Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH LAPORAN PENDAHULUAN PPOK

Dosen Pengampu: Puji Suwariyah, Ns., M.Kep

Disusun oleh: 2C Keperawatan

Kelompok 2

1. Aditya Chafid Sururi ( 22030066 )


2. Irma Rahmawati ( 22030089 )
3. Kurnia Dwi Rahayu ( 22030058 )
4. Mohamad Faisal Abbasyafrin ( 21030070 )
5. Tri Mulyani ( 22030055 )

PROGRAM DIII KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SERULINGMAS CILACAP
2022/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT karena berkat taufik dan hidayah- Nya, ma
kalah ini dapat diselesaikan. Makalah ini merupakan sebuah pengetahuan bagi par
a mahasiswa/i keperawatan maupun bagi para pembaca di bidang lainnya. Tidak l
upa kami ucapkan terima kasih kepada dosen pengajar dan pembimbing.

Makalah ini di buat guna memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Keperawatan Paliatif dengan judul “Makalah Laporan Pendahuluan PPOK”. Dala
m penulisan makalah ini penulis menyajikan bahasa yang sederhana dan mudah di
mengerti oleh para pembaca.

Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada rekan-rekan yang t


elah membantu dalam penyelesaian makalah ini. Penyusun menyadari bahwa mak
alah ini masih sangat jauh dari sempurna, baik dari segi materi mapun cara penya
mpaiannya. Oleh karena itu penyusun mengharap kritik dan saran demi perbaikan
penyusun kedepannya. Semoga makalah ini memberikasn manfaat kepada kita se
mua.

Cilacap, 3 Maret 2024

Penulis

PAGE \* MERGEFORMAT 2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................3
A. Latar belakang......................................................................................3
B. Rumusan Masalah.................................................................................5
C. Tujuan Penulisan..................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................6
A. Definisi PPOK...................................................................................................6
B. Etiologi...............................................................................................................7
C. Tanda Dan Gejala PPOK....................................................................................8
D. Patofisiologi.......................................................................................................9
E. Terapi Komplomenter.........................................................................................12
F. SOAP..................................................................................................................12

BAB III PENUTUPAN.....................................................................................15


A. KESIMPULAN...............................................................................................15
B. SARAN............................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................16

PAGE \* MERGEFORMAT 2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Secara definisi Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) adalah pe
nyakit pernafasan yang bersifat kronis progresif. PPOK merupakan perma
salahan global yang terjadi di masyarakat hingga sekarang yang disebabka
n oleh karena angka kejadian serta angka kematian yang terus meningkat d
ari tahun ke tahun di seluruh dunia.1 PPOK saat ini berada di urutan ke em
pat penyebab kematian terbanyak di dunia setelah penyakit jantung, kanke
r, serta penyakit serebrovaskular, dan memiliki potensi untuk naik ke uruta
n ke tiga terbanyak
Pada tahun 2020 pada pria maupun wanita.2 Pada tahun 2012 angk
a kematian yang disebabkan PPOK mencapai 3 juta jiwa atau secara propo
rsi sekitar 6% dari angka seluruh kematian dunia.3 Selama tahun 2000, in
siden PPOK di instalasi gawat darurat seluruh rumah sakit di Amerika me
ncapai 1,5 juta kasus, 726.000 kasus diantaranya memerlukan perawatan d
i rumah sakit dan 119.000 diantaranya meninggal. Total estimasi biaya unt
uk pengobatan penyakit PPOK sediri diperkirakan mencapai $ 24 milyar p
er tahunnya.
Di Indonesia, data mengenai insiden dan prevalensi PPOK secara a
kurat belum dapat ditentukan, hal ini dikarenakan masih banyak penderita
yang tidak tercatat maupun tidak terdiagnosa dikarenakan kurangnya fasili
tas. Berdasarkan survei kesehatan rumah tangga (SKRT) Depkes. RI tahun
2004 angka kejadian PPOK sebesar 13 dari 1000 orang penduduk, dimana
angka ini menempati urutan ke -5 terbesar sebagai penyebab kesakitan dar
i 10 penyebab kesakitan terbanyak (Depkes RI, 2005).
Menurut Riset Kesehatan Dasar 2007, PPOK bersama asma bronki
al menduduki peringkat ke enam sebagai penyakit penyebab tersering kem
atian di Indonesia. Secara global, angka kejadian PPOK akan terus mening

PAGE \* MERGEFORMAT 2
kat setiap tahunnya dikarenakan tingginya peningkatan faktor risiko PPOK,
diantaranya disebabkan meningkatnya jumlah perokok, perkembangan da
erah industri dan polusi udara baik dari pabrik maupun kendaraan bermoto
r, terutama di kota-kota besar dan lokasi industri serta pertambangan. Selai
n itu, peningkatan usia harapan hidup menyebabkan peningkatan jumlah p
enduduk usia tua yang ikut berperan terhadap peningkatan insiden PPOK.
Kejadian PPOK sendiri lebih sering terjadi pada penduduk usia menengah
hingga lanjut, lebih sering pada laki-laki dari pada perempuan, serta kondi
si sosial ekonomi yang rendah dan pemukiman yang padat.
PPOK yang merupakan penyakit kronis gangguan aliran udara mer
upakan penyakit yang tidak sepenuhnya dapat disembuhkan. Gangguan ali
ran udara ini umumnya bersifat progresif dan persisten serta berkaitan den
gan respon radang yang tidak normal dari paru akibat gas atau partikel yan
g bersifat merusak. Namun serangan akut PPOK dapat dicegah dengan me
nghindari faktor-faktor pemicu serangan akut tersebut.
Berdasarkan latar belakang yang ada, diharapkan tulisan ini dapat
digunakan untuk mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan PPOK pa
da pasien, baik dalam faktor pengendalian serangan akut PPOK, hingga pe
nanganan PPOK berulang. Diharapkan pengetahuan tentang penyakit PPO
K dapat membantu menekan angka kematian dan kekambuhan penderita
PPOK pada masyarakat luas.

B. Rumusan Masalah

PAGE \* MERGEFORMAT 2
1. Pengertian PPOK
2. Penyebab PPOK
3. Tanda dan Gejala PPOK
4. Patofisiologi PPOK
5. Terapi komplementer PPO
6. SOAP
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Pengertian PPOK
2. Untuk Mengetahui Penyebab PPOK
3. Untuk Mengetahui Tanda dan Gejala PPOK
4. Untuk Mengetahui Patofisolgi PPOK
5. Untuk Mengetahui Terapi Komplementer PPOK
6. Untuk Mengetahui SOAP Terapi Komplementer PPOK

BAB II

PAGE \* MERGEFORMAT 2
PEMBAHASAN

A. Definisi PPOK

Secara definisi penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) dapat


disebut sebagai penyakit kronis progresif pada paru yang ditandai oleh
adanya hambatan atau sumbatan aliran udara yang bersifat irreversible
atau reversible sebagian dan menimbulkan konsekuensi ekstrapulmoner
bermakna yang berkontribusi terhadap tingkat keparahan pasien. PPOK
biasanya berhubungan dengan respons inflamasi abnormal paru terhadap
partikel berbahaya dalam udara.
PPOK merupakan suatu penyakit multikomponen yang dicirikan
oleh terjadinya hipersekresi mukus, penyempitan jalan napas, dan
kerusakan alveoli paru-paru. Penyakit tersebut bisa merupakan kondisi
terkait bronkitis kronis, emfisema, atau gabungan keduanya.
Pada PPOK, seringkali ditemukan bronkitis kronik dan emfisema
bersama, meskipun keduanya memiliki proses yang berbeda. Akan tetapi
menurut PDPI 2010, bronkitis kronik dan emfisema tidak dimasukkan
definisi PPOK, karena bronkitis kronik merupakan diagnosis klinis,
sedangkan emfisema merupakan diagnosis patologi. 134 Bronkitis kronis
adalah kelainan saluran pernafasan yang ditandai oleh batuk ronis yang
menimbulkan dahak selama minimal 3 bulan dalam setahun, sel
kurangnya dua tahun berturut-turut dan tidak disebabkan oleh penyakit.
Emfisema adalah kelainan anatomis paru yang ditandai oleh pelebaran
rongga udara distal pada bronkiolus terminal, disertai dengan kerusakan
dinding alveolus. Tidak jarang penderita bronkitis kronik juga
memperlihatkan tanda-tanda emfisema. termasuk penderita asma persisten
berat dengan obstruksi jalan napas yang tidak reversibel penuh, dan
memenuhi kriteria PPOK.

PAGE \* MERGEFORMAT 2
B. Etiologi

PPOK mempunyai progresivitas yang lambat, diselingi dengan


fase eksaserbasi akut yang timbul secara periodik. Pada fase eksaserbasi
akut terjadi perburukan yang mendadak dari perjalanan penyakitnya yang
disebabkan oleh suatu faktor pencetus dan ditandai dengan suatu
manifestasi klinis yang memberat. Secara umum resiko terjadinya PPOK
terkait dengan jumlah partikel gas yang dihirup oleh seorang individu
selama hidupnya serta berbagai faktor dalam individu itu sendiri.
1. Asap Rokok
Dari berbagai partikel gas yang noxius atau berbahaya, asap rokok
merupakan salah satu penyebab utama, kebiasaan merokok merupakan
faktor resiko utama dalam terjadinya PPOK. Asap rokok yang dihirup
serta merokok saut kehamilan juga berpengaruh pada kejadian PPOK
karena mempengaruhi tumbuh kembang paru janin dalam uterus. Sejak
lama telah disimpulkan bahwa asap rokok merupakan faktor risiko
utama dari bronkitis kronis dan emfisema.
Serangkaian penelitian telah menunjukkan terjadinya percepatan
penurunan volume udara yang dihembuskan dalam detik pertama dari
manuver ekspirasi paksa (FEV₁) dalam hubungan reaksi dan dosis
terhadap intensitas merokok, yang ditunjukkan secara spesifik dalam
bungkus-tahun (rata-rata jumlah bungkus rokok yang dihisap per hari
dikalikan dengan jumlah total tahun merokok).
Walaupun hubungan sebab akibat antara merokok dan
perkembangan PPOK telah benar-benar terbukti, namun reaksi dari
merokok ini masih sangat bervariasi. Merokok merupakan prediktor
signifikan yang paling besar pada FEV, hanya 15% dari variasi FEV,
yang dapat dijelaskan dalam hubungan bungkus-tahun. Temuan ini
mendukung bahwa terdapat faktor tambahan dan atau faktor genetik
sebagai kontributor terhadap dampak merokok pada perkembangan
obstruksi jalan nafas.

PAGE \* MERGEFORMAT 2
2. Paparan Pekerjaan
Meningkatnya gejala-gejala respirasi dan obstruksi aliran udara
dapat diakibatkan oleh paparan debu di tempat kerja. Beberapa paparan
pekerjaan yang khas termasuk penambangan batu baru, panambangan
emas, dan debu kapas tekstil telah diketahui sebagai faktor risiko
obstruksi aliran udara kronis.
3. Polusi Udara
Beberapa peneliti melaporkan meningkatnya gejala respirasi pada
orang-orang yang tinggal di daerah padat perkotaan dibandingkan
dengan mereka yang tinggal di daerah pedesaan, yang berhubungan
dengan meningkatnya polusi di daerah padat perkotaan. Pada wanita
bukan perokok di banyak negara berkembang, adanya polusi udara di
dalam ruangan yang biasanya dihubungkan dengan memasak, telah
dikatakan sebagai kontributor yang potensial.
4. Infeksi Berulang Saluran Respirasi
Infeksi saluran respirasi telah diteliti sebagai faktor risiko potensial
dalam perkembangan dan progresivitas PPOK pada orang dewasa,
terutama infeksi saluran nafas bawah berulang. Infeksi saluran respirasi
pada masa anak-anak juga telah dinyatakan sebagai faktor predisposisi
potensial pada perkembangan akhir PPOK.
D. Tanda Dan Gejala PPOK
Keluhan sistemis, mual, intake nutrisi, tidak adekuat, malaise, kelemahan
dan keletihan fisik, Keluhan psikososial, kecemasan, ketidaktahuan akan
prognosis, Perubahan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan, Gangguan
pemenuhan ADL Kecemasan, ketidaktahuan/pemenuhan informasi
Tanda dan gejala lainnya:

1. Sesak Nafas
2. Batuk dengan produksi sputum
3. Dada terasa berat
4. Wheezing
5. Tampak Lelah

PAGE \* MERGEFORMAT 2
6. Penurunan Berat Badan
7. Anoreksia

E. Patofisiologi
PPOK dicirikan dengan adanya hambatan aliran udara kronis yang
tidak sepenuhnya reversibel, serta adanya respon inflamasi yang tidak
normal di paru. Perubahan patologis pada paru pasien PPOK ditemukan
pada saluran udara proksimal dan perifer, parenkim paru dan pembuluh
darah pernapasan. Pada pasien PPOK. respon perlindungan normal
terhadap zat asing yang masuk ke dalam paru mengalami amplifikasi dan
menyebabkan kerusakan jaringan. Secara umum, perubahan inflamatif dan
struktural yang terjadi meningkat seiring dengan memburuknya. kondisi
penyakit dan bersifat persisten bahkan setelah pasien berhenti terpapar zat
asing.
Beberapa mekanisme yang terlihat dalam memperburuk respon
inflamasi pada pasien PPOK diantaranya: respon imun bawaan dan respon
imun adaptif, sel dan mediator inflamasi, ketidakseimbangan protease dan
antiprotease, serta stres oksidatif. Seluruh mekanisme tersebut memiliki
keterkaitan satu sama lain. Sistem imunitas inflamasi bawaan
menyediakan perlindungan primer terhadap zat asing.
Garis pertahanan pertama dari sistem ini terdiri dari mucociliary
clearance apparatus dan makrofag yang bertugas untuk membersihkan
benda asing dari saluran pernapasan. Pada pasien PPOK, kedua hal ini
mengalami gangguan serius. Garis pertahanan kedua ialah eksudasi
plasma dan sirkulasi sel ke dalam saluran udara. besar dan kecil, serta
alveoli. Proses ini dikendalikan oleh kemokines pro-inflamasi serta
sitokin, yang mana dihasilkan oleh sel-sel inflamasi.
PPOK dicirikan dengan adanya peningkatan jumlah neutrofil,
makrofag, limfosit T (CD8CD4), dan selsel dendritik di berbagai bagian
dalam paru. Sel dendritik merupakan major antigen- presenting cells
(MHC) yang menghubungkan respon imun bawaan dan respon imun

PAGE \* MERGEFORMAT 2
adaptif Selain mekanisme di atas, adanya stress oksidatif juga berperan
dalam patogenesis PPOK. Stres oksidatif dapat menyebabkan stimulasi
produksi mucus serta inaktivasi antiprotease, yang menyebabkan adanya
ketidakseimbangan protease antiprotease. Stres oksidatif juga dapat
menimbulkan amplifikasi inflamasi dengan mengaktifkan berbagai jalur
interselular. Perubahan-perubahan patologis yang terjadi menyebabkan
abnormalitas fisiologis, diantaranya: hipersekresi mukus, disfungsi silia,
gangguan aliran udara, abnormalitas pertukaran udara, hipertensi
pulmoner, dan efek sistemik.
Dilihat dari sudut pandang fisiologi, volume paru dibedakan
menjadi volume dinamis dan statis. Kedua sub-kelas tersebut dinilai
dengan derajat inspirasi dan ekspirasi yang berbeda. Volume/kapasitas
statis paru dibagi menjadi empat volume standar (tidal/TV, komplementer/
IRV, suplementer/ERV, dan volume residual/RV) dan empat kapasitas
standar (inspirasi, residual fungsional, vital, dan kapasitas total paru)
sedangkan, volume dinamis paru kebanyakan berasal dari kapasitas vital.
keseluruhan volume kapasitas paru mengalami gangguan akibat perubahan
patologis yang terjadi. Oleh karena itu volume dinamis paru dinilai
bersifat esensial dalam diagnosis dan follow-up PPOK, dan volume udara
statis bersifat sama penting baik untuk evaluasi obstruktivitas maupun
penilaian kerusakan. restriktif pernapasan.
Adanya hambatan aliran udara merupakan prinsip kerusakan
fisiologis dari PPOK. Faktor intrinsik yang menyebabkan kondisi ini
diantaranya: inflamasi dinding bronkus termasuk inflamasi/edema
mukosa, perubahan bentuk/fibrosis dinding bronkus, dan peningkatan
sekresi mukosa. Faktor ekstrinsik meliputi: hilangnya elastisitas jaringan
penunjang dan adanya kompresi ekspirasi. Faktor lainnya seperti disfungsi
otot-otot pernapasan dapat memperparah kondisi hambatan aliran udara
pada pasien. hiperinflasi juga dapat terjadi pada pasien PPOK,
menyebabkan peningkatan kapasitas residu fungsional akibat adanya
udara yang terperangkap (Satryasa et al., 2018)

PAGE \* MERGEFORMAT 2
BAGAN PPOK

Asma
Emfisema
Bronkhial

Penumpukan lendir Obstruksi pada Jalan napas bronchial


dan sekresi yang pertukaran O2 dan menyempit dan
sangat banyak CO2 terjadi akibat membatasi jumlah udara
menyumbat jalan kerusakan dinding yang mengalir kedalam
napas alveoli paru paru

Gangguan pergerakan udara dari dalam


ke luar paru

Penurunan kemampuan
Peningkatan produksi mokus
batuk efektif

Ketidakefektifan bersihan Peningkatan usaha dan


jalan napas frekuensi pernapasan,
penggunaan otot bantu
Resiko tinggi infeksi
pernapasan
pernapasan

Peningkatan kerja Respon sistemis dan


pernapasan hipoksemia psikologis
secara reversibel
Keluhan sistemis, mual, Keluhan psikososial,
intake nutrisi, tidak kecemasan,
Gangguan pertukaran gas adekuat, malaise, ketidaktahuan akan
Resiko tinggi gagal napas kelemahan dan keletihan prognosis
fisik
Kecemasan,
Kematian Perubahan pemenuhan ketidaktahuan/pemenuha
nutrisi kurang dari n informasi
kebutuhan
Gangguan pemenuhan
ADL
PAGE \* MERGEFORMAT 2
F. Terapi Komplomenter
Penatalaksanaan PPOK terbagi menjadi dua yaını penatalaksanaan
medis dan keperawatan, untuk meningkatkan ventilasi alveoli dan
memelihara. pertukaran gas diperlukan pemberian asuhan keperawatan
yaitu teknik relaksasi nafas dalam. Teknik relaksasi nafas dalam
merupakan suatu bentuk asuhan keperawatan yang bertujuan untuk
meningkatkan ventilasi alveoli dan memelihara pertukaran gas.
Peningkatan ventilasi alveoli dapat meningkatkan suplai oksigen
ke seluruh tubuh sehingga dapat dijadikan terapi dalam peningkatan
saturasi oksigen. Dalam hal ini, perawat mengajarkan kepada klien
bagaimana caга melakukan nafas dalam, nafas lambat (menahan inspirasi
secara maksimal), dan cara menghembuskan nafas secara perlahan.
Selain dapat menurunkan intensitas nyeri, teknik pernafasan dalam
mempunyai peran yang sangat penting, diantaranya adalah memperlambat
denyut jantung. mengatur tekanan darah, menghilangkan ketegangan otot,
dan mengembalikan keseimbangan mental dan emosional batin".
Tujuan pemberian relaksasi napas dalam adalah untuk
meningkatkan saturasi oksigen pada pasien dengan penyakit pernapasan
ohstruksi kronik (PPOK).

G. SOAP
a) Pengertian Teknik relaksasi nafas dalam merupakan suatu bentuk
asuhan kepaerawatan yang dalam hal ini perawat mengajarkan kepada
klien bagaiama cara melakukan nafas dalam, nafas lambat dan
bagaimana menghembuskan nafas secara perlahan
b) Tujuan Untuk mengurangi ketegangan otot, rasa jenuh, kecemasan
sehingga mencegah menghebatnya stimulasi nyeri
c) Kebijakan Dilakukan pada klien dengan Open Fraktur Femur
Indikasi.

PAGE \* MERGEFORMAT 2
1. Pasien yang mengalami stress
2. Pasien yang mengalami nyeri yaitu nyeri akut pada tingkat ringan
sampai tingkat sedang akibat penyakit yang kooperatif
3. Pasien yang mengalami kecemasan
4. Pasien mengalami gangguan pada kualitas tidur seperti insomnia
d) Pelaksanaan PRA INTERAKSI
1. Membaca status klien
2. Mencuci tangan
e) INTERAKSI
Orientasi
1. Salam : Memberi salam sesuai waktu
2. Memperkenalkan diri.
3. Validasi kondisi klien saat ini. Menanyakan kondisi klien dan
kesiapan klien untuk melakukan kegiatan sesuai kontrak
sebelumnya
4. Menjaga privasi klien
5. Kontrak. Menyampaiakan tujuan dan menyepakati waktu dan
tempat dilakukannya kegiatan
f) KERJA
1. Memberikan kesempatan kepada pasien untuk bertanya bila ada
sesuatu yang kurang dipahami/ jelas
2. Atur posisi agar klien rileks tanpa adanya beban fisik, baik duduk
maupun berdiri. Apabila pasien memilih duduk, maka bantu pasien
duduk di tepi tempat tidur atau posisi duduk tegak di kursi. Posisi
juga bisa semifowler, berbaring di tempat tidur dengan punggung
tersangga bantal.
3. Instruksikan pasien untuk melakukan tarik nafas dalam sehingga
rongga paru berisi udara
4. Instruksikan pasien dengan cara perlahan dan hembuskan udara
membiarkannya ke luar dari setiap bagian anggota tubuh, pada saat

PAGE \* MERGEFORMAT 2
bersamaan minta klien untuk memusatkan perhatiannya pada
sesuatu hal yang indah dan merasakan lega
5. Instruksikan pasien untuk bernafas dengan irama normal beberapa
saat (1-2 menit)
6. Instruksikan pasien untuk kembali menarik nafas dalam, kemudian
menghembuskan dengan cara perlahan dan merasakan saat ini
udara mulai mengalir dari tangan, kaki, menuju keparu-paru dan
seterusnya, rasakan udara mengalir keseluruh tubuh
7. Minta pasien untuk memusatkan perhatian pada kaki dan tangan,
udara yang mengalir dan merasakan ke luar dari ujung-ujung jari
tangan dan kaki kemudian rasakan kehangatanya Instruksikan
pasien untuk mengulangi teknik-teknik ini apabila rasa nyeri
kembali lagi
8. Setelah pasien mulai merasakan ketenangan, minta pasien untuk
melakukan secara mandiri
9. Ulangi latihan nafas dalam ini sebanyak 3 sampai 5 kali dalam
sehari dalam waktu 5-10 menit
g) TERMINASI
1. Evaluasi hasil: kemampuan pasien untuk melakukan teknik ini
2. Memberikan kesempatan pada klien untuk memberikan umpan
balik dari terapi yang dilakukan.
3. Tindak lanjut: menjadwalkan latihan teknik relaksasi banafas
dalam
4. Kontrak: topik, waktu, tempat untuk kegiatan selanjutnya
h) DOKUMENTASI
1. Mencatat waktu pelaksanaan tindakan
2. Mencatat perasaan dan respon pasien setelah diberikan tindakan
Sumber Potter & Perry (2010)

PAGE \* MERGEFORMAT 2
BAB III
PENUTUPAN

A. KESIMPULAN
Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) didefinisikan sebagai pen
yakit paru kronik berupa obstruksi saluran pernapasan yang bersifat progre
sif dan tidak sepenuhnya reversible yang diasosiasikan dengan respon infl
amsi abnormal paru terhadap gas berbahaya ataupun partikel asing.
Faktor resiko yang berkaitan dengan PPOK adalah faktor herediter
yaitu defisiensi alpha-1 antitripsin, kebiasaan merokok, riwayat terpapar p
olusi udara di lingkungan dan tempat kerja, hipereaktivitas bronkus, riway
at infeksi saluran napas bawah berulang. Manifestasi klinis pasien PPOK a
dalah batuk kronis, berdahak kronis, dan sesak nafas.
Tujuan penatalaksaan PPOK adalah untuk mengurangi gejala, men
cegah eksaserbasi berulang memperbaiki dan mencegah penurunan faal pa
ru dan meningkatkan kualitas hidup penderita.

B. SARAN
Semoga makalah yang sederhana ini dapat menjadi bacaan dan
acuan untuk meningkatkan pengetahuan dan kreatifitas dalam pemberian
asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem pernapasan,
khususnya penyakit paru obstruksi kronik.

PAGE \* MERGEFORMAT 2
DAFTAR PUSTAKA

WHO. (2021). Chronic obstructive pulmonary disease (COPD).di akses pada tang
gal 16 Maret 2022 pukul19.00 WIB dalam web site: https://www.who.int/n
ews-room/fact- sheets/detail/chronic-obstructive-pulmonary-disease-(COP
D).

Akes, L., & Bojonegoro, R. (2018). PPOK ( Penyakit Paru Obstruksi Kronis ).

Journal of Nursing, 8(2), 33–38. Danususanto, H. (2018). Buku saku ilmu


penyakit paru. Jakarta: EGC.

Nursalam. (2013). Metodologi ilmu keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Debora, O. (2013). Proses keperawatan dan pemeriksaan fisik. Jakarta: Sal


emba Medika

PAGE \* MERGEFORMAT 2

Anda mungkin juga menyukai