Memperbaiki efisiensi dan kapasitas sistem transportasi oksigen
Latihan meningkatkan otot perapasan
Latihan endurance
7. Operasi
- Lung volume reduction surgery (LVRS)
- Bullektomi
- Transplantasi paru
2.9 Komplikasi2
1.Gagal napas
- Gagal napas kronik : Hasil AGD PO2 > 60mmHg dan pH normal
- Gagal napas akut pada gagal napas kronik :
Sesak napas dengan atau tanpa sianosis
Sputum bertambah dan purulen
Demam
Penurunan kesadaran
2. Infeksi berulang
Pada PPOK produksi sputum yang berlebihan menyebabkan terbentuk
koloni kuman, hal ini memudahkan terjadi infeksi berulang. Pada kondisi
kronik imunitas menjadi lebih rendah ditandai dengan kadar limfosit darah
yang rendah.
3. Kor pulmonal
Ditandai P pulmonal pada EKG, Ht >50%, dapat disertai gagal jantung kanan.
2.10 Prognosis1,5
Setelah muncul secara klinik, median survival kira-kira 10 tahun.
Beberapa faktor yang telah diidentifikasi dapat memprediksi survival jelek
pada PPOK : FEV1 rendah, masih merokok, hipoksemia,nutrisi jelek,
korpulmonale, penyakit komorbid,dan kapasitas difusi rendah.
Pasien dengan FEV1 <35% prediksi memiliki mortalitas 10% per tahun.
Jika pasien menyatakan tidak mampu berjalan 100 meter tanpa harus berhenti
oleh karena sesak napas, five survival rate hanya 30%. Index prognostic :
BODE INDEX (Body mass index, obstructive ventilator defect severity,
dyspneu severity, and exercise capacity).
Prognosis PPOK dapat ditentukan melalui BODE index4
Point BODE index
Variable
0 1 2 3
2.2 Anamnesis
Seorang pasien laki-laki berumur 68 tahun datang ke RSUP Dr M Djamil
Padang pada tanggal 11 Februari 2019 dengan keluhan:
Keluhan Utama
Sesak nafas sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit.
Riwayat Penyakit Sekarang:
Sesak meningkat sejak 3 hari yang lalu, menciut, tidak dipengaruhi cuaca
dan makanan, sesak meningkat dengan aktifitas dan batuk.
Diluar serangan, pasien tidak dapat beraktifitas normal. Pasien telah
dikenal dengan PPOK, pernah dilakukan spirometri 2 tahun yll. Pasien
rutin kontrol ke RST Padang dan mendapat obat berotec, symbicort dan
spirivat. Dalam 1 tahun ini pasien sudah 4x rawat di RS.
Batuk (+) berdahak dirasakan sejak ± 2 hari yang lalu, dahak berwarna
putih, kental,dan sulit dikeluarkan. Riwayat batuk sudah dirasakan sejak
1 bulan yang lalu,dahak berwarna putih.
Batuk darah (-), riwayat batuk darah sebelumnya (-).
Demam (-)
Keringat malam (-)
Nyeri ulu hati (-), mual (-), muntah (-)
Penurunan nafsu makan (-), penurunan berat badan (-)
BAB dan BAK normal, tidak ada keluhan.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat hipertensi (-)
Riwayat Diabetes mellitus (+) sejak 2015, kontrol teratur di puskesmas
mendapat terapi glimepirid
Riwayat penyakit jantung (-)
Riwayat TB (-)
Riwayat keganasan (-)
Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat konsumsi OAT, hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung (-)
dalam keluarga.
Punggung :
Inspeksi : (statis) simetris kiri = kanan
(dinamis) pergerakan dinding dada kiri = kanan
Palpasi : fremitus kiri = kanan
Perkusi : sonor
Auskultasi : ekspirasi memanjang, ronkhi (+/+), wheezing (+/+)
- Jantung :
Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : iktus kordis teraba 1 jari medial LMCS RIC V
Perkusi : dalam batas normal
Auskultasi : irama reguler, murmur (-), gallop (-).
Abdomen :
Inspeksi : distensi (-).
Palpasi : supel, hepar dan lien tidak teraba.
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus (+) N
Genitalia : tidak dilakukan pemeriksaan
Anus : tidak dilakukan pemeriksaan colok dubur
Ekstremitas : akral hangat, edema (-), clubbing finger (-).
2.4 Pemeriksaan Laboratorium
Darah Rutin :
Hb : 14,6 g/dl
Leukosit : 15.770 /mm3
Trombosit : 314.000 /mm3
Ht : 42 %
Na/K/Cl : 130/3,8/96 mmol/L
FOLLOW UP
Tanggal S/ O/ A/ P/
16/02/20 Sesak nafas (+) KU: sedang PPOK eksaserbasi O2 3-4 liter/menit
19 Batuk (+) KS: CMC akut tipe I + CAP IVFD aminofluid
berdahak, TD: 130/80 + DM tipe II 24 jam/kolf
Demam (-) Nd: 100x/menit terkontrol Drip aminofilin
Nf: 30 x/menit Nebu combivent
T: 36,7 4x1
Nebu flumucyl
Inspeksi: 2x1
statis: simetris Inj.
kiri = kanan Metilprednisolon
Dinamis: 2x125 mg
pergerakan Inj ceftriaxon 1x2
dinding dada kiri gr
= kanan Inj. Ranitidin 2 x
Palpasi: 1 amp
fremitus kiri =
kanan
Perkusi: sonor
Auskultasi:ekspi
rasi memanjang,
ronkhi (+/+),
wheezing (+/+)
BAB IV
DISKUSI