Anda di halaman 1dari 70

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIS (PPOK)

PADA Tn J.K DI RUANGAN MUJAIR

RSUD DR. SAM RATULANGI TONDANO

Disusun Oleh :

1. Javier Tuerah 22062092


2. Octavia Setia 22062067
3. Florentin Pioh 22062042
4. Chrisanthy Werung 22062094
5. Atris Bessy 22062095
6. Anjelia Malaru 22062040
7. Selvi Murib 22062096
8. Vanesua Kandow 22062059

FAKULTAS KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO

TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan Rahmat, sehingga
kami dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Penyakit
Paru Obstruktif Kronis (PPOK) ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Makalah
ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah “Keperawatan Medikal ”. Semoga
Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) ini
dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan pembelajaran.

Kami mengucapkan terima kasih banyak kepada semua pihak yang telah membantu
penyusunan makalah “Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan” Harapan kami semoga
Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) ini
membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki
sangat kurang. Oleh karena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan
masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini, sehingga kami
dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini, agar kedepannya dapat lebih baik.

Tondano, 22 Februari 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
1.4 Identifikasi
BAB II LANDASAN/TINJAUAN TEORI

2.1 Laporan Pendahuluan


2.2 Asuhan Keperawatan Teori

BAB II ASUHAN KEPERAWATAN KASUS

3.1 Pengkajian
3.2 Klasifikasi data
3.3 Analisa data
3.4 Diagnosa keperawatan
3.5 Intervensi/Rencana Keperawatan dan Rasional
3.6 Implementasi dan Evaluasi
BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Perbandingan/Analisa antara Tinjauan Teori dengan Kasus Kelompok


4.2 Perbandingan/Analisa antara Asuhan Keperawatan Teori dengan Asuhan
Keperawatan Kasus
BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan
5.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

PPOK adalah penyakit paru kronik yang ditandai oleh hambatan aliran udara di saluran
napas yang bersifat progresif nonreversible atau reversible parsial, bersifat progresif,
biasanya disebabkan oleh proses inflamasi paru yang disebabkan oleh pajanan gas berbahaya
yang dapat memberikan gambaran gangguan sistemik. Gangguan ini dapat dicegah dan dapat
diobati. Penyebab utama PPOK adalah rokok, asap polusi dari pembakaran, dan partikel gas
berbahaya. Obstruksi saluran napas pada PPOK bersifat irreversible dan terjadi karena
perubahan struktural pada saluran napas kecil yaitu inflamasi, fibrosis, metaplasi sel goblet
dan hipertropi otot polos penyebab utama obstruksi jalan napas. Kebiasaan merokok
merupakan satu-satunya penyebab kausal yang terpenting dari faktor penyebab lainnya
(Napanggala 2017.)

Menurut World Health Organization (WHO), PPOK bisa membunuh seorang manusia setiap
sepuluh detik.PPOK adalah penyakit paru yang dapat dicegah dan diobati, ditandai oleh
hambatan aliran udara yang persisten, bersifat progresif dan berhubungan dengan respon
inflamasi paru terhadap partikel atau gas yang beracun/berbahaya (WHO, 2014; GOLD,
2016). Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) menduduki peringkat keempat tertinggi di
dunia sebagai penyebab mortalitas dan morbiditas. Sekitar 9-10% dewasa di atas 40 tahun
terdiagnosis PPOK. Jika tidak ditatalaksana dengan baik maka WHO memprediksi bahwa di
tahun 2020 nanti PPOK naik menjadi peringkat ketiga penyebab kematian akibat rokok
setelah penyakit kardiovaskuler dan kanker.Penyakit pernapasan bawah kronis, terutama
PPOK, adalah penyebab utama ketiga kematian di Amerika Serikat pada 2.011,(Hoyert et
al,2017).

1.2 Tujuan

1. Tujuan Umum
Mahasiswa profesi ners Universitas Katolik De La Salle Manado mampu memberikan
asuhan keperawatan Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) pada pasien Tn. J.K
diruangan Mujair RSUD Dr. Samratulangi Tondano.
2. Tujuan Khusus
2.1 Melakukan pengkajian keperawatan Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) pada
pasien Tn. J.K diruangan Mujair RSUD Dr. Samratulangi Tondano.
2.2 Melakukan identifikasi diagnosa atau masalah aktual, potensial dan Penyakit paru
obstruktif kronis (PPOK) pada pasien Tn. J.K diruangan Mujair RSUD Dr.
Samratulangi Tondano.
2.3 Merencanakan tindakan asuhan keperawatan Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK)
pada pasien Tn. J.K diruangan Mujair RSUD Dr. Samratulangi Tondano.
2.4 Melaksanakan tindakan asuhan keperawatan Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK)
pada pasien Tn. J.K diruangan Mujair RSUD Dr. Samratulangi Tondano.
2.5 Mengevaluasi dan mendokumentasikan asuhan keperawatan Penyakit paru obstruktif
kronis (PPOK) dengan metode SOAP pada pasien Tn. J.K diruangan Mujair RSUD
Dr. Samratulangi Tondano.

1.3 Manfaat

1. Teoritis
Dapat memperkaya ilmu pengetahuan serta dapat menambah wawasan bagi setiap
pembaca, khususnya mengenai penatalaksaan asuhan keperawatan medical bagi pasien
penyakit paru obstruktif (PPOK)
1.1 Mahasiswa
Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa dalam memberikan asuhan
keperawatan medical bagi pasien penyakit paru obstruktif (PPOK)
1.2 Institusi
Menambah referensi dan masukan untuk meningkatkan pelayanan keperawatan
medical bagi pasien penyakit paru obstruktif (PPOK) sehingga dapat memberikan
pelayanan yang lebih baik
1.3 Pasien
Untuk meningkatkan pengetahuan pada pasien
1.4 Rumah sakit
Memberikan tambahan informasi kepada perawat mengenai asuhan keperawatan
medical khususnya pada pasien penyakit paru obstruktif (PPOK) serta menambah
referensi dan masukan untuk meningkatkan pelayanan keperawatan di rumah sakit.

1.4 Identifikasi

1. Memberikan pelayanan asuhan keperawatan medical khususnya pasien dengan penyakit


paru obstruktif (PPOK) dengan pelayanan yang komprehensif
2. Melakukan pengawasan setelah selesai pemberian asuhan keperawatan untuk
menghindari komplikasi-komplikasi yang mungkin akan muncul
3. Memberikan motivasi kepada klien untuk menjaga kesehatan serta menjaga pola hidup
yang lebih baik.
BAB II
LANDASAN DAN TINJAUAN TEORI

2.1 laporan Pendahuluan


A. DEFINISI
Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) atau disebut juga dengan COPD (Cronic
Obstruktif Pulmonary Disease) adalah suatu penyakit yang bisa di cegah dan diatasi yang
ditandai dengan keterbatasan aliran udara yang menetap, biasanya bersifat progresif dan
terkait dengan adanya proses inflamasi kronis saluran nafas dan paru-paru terhadap gas
atau partikel berbahaya (Ikawati, 2017).
Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) merupakan suatu kelainan dengan ciri-
ciri adanya keterbatasan aliran udara yang tidak sepenuhnya reversible Pada klien PPOK
paru-paru klien tidak dapat mengembang sepenuhnya dikarenakan adanya sumbatan
dikarenakan sekret yang menumpuk pada paru-paru. (Lyndon Saputra, 2018).
Penyakit Paru Obstruksi Kronik ( PPOK ) adalah suatu penyakit yang ditandai
dengan adanya obstruksi aliran udara yang disebabkan oleh bronchitis kronis atau
empisema. Obstruksi aliran udara pada umumnya progresif kadang diikuti oleh
hiperaktivitas jalan nafas dan kadangkala parsial reversibel, sekalipun empisema dan
bronkitis kronis harus didiagnosa dan dirawat sebagai penyakit khusus, sebagian besar
pasien PPOK mempunyai tanda dan gejala kedua penyakit tersebut.( Amin, Hardhi,
2020).
Jadi Penyakit Paru Obstruksi Kronis atau PPOK ialah penyumbatan pada saluran
pernapasan, dan merupakan penyakit yang menahun atau berlangsung lama da disertai
dengan peningkatan resistensi terhadap aliran udara.

B. ANATOMI DAN FISIOLOGI


Anatomi paru-paru Paru-paru manusia terletak pada rongga dada, bentuk dari
paru-paru adalah berbentuk kerucut yang ujungnya berada di atas tulang iga pertama dan
dasarnya berada pada diafragma. Paru terbagi menjadi dua yaitu bagian yaitu, paru kanan
dan paru kiri. Paru-paru kanan mempunyai tiga lobus sedangkan paru-paru kiri
mempunyai dua lobus. Setiap paru- paru terbagi lagi menjadi beberapa sub-bagian,
terdapat sekitar sepuluh unit terkecil yang disebut bronchopulmonary segments. Paru-
paru bagian kanan dan bagian kiri dipisahkan oleh sebuah ruang yang disebut
mediastinum. Paru-paru manusia dibungkus oleh selaput tipis yang bernama pleura.
Pleura terbagi menjadi pleura viseralis dan pleura pariental. Pleura viseralis yaitu selaput
tipis yang langsung membungkus paru, sedangkan pleura parietal yaitu selaput yang
menempel pada rongga dada. Diantara kedua pleura terdapat rongga yang disebut cavum
pleura (Evelyn, 2019).

Anatomi Fisiologi Paru-paru Guston,2017

Menurut Juarfianti (2017) sistem pernafasan manusia dapat dibagi ke dalam sistem pernafasan
bagian atas dan pernafasan bagian bawah.
a. Pernafasan bagian atas meliputi hidung, rongga hidung, sinus paranasal, dan faring.
b. Pernafasan bagian bawah meliputi laring, trakea, bronkus, bronkiolus dan alveolus paru.

a. Hdung : “gerbang utama” keluar masuknya udara saat bernapas, fungsi hidung sangat
penting. Di lapisan dalam hidung, terdapat rambut-rambut halus, yang fungsinya adalah
menyaring kotoran dari udara yang di hidup.
b. Faring : merupakan nama lain dari tenggorokan bagian atas, berupa tabung yang terletak
di belakang mulut dan rongga hidung, dan menghubungkan keduanya ke trakea (batang
tenggorokan). Fungsi faring dalam sistem pernapasan manusia adalah menyalurkan aliran
udara dari hidung dan mulut, ke trakea.
c. Laring atau kotak suara terletak di bawah persimpangan saluran faring yang membelah
menjadi trakea dan kerongkongan. Organ pernapasan ini memiliki dua pita suara yang
membuka saat bernapas dan menutup untuk memproduksi suara. Saat bernapas, udara
mengalir melewati dua pita suara yang berimpitan, sehingga menghasilkan getaran.
Getaran inilah yang kemudian menghasilkan suara saat berbicara.
d. Fungsi trakea dalam sistem pernapasan cukup penting, yaitu mengalirkan udara dari dan
menuju paru-paru. Organ ini berbentuk tabung berongga lebar, yang menghubungkan
laring ke bronkus paru-paru.
e. Bronkiolus merupakan cabang dari bronkus yang berfungsi untuk menyalurkan udara dari
bronkus ke alveoli. Bronkiolus juga berfungsi untuk mengontrol jumlah udara yang
masuk dan keluar saat proses pernapasan berlangsung.
f. Alveolus adalah kantong-kantong kecil di dalam paru yang terletak di ujung bronkiolus.
Fungsinya adalah sebagai tempat pertukaran oksigen dan karbon dioksida. Pada alveolus
juga ada kapiler pembuluh darah. Kemudian, alveolus akan menyerap oksigen dari udara
yang dibawa oleh bronkiolus dan mengalirkannya ke dalam darah. Setelah itu, karbon
dioksida dari sel-sel tubuh mengalir bersama darah ke alveolus untuk diembuskan keluar.

C. ETIOLOGI
Faktor – faktor yang menyebabkan timbulnya Penyakit Paru Obstruksi Kronis menurut
Gold, 2017 adalah :
a. Merokok merupakan resiko utama terjadinya Penyakit Paru Obstruktif Kronik
(PPOK). Sejumlah zat iritan yang ada didalam rokok menstimulasi produksi mukus
berlebih, batuk, merusak fungsi silia, menyebabkan inflamasi, serta kerusakan
bronkiolus dan dinding alveolus.
b. Riwayat terpajan polusi udara : polusi udara hasil rumah tangga seperti asap dapur,
terutama pada dapur ventilasi buruk. Selain asap dapur, debu dan iritan lain seperti
asap kendaraan bermotor juga diduga menjadi penyebab karena partikel-partikel yang
dikandung dapat menyebabkan kerja paru menjadi lebih berat, meskipun dalam
jumlah yang relatif kecil.
c. Hiperaktivitas bronkus
d. Riwayat infeksi saluran nafas bawah berulang
e. Usia : Perjalanan Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) yang khas adalah lamanya
dimulai dari usia 20-30 tahun dengan paparan rokok atau batuk pagi disertai
pembentukan sedikit mukoid

D. KLASIFIKASI
Berdasarkan Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease GOLD, 2017 PPOK
diklasifikasikan berdasarkan derajat berikut :
a. Derajat 0 (berisiko)
Gejala klinis : Memiliki satu atau lebih gejala batuk kronis, produksi sputum, dan
dispnea. Ada paparan terhadap faktor resiko. Spirometri : Normal
b. Derajat I (PPOK ringan)
Gejala klinis : Dengan atau tanpa batuk, dengan atau tanpa produksi sputum. Sesak
napas derajat sesak 0 (tidak terganggu oleh sesak saat berjalan cepat atau sedikit
mendaki) sampai derajat sesak 1 (terganggu oleh sesak saat berjalan cepat atau sedikit
mendaki) . Spirometri : FEV1/FVC < 70%, FEV1 ≥ 80%.
c. Derajat II (PPOK sedang)
Gejala klinis : Dengan atau tanpa batuk, dengan atau tanpa produksi sputum, sesak
napas derajat sesak 2 (jalan lebih lambat di banding orang seumuran karna sesak saat
berjalan biasa). Spirometri : FEV1/FVC < 70%; 50% < FEV1 < 80%.
d. Derajat III (PPOK berat)
Gejala klinis : Sesak napas derajat sesak 3 (berhenti untuk bernafas setelah berjalan 100
meter/setelah berjalan beberapa menit pada ketinggian tetap) dan 4 (sesak saat aktifitas
ringan seperti berjalan keluar rumah dan berpakaian) Eksaserbasi lebih sering terjadi.
Spirometri : FEV1/FVC < 70%; 30% < FEV1 < 50%.
e. Derajat IV (PPOK sangat berat)
Gejala klinis : Pasien derajat III dengan gagal napas kronik disertai komplikasi kor
pulmonale atau gagal jantung kanan. Spirometri FEV1/FVC < 70%; FEV1 < 30% atau
< 50%.
E. MANIFESTASI KLINIS
Adapun tanda dan gejala klinik PPOK menurut Ikawati, 2016 adalah sebagai berikut :
a. “Smoker Cough” biasanya hanya diawali sepanjang pagi yang dingin kemudian
berkembang menjadi sepanjang tahun.
b. Sputum, biasanya banyak dan lengket berwarna kuning, hijau atau kekuningan bila
terjadi infeksi.
c. Dyspnea, terjadi kesulitan ekspirasi pada saluran pernafasan Gejala ini mungkin terjadi
beberapa tahun sebelum kemudian sesak nafas menjadi semakin nyata yang membuat
pasien mencari bantuan medik .

Sedangkan gejala pada eksaserbasi akut adalah :


a. Peningkatan volume sputum.
b. Perburukan pernafasan secara akut.
c. Dada terasa berat.
d. Peningkatan purulensi sputum
e. Peningkatan kebutuhan bronkodilator
f. Lelah dan lesu
g. Penurunan toleransi terhadap gerakan fisik , cepat lelah dan terengah – engah.

Pada gejala berat dapat terjadi :


a. Sianosis, terjadi kegagalan respirasi.
b. Gagal jantung dan oedema perifer.
c. Plethoric complexion, yaitu pasien menunjukkan gejala wajah yang memerah yang
disebabkan (polycythemia (erythrocytosis, jumlah erythrosit yang meningkat, hal ini
merupakan respon fisiologis normal karena kapasitas pengangkutan O2 yang
berlebih.

F. PATOFOIOLOGI
Hambatan aliran udara merupakan perubahan fisiologi utama pada PPOK yang
diakibatkan oleh adanya perubahan yang khas pada saluran nafas bagian proksimal,
perifer parenkim, dan vaskularisasi paru yang dikenakan adanya suatu inflamasi yang
kronik dan perubahan structural pada paru. Terjadinya peningkatan penebalan pada
saluran nafas kecil dengan peningkatan formasi folikel limfoid dan deposisi kolagen
dalam dinding luar saluran nafas mengakibatkan restriksi pembukaan jalan nafas. Lumen
saluran nafas kecil berkurang akibat penebalan mukosa yang mengandung eksudat
inflamasi, yang meningkat sesuai berat sakit. Dalam keadaan normal radikal bebas dan
antioksidan berada dalam keadaan seimbang apabila terjadi gangguan keseimbangan
maka akan terjadi kerusakan di paru. Radikal bebas mempunyai peranan besar
menimbulkan kerusakan sel dan menjadi dasar dari berbagai macam penyakit paru.
Pengaruh gas polutan dapat menyebabkan stress oksidan, selanjutnya akan menyebabkan
terjadinya peroksidasi lipid. Peroksidasi lipid selanjutnya akan menimbulkan kerusakan
sel dan inflamasi. Proses inflamasi akan mengaktifkan sel makrofag alveolar, aktivasi sel
tersebut akan menyebabkan dilepaskannya factor kemotataktik neutrophil seperti
interleukin 8 dan leukotriene B4, tumuor necrosis factor (TNF), monocyte chemotactic
peptide (MCP)-1 dan reactive oxygen species (ROS).
Faktor-faktor tersebut akan merangsang neutrophil melepaskan protease yang
akan merusak jaringan ikat parenkim paru sehingga timbul kerusakan dinding alveolar
dan hipersekresi mucus. Rangsangan sel epitel akan menyebabkan dilepaskannya
limphosit CD8 selanjutkan terjadi kerusakan seperti proses inflamasi pada keadaan
normal terdapat keseimbangan antara oksidan dan antioksidan. Enzim NADPH yang ada
di permukaan makrofag dan neutrophil akan mentransfer 1 elelktron ke molekul okigen
menjadi anion super oksida dengan bantuan enzim super oksid dismutase. Zat hidrogen
peroksida (H2O2) yang toksik akan diubah menjadi OH dengan menerima electron dari
ion feri menjadi ion fero, dengan halide akan diubah menjadi anion hipohalida (HOCI).
Pengaruh radikal bebas yang berasal dari polusi udara dapat menginduksi batuk kronis
sehingga percabangan bronkus lebih mudah terinfeksi. Penurunan fungsi paru terjadi
sekunder setelah perubahan struktur saluran nafas. Kerusakan struktur berupa destruksi
alveolus yang menuju ke arah emfisema karena produksi radikal bebas yang berlebihan
oleh leukosit polusi dan asap rokok. Merokok dan berbagai partikel berbahaya seperti
inhalasi dari biomass fuels menyebabkan inflasmasi pada paru, respon normal ini
kelihatannya berubah pada pasien yang berkembang menjadi PPOK. Respon inflamasi
kronik dapat mencetuskan destruksi jaringan parenkim (menyebabkan emfisema),
menganggu perbaikan normal dan mekanisme pertahanan (menyebabkan fibrosis jalan
nafas kecil). Perubahan patologis ini menyebabkan air trapping dan terbatasnya aliran
udara progresif, mengakibatkan sesak nafas dan gejala khas PPOK lainnya.
Inflamasi pada saluran nafas pasien PPOK muncul sebagai modifikasi dari respon
inflamasi saluran nafas terhadap iritan kronik seperti merokok. Mekanisme untuk
menjelaskan inflamasi ini tidak sepenuhnya dimengerti tapi mungkin terdapat
keterlibatan genetic. Pasien biasa mendapatkan PPOK tanpa adanya riwayat merokok,
dasar dari respon infalamasi pasien ini tidak diketahui. Stres oksidatif dan penumpukan
proteinase pada paru selanjutnya akan mengubah inflamasi paru. Secara bersamaan,
mekanisme tersebut menyebabkan karakteristik perubahan patologis pada PPOK.
Inflamasi paru menetap setelah memberhentikan merokok melalui mekanisme yang tidak
diketahui, walaupun autoantigen dan mikroorganisme persisten juga berperan. Perubahan
yang khas pada PPOK dijumpai pada saluran nafas, parenkim paru, dan pembuluh darah
paru. Perubahan patologi tersebut meliputi: inflamasi kronik dengan peningkatan
sejumlah sel inflamasi spesifik yang merupakan akibat dari trauma dan perbaikan
berulang. Secara umum, inflamasi dan perubahan struktur pada jalan nafas meningkat
dengan semakin parahnya penyakit dan menetap walaupun merokok sudah dihentikan.
Brashers, 2017
PATHWAY

Defisiensi antitrypsin alfa-1 Merokok


Penurunan netralisasi
elastase Mengandung Mengandung
zat-zat radikal
berbahaya bebas

Induksi Peningkatan
aktivasi stress oksidatif
makrofag
dan leukosit Peningkatan
PMN
appoptosis
dan nekrosis
dari sel yang
Peningkatan Pelepasan faktor Peningkatan
terpapar
pelepasan kemotaktik neutrofi pelepasan oksidan
Cedera elastase Cedera sel
sel Peningkatan jumlah neutrofil
di daerah yang terpapar
PPOK

Hipersekresi Perubahan status Fibrosa


mukus kesehatan paru

Bronkitis Kurang Informasi Obstruksi paru

Penumpukan lendir Kompensasi tubuh dengan


Defisit
Pengetahuan
dan sekresi berlebih Peningkatan RR
Sesak napas
Merangsang refleks
Pola Napas Tidak
batuk Penurunan napsu
Efektif
makan

Bersihan Jalan Napas


Tidak Efektif
Defisit Nutrisi

Mengantuk, lesu Ulfi, 2019.

Intoleransi
Aktivitas
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang pada PPOK menurut Muttaqin, 2018 adalah sebagai berikut :
a. Chest X-ray : dapat menunjukkan hiperinflasi paru-paru, diafragma mendatar,
peningkatan ruang udara retrosternal, penurunan tanda vaskuler/bullae (emfisema),
peningkatan bentuk bronkovaskuler (bronchitis), dan normal ditemukan saat periode
remisi (asma).
b. Uji Faal Paru Dengan Spirometri dan Bronkodilator (postbronchodilator) : berguna
untuk menegakkan diagnosis, melihat perkembangan penyakit, dan menentukan
prognosis pasien. Pemerikasaan ini penting untuk memperlihatkan secara objektif
adanya obstruktif saluran pernafasan dalam berbagai tingkat. Spirometri digunakan
untuk mengukur volume maksimal udara yang dikeluarkan setelah inspirasi maksimal
atau dapat disebut forced vital capacity (FVC).
c. TLC (Total Lung Capacity) : meningkat pada bronchitis berat dan biasanya pada
asma, menurun pada penderita emfisema.
d. Kapasitas Inspirasi : menurun pada penderita emfisema.
e. ABGs : menunjukkan proses penyakit kronis, sering kali PO2 menurun dan PCO2
normal meningkat (pada bronchitis kronis dan emfisema). Sering kali menurun pada
asma dengan pH normal atau asidosis, alkaiosis respiratori ringan sekunder akibat
terjadinya hiperventilasi (emfisema sedang dan asma).
f. Bronkogram : dapat menunjukkan dilatasi dari bronkus saat inspirasi, kolaps
bronchial pada tekanan ekspirasi (emfisema), dan pembesaran kelenjar mukus
(bronchitis)
g. Pemeriksaan Darah Lengkap : dapat menggambarkan adanya peningkatan
hemoglobin (emfisema berat) dan peningkatan eosinofil (asma).
h. Kimia Darah : menganalisis keadaan alpha 1-antitypsin yang kemungkinannya
berkurang pada emfisema primer.
i. Sputum Kultur : pemeriksaan pada bakteriologi gram pada sputum pasien yang
diperlukan untuk mengetahui adanya pola kuman dan untuk menentukan jenis
antibiotik yang paling tepat. Infeksi saluran pernafasan yang berulang merupakan
penyebab dari ekserbasi akut pada penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)
j. Pemeriksaan penunjang lainnya meliputi pemeriksaan ECG (Elektro Kardio Graph)
yang difungsikan untuk mengetahui adanya komplikasi yang terjadi pada organ
jantung yang ditandai oleh kor pulmonale atau hipertensi pulmonal.

H. PENATALAKSANAAN
Menurut Padila, 2020 diantaranya adalah sebagai berikut :
Penatalaksanaan Medis :

a. Antibiotik, karena eksasebrasi akut biasanya disertai infeksi. Infeksi ini umumnya
disebabkan oleh H. Influenzae dan S. Pneumonia, maka digunakan ampisillin 4 x 0,25-
0,5 g/hari atau eritromisin 4 x 0,5 g/hari, dapat menurunkan kejadian eksasebrasi akut.
b. Augmentin (amoksisilin dan asam kluvanat) dapat diberikan jika kuman penyebab
infeksinya adalah H. Influenzae dan B. Catarhalis yang memproduksi beta laktamase.
c. Pemberian antibiotik seperti kotrimoksasol, amoksisilin, atau doksisilin pada pasien yang
mengalami eksasebrasi akut terbukti mempercepat penyembuhan dan membantu
mempercepat kenaikan peak flow rate. Namun hanya dalam 7-10 hari selama periode
eksasebrasi. Bila terdapat infeksi sekunder atau tanda-tanda pneumonia, maka dianjurkan
antibiotic yang lebih kuat.
d. Bronkodilator, tergantung tingkat reversibilitas obstruksi saluran nafas tiap pasien maka
sebelum pemberian obat ini dibutuhkan pemeriksaan obyektif dari fungsi faal paru..
Bronkodilator untuk mengatasi, termasuk didalamnya golongan adrenergik. Pada pasien
dapat diberikan salbutamol 5 mg dan atau ipratorium bromide 250 mikrogram diberikan
tiap 6 jam dengan nebulizer atau aminofilin 0,25- 0,5 g iv secara perlahan.
e. Pengobatan simtomatik (lihat tanda dan gejala yang muncul
f. Penanganan terhadap komplikasi – komplikasi yang timbul
g. Pengobatan oksigen bagi yang memerlukan O2 harus diberikan dengan aliran lambat : 1-
3 liter / menit
Tindakan rehabilitasi
1. Fisioterapi terutama ditujukan untuk membantu pengeluaran sekret bronkus
2. Latihan pernafasan untuk melatih penderita agar bias melakukan pernafasan yang paling
efektif baginya.
3. Latihan dengan beban olahraga tertentu dengan tujuan untuk memulihkan kesegaran
jasmaninya
4. Vocational suidance : usaha yang dilakukan terhadap penderita agar kembali dapat
mengerjakan pekerjaan seperti semula.
5. Pengelolaan psikososial , terutama ditujuakn untuk penyesuaian diri penderita dengan
penyakit yang diseritanya.

Penatalaksanaan Keperawatan :
1) Mencapai bersihan jalan nafas
a. Pantau adanya dyspnea dan hipoksemia pada pasien.
b. Jika bronkodilator atau kortikosteroid diprogramkan berikan obat secara tepat dan
waspadai kemungkinan efek sampingnya.
c. Pastikan bronkospasme telah berkurang dengan mengukur peningkatan kecepatan aliran
ekspansi dan volume (kekuatan ekspirasi, lamanya waktu untuk ekhalasi dan jumlah
udara yang diekhalasi) serta dengan mengkaji adanya dyspnea dan memastikan bahwa
dyspnea telah berkurang.
d. Dorong pasien untuk menghilangkan atau mengurangi semua iritan paru, terutama
merokok sigaret.
e. Fisioterapi dada dengan drainase postural, pernapasan bertekanan positif intermiten,
peningkatan asupan cairan.
f. Mengatur posisi semi fowler atau fowler agar klien lebih nyaman

2) Meningkatkan pola nafas


a. Latihan otot inspirasi dan latihan ulang pernapasan dapat membantu meningkatkan pola
pernafasan
b. Latihan pernafasan diafragma dapat mengurangi kecepatan respirasi
3) Memantau dan menangani komplikasi
a. Kaji pasien untuk mengetahui adanya komplikasi
b. Pantau perubahan kognitif, peningkatan dyspnea, takipnea dan takikardia
c. Pantau nilai oksimetri nadi dan berikan oksigen sesuai kebutuhan
d. Memberi pengajaran tentang teknik-tekni relaksasi dan cara-cara untuk menyimpan
energy

I. KOMPLIKASI
Menurut Permatasari, 2016 komlikasi yang terjadi pada PPOK ialah :
a. Infeksi Saluran Nafas Biasanya muncul pada pasien Penyakit Paru Obstruktif
Kronik (PPOK). Hal tersebut sebagai akibat terganggunya mekanisme pertahanan
normal paru dan penurunan imunitas. Oleh karena status pernafasan sudah
terganggu, infeksi biasanya akan mengakibatkan gagal nafas akut dan harus
segera mendapatkan perawatan di rumah sakit.
b. Pneumothoraks Spontan Pneumothoraks spontan dapat terjadi akibat pecahnya
belb (kantong udara dalam alveoli) pada penderita emfisema. Pecahnya belb itu
dapat menyebabkan pneumothoraks tertutup dan membutuhkan pemasangan
selang dada (chest tube) untuk membantu paru mengembang kembali .
c. Dypsnea Seperti asma, bronchitis obstruktif kronis, dan emfisema dapat
memburuk pada malam hari. Pasien sering mengeluh sesak nafas yang bahkan
muncul saat tidur (one set dyspnea) dan mengakibatkan pasien sering terbangun
dan susah tidur kembali di waktu dini hari. Selama tidur terjadi penurunan tonus
otot pernafasan sehingga menyebabkan hipoventilasi dan resistensi jalan nafas
meningkat, dan akhirnya pasien menjadi hipoksemia.
d. Hipoksemia Hipoksemia didefinisikan sebagai penurunan tingkat PO2 < 55mmhg
Pada awalnya pasien akan mengalami perubahan mood, penurunan konsentrasi,
dan menjadi pelupa. Pada tahap lanjut akan timbul gejala seperti sianosis.
e. Asidosis Respiratori Asidosis respiratori timbul akibat peningkatan nilai PCO2
(hiperkapnia). Tanda yang muncul antara lain, nyeri kepala, fatigue, letargi,
dizziness, dan takipnea. Asidosis respiratori yang tidak ditangani dengan tepat
dapat mengakibatkan dypsnea, psikosis, halusinasi, serta ketidaknormalan tingkah
laku bahkan koma. Hiperkapnia yang berlangsung lama atau kronik pada pasien
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) akan menyebabkan gangguan tidur,
amnesia, perubahan tingkah laku, gangguan koordinasi dan bahkan tremor.
f. Kor Pulmonale Kor pulmonale (yang disebut pula gagal jantung kanan)
merupakan keadaan tarhadap hipertrofi dan dilatasi ventrikel kanan, yang dapat
terjadi akibat komplikasi sekunder karena penyakit pada struktur atau fungsi paru-
paru atau system pembuluh darah. Keadaan ini bisa terjadi pada stadium akhir
berbagai gangguan kronik yang mengenai paruparu, pembuluh darah pulmoner,
dinding dada dan pusat kendali pernafasan. Kor pulmonale tidak terjadi pada
gangguan yang berasal dari penyakit jantung kongenital atau pada gangguan yang
mengenai jantung sebelah kiri.

2.2 ASUHAN KEPERAWATAN TEORI


Proses keperawatan meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,
penyusunan kriteria hasil, tindakan dan evaluasi. Perawat menggunakan pangkajian dan
penilaian klinis untuk merumuskan hipotesis atau penjelasan tentang penyajian masalah
aktual atau potensial, risiko dan atau peluang promosi kesehatan. Semua langkah-langkah ini
membutuhkan pengetahuan tentang konsep-konsep yang mendasari ilmu keperawatan
sebelum pola diidentifikasikan sesuai data klinis atau penetapan diagnosis yang akurat
(Sintia, 2017).

1) Pengkajian
a. Identitas klien
b. Keluhan utama
c. Riwayat kesehatan sekarang
d. Riwayat kesehatan dahulu
e. Riwayat kesehatan keluarga
f. Pola fungsi kesehatan
1. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
2. Pola nutrisi dan metabolisme
3. Pola eliminasi
4. Pola istirahat dan tidur
5. Pola aktifitas dan latihan
6. Pola persepsi dan konsep diri
7. Pola sensori kognitif
8. Pola hubungan peran
9. Pola penanggulangan stress
10. Pola tata nilai dan kepercayaan.
g. Pemeriksaan fisik
2) Secara sistemik dari kepala sampai ujung kaki
a) Kepala
b) Mata
c) Telinga
d) Hidung
e) Leher
f) Paru
(1) Inspeksi
(2) Palpasi
(3) Perkusi
(4) Auskultasi
g) jantung
(1) inspeksi
bisanya ictus cordis tidak terlihat
(2) palpasi
biasanya ictus cordis teraba
(3) auskultasi
biasanya irama jantung teratur
h) abdomen
(1) inspeksi
biasanya tidak ada asites
(2) palpasi
biasanya hepar tidak teraba
(3) perkusi
biasanya timphany
(4) auskultasi
biasanya bising usus normal
i) ekstremitas
biasanya didapatkan adanya jari tabuh (clubbing finger) sebagai dampak dari
hipoksemia yang berkepanjangan (Arin, 2019).

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang biasa ditemukan pada pasien dengan PPOK menurut SDKI (2017) adalah :
a. Bersihan jalan napas tidak efektif b/d peningkatan produksi sputum
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 diharapkan penyakit paru
obstruktif kronis teratasi.
Kriteria hasil :
• Secara konsisten menunjukkan menerima diagnosis
• Secara konsisten mencari informasi tentang cara mecegah komplikasi
• Secara konsisten menunjukkan menjalankan aturan pengobatan sesuai resep
• Secara konsisten menunjukkan berpartisipasi dalam aturan berhenti merokok
Intervensi :
1. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
2. Lakukan fisioterapi dada sebagai mana mestinya
3. Buang secret dengan memotivasi pasien untuk melakukan batuk atau menyedot lender
4. Instruksikan bagaimana agar bias melakukan batuk efektif.

b. Pola napas tidak efektif b/d hambatan upaya napas


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan status
pernafasan membaik
Kriteria hasil :
• Frekuensi pernafasan tidak ada deviasi dari kisaran normal
• Irama pernafasan tidak ada deviasi dari kisaran normal
• Suara perkusi nafas tidak ada deviasi dari kisaran normal
• Kapasitas vital tidak ada deviasi dari dari kisaran normal
Intervensi
1. Pertahankan kepatenan jalan nafas
2. Siapkan peralatan oksigen dan berikan melalui system humidifier
3. Berikan oksigen tambahan seperti yang diperintahkan
4. Monitor aliran oksigen.

c. Defisit nutrisi b/d faktor psikologis (stres, keenganan untuk makan)


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan defisit
nutrisi teratasi.
Kriteria Hasil :
• Napsu makan membaik
• Porsi makan yang dihabiskan meningkat
Intervensi :
1. Monitor keadaan umum
2. Edukasi makanan sedikit tapi sering
3. Anjurkan keluarga untuk memberikan makanan
4. Ajarkan untuk memberikan makanan yang disukai

d. Intoleransi aktifitas b/d kelemahan


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan
intoleransi aktvitas teratasi
Kriteria Hasil :
• Kemudahan dalam melakukan aktivitas sehari-hari meningkat
• Perasaan lemah menurun
• Keluhan lelah menurun
Intervensi :
1. Identifikasi adanya nyeri atau adanya keluhan fisik lainnya
2. Anjurkan tirah baring
3. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas
4. Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan

e. Defisit pengetahuan b/d kurang terpapar informasi.


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan defisit
pengetahuan meningkat.
Kriteria Hasil :
• Perilaku sesuai anjuran
• Pertanyaan tentang masalah yang dihadapi menurun
• Pengetahuan tentang penyakitnya meningkat
Intervensi :
1. Identifikasi kemampuan menerima informasi
2. Jatwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
3. Jelaskan penyebab dan faktor risiko penyakit
4. Jelaskan tanda dan gejala yang ditimbulkan oleh penyakit serta komplikasinya.

3. Implementasi
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang
telah disusun pada tahap perencanaan. Fokus implementasi, mempertahan daya tahan
tubuh, menemukan perubahan system tubuh, mencegah komplikasi.
4. Evaluasi
Evaluasi atau tahap penilaian adalah perbandingan sistematis dan terencana
tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara
bersambungan dengan melibatkan klien, keluarga dan tenaga kesehatan. Tujuan evaluasi
adalah untuk melihat kemapuan klien mencapai tujuan yang diinginkan dengan kriteria
hasil pada perencanaan. Format yang dipakai adalah format SOAP :
1) S : Data Subjektif Pekembangan keadaan yang didasarkan pada apa yang
dirasakan, dikeluhkan, dan dikemukakan klien.
2) O : Data Objektif Perkembangannya bias diamati dan diukur oleh perawat atau
tim kesehatan.
3) A : Analisis Penilaian dari kedua jenis data (baik subjektif maupun Objektif)
apakah berkembang kearah kebaikan atau kemunduran.
4) P : Perencanaan Rencana penanganan klien yang didasarkan pada hasil analisis
diatas yang berisi melanjutkan perencanaan sebelumnya apabila keadaan atau
masalah belum teratasi
PENGKAJIAN KEPERAWATAN MEDIKAL
PPOK

Unit : RSU DR SAM RATULANGI TONDANO


Ruang / kamar : Mujair
Tgl masuk RS : 28 November 2022
Tgl pengkajian : 28 November 2022
Waktu pengkajian : 08:00
Allo Anamnese dan Auto anamnese

I. IDENTIFIKASI
A. Klien
Nama initial : Tn. J.K
Tempat/ tgl lahir( umur) : Koya/ 5 Januari 1941 (81th)
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status perkawinan : Kawin
Jumlah Anak : 5 (lima)
Agama/ suku : Kristen Protestan/ Minahasa
Warga Negara : Indonesia
Bahasa yang digunakan : Indonesia dan daerah
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pensiunan
Alamat Rumah : Koya, Tondano Selatan

B. Penanggung Jawab
Nama : Ny. M.K
Alamat : Koya
Hubungan dengan klien : Anak
II. Data Medik
A. Di kirim oleh : IGD
B. Diagnosa Medik : PPOK
Saat masuk : Sesak napas dan batuk
Saat Pengkajian : Sesak napas dan batuk

III. Keadaan Umum


A. Keadaan sakit
1. Keluhan Utama :
Klien mengeluh batuk sejak 4 hari yang lalu dan sesak napas sejak 2 hari yang lalu.
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Klien mengatakan sering batuk dan sulit mengeluarkan lendir, klien juga mengatakan
sesak napas dan sesaknya akan bertambah ketika beraktivitas. Klien juga mengatakan
nafsu makannya berkurang, klien tampak lemas dan tampak gelisah. Klien juga
tampak bertanya-tanya mengenai penyebab penyakit yang dialaminya saat ini.
B. Tanda-Tanda Vital
1. Kesadaran : Compos Mentis
Kuantitatif : M: 6, V:5, E:4 total GCS : 15
2. Tekanan Darah : 140/70 mmHg
Kesimpulan : Normal
3. Suhu Badan : 36oC (axillar)
4. Nadi :68x/menit
5. Pernafasan : 26x/menit
Irama : dispnea
Jenis : dada
C. Pengukuran
1. Lingkar lengan atas : 23,5 cm
2. TB : 165 cm BB: 55 kg
IMT : 18 kg/m2
Kesimpulan : BB normal
D. Genogram

81 Tn. J.K

Keterangan :
81 = Pasien = laki-laki
= perempuan = meninggal
= garis penghubung

IV. PENGKAJIAN POLA KESEHATAN


A. Kajian Persepsi Kesehatan – Pemeliharaan Kesehatan
1. Data Subjektif
a. Keadaan sebelum sakit :
Klien mengatakan sebelum sakit klien merupakan seorang perokok aktif. Klien
juga mengatakan aktif merokok saat usianya masih remaja
b. Keadaan sejak sakit :
Klien mengatakan ketika sakit klien berhenti merokok dan alasan masuk rumah
sakit karena sesak nafas yang dialaminya disertai batuk dengan lendir yang susah
dikeluarkan.
2. Data Objektif
Observasi
 Kebersihan rambut :
Rambut tampak bersih tidak ada kutu, rambut tampak berwarna putih (uban)
 Kulit kepala :
Kulit kepala tampak bersih, tidak terdapat ketombe, tidak adanya lesi, oedem
dan tidak adanya nyeri tekan
 Hygiene rongga mulut : keadaan mulut bersih, tidak ada karang gigi, dan
mukosa bibir lembab

B. Kajian Nutrisi Metabolik


1. Data Subjektif
a. Keadaan sebelum sakit :
Klien mengatakan sebelum sakit, klien makan 3x sehari dengan porsi dapat
dihabiskan, dengan menu makanan lengkap nasi, sayur, ikan, buah, dan makanan
yang disukai klien adalah nasi goreng dan nafsu makanpun baik. Jumlah cairan
mencukupi dengan mengkonsumsi air putih ±8 gelas atau 2 liter
b. Keadaan sejak sakit :
Klien mengatakan sejak sakit, klien makan hanya 2x dalam sehari dengan porsi
makan tidak dapat dihabiskan dan nafsu makan berkurang. Jumlah cairan yang
masuk kurang lebih 4-6 gelas

2. Data Objektif
a. Observasi : klien tampak tidak menghabiskan makanan yang disediakan dari
rumah sakit
b. Pemeriksaan Fisik
 Keadaan rambut : Rambut berwarna putih/ beruban
 Hidrasi kulit : tampak lembab
 Mata : bentuk simetris, pupil isokor, konjungtiva tidak anemis,
 sclera tidak icterik, dan fungsi penglihatan baik
 Hidung : tampak simetris, tidak ada oedem maupun lesi
 Leher : Tidak ada pembengkakan kelenjar getah bening
 Abdomen : bentuk simetris, tidak ada lesi, tidak adanya oedem dan
tidak adanya nyeri tekan maupun gangguan atau kelainan lainnya.

C. KAJIAN POLA ELIMINASI


1. Data Subjektif
a. Keadaan sebelum sakit :
klien mengatakan sebelum sakit BAB 1-2X dalam sehari berwarna coklat tekstur
lembut tidak cair dan padat, untuk BAK 4-6x sehari (1.500-1.700 cc perhari) dan
klien mengatakan tidak mengalami gangguan/ atau masalah baik dalam buang air
besar maupun buang air kecil.
b. Keadaan sejak sakit :
klien mengatakan sejak sakit tidak mengalami gangguan atau masalah ketika
Buang air besar maupun buang air kecil.
2. Data Objektif
a. Observasi : klien tampak tidak ada gangguan dalam pola eliminasi
b. Pemeriksaan fisik :
 peristaltik usus : 18x/menit
 Anus : tidak adanya lesi dan hemoroid

D. KAJIAN POLA AKTIFITAS DAN LATIHAN


1. Data Subjektif
a. Keadaan sebelum sakit :
Klien mengatakan sebelum sakit klien dapat beraktivitas dengan mandiri, klien
juga sering jalan sehat setiap pagi disekitaran komplek rumah
b. Keadaan sejak sakit :
Klien mengatakan sejak sakit aktivitasnya seperti makan, minum, BAK, BAB,
mandi dan berpakaian dibantu oleh keluarganya. Klien juga mengatakan
aktifitasnya jadi terhambat karena sesak yang dirasakan.
2. Data Objektif
a. Observasi :
 Makan : dibantu
 Mandi : dibantu
 Berpakaian : dibantu
 Buang air besar : dibantu
 Buang air kecil : dibantu
 Mobilisasi ditempat tidur : dibantu
b. Pemeriksaan fisik
Thorax dan pernafasan
 Inspeksi : bentuk dada simetris
 Auskultasi : terdengar suara napas tambahan ronchi +
 Perkusi : ditemukan sonor timpani disisi kiri
 Palpasi : tidak ada nyeri tekan

E. KAJIAN POLA TIDUR DAN ISTIRAHAT


1. Data Subjektif
a. Keadaan sebelum sakit :
klien mengatakan sebelum sakit klien tidur 7-8 jam/ hari dan klien juga tidak
mengalami gangguan atau masalah dalam pola tidur dan istirahatnya.
b. Keadaan sejak sakit :
klien mengatakan sejak sakit, klien mengalami gangguan pada pola tidurnya di
akibatkan batuk dan sesak nafas, klien jadi sulit tidur dan sering terjaga.
2. Data Objektif
a. Observasi
 Ekspresi wajah : Banyak menguap dan palpebrae inferior berwarna gelap

F. KAJIAN POLA PERSEPSI KOGNITIF


1. Data Subjektif
a. Keadaan sebelum sakit:
klien mengatakan sebelum sakit klien tidak menggunakan alat bantu seperti
kacamata, tidak menggunakan alat bantu pendengaran maupun alat bantu lainnya
b. Keadaan sejak sakit:
klien mengatakan sejak sakit klien juga tidak menggunakan alat bantu seperti
kacamata maupun alat bantu lainnya
2. Data Objektif
a. Observasi : klien tampak tidak menggunakan alat bantu pendengaran dan
kacamata
b. Pemeriksaan fisik
NI : dapat mencium aroma busuk dan harum
NII : penglihatan baik mampu membaca tulisan kecil
N III : dapat mengangkat kelopak mata keatas atau kebawah
N IV : dapat menggerakkan kedua bola mata
NV : dapat mengunyah dengan baik, sensasi wajah dan refleks kedip b
N VI : gerakan bola mata baik
N VII : ekspresi wajah baik (senyum, angkat alis, julurkan lidah)
N VIII : pendengaran keduanya seimbang, mampu mendegar bisikan
N IX : sensasi kecap, motorik menelan baik tidak ada gangguan
NX : menerima rangsangan dari organ lain
N XI : mampu mengendalikan pergerakan kepala
N XII : mampu mengendalikan pergerakan lidah

G. KAJIAN POLA PERSEPSI DAN KONSEP DIRI


1. Data Subjektif
a. Keadaan sebelum sakit :
klien mengatakan sebelum sakit klien tidak mengalami gangguan pada dirinya
sendiri, klien sering bersosialisasi dengan baik dengan masyarakat, dan klien juga
mampu menjalankan perannya sebagai kepala rumah tangga di dalam
keluarganya.
b. Keadaan sejak sakit :
klien mengatakan sejak sakit klien sudah jarang bersosialisasi diluar rumah karena
keadaanya yang kurang baik, klien merasa tidak enak jika harus bertemu banyak
orang dalam keadaan batuk-batuk sehingga dapat mengganggu kenyamananya
untuk bersosialisasi dengan masyarakat.
2. Data Objektif
a. Observasi
 Kontak mata baik
 Rentang pehatian baik
 Suara dan cara bicara jelas
 Postur tubuh tegak

H. KAJIAN POLA PERAN DAN HUBUNGAN DENGAN SESAMA


1. Data Subjektif
a. Keadaan sebelum sakit :
klien mengatakan sebelum sakit klien merasa bahagia karena hidup bersama istri
yang selalu menemaninya, klien juga bahagia mempunyai anak dan cucu yang
selalu memberikan banyak perhatian kepadanya. Klien juga memiliki jiwa
sosialisasi yang baik dengan masyarakat dan lingkungan sekitar
b. Keadaan sejak sakit :
klien mengatakan sejak sakit istri, anak dan cucunya sangat senantiasa
menemaninya sepanjang hari dan merawatnya di rumah sakit. Klien berharap agar
klien bisa cepat pulih sehingga bisa beraktivitas seperti biasanya
2. Data Objektif
a. Observasi :
klien tampak memiliki peran dan hubungan yang baik dengan keluarga dan orang
disekitarnya.

I. KAJIAN MEKANISME KOPING DAN TOLERANSI TERHADAP STRESS


1. Data Subjektif
a. Keadaan sebelum sakit:
klien mengatakan sebelum sakit klien tidak merasakan suatu hal yang
membuatnya marah, cemas, ataupun takut karena beliau merasa istri, anak, cucu
dan keluarganya selalu mendampingi dan menyemangatinya dalam keadaan
apapun.
b. Keadaan sejak sakit:
klien mengatakan sejak sakit klien merasa tidak ada gangguan terhadap dirinya
baik penyesuaian diri terhadap keadaan dan lingkungan karena mampu
mengendalikan diri dalam situasi apapun. Menurutnya keluarga adalah salah satu
penyemangatnya untuk sembuh.
2. Data Objektif
a. Observasi : klien tampak mendapatkan dukungan untuk sembuh dari
keluarganya
b. Pemeriksaan fisik
Tekanan Darah
 Berbaring : 140/70 mmHg
 Duduk : 138/80 mmHg
 HR : 68 X/menit

J. KAJIAN POLA SISTEM NILAI KEPERCAYAAN


1. Data Subjektif
a. Keadaan sebelum sakit:
klien mengatakan sebelum sakit klien sering mengikuti ibadah minggu, ibadah
kolom dan rajin bersosialisasi
b. Keadaan sejak sakit :
klien mengatakan sejak sakit klien melakukan ibadahnya ditempat tidur dan klien
berharap bisa cepat sembuh sehingga bisa beraktifitas seperti biasa dan bisa
kumpul dengan keluarganya.
2. Data Objektif
a. Observasi : klien tampak rajin melakukan ibadan meskipun dalam keadaan sakit
dan terbaring ditempat tidur.
HASIL LABORATORIUM
HEMATOLOGI

Hemoglobin : 8,3 gr%


Eritrosit : 2,1 juta/ m m3
Leukosit : 4.500 / m m3
Diff Count : segment : 83%
Limphocyt : 14 %
Monocyt : 3%
Nilai –nilai MC : MCV : 107 FL
MCHC : 36 g/ dL
MCH : 38 pg
Trombocyt : 91.000/ m m3
PCV : 23%
Gula darah tidak puasa : 126 mg/dL
Swab Antigent : Negatif (-)

HASIL Na K Cl
Na : 130 mmol/L
K :3,4 mmol/L
Cl : 97 mmol/L

Hasil Foto Thoraks


- PPOK
3.2 KLASIFIKASI DATA
DATA SUBJEKTIF (DS) DATA OBJEKTIF (DO)

1. Klien mengatakan sering batuk dan sulit 1. Klien tampak batuk


mengeluarkan lender 2. Terdapat suara napas
2. Klien mengatakan batuk yang dialaminya sudah tambahan ronchi
sejak 4 hari yang lalu 3. Klien tampak gelisah
3. Klien mengatakan sesak napas 4. Tanda – Tanda Vital :
4. Klien mengatakan sesaknya akan bertambah pada 5. Tekanan Darah :
saat melakukan aktivitas dan pada saat berpindah 140/70mmHg
tempat 6. Nadi : 68x/menit
5. Klien mengatakan sesak yang yang dialaminya sudah 7. Respirasi : 26 x/menit
sejak 4 hari yang lalu 8. Suhu Badan : 360c
6. Klien mengatakan nafsu makannya berkurang 9. SPO2 : 94%
7. Klien mengatakan makan 2 kali dalam sehari dengan 10. Keadaan umum lemah
porsi tidak dapat dihabiskan 11. Klien tampak sesak napas
8. Klien mengatakan berat badannya menurun 12. Terdapat tarikan pada
 BB sebelum sakit 58 kg dinding dada pada saat
 BB saat ini 51 kg bernapas
9. Klien mengatakan tidak bisa beraktivitas seperti 13. Tampak adanya
biasa pernapasan cuping hidung
10. Klien mengatakan sesaknya bertambah saat 14. Terpasang selang O2
beraktivitas Nasal Kanul dengan aliran
11. Klien mengatakan badannya terasa lemah 3-4 Liter/Menit
12. Klien mengatakan belum mengerti tentang penyakit 15. Hasil foto thorax : PPOK
yang dialaminya saat ini 16. Klien tampak tidak selera
13. klien juga mengatakan belum tahu tentang pola hidup makan
sehat dan perawatan penyakitnya 17. Klien tampak lemas
18. Klien tampak kurus
19. Hemoglobin 8,3%
20. Terpasang IVFD NS 0,9%
(500ml) dengan 20 Tpm
21. Tampak aktivitas klien
dibantu
22. Klien tampak sesak saat
beraktivitas
23. Klien bertanya-tanya
tentang penyakitnya
24. Klien sering mengulang-
ulang pertanyaan yang
sama
25. Klien tampak kebingungan

s
3.3 ANALISA DATA
NO. DATA ETIOLOGI MASALAH
1. DS : PPOK Bersihan jalan napas
1. Klien mengatakan sering batuk tidak efektif
dan sulit mengeluarkan lender Rokok dan polusi berhubungan dengan
2. Klien mengatakan batuk yang peningkatan produksi
dialaminya sudah sejak 4 hari Inflamasi sputum
yang lalu
DO : sputum

1. Klien tampak batuk


batuk
2. Klien tampak gelisah
3. Tanda – Tanda Vital :
Bersihan jalan
 Tekanan Darah : napas tidak
140/70mmHg efektif

 Nadi : 68x/menit
 Respirasi : 26 x/menit
 Suhu Badan : 360c
 SPO2 : 94%

2. DS : Ekspansi paru Pola napas tidak


1. Klien mengatakan sesak napas efektif berhubungan
2. Klien mengatakan sesaknya akan Suplai O2 tidak dengan hambatan
bertambah pada saat melakukan adekuat kesuluruh upaya napas
aktivitas dan pada saat berpindah tubuh
tempat
3. Klien mengatakan sesak yang Obstruksi paru

yang dialaminya sudah sejak 4


hari yang lalu Sesak napas

DO :
Pola napas tidak
1. Keadaan umum lemah efektif
2. Klien tampak sesak napas
3. Terdapat tarikan pada dinding
dada pada saat bernapas
4. Terdapat suara napas tambahan
ronchi
5. Tampak adanya pernapasan
cuping hidung
6. Terdapat suara napas tambahan
ronchi
7. Terpasang selang O2 Nasal
Kanul dengan aliran 3-4
Liter/Menit
8. Hasil foto thorax : PPOK

3. DS : Ekspansi paru Intoleransi aktivitas


1. Klien mengatakan tidak bisa berhubungan dengan
beraktivitas seperti biasa Supliai oksigen tidak ketidakseimbangan
2. Klien mengatakan sesaknya adekuat antara suplai dan
bertambah saat beraktivitas Kompensasi tubuh kebutuhan oksigen
3. Klien mengatakan badannya untuk memenuhi
terasa lemah kebutuhan oksigen
DO : dengan meningkatkan
1. Tampak aktivitas klien dibantu frekuensi napas
2. Klien tampak sesak saat
beraktivitas Kontraksi otot
pernapasan

Intolerasni
aktivitas

3.4 DIAGNOSA KEPERAWATAN

NAMA : TN. JK RUANGAN : MUJAIR


UMUR : 81 TAHUN

NO. DIAGNOSA TANGGAL TANGGAL PERIORITAS


KEPERAWATAN DITEMUKAN TERATASI
1. Bersihan jalan 28/11/22 30/11/22 DX I
napas tidak efektif
berhubungan
dengan peningkatan
produksi sputum
2. Pola napas tidak 28/11/22 30/11/22 DX II
efektif berhubungan
dengan hambatan
upaya napas
3. Intoleransi aktivitas 28/11/22 30/11/22 DX III
berhubungan
dengan
ketidakseimbangan
antara suplai dan
kebutuhan oksigen
3.5 RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

NAMA : TN. JK RUANGAN : MUJAIR


UMUR : 81 TAHUN

NO. HARI/TGL DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN/KRITERIA INTERVENSI RASIONAL


HASIL
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan Setelah dilakukan Observasi 1.
dengan peningkatan produksi sputum ditandai tindakan selama 3x24 1. Identifikasi
dengan : jam diharapkan kemampuan
DS : bersihan jalan napas batuk
1. Klien mengatakan sering batuk dan tidak efektif teratasi Terapeutik
sulit mengeluarkan lender dengan kriteria hasil : 2. Atur posisi
2. Klien mengatakan batuk yang 1. Batuk efektif semifowler/f
dialaminya sudah sejak 4 hari yang lalu meningkat owler
DO : 2. Produksi sputum Edukasi
1. Klien tampak batuk menurun 3. Anjurkan
2. Terdapat suara napas tambahan ronchi+ 3. Gelisah batuk dengan
3. Klien tampak gelisah menurun kuat
4. Klien tampak menggunakan nasal kanul 4. Frekuensi napas langsung
dengan aliran 4L membaik setelah Tarik
5. Tanda – Tanda Vital : 5. Ronchi menurun napas dalam
 Tekanan Darah : 140/70mmHg Kolaborasi
 Nadi : 68x/menit 4. Kolaborasi
 Respirasi : 26 x/menit penentuan
 Suhu Badan : 360c dosis oksigen
 SPO2 : 94% 5. Kolaborasi
pemberian
obat inhalasi
Pola napas tidak efektif berhubungan dengan Setelah dilakukan Observasi 1.
2. hambatan upaya napas yang ditandai dengan : tindakan selama 3x24 1. Monitor
DS : jam diharapkan pola kedalaman,
1. Klien mengatakan sesak napas napas tidak efektif upaya, dan
2. Klien mengatakan sesaknya akan teratasi dengan kriteria irama napas
bertambah pada saat melakukan hasil : 2. Monitor
aktivitas dan pada saat berpindah 1. Dispnea adanya
tempat menurun produksi
3. Klien mengatakan sesak yang yang 2. Cuping hidung sputum
dialaminya sudah sejak 4 hari yang lalu menurun 3. Auskultasi
DO : 3. Penggunaan otot bunyi napas
1. Keadaan umum lemah bantu napas 4. Monitor
2. Klien tampak sesak napas menurun saturasi
3. Terdapat tarikan pada dinding dada 4. Kedalaman oksigen
pada saat bernapas napas membaik
4. Terdapat suara napas tambahan ronchi 5. Frekuensi napas
5. Tampak adanya pernapasan cuping membaik
hidung
6. Terpasang selang O2 Nasal Kanul
dengan aliran 3-4 Liter/Menit
7. Hasil foto thorax : PPOK

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan Setelah dilakukan Observasi 1.


ketidakseimbangan antara suplai dan tindakan selama 3x24 1. Monitor
kebutuhan oksigen yang ditandai dengan : jam diharapkan TTV
DS : intoleransi aktivitas 2. Monitor
1. Klien mengatakan tidak bisa teratasi dengan kriteria pernapasan
beraktivitas seperti biasa hasil : 3. Monitor pola
2. Klien mengatakan sesaknya bertambah 1. Saturasi oksigen dan jam tidur
saat beraktivitas meningkat Edukasi
3. Klien mengatakan badannya terasa 2. Kemudahan 4. Anjurkan
lemah dalam tirah baring
DO : melakukan Kolaborasi
1. Tampak aktivitas klien dibantu aktifitas sehari- 5. Kolaborasi
2. Klien tampak sesak saat beraktivitas hari meningkat dengan ahli
3. Frekuensi napas gizi tentang
membaik cara
4. Dispnea meningkatka
menurun n asupan
makanan
3.6 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

NAMA : TN. JK RUANGAN : MUJAIR


UMUR : 81 TAHUN

HARI-I
NO. DX KEPERAWATAN HARI/TANGGAL/JAM IMPLEMENTASI EVALUASI
1. Bersihan jalan napas tidak efektif
berhubungan dengan peningkatan produksi 1. Mengidentifikasi
sputum kemampuan batuk S :Klien mengatakan

DS: Hasil: masih batuk dan belum

1. Klien mengatakan sering batuk dan 2. Mengatur posisi mampu mengeluarkan

sulit mengeluarkan lender semifowler/fowler dahak

2. Klien mengatakan batuk yang Hasil:


dialaminya sudah sejak 4 hari yang 3. Menganjurkan batuk O:

lalu dengan kuat -Klien tampak masih

DO : langsung setelah batuk dan sulit

1. Klien tampak batuk Tarik napas dalam mengeluarkan dahaknya

2. Klien tampak gelisah Hasil: -Klien tampak masih

3. Tanda – Tanda Vital : 4. Mengkolaborasi gelisah

 Tekanan Darah : 140/70mmHg penentuan dosis 1. Tanda-tanda

 Nadi : 68x/menit oksigen vital :

 Respirasi : 26 x/menit Hasil:  Tekanan


 Suhu Badan : 360c 5. Mengkolaborasi Darah :
 SPO2 : 94% pemberian obat 150/70mmH
inhalasi g
Hasil:  Nadi :
75x/menit
 Respirasi : 25
x/menit
 Suhu Badan :
36,30c
 SPO2 : 97%

A : Masalah bersihan
jalan napas tidak efektif
belum teratasi

P : Intervensi
dilanjutkan (1,2,3,5)
2. Pola napas tidak efektif berhubungan 1. Memonitor
dengan hambatan upaya napas yang kedalaman, S:Klien mengatakan
ditandai dengan : upaya, dan irama sesaknya sedikit
DS : napas berkurang
1. Klien mengatakan sesak napas Hasil: O:
2. Klien mengatakan sesaknya akan 2. Memonitor -Keadaan umum sedang
bertambah pada saat melakukan adanya produksi -Kesadaran
aktivitas dan pada saat berpindah sputum composmentis
tempat Hasil: -Klien masih tampak
3. Klien mengatakan sesak yang yang 3. Mengauskultasi sedikit sesak
dialaminya sudah sejak 4 hari yang bunyi napas -Terpasang selang
lalu Hasil: oksigen Nasal Kanul
DO : 4. Memonitor dengan aliran 3-4
1. Keadaan umum lemah saturasi oksigen Liter/Menit
2. Klien tampak sesak napas Hasil: -Adanya suara napas
3. Terdapat tarikan pada dinding dada tambahan : ronchi
pada saat bernapas -Repirasi 25x/menit
4. Terdapat suara napas tambahan -SPO2 sebelum
ronchi
5. Tampak adanya pernapasan cuping terpasang oksigen 94%
hidung -SPO2 setelah terpasang
6. Terpasang selang O2 Nasal Kanul oksigen 97%
dengan aliran 3-4 Liter/Menit
7. Hasil foto thorax : PPOK A : Masalah Pola napas
tidak efektif teratasi
sebagian

P : Intervensi
dilanjutkan (2,3,4)
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan 1. Memonitor TTV
ketidakseimbangan antara suplai dan Hasil: S : Klien mengatakan
kebutuhan oksigen yang ditandai dengan : 2. Memonitor masih merasa lemah
DS : pernapasan badan
1. Klien mengatakan tidak bisa Hasil: O:
beraktivitas seperti biasa 3. Memonitor pola -Klien masih belum bisa
2. Klien mengatakan sesaknya dan jam tidur melakukan aktivitasnya
bertambah saat beraktivitas
3. Klien mengatakan badannya terasa Hasil: secara mandiri
lemah 4. Menganjurkan -Tampak klien merasa
DO : tirah baring sesak saat beraktivitas
1. Tampak aktivitas klien dibantu Hasil: -Tampak klien terbaring
2. Klien tampak sesak saat beraktivitas 5. Mengkolaborasi dibed pasien dengan
dengan ahli gizi posisi semifowler
tentang cara
meningkatkan A : Masalah intoleransi
asupan makanan aktivitas belum teratasi
Hasil:
P : Intervensi
dilanjutkan (1,2,3,4)
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

NAMA : TN. JK RUANGAN : MUJAIR


UMUR : 81 TAHUN

HARI-II
NO. DX KEPERAWATAN HARI/TANGGAL/JAM IMPLEMENTASI EVALUASI
1. Bersihan jalan napas tidak efektif
berhubungan dengan peningkatan produksi 1) Mengidentifikasi S:
sputum kemampuan 1. Klien mengatakan
DS: batuk batuknya sudah
1. Klien mengatakan sering batuk dan Hasil: berkurang
sulit mengeluarkan lender 2) Mengatur posisi 2. Klien mengatakan
2. Klien mengatakan batuk yang semifowler/fowl masih ada lender
dialaminya sudah sejak 4 hari yang er dan sulit untuk
lalu Hasil: dikeluarkan
DO : 3) Menganjurkan O:
1. Klien tampak batuk batuk dengan 1. Tampak batuk
2. Klien tampak gelisah kuat langsung klien telah
3. Tanda – Tanda Vital : setelah Tarik berkurang
 Tekanan Darah : 140/70mmHg napas dalam 2. Tampak klien
 Nadi : 68x/menit Hasil: masih sulit untuk
 Respirasi : 26 x/menit 4) Mengkolaborasi mengeluarkan
 Suhu Badan : 360c pemberian obat lendernya
 SPO2 : 94% inhalasi 3. Tanda-tanda
Hasil: vital :
 Tekanan
Darah :
130/80mmH
g
 Nadi :
82x/menit
 Respirasi : 25
x/menit
 Suhu Badan :
36,50c
 SPO2 : 97%

A : Masalah bersihan
jalan napas tidak efektif
teratasi sebagian

P : Intervensi
dilanjutkan (1,2,4)
1.1 Mengkaji tanda-
tanda vital
1.2 Berkolaborasi
dengan dokter
dalam pemberian
terapi nebulizer
2. Pola napas tidak efektif berhubugan
hambatan upaya napas yang ditandai 1) Memonitor S:
dengan : adanya produksi 1. Klien mengatakan
DS : sputum sesaknya sudah
 Klien mengatakan sesak napas Hasil: berkurang

 Klien mengatakan sesaknya akan 2) Mengauskultasi O:

bertambah pada saat melakukan bunyi napas 1. Keadaan umum

aktivitas dan pada saat berpindah Hasil: baik

tempat 3) Memonitor 2. Kesadaran

 Klien mengatakan sesak yang yang saturasi oksigen compos mentis

dialaminya sudah sejak 4 hari yang Hasil: 3. Klien tampak

lalu rileks
4. Terpasang selang
DO : oksigen Nasal

 Keadaan umum lemah Kanul dengan

 Klien tampak sesak napas aliran


3Liter/Menit
 Terdapat tarikan pada dinding dada
pada saat bernapas 5. Tidak ada suara
 Terdapat suara napas tambahan napas tambahan :
ronchi ronchi
 Tampak adanya pernapasan cuping 6. Repirasi
hidung 23x/menit
 Terpasang selang O2 Nasal Kanul 7. SPO2 : 97%
dengan aliran 3-4 Liter/Menit
 Hasil foto thorax : PPOK A : Masalah Pola napas
tidak efektif belum
teratasi

P : Intervensi
dilanjutkan (1 dan 2)

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan 1. Memonitor TTV


ketidakseimbangan antara suplai dan Hasil: S:
kebutuhan oksigen yang ditandai dengan : 2. Memonitor 1. Klien
DS : pernapasan mengatakan
 Klien mengatakan tidak bisa Hasil: sudah mampu
beraktivitas seperti biasa 3. Memonitor pola melakukan
 Klien mengatakan sesaknya dan jam tidur aktivitas secara
bertambah saat beraktivitas Hasil: mandiri
 Klien mengatakan badannya terasa 4. Menganjurkan O:
lemah tirah baring 1. Tampak klien
DO : Hasil: sudah bisa
 Tampak aktivitas klien dibantu melakukan

 Klien tampak sesak saat beraktivitas aktivitasnya


secara mandiri

A : Masalah intoleransi
aktivitas belum teratasi

P : Intervensi
dilanjutkan (2,3,4)
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

NAMA : TN. JK RUANGAN : MUJAIR


UMUR : 81 TAHUN

HARI-III
NO. DX KEPERAWATAN HARI/TANGGAL/JAM IMPLEMENTASI EVALUASI
1. Bersihan jalan napas tidak efektif
berhubungan dengan peningkatan produksi 1) Mengidentifikas
sputum i kemampuan S:

DS: batuk 1. Klien

 Klien mengatakan sering batuk dan Hasil: mengatakan

sulit mengeluarkan lender 2) Mengatur posisi batuknya sudah

 Klien mengatakan batuk yang semifowler/fowl tidak ada

dialaminya sudah sejak 4 hari yang er 2. Klien

lalu Hasil: mengatakan

DO : 3) Mengkolaborasi mampu
pemberian obat mengeluarkan
 Klien tampak batuk
08.20 inhalasi dahaknya
 Klien tampak gelisah
Hasil:
 Tanda – Tanda Vital :
O:
 Tekanan Darah : 140/70mmHg
1. Klien tampak
 Nadi : 68x/menit
mampu
 Respirasi : 26 x/menit mengeluarkan
 Suhu Badan : 360c sekretnya
 SPO2 : 94% 2. Klien tampak
rileks dan
nyaman
3. Tanda-tanda
vital :
 Tekanan
Darah :
130/70mmH
g
 Nadi :
75x/menit
 Respirasi : 22
x/menit
 Suhu Badan :
36,60c
 SPO2 : 98%

A : Masalah bersihan
jalan napas tidak efektif
teratasi
P : Intervensi dihentikan
2. Pola napas tidak efektif berhubugan
hambatan upaya napas yang ditandai 1) Memonitor S:
dengan : adanya produksi 2. Klien mengatakan
DS : sputum sesaknya sudah
 Klien mengatakan sesak napas Hasil: berkurang

 Klien mengatakan sesaknya akan 2) Mengauskultasi O:

bertambah pada saat melakukan bunyi napas 8. Keadaan umum

aktivitas dan pada saat berpindah Hasil: baik

tempat 9. Kesadaran

 Klien mengatakan sesak yang yang compos mentis

dialaminya sudah sejak 4 hari yang 10. Klien tampak

lalu rileks
11. Terpasang selang
DO : oksigen Nasal

 Keadaan umum lemah Kanul dengan

 Klien tampak sesak napas aliran


3Liter/Menit
 Terdapat tarikan pada dinding dada
12. Tidak ada suara
pada saat bernapas
napas tambahan :
 Terdapat suara napas tambahan
ronchi
ronchi
13. Repirasi
 Tampak adanya pernapasan cuping 23x/menit
hidung 14. SPO2 : 97%
 Terpasang selang O2 Nasal Kanul
dengan aliran 3-4 Liter/Menit A : Masalah Pola napas

 Hasil foto thorax : PPOK tidak efektif teratasi

P : Intervensi dihentikan

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan 1. Memonitor


ketidakseimbangan antara suplai dan pernapasan S :Klien mengatakan
kebutuhan oksigen yang ditandai dengan : Hasil: sudah mampu
DS : 2. Memonitor pola melakukan aktivitas
 Klien mengatakan tidak bisa dan jam tidur secara mandiri
beraktivitas seperti biasa Hasil: O : Tampak klien sudah

 Klien mengatakan sesaknya 3. Menganjurkan bisa melakukan

bertambah saat beraktivitas tirah baring aktivitasnya secara


 Klien mengatakan badannya Hasil: mandiri
terasa lemah
DO : A : Masalah intoleransi

 Tampak aktivitas klien dibantu aktivitas teratasi

 Klien tampak sesak saat beraktivitas


P : Intervensi dihentikan
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Perbandingan/analisis antara tinjauan teori dengan kasus kelompok


Perbandingan antara tinjauan teori dengan kasus kelompok dimulai dengan definisi dari
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit pada saluran pernapasan, yang
dapat mengakibatkan hambatan aliran udara dengan manifestasi sesak napas dan gangguan
oksigenasi jaringan serta diikuti dengan adanya obstruksi jalan napas yang sifatnya menahun,
berkurangnya kapasitas kerja, dan kekambuhan yang sering terjadi berulang menyebabkan
menurunnya kualitas hidup penderita (Khasanah et al., 2016). Sedangkan yang ditemukan
pada kasus kelompok penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) pada Tn. J.K, dimana klien
datang ke Rumah Sakit dengan keluhan sesak napas sejak 4 hari yang lalu diserta batuk sejak
4 hari yang lalu, klien mengatakan rasa sesak bertambah ketika klien melakukan aktivitas.
Kemudian pada tinjauan teori bagian klasifikasi PPOK terdapat 5 klasifikasi PPOK yang
pertama derajat 0 (beresiko), derajat I (PPOK ringan), derajat II (PPOK sedang), derajat III
( PPOK berat) dan derajat IV (PPOK sangat berat). Sedangkan dalam kasus kelompok Tn.
J.K masuk dalam klasifikasi dearajat II yaitu PPOK sedang.
Kemudian tanda dan gejala yang didapat dari tinjauan teori yaitu: pertama “smoker
cough” biasanya diawali pada pagi yang dingin kemudian berkembang menjadi sepanjang
tahun, kedua sputum biasanya banyak dan lengket berwarna kuning, hijau atau kekuningan
bila terjadi infeksi, ketiga dyspnea terjadi kesulitan ekspirasi pada saluran pernapasan.
Sedangkan gejala pada eksaserbasi akut adalah: peningkatan volume sputum, perburukan
pernafasan secara akut, dada terasa berat, peningkatan purulensi sputum, peningkatan
kebutuhan bronkodilator, penurunan toleransi terhadap gerakan fisik, lesu, cepat lelah dan
terengah-engah.
Kemudian pada gejala berat dapat terjadi sianosis terjadi kegagalan respirasi, gagal
jantung, oedema perifer, plethoric complexion yaitu pasien menunjukan gejala wajah yang
memerah yang disebabkan oleh jumlah eritrosit yang meningkat, hal ini merupakan respon
fisiologis normal karena kapasitas pengangkutan O2 yang berlebih ( Ikawati, 2016).
Sedangkan tanda dan gejala yang ditemukan dalam kasus kelompok pada Tn. J.K yaitu: klien
mengeluh sesak napas sejak 4 hari yang lalu, sesak dapat bertambah bila klien beraktivitas
dan pada saat berpindah tempat, klien mengeluh batuk sejak 4 hari yang lalu serta sulit
mengeluarkan lendir dank lien mengatakan badan terasa lemah.
Pemeriksaan laboratorium dan diagnostik yang sering dilakukan pada klien dengan
diagnosa PPOK adalah foto thoraks, pemeriksaan sputum, pemeriksaan analisis gas darah
dan pemeriksaan darah lengkap. Sedangkan hasil pemeriksaan laboratorium dan diagnostik
yang ditemukan dalam kasus kelompok pada Tn. J.K yaitu pemeriksaan darah lengkap dan
foto thoraks dengan hasil:
HEMATOLOGI
Hemoglobin : 8,3 gr%
Eritrosit : 2,1 juta/ m m3
Leukosit : 4.500 / m m3
Diff Count : segment : 83%
Limphocyt : 14 %
Monocyt : 3%
Nilai - nilai MC : MCV : 107 FL
MCHC : 36 g/ dL
MCH : 38 pg
Trombocyt : 91.000/ m m3
PCV : 23%
Gula darah tidak puasa : 126 mg/dL
Swab Antigent : Negatif (-)

HASIL Na K Cl
Na : 130 mmol/L
K :3,4 mmol/L
Cl : 97 mmol/L

Hasil Foto Thoraks


- PPOK
4.2 Perbandingan/analisis antara asuhan keperawatan teori dengan asuhan keperawatan
kasus
Perbandingan antara askep teori dan askep kasus yakni dimulai dengan diagnose
pertama adalah Bersihan jalan napas tidak efektif b/d peningkatan produksi sputum, Kedua
Pola napas tidak efektif b/d hambatan upaya napas, Ketiga Defisit nutrisi b/d faktor
psikologis (stres, keenganan untuk makan), Keempat Intoleransi aktifitas b/d kelemahan,
Kelima Defisit pengetahuan b/d kurang terpapar informasi. Sedangkan pada asus kelompok
pada Tn. Terdapat diagnose Bersihan jalan napas tidak efektif b/d peningkatan produksi
sputum, Pola napas tidak efektif b/d hambatan upaya napas, Defisit nutrisi b/d faktor
psikologis (stres, keengganan untuk makan, Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan
antara suplai dan kebutuhan oksigen, Defisit pengetahuan b/d kurang terpapar informasi.
Perbandingan intervensi keperawatan antara askep teori dana skep kasus yaitu :
Intervesi pada askep teori :
 Bersihan jalan napas tidak efektif b/d peningkatan produksi sputum
1. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
2. Lakukan fisioterapi dada sebagai mana mestinya
3. Buang secret dengan memotivasi pasien untuk melakukan batuk atau menyedot
lender
4. Instruksikan bagaimana agar bias melakukan batuk efektif
 Pola napas tidak efektif b/d hambatan upaya napas
1. Pertahankan kepatenan jalan nafas
2. Siapkan peralatan oksigen dan berikan melalui system humidifier
3. Berikan oksigen tambahan seperti yang diperintahkan
4. Monitor aliran oksigen.
 Defisit nutrisi b/d faktor psikologis (stres, keenganan untuk makan)
1. Monitor keadaan umum
2. Edukasi makanan sedikit tapi sering
3. Anjurkan keluarga untuk memberikan makanan
4. Ajarkan untuk memberikan makanan yang disukai
 Intoleransi aktifitas b/d kelemahan
1. Identifikasi adanya nyeri atau adanya keluhan fisik lainnya
2. Anjurkan tirah baring
3. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas
4. Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan
 Defisit pengetahuan b/d kurang terpapar informasi.
1. Identifikasi kemampuan menerima informasi
2. Jatwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
3. Jelaskan penyebab dan faktor risiko penyakit
4. Jelaskan tanda dan gejala yang ditimbulkan oleh penyakit serta komplikasinya.

Intervensi pada askep kasus :


 Bersihan jalan napas tidak efektif b/d peningkatan produksi sputum ditandai
1. Kaji tanda-tanda vital
2. Beri posisi yang nyaman
3. Beri minum air hangat
4. Ajarkan cara batuk efektif
5. Instruksikan klien dan keluarga untuk menghindari polusi udara yang kotor
termasuk asap rokok
6. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi lainnya
 Pola napas tidak efektif b/d hambatan upaya napas yang ditandai
1. Kaji frekuensi dan kedalaman pernapasan, laporkan setiap perubahan napas yang
terjadi
2. Monitor suara napas
3. Edukasi pada keluarga klien untuk memberikan lingkungan nyaman dan batasi
pengunjung
4. Ajarkan teknik relaksasi napas dalam
5. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi O2
 Defisit nutrisi b/d faktor psikologis (stres, keengganan untuk makan)
1. Kaji status gizi klien berdasarkan berat badan, tinggi badan dan indeks masa
tubuh klien
2. Atur posisi klien sebelum makan
3. Anjurkan klien untuk makan sedikit tapi sering
4. Motivasi keluarga dalam mendukung klien untuk menghabiskan makanannya
5. Beri informasi tentang kebutuhan nutrisi
6. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam memberikan variasi makanan pada klien
 Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
1. Kaji kemampuan klien dalam beraktivitas
2. Kaji respon klien terhadap aktivitas
3. Kaji penyebab yang membuat klien merasa lelah dan lemah
4. Bantu klien untuk makan dan minum
5. Dorong klien untuk berpartisipasi dalam memilih periode aktivitas
6. Anjurkan klien untuk tirah baring/pembatasan kegiatan
 Defisit pengetahuan b/d kurang terpapar informasi
1. Kaji tingkat pengetahuan klien tentang penyakit ppok
2. Beri kesempatan klien untuk bertanya
3. Jelaskan pada klien mengenai penyakit yang dideritanya
4. Ajarkan pada klien untuk menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat
5. Minta klien untuk mengulangi kembali tentang penjelasan yang telah diberikan

DAFTAR OBAT YANG DIBERIKAN PADA PASIEN

1. IVFD RL 20 gtt/ menit


2. Acetylcysteine 2x200gram
3. Cefime 2x1 gr
4. Meprovent/ combiven tiap 8 jam
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Hasil pengkajian pada Tn. J.K Keluhan utama :klien mengeluh batuk dan
sesak napas sejak 4 hari yang lalu.Riwayat Penyakit Sekarang : Klien mengatakan
sering batuk dan sulit mengeluarkan lendir, klien juga mengatakan sesak napas
dan sesaknya akan bertambah ketika beraktivitas. Klien juga mengatakan nafsu
makannya berkurang, klien tampak lemas dan tampak gelisah. Klien juga tampak
bertanya-tanya mengenai penyebab penyakit yang dialaminya saat ini. Tanda-
Tanda Vital, Kesadaran : Compos Mentis Kuantitatif : M: 6, V:5, E:4 total GCS :
15 Tekanan Darah : 140/70 mmHgMAP : 280/3=93,33 mmHg Kesimpulan :
Normal Suhu Badan : 36oC (axillar) Nadi :68x/menit Pernafasan : 26x/menit
Irama : dspnea Jenis : dada. Pengukuran Lingkar lengan atas : 23,5 cm TB : 165
cm BB: 55 kg, IMT : 20,20 kg/m2, Kesimpulan : BB normal.
Diagnosa keperawatan pada Tn. J.K (1)Bersihan jalan napas tidak efektif
b/d peningkatan produksi sputum, (2).Pola napas tidak efektif b/d hambatan upaya
napas (3).Defisit nutrisi b/d faktor psikologis (stres, keenganan untuk makan).
(4).Intoleransi aktifitas b/d kelemahan (5).Defisit pengetahuan b/d kurang
terpapar informasi. Implementasi yang dilakukan diagnose : (1). Bersihan jalan
napas tidak efektif b/d peningkatan produksi sputum:Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi, Lakukan fisioterapi dada sebagai mana mestinya,
membuang secret dengan memotivasi pasien untuk melakukan batuk atau
menyedot lender, Instruksikan bagaimana agar bias melakukan batuk efektif. (2)
Pola napas tidak efektif b/d hambatan upaya napas: Pertahankan kepatenan jalan
nafas, Siapkan peralatan oksigen dan berikan melalui system humidifie,Berikan
oksigen tambahan seperti yang diperintahkan, Monitor aliran oksigen. (3). Defisit
nutrisi b/d faktor psikologis (stres, keenganan untuk makan): Monitor keadaan
umum, Edukasi makanan sedikit tapi sering, Anjurkan keluarga untuk
memberikan makanan, Ajarkan untuk memberikan makanan yang disukai. (4)
Intoleransi aktifitas b/d kelemahan: dentifikasi adanya nyeri atau adanya keluhan
fisik lainnya, Anjurkan tirah baring, Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama
melakukan aktivitas,Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan (5).
Defisit pengetahuan b/d kurang terpapar informasi.: Identifikasi kemampuan
menerima informasi, Jatwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan,
Jelaskan penyebab dan faktor risiko penyakit,Jelaskan tanda dan gejala yang
ditimbulkan oleh penyakit serta komplikasinya.

5.2 Saran
1. Klien dan keluarga
Setelah mendapatkan pelayanan keperawatan, keluarga diharapkan mampu
untuk melakukan tindakan yang mandiri untuk perawatan, dan klien di
harapkan patuh dalam meminum obat agar mempercepat proses
penyembuhan.
2. Bagi Rumah Sakit
Ruang IGD RSUD Dr. Samratulangi Tondano disarankan agar supaya
semakin mempertahankan pelayanan yang baik dan optimal bagi klien dan
keluarga yang datang.
3. Bagi Mahasiswa Keperawatan
Mahasiswa diharapkan mampu menerapkan semua ilmu yang di peroleh
selama pada masa perkuliahan sehingga dapat melakukan asuhan keperawatan
secara komprehensif pada klien.
DAFTAR PUSTAKA

Amin, Hardhi. 2020. Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan Diagnosa Medis NANDA NIC
NOC. Yogyakarta : Media Action.
Arin, Siska, Kristian. (2019). Asuhan Keerawatan Pasien Penyakit Paru Obstruksi Kronik
(PPOK). E-journal.
Brashers, Valentina L. 2017. Aplikasi Klinis Patofisiologi Pemeriksaan dan Manajemen Edisi 2.
Jakarta : EGC Buku Kedokteran
Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease. 2017. Global Strategy for The
Diagnosis, Management, and Prevention of Chronic Obstructive Pulmonary Disease.
Barcelona: Medical Communications Resources. Available from:
http://www.goldcopd.org
Ikawati, Zullies. 2016. Penatalaksanaan Terapi Penyakit Sistem Pernafasan . Yogyakarta : Bursa
Ilmu
Manurung, Nixson. 2016. Aplikasi Asuhan Keperawatan Sistem Respiratory. Jakarta : Trans Info
Media
Muh, Arif, Hasanudin. (2018). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Penyakit Paru Obstruksi
Kronis (PPOK). Kendari: Kementian Kesehatan Republik Indonesia
Muttaqin, Arif. 2018. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan .
Jakarta : Salemba Medika
Padila, 2020. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah . Yogyakarta : Nuha Medika
PPNI, TP. (2017) Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI).
Definisi Dan Indikator Keperawatan Cetakan (II) Led. Jakarta DPP PPNI.
PPNI,TP. (2018).Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. (SIKI) Definisi Dan Tindakan
Keperawatan Cetakan II. I. Led. Jakarta DPP PPNI.
PPNI, TP. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SIKI). Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan Cetakan II. I. Led. Jakarta. DPP PPNI.
Sintia, Tinela, Putri. (2017). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Penyakit Paru Obstruktif
Kronis Di Ruang Paru RSUP Dr. Djamal Padang. E-journal.

Anda mungkin juga menyukai