Disusun Oleh :
FAKULTAS KEPERAWATAN
TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan Rahmat, sehingga
kami dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Penyakit
Paru Obstruktif Kronis (PPOK) ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Makalah
ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah “Keperawatan Medikal ”. Semoga
Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) ini
dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan pembelajaran.
Kami mengucapkan terima kasih banyak kepada semua pihak yang telah membantu
penyusunan makalah “Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan” Harapan kami semoga
Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) ini
membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki
sangat kurang. Oleh karena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan
masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini, sehingga kami
dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini, agar kedepannya dapat lebih baik.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
3.1 Pengkajian
3.2 Klasifikasi data
3.3 Analisa data
3.4 Diagnosa keperawatan
3.5 Intervensi/Rencana Keperawatan dan Rasional
3.6 Implementasi dan Evaluasi
BAB IV PEMBAHASAN
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
PPOK adalah penyakit paru kronik yang ditandai oleh hambatan aliran udara di saluran
napas yang bersifat progresif nonreversible atau reversible parsial, bersifat progresif,
biasanya disebabkan oleh proses inflamasi paru yang disebabkan oleh pajanan gas berbahaya
yang dapat memberikan gambaran gangguan sistemik. Gangguan ini dapat dicegah dan dapat
diobati. Penyebab utama PPOK adalah rokok, asap polusi dari pembakaran, dan partikel gas
berbahaya. Obstruksi saluran napas pada PPOK bersifat irreversible dan terjadi karena
perubahan struktural pada saluran napas kecil yaitu inflamasi, fibrosis, metaplasi sel goblet
dan hipertropi otot polos penyebab utama obstruksi jalan napas. Kebiasaan merokok
merupakan satu-satunya penyebab kausal yang terpenting dari faktor penyebab lainnya
(Napanggala 2017.)
Menurut World Health Organization (WHO), PPOK bisa membunuh seorang manusia setiap
sepuluh detik.PPOK adalah penyakit paru yang dapat dicegah dan diobati, ditandai oleh
hambatan aliran udara yang persisten, bersifat progresif dan berhubungan dengan respon
inflamasi paru terhadap partikel atau gas yang beracun/berbahaya (WHO, 2014; GOLD,
2016). Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) menduduki peringkat keempat tertinggi di
dunia sebagai penyebab mortalitas dan morbiditas. Sekitar 9-10% dewasa di atas 40 tahun
terdiagnosis PPOK. Jika tidak ditatalaksana dengan baik maka WHO memprediksi bahwa di
tahun 2020 nanti PPOK naik menjadi peringkat ketiga penyebab kematian akibat rokok
setelah penyakit kardiovaskuler dan kanker.Penyakit pernapasan bawah kronis, terutama
PPOK, adalah penyebab utama ketiga kematian di Amerika Serikat pada 2.011,(Hoyert et
al,2017).
1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa profesi ners Universitas Katolik De La Salle Manado mampu memberikan
asuhan keperawatan Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) pada pasien Tn. J.K
diruangan Mujair RSUD Dr. Samratulangi Tondano.
2. Tujuan Khusus
2.1 Melakukan pengkajian keperawatan Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) pada
pasien Tn. J.K diruangan Mujair RSUD Dr. Samratulangi Tondano.
2.2 Melakukan identifikasi diagnosa atau masalah aktual, potensial dan Penyakit paru
obstruktif kronis (PPOK) pada pasien Tn. J.K diruangan Mujair RSUD Dr.
Samratulangi Tondano.
2.3 Merencanakan tindakan asuhan keperawatan Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK)
pada pasien Tn. J.K diruangan Mujair RSUD Dr. Samratulangi Tondano.
2.4 Melaksanakan tindakan asuhan keperawatan Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK)
pada pasien Tn. J.K diruangan Mujair RSUD Dr. Samratulangi Tondano.
2.5 Mengevaluasi dan mendokumentasikan asuhan keperawatan Penyakit paru obstruktif
kronis (PPOK) dengan metode SOAP pada pasien Tn. J.K diruangan Mujair RSUD
Dr. Samratulangi Tondano.
1.3 Manfaat
1. Teoritis
Dapat memperkaya ilmu pengetahuan serta dapat menambah wawasan bagi setiap
pembaca, khususnya mengenai penatalaksaan asuhan keperawatan medical bagi pasien
penyakit paru obstruktif (PPOK)
1.1 Mahasiswa
Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa dalam memberikan asuhan
keperawatan medical bagi pasien penyakit paru obstruktif (PPOK)
1.2 Institusi
Menambah referensi dan masukan untuk meningkatkan pelayanan keperawatan
medical bagi pasien penyakit paru obstruktif (PPOK) sehingga dapat memberikan
pelayanan yang lebih baik
1.3 Pasien
Untuk meningkatkan pengetahuan pada pasien
1.4 Rumah sakit
Memberikan tambahan informasi kepada perawat mengenai asuhan keperawatan
medical khususnya pada pasien penyakit paru obstruktif (PPOK) serta menambah
referensi dan masukan untuk meningkatkan pelayanan keperawatan di rumah sakit.
1.4 Identifikasi
Menurut Juarfianti (2017) sistem pernafasan manusia dapat dibagi ke dalam sistem pernafasan
bagian atas dan pernafasan bagian bawah.
a. Pernafasan bagian atas meliputi hidung, rongga hidung, sinus paranasal, dan faring.
b. Pernafasan bagian bawah meliputi laring, trakea, bronkus, bronkiolus dan alveolus paru.
a. Hdung : “gerbang utama” keluar masuknya udara saat bernapas, fungsi hidung sangat
penting. Di lapisan dalam hidung, terdapat rambut-rambut halus, yang fungsinya adalah
menyaring kotoran dari udara yang di hidup.
b. Faring : merupakan nama lain dari tenggorokan bagian atas, berupa tabung yang terletak
di belakang mulut dan rongga hidung, dan menghubungkan keduanya ke trakea (batang
tenggorokan). Fungsi faring dalam sistem pernapasan manusia adalah menyalurkan aliran
udara dari hidung dan mulut, ke trakea.
c. Laring atau kotak suara terletak di bawah persimpangan saluran faring yang membelah
menjadi trakea dan kerongkongan. Organ pernapasan ini memiliki dua pita suara yang
membuka saat bernapas dan menutup untuk memproduksi suara. Saat bernapas, udara
mengalir melewati dua pita suara yang berimpitan, sehingga menghasilkan getaran.
Getaran inilah yang kemudian menghasilkan suara saat berbicara.
d. Fungsi trakea dalam sistem pernapasan cukup penting, yaitu mengalirkan udara dari dan
menuju paru-paru. Organ ini berbentuk tabung berongga lebar, yang menghubungkan
laring ke bronkus paru-paru.
e. Bronkiolus merupakan cabang dari bronkus yang berfungsi untuk menyalurkan udara dari
bronkus ke alveoli. Bronkiolus juga berfungsi untuk mengontrol jumlah udara yang
masuk dan keluar saat proses pernapasan berlangsung.
f. Alveolus adalah kantong-kantong kecil di dalam paru yang terletak di ujung bronkiolus.
Fungsinya adalah sebagai tempat pertukaran oksigen dan karbon dioksida. Pada alveolus
juga ada kapiler pembuluh darah. Kemudian, alveolus akan menyerap oksigen dari udara
yang dibawa oleh bronkiolus dan mengalirkannya ke dalam darah. Setelah itu, karbon
dioksida dari sel-sel tubuh mengalir bersama darah ke alveolus untuk diembuskan keluar.
C. ETIOLOGI
Faktor – faktor yang menyebabkan timbulnya Penyakit Paru Obstruksi Kronis menurut
Gold, 2017 adalah :
a. Merokok merupakan resiko utama terjadinya Penyakit Paru Obstruktif Kronik
(PPOK). Sejumlah zat iritan yang ada didalam rokok menstimulasi produksi mukus
berlebih, batuk, merusak fungsi silia, menyebabkan inflamasi, serta kerusakan
bronkiolus dan dinding alveolus.
b. Riwayat terpajan polusi udara : polusi udara hasil rumah tangga seperti asap dapur,
terutama pada dapur ventilasi buruk. Selain asap dapur, debu dan iritan lain seperti
asap kendaraan bermotor juga diduga menjadi penyebab karena partikel-partikel yang
dikandung dapat menyebabkan kerja paru menjadi lebih berat, meskipun dalam
jumlah yang relatif kecil.
c. Hiperaktivitas bronkus
d. Riwayat infeksi saluran nafas bawah berulang
e. Usia : Perjalanan Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) yang khas adalah lamanya
dimulai dari usia 20-30 tahun dengan paparan rokok atau batuk pagi disertai
pembentukan sedikit mukoid
D. KLASIFIKASI
Berdasarkan Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease GOLD, 2017 PPOK
diklasifikasikan berdasarkan derajat berikut :
a. Derajat 0 (berisiko)
Gejala klinis : Memiliki satu atau lebih gejala batuk kronis, produksi sputum, dan
dispnea. Ada paparan terhadap faktor resiko. Spirometri : Normal
b. Derajat I (PPOK ringan)
Gejala klinis : Dengan atau tanpa batuk, dengan atau tanpa produksi sputum. Sesak
napas derajat sesak 0 (tidak terganggu oleh sesak saat berjalan cepat atau sedikit
mendaki) sampai derajat sesak 1 (terganggu oleh sesak saat berjalan cepat atau sedikit
mendaki) . Spirometri : FEV1/FVC < 70%, FEV1 ≥ 80%.
c. Derajat II (PPOK sedang)
Gejala klinis : Dengan atau tanpa batuk, dengan atau tanpa produksi sputum, sesak
napas derajat sesak 2 (jalan lebih lambat di banding orang seumuran karna sesak saat
berjalan biasa). Spirometri : FEV1/FVC < 70%; 50% < FEV1 < 80%.
d. Derajat III (PPOK berat)
Gejala klinis : Sesak napas derajat sesak 3 (berhenti untuk bernafas setelah berjalan 100
meter/setelah berjalan beberapa menit pada ketinggian tetap) dan 4 (sesak saat aktifitas
ringan seperti berjalan keluar rumah dan berpakaian) Eksaserbasi lebih sering terjadi.
Spirometri : FEV1/FVC < 70%; 30% < FEV1 < 50%.
e. Derajat IV (PPOK sangat berat)
Gejala klinis : Pasien derajat III dengan gagal napas kronik disertai komplikasi kor
pulmonale atau gagal jantung kanan. Spirometri FEV1/FVC < 70%; FEV1 < 30% atau
< 50%.
E. MANIFESTASI KLINIS
Adapun tanda dan gejala klinik PPOK menurut Ikawati, 2016 adalah sebagai berikut :
a. “Smoker Cough” biasanya hanya diawali sepanjang pagi yang dingin kemudian
berkembang menjadi sepanjang tahun.
b. Sputum, biasanya banyak dan lengket berwarna kuning, hijau atau kekuningan bila
terjadi infeksi.
c. Dyspnea, terjadi kesulitan ekspirasi pada saluran pernafasan Gejala ini mungkin terjadi
beberapa tahun sebelum kemudian sesak nafas menjadi semakin nyata yang membuat
pasien mencari bantuan medik .
F. PATOFOIOLOGI
Hambatan aliran udara merupakan perubahan fisiologi utama pada PPOK yang
diakibatkan oleh adanya perubahan yang khas pada saluran nafas bagian proksimal,
perifer parenkim, dan vaskularisasi paru yang dikenakan adanya suatu inflamasi yang
kronik dan perubahan structural pada paru. Terjadinya peningkatan penebalan pada
saluran nafas kecil dengan peningkatan formasi folikel limfoid dan deposisi kolagen
dalam dinding luar saluran nafas mengakibatkan restriksi pembukaan jalan nafas. Lumen
saluran nafas kecil berkurang akibat penebalan mukosa yang mengandung eksudat
inflamasi, yang meningkat sesuai berat sakit. Dalam keadaan normal radikal bebas dan
antioksidan berada dalam keadaan seimbang apabila terjadi gangguan keseimbangan
maka akan terjadi kerusakan di paru. Radikal bebas mempunyai peranan besar
menimbulkan kerusakan sel dan menjadi dasar dari berbagai macam penyakit paru.
Pengaruh gas polutan dapat menyebabkan stress oksidan, selanjutnya akan menyebabkan
terjadinya peroksidasi lipid. Peroksidasi lipid selanjutnya akan menimbulkan kerusakan
sel dan inflamasi. Proses inflamasi akan mengaktifkan sel makrofag alveolar, aktivasi sel
tersebut akan menyebabkan dilepaskannya factor kemotataktik neutrophil seperti
interleukin 8 dan leukotriene B4, tumuor necrosis factor (TNF), monocyte chemotactic
peptide (MCP)-1 dan reactive oxygen species (ROS).
Faktor-faktor tersebut akan merangsang neutrophil melepaskan protease yang
akan merusak jaringan ikat parenkim paru sehingga timbul kerusakan dinding alveolar
dan hipersekresi mucus. Rangsangan sel epitel akan menyebabkan dilepaskannya
limphosit CD8 selanjutkan terjadi kerusakan seperti proses inflamasi pada keadaan
normal terdapat keseimbangan antara oksidan dan antioksidan. Enzim NADPH yang ada
di permukaan makrofag dan neutrophil akan mentransfer 1 elelktron ke molekul okigen
menjadi anion super oksida dengan bantuan enzim super oksid dismutase. Zat hidrogen
peroksida (H2O2) yang toksik akan diubah menjadi OH dengan menerima electron dari
ion feri menjadi ion fero, dengan halide akan diubah menjadi anion hipohalida (HOCI).
Pengaruh radikal bebas yang berasal dari polusi udara dapat menginduksi batuk kronis
sehingga percabangan bronkus lebih mudah terinfeksi. Penurunan fungsi paru terjadi
sekunder setelah perubahan struktur saluran nafas. Kerusakan struktur berupa destruksi
alveolus yang menuju ke arah emfisema karena produksi radikal bebas yang berlebihan
oleh leukosit polusi dan asap rokok. Merokok dan berbagai partikel berbahaya seperti
inhalasi dari biomass fuels menyebabkan inflasmasi pada paru, respon normal ini
kelihatannya berubah pada pasien yang berkembang menjadi PPOK. Respon inflamasi
kronik dapat mencetuskan destruksi jaringan parenkim (menyebabkan emfisema),
menganggu perbaikan normal dan mekanisme pertahanan (menyebabkan fibrosis jalan
nafas kecil). Perubahan patologis ini menyebabkan air trapping dan terbatasnya aliran
udara progresif, mengakibatkan sesak nafas dan gejala khas PPOK lainnya.
Inflamasi pada saluran nafas pasien PPOK muncul sebagai modifikasi dari respon
inflamasi saluran nafas terhadap iritan kronik seperti merokok. Mekanisme untuk
menjelaskan inflamasi ini tidak sepenuhnya dimengerti tapi mungkin terdapat
keterlibatan genetic. Pasien biasa mendapatkan PPOK tanpa adanya riwayat merokok,
dasar dari respon infalamasi pasien ini tidak diketahui. Stres oksidatif dan penumpukan
proteinase pada paru selanjutnya akan mengubah inflamasi paru. Secara bersamaan,
mekanisme tersebut menyebabkan karakteristik perubahan patologis pada PPOK.
Inflamasi paru menetap setelah memberhentikan merokok melalui mekanisme yang tidak
diketahui, walaupun autoantigen dan mikroorganisme persisten juga berperan. Perubahan
yang khas pada PPOK dijumpai pada saluran nafas, parenkim paru, dan pembuluh darah
paru. Perubahan patologi tersebut meliputi: inflamasi kronik dengan peningkatan
sejumlah sel inflamasi spesifik yang merupakan akibat dari trauma dan perbaikan
berulang. Secara umum, inflamasi dan perubahan struktur pada jalan nafas meningkat
dengan semakin parahnya penyakit dan menetap walaupun merokok sudah dihentikan.
Brashers, 2017
PATHWAY
Induksi Peningkatan
aktivasi stress oksidatif
makrofag
dan leukosit Peningkatan
PMN
appoptosis
dan nekrosis
dari sel yang
Peningkatan Pelepasan faktor Peningkatan
terpapar
pelepasan kemotaktik neutrofi pelepasan oksidan
Cedera elastase Cedera sel
sel Peningkatan jumlah neutrofil
di daerah yang terpapar
PPOK
Intoleransi
Aktivitas
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang pada PPOK menurut Muttaqin, 2018 adalah sebagai berikut :
a. Chest X-ray : dapat menunjukkan hiperinflasi paru-paru, diafragma mendatar,
peningkatan ruang udara retrosternal, penurunan tanda vaskuler/bullae (emfisema),
peningkatan bentuk bronkovaskuler (bronchitis), dan normal ditemukan saat periode
remisi (asma).
b. Uji Faal Paru Dengan Spirometri dan Bronkodilator (postbronchodilator) : berguna
untuk menegakkan diagnosis, melihat perkembangan penyakit, dan menentukan
prognosis pasien. Pemerikasaan ini penting untuk memperlihatkan secara objektif
adanya obstruktif saluran pernafasan dalam berbagai tingkat. Spirometri digunakan
untuk mengukur volume maksimal udara yang dikeluarkan setelah inspirasi maksimal
atau dapat disebut forced vital capacity (FVC).
c. TLC (Total Lung Capacity) : meningkat pada bronchitis berat dan biasanya pada
asma, menurun pada penderita emfisema.
d. Kapasitas Inspirasi : menurun pada penderita emfisema.
e. ABGs : menunjukkan proses penyakit kronis, sering kali PO2 menurun dan PCO2
normal meningkat (pada bronchitis kronis dan emfisema). Sering kali menurun pada
asma dengan pH normal atau asidosis, alkaiosis respiratori ringan sekunder akibat
terjadinya hiperventilasi (emfisema sedang dan asma).
f. Bronkogram : dapat menunjukkan dilatasi dari bronkus saat inspirasi, kolaps
bronchial pada tekanan ekspirasi (emfisema), dan pembesaran kelenjar mukus
(bronchitis)
g. Pemeriksaan Darah Lengkap : dapat menggambarkan adanya peningkatan
hemoglobin (emfisema berat) dan peningkatan eosinofil (asma).
h. Kimia Darah : menganalisis keadaan alpha 1-antitypsin yang kemungkinannya
berkurang pada emfisema primer.
i. Sputum Kultur : pemeriksaan pada bakteriologi gram pada sputum pasien yang
diperlukan untuk mengetahui adanya pola kuman dan untuk menentukan jenis
antibiotik yang paling tepat. Infeksi saluran pernafasan yang berulang merupakan
penyebab dari ekserbasi akut pada penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)
j. Pemeriksaan penunjang lainnya meliputi pemeriksaan ECG (Elektro Kardio Graph)
yang difungsikan untuk mengetahui adanya komplikasi yang terjadi pada organ
jantung yang ditandai oleh kor pulmonale atau hipertensi pulmonal.
H. PENATALAKSANAAN
Menurut Padila, 2020 diantaranya adalah sebagai berikut :
Penatalaksanaan Medis :
a. Antibiotik, karena eksasebrasi akut biasanya disertai infeksi. Infeksi ini umumnya
disebabkan oleh H. Influenzae dan S. Pneumonia, maka digunakan ampisillin 4 x 0,25-
0,5 g/hari atau eritromisin 4 x 0,5 g/hari, dapat menurunkan kejadian eksasebrasi akut.
b. Augmentin (amoksisilin dan asam kluvanat) dapat diberikan jika kuman penyebab
infeksinya adalah H. Influenzae dan B. Catarhalis yang memproduksi beta laktamase.
c. Pemberian antibiotik seperti kotrimoksasol, amoksisilin, atau doksisilin pada pasien yang
mengalami eksasebrasi akut terbukti mempercepat penyembuhan dan membantu
mempercepat kenaikan peak flow rate. Namun hanya dalam 7-10 hari selama periode
eksasebrasi. Bila terdapat infeksi sekunder atau tanda-tanda pneumonia, maka dianjurkan
antibiotic yang lebih kuat.
d. Bronkodilator, tergantung tingkat reversibilitas obstruksi saluran nafas tiap pasien maka
sebelum pemberian obat ini dibutuhkan pemeriksaan obyektif dari fungsi faal paru..
Bronkodilator untuk mengatasi, termasuk didalamnya golongan adrenergik. Pada pasien
dapat diberikan salbutamol 5 mg dan atau ipratorium bromide 250 mikrogram diberikan
tiap 6 jam dengan nebulizer atau aminofilin 0,25- 0,5 g iv secara perlahan.
e. Pengobatan simtomatik (lihat tanda dan gejala yang muncul
f. Penanganan terhadap komplikasi – komplikasi yang timbul
g. Pengobatan oksigen bagi yang memerlukan O2 harus diberikan dengan aliran lambat : 1-
3 liter / menit
Tindakan rehabilitasi
1. Fisioterapi terutama ditujukan untuk membantu pengeluaran sekret bronkus
2. Latihan pernafasan untuk melatih penderita agar bias melakukan pernafasan yang paling
efektif baginya.
3. Latihan dengan beban olahraga tertentu dengan tujuan untuk memulihkan kesegaran
jasmaninya
4. Vocational suidance : usaha yang dilakukan terhadap penderita agar kembali dapat
mengerjakan pekerjaan seperti semula.
5. Pengelolaan psikososial , terutama ditujuakn untuk penyesuaian diri penderita dengan
penyakit yang diseritanya.
Penatalaksanaan Keperawatan :
1) Mencapai bersihan jalan nafas
a. Pantau adanya dyspnea dan hipoksemia pada pasien.
b. Jika bronkodilator atau kortikosteroid diprogramkan berikan obat secara tepat dan
waspadai kemungkinan efek sampingnya.
c. Pastikan bronkospasme telah berkurang dengan mengukur peningkatan kecepatan aliran
ekspansi dan volume (kekuatan ekspirasi, lamanya waktu untuk ekhalasi dan jumlah
udara yang diekhalasi) serta dengan mengkaji adanya dyspnea dan memastikan bahwa
dyspnea telah berkurang.
d. Dorong pasien untuk menghilangkan atau mengurangi semua iritan paru, terutama
merokok sigaret.
e. Fisioterapi dada dengan drainase postural, pernapasan bertekanan positif intermiten,
peningkatan asupan cairan.
f. Mengatur posisi semi fowler atau fowler agar klien lebih nyaman
I. KOMPLIKASI
Menurut Permatasari, 2016 komlikasi yang terjadi pada PPOK ialah :
a. Infeksi Saluran Nafas Biasanya muncul pada pasien Penyakit Paru Obstruktif
Kronik (PPOK). Hal tersebut sebagai akibat terganggunya mekanisme pertahanan
normal paru dan penurunan imunitas. Oleh karena status pernafasan sudah
terganggu, infeksi biasanya akan mengakibatkan gagal nafas akut dan harus
segera mendapatkan perawatan di rumah sakit.
b. Pneumothoraks Spontan Pneumothoraks spontan dapat terjadi akibat pecahnya
belb (kantong udara dalam alveoli) pada penderita emfisema. Pecahnya belb itu
dapat menyebabkan pneumothoraks tertutup dan membutuhkan pemasangan
selang dada (chest tube) untuk membantu paru mengembang kembali .
c. Dypsnea Seperti asma, bronchitis obstruktif kronis, dan emfisema dapat
memburuk pada malam hari. Pasien sering mengeluh sesak nafas yang bahkan
muncul saat tidur (one set dyspnea) dan mengakibatkan pasien sering terbangun
dan susah tidur kembali di waktu dini hari. Selama tidur terjadi penurunan tonus
otot pernafasan sehingga menyebabkan hipoventilasi dan resistensi jalan nafas
meningkat, dan akhirnya pasien menjadi hipoksemia.
d. Hipoksemia Hipoksemia didefinisikan sebagai penurunan tingkat PO2 < 55mmhg
Pada awalnya pasien akan mengalami perubahan mood, penurunan konsentrasi,
dan menjadi pelupa. Pada tahap lanjut akan timbul gejala seperti sianosis.
e. Asidosis Respiratori Asidosis respiratori timbul akibat peningkatan nilai PCO2
(hiperkapnia). Tanda yang muncul antara lain, nyeri kepala, fatigue, letargi,
dizziness, dan takipnea. Asidosis respiratori yang tidak ditangani dengan tepat
dapat mengakibatkan dypsnea, psikosis, halusinasi, serta ketidaknormalan tingkah
laku bahkan koma. Hiperkapnia yang berlangsung lama atau kronik pada pasien
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) akan menyebabkan gangguan tidur,
amnesia, perubahan tingkah laku, gangguan koordinasi dan bahkan tremor.
f. Kor Pulmonale Kor pulmonale (yang disebut pula gagal jantung kanan)
merupakan keadaan tarhadap hipertrofi dan dilatasi ventrikel kanan, yang dapat
terjadi akibat komplikasi sekunder karena penyakit pada struktur atau fungsi paru-
paru atau system pembuluh darah. Keadaan ini bisa terjadi pada stadium akhir
berbagai gangguan kronik yang mengenai paruparu, pembuluh darah pulmoner,
dinding dada dan pusat kendali pernafasan. Kor pulmonale tidak terjadi pada
gangguan yang berasal dari penyakit jantung kongenital atau pada gangguan yang
mengenai jantung sebelah kiri.
1) Pengkajian
a. Identitas klien
b. Keluhan utama
c. Riwayat kesehatan sekarang
d. Riwayat kesehatan dahulu
e. Riwayat kesehatan keluarga
f. Pola fungsi kesehatan
1. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
2. Pola nutrisi dan metabolisme
3. Pola eliminasi
4. Pola istirahat dan tidur
5. Pola aktifitas dan latihan
6. Pola persepsi dan konsep diri
7. Pola sensori kognitif
8. Pola hubungan peran
9. Pola penanggulangan stress
10. Pola tata nilai dan kepercayaan.
g. Pemeriksaan fisik
2) Secara sistemik dari kepala sampai ujung kaki
a) Kepala
b) Mata
c) Telinga
d) Hidung
e) Leher
f) Paru
(1) Inspeksi
(2) Palpasi
(3) Perkusi
(4) Auskultasi
g) jantung
(1) inspeksi
bisanya ictus cordis tidak terlihat
(2) palpasi
biasanya ictus cordis teraba
(3) auskultasi
biasanya irama jantung teratur
h) abdomen
(1) inspeksi
biasanya tidak ada asites
(2) palpasi
biasanya hepar tidak teraba
(3) perkusi
biasanya timphany
(4) auskultasi
biasanya bising usus normal
i) ekstremitas
biasanya didapatkan adanya jari tabuh (clubbing finger) sebagai dampak dari
hipoksemia yang berkepanjangan (Arin, 2019).
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang biasa ditemukan pada pasien dengan PPOK menurut SDKI (2017) adalah :
a. Bersihan jalan napas tidak efektif b/d peningkatan produksi sputum
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 diharapkan penyakit paru
obstruktif kronis teratasi.
Kriteria hasil :
• Secara konsisten menunjukkan menerima diagnosis
• Secara konsisten mencari informasi tentang cara mecegah komplikasi
• Secara konsisten menunjukkan menjalankan aturan pengobatan sesuai resep
• Secara konsisten menunjukkan berpartisipasi dalam aturan berhenti merokok
Intervensi :
1. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
2. Lakukan fisioterapi dada sebagai mana mestinya
3. Buang secret dengan memotivasi pasien untuk melakukan batuk atau menyedot lender
4. Instruksikan bagaimana agar bias melakukan batuk efektif.
3. Implementasi
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang
telah disusun pada tahap perencanaan. Fokus implementasi, mempertahan daya tahan
tubuh, menemukan perubahan system tubuh, mencegah komplikasi.
4. Evaluasi
Evaluasi atau tahap penilaian adalah perbandingan sistematis dan terencana
tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara
bersambungan dengan melibatkan klien, keluarga dan tenaga kesehatan. Tujuan evaluasi
adalah untuk melihat kemapuan klien mencapai tujuan yang diinginkan dengan kriteria
hasil pada perencanaan. Format yang dipakai adalah format SOAP :
1) S : Data Subjektif Pekembangan keadaan yang didasarkan pada apa yang
dirasakan, dikeluhkan, dan dikemukakan klien.
2) O : Data Objektif Perkembangannya bias diamati dan diukur oleh perawat atau
tim kesehatan.
3) A : Analisis Penilaian dari kedua jenis data (baik subjektif maupun Objektif)
apakah berkembang kearah kebaikan atau kemunduran.
4) P : Perencanaan Rencana penanganan klien yang didasarkan pada hasil analisis
diatas yang berisi melanjutkan perencanaan sebelumnya apabila keadaan atau
masalah belum teratasi
PENGKAJIAN KEPERAWATAN MEDIKAL
PPOK
I. IDENTIFIKASI
A. Klien
Nama initial : Tn. J.K
Tempat/ tgl lahir( umur) : Koya/ 5 Januari 1941 (81th)
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status perkawinan : Kawin
Jumlah Anak : 5 (lima)
Agama/ suku : Kristen Protestan/ Minahasa
Warga Negara : Indonesia
Bahasa yang digunakan : Indonesia dan daerah
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pensiunan
Alamat Rumah : Koya, Tondano Selatan
B. Penanggung Jawab
Nama : Ny. M.K
Alamat : Koya
Hubungan dengan klien : Anak
II. Data Medik
A. Di kirim oleh : IGD
B. Diagnosa Medik : PPOK
Saat masuk : Sesak napas dan batuk
Saat Pengkajian : Sesak napas dan batuk
81 Tn. J.K
Keterangan :
81 = Pasien = laki-laki
= perempuan = meninggal
= garis penghubung
2. Data Objektif
a. Observasi : klien tampak tidak menghabiskan makanan yang disediakan dari
rumah sakit
b. Pemeriksaan Fisik
Keadaan rambut : Rambut berwarna putih/ beruban
Hidrasi kulit : tampak lembab
Mata : bentuk simetris, pupil isokor, konjungtiva tidak anemis,
sclera tidak icterik, dan fungsi penglihatan baik
Hidung : tampak simetris, tidak ada oedem maupun lesi
Leher : Tidak ada pembengkakan kelenjar getah bening
Abdomen : bentuk simetris, tidak ada lesi, tidak adanya oedem dan
tidak adanya nyeri tekan maupun gangguan atau kelainan lainnya.
HASIL Na K Cl
Na : 130 mmol/L
K :3,4 mmol/L
Cl : 97 mmol/L
s
3.3 ANALISA DATA
NO. DATA ETIOLOGI MASALAH
1. DS : PPOK Bersihan jalan napas
1. Klien mengatakan sering batuk tidak efektif
dan sulit mengeluarkan lender Rokok dan polusi berhubungan dengan
2. Klien mengatakan batuk yang peningkatan produksi
dialaminya sudah sejak 4 hari Inflamasi sputum
yang lalu
DO : sputum
Nadi : 68x/menit
Respirasi : 26 x/menit
Suhu Badan : 360c
SPO2 : 94%
DO :
Pola napas tidak
1. Keadaan umum lemah efektif
2. Klien tampak sesak napas
3. Terdapat tarikan pada dinding
dada pada saat bernapas
4. Terdapat suara napas tambahan
ronchi
5. Tampak adanya pernapasan
cuping hidung
6. Terdapat suara napas tambahan
ronchi
7. Terpasang selang O2 Nasal
Kanul dengan aliran 3-4
Liter/Menit
8. Hasil foto thorax : PPOK
Intolerasni
aktivitas
HARI-I
NO. DX KEPERAWATAN HARI/TANGGAL/JAM IMPLEMENTASI EVALUASI
1. Bersihan jalan napas tidak efektif
berhubungan dengan peningkatan produksi 1. Mengidentifikasi
sputum kemampuan batuk S :Klien mengatakan
A : Masalah bersihan
jalan napas tidak efektif
belum teratasi
P : Intervensi
dilanjutkan (1,2,3,5)
2. Pola napas tidak efektif berhubungan 1. Memonitor
dengan hambatan upaya napas yang kedalaman, S:Klien mengatakan
ditandai dengan : upaya, dan irama sesaknya sedikit
DS : napas berkurang
1. Klien mengatakan sesak napas Hasil: O:
2. Klien mengatakan sesaknya akan 2. Memonitor -Keadaan umum sedang
bertambah pada saat melakukan adanya produksi -Kesadaran
aktivitas dan pada saat berpindah sputum composmentis
tempat Hasil: -Klien masih tampak
3. Klien mengatakan sesak yang yang 3. Mengauskultasi sedikit sesak
dialaminya sudah sejak 4 hari yang bunyi napas -Terpasang selang
lalu Hasil: oksigen Nasal Kanul
DO : 4. Memonitor dengan aliran 3-4
1. Keadaan umum lemah saturasi oksigen Liter/Menit
2. Klien tampak sesak napas Hasil: -Adanya suara napas
3. Terdapat tarikan pada dinding dada tambahan : ronchi
pada saat bernapas -Repirasi 25x/menit
4. Terdapat suara napas tambahan -SPO2 sebelum
ronchi
5. Tampak adanya pernapasan cuping terpasang oksigen 94%
hidung -SPO2 setelah terpasang
6. Terpasang selang O2 Nasal Kanul oksigen 97%
dengan aliran 3-4 Liter/Menit
7. Hasil foto thorax : PPOK A : Masalah Pola napas
tidak efektif teratasi
sebagian
P : Intervensi
dilanjutkan (2,3,4)
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan 1. Memonitor TTV
ketidakseimbangan antara suplai dan Hasil: S : Klien mengatakan
kebutuhan oksigen yang ditandai dengan : 2. Memonitor masih merasa lemah
DS : pernapasan badan
1. Klien mengatakan tidak bisa Hasil: O:
beraktivitas seperti biasa 3. Memonitor pola -Klien masih belum bisa
2. Klien mengatakan sesaknya dan jam tidur melakukan aktivitasnya
bertambah saat beraktivitas
3. Klien mengatakan badannya terasa Hasil: secara mandiri
lemah 4. Menganjurkan -Tampak klien merasa
DO : tirah baring sesak saat beraktivitas
1. Tampak aktivitas klien dibantu Hasil: -Tampak klien terbaring
2. Klien tampak sesak saat beraktivitas 5. Mengkolaborasi dibed pasien dengan
dengan ahli gizi posisi semifowler
tentang cara
meningkatkan A : Masalah intoleransi
asupan makanan aktivitas belum teratasi
Hasil:
P : Intervensi
dilanjutkan (1,2,3,4)
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
HARI-II
NO. DX KEPERAWATAN HARI/TANGGAL/JAM IMPLEMENTASI EVALUASI
1. Bersihan jalan napas tidak efektif
berhubungan dengan peningkatan produksi 1) Mengidentifikasi S:
sputum kemampuan 1. Klien mengatakan
DS: batuk batuknya sudah
1. Klien mengatakan sering batuk dan Hasil: berkurang
sulit mengeluarkan lender 2) Mengatur posisi 2. Klien mengatakan
2. Klien mengatakan batuk yang semifowler/fowl masih ada lender
dialaminya sudah sejak 4 hari yang er dan sulit untuk
lalu Hasil: dikeluarkan
DO : 3) Menganjurkan O:
1. Klien tampak batuk batuk dengan 1. Tampak batuk
2. Klien tampak gelisah kuat langsung klien telah
3. Tanda – Tanda Vital : setelah Tarik berkurang
Tekanan Darah : 140/70mmHg napas dalam 2. Tampak klien
Nadi : 68x/menit Hasil: masih sulit untuk
Respirasi : 26 x/menit 4) Mengkolaborasi mengeluarkan
Suhu Badan : 360c pemberian obat lendernya
SPO2 : 94% inhalasi 3. Tanda-tanda
Hasil: vital :
Tekanan
Darah :
130/80mmH
g
Nadi :
82x/menit
Respirasi : 25
x/menit
Suhu Badan :
36,50c
SPO2 : 97%
A : Masalah bersihan
jalan napas tidak efektif
teratasi sebagian
P : Intervensi
dilanjutkan (1,2,4)
1.1 Mengkaji tanda-
tanda vital
1.2 Berkolaborasi
dengan dokter
dalam pemberian
terapi nebulizer
2. Pola napas tidak efektif berhubugan
hambatan upaya napas yang ditandai 1) Memonitor S:
dengan : adanya produksi 1. Klien mengatakan
DS : sputum sesaknya sudah
Klien mengatakan sesak napas Hasil: berkurang
lalu rileks
4. Terpasang selang
DO : oksigen Nasal
P : Intervensi
dilanjutkan (1 dan 2)
A : Masalah intoleransi
aktivitas belum teratasi
P : Intervensi
dilanjutkan (2,3,4)
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
HARI-III
NO. DX KEPERAWATAN HARI/TANGGAL/JAM IMPLEMENTASI EVALUASI
1. Bersihan jalan napas tidak efektif
berhubungan dengan peningkatan produksi 1) Mengidentifikas
sputum i kemampuan S:
DO : 3) Mengkolaborasi mampu
pemberian obat mengeluarkan
Klien tampak batuk
08.20 inhalasi dahaknya
Klien tampak gelisah
Hasil:
Tanda – Tanda Vital :
O:
Tekanan Darah : 140/70mmHg
1. Klien tampak
Nadi : 68x/menit
mampu
Respirasi : 26 x/menit mengeluarkan
Suhu Badan : 360c sekretnya
SPO2 : 94% 2. Klien tampak
rileks dan
nyaman
3. Tanda-tanda
vital :
Tekanan
Darah :
130/70mmH
g
Nadi :
75x/menit
Respirasi : 22
x/menit
Suhu Badan :
36,60c
SPO2 : 98%
A : Masalah bersihan
jalan napas tidak efektif
teratasi
P : Intervensi dihentikan
2. Pola napas tidak efektif berhubugan
hambatan upaya napas yang ditandai 1) Memonitor S:
dengan : adanya produksi 2. Klien mengatakan
DS : sputum sesaknya sudah
Klien mengatakan sesak napas Hasil: berkurang
tempat 9. Kesadaran
lalu rileks
11. Terpasang selang
DO : oksigen Nasal
P : Intervensi dihentikan
HASIL Na K Cl
Na : 130 mmol/L
K :3,4 mmol/L
Cl : 97 mmol/L
5.1 Kesimpulan
Hasil pengkajian pada Tn. J.K Keluhan utama :klien mengeluh batuk dan
sesak napas sejak 4 hari yang lalu.Riwayat Penyakit Sekarang : Klien mengatakan
sering batuk dan sulit mengeluarkan lendir, klien juga mengatakan sesak napas
dan sesaknya akan bertambah ketika beraktivitas. Klien juga mengatakan nafsu
makannya berkurang, klien tampak lemas dan tampak gelisah. Klien juga tampak
bertanya-tanya mengenai penyebab penyakit yang dialaminya saat ini. Tanda-
Tanda Vital, Kesadaran : Compos Mentis Kuantitatif : M: 6, V:5, E:4 total GCS :
15 Tekanan Darah : 140/70 mmHgMAP : 280/3=93,33 mmHg Kesimpulan :
Normal Suhu Badan : 36oC (axillar) Nadi :68x/menit Pernafasan : 26x/menit
Irama : dspnea Jenis : dada. Pengukuran Lingkar lengan atas : 23,5 cm TB : 165
cm BB: 55 kg, IMT : 20,20 kg/m2, Kesimpulan : BB normal.
Diagnosa keperawatan pada Tn. J.K (1)Bersihan jalan napas tidak efektif
b/d peningkatan produksi sputum, (2).Pola napas tidak efektif b/d hambatan upaya
napas (3).Defisit nutrisi b/d faktor psikologis (stres, keenganan untuk makan).
(4).Intoleransi aktifitas b/d kelemahan (5).Defisit pengetahuan b/d kurang
terpapar informasi. Implementasi yang dilakukan diagnose : (1). Bersihan jalan
napas tidak efektif b/d peningkatan produksi sputum:Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi, Lakukan fisioterapi dada sebagai mana mestinya,
membuang secret dengan memotivasi pasien untuk melakukan batuk atau
menyedot lender, Instruksikan bagaimana agar bias melakukan batuk efektif. (2)
Pola napas tidak efektif b/d hambatan upaya napas: Pertahankan kepatenan jalan
nafas, Siapkan peralatan oksigen dan berikan melalui system humidifie,Berikan
oksigen tambahan seperti yang diperintahkan, Monitor aliran oksigen. (3). Defisit
nutrisi b/d faktor psikologis (stres, keenganan untuk makan): Monitor keadaan
umum, Edukasi makanan sedikit tapi sering, Anjurkan keluarga untuk
memberikan makanan, Ajarkan untuk memberikan makanan yang disukai. (4)
Intoleransi aktifitas b/d kelemahan: dentifikasi adanya nyeri atau adanya keluhan
fisik lainnya, Anjurkan tirah baring, Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama
melakukan aktivitas,Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan (5).
Defisit pengetahuan b/d kurang terpapar informasi.: Identifikasi kemampuan
menerima informasi, Jatwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan,
Jelaskan penyebab dan faktor risiko penyakit,Jelaskan tanda dan gejala yang
ditimbulkan oleh penyakit serta komplikasinya.
5.2 Saran
1. Klien dan keluarga
Setelah mendapatkan pelayanan keperawatan, keluarga diharapkan mampu
untuk melakukan tindakan yang mandiri untuk perawatan, dan klien di
harapkan patuh dalam meminum obat agar mempercepat proses
penyembuhan.
2. Bagi Rumah Sakit
Ruang IGD RSUD Dr. Samratulangi Tondano disarankan agar supaya
semakin mempertahankan pelayanan yang baik dan optimal bagi klien dan
keluarga yang datang.
3. Bagi Mahasiswa Keperawatan
Mahasiswa diharapkan mampu menerapkan semua ilmu yang di peroleh
selama pada masa perkuliahan sehingga dapat melakukan asuhan keperawatan
secara komprehensif pada klien.
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Hardhi. 2020. Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan Diagnosa Medis NANDA NIC
NOC. Yogyakarta : Media Action.
Arin, Siska, Kristian. (2019). Asuhan Keerawatan Pasien Penyakit Paru Obstruksi Kronik
(PPOK). E-journal.
Brashers, Valentina L. 2017. Aplikasi Klinis Patofisiologi Pemeriksaan dan Manajemen Edisi 2.
Jakarta : EGC Buku Kedokteran
Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease. 2017. Global Strategy for The
Diagnosis, Management, and Prevention of Chronic Obstructive Pulmonary Disease.
Barcelona: Medical Communications Resources. Available from:
http://www.goldcopd.org
Ikawati, Zullies. 2016. Penatalaksanaan Terapi Penyakit Sistem Pernafasan . Yogyakarta : Bursa
Ilmu
Manurung, Nixson. 2016. Aplikasi Asuhan Keperawatan Sistem Respiratory. Jakarta : Trans Info
Media
Muh, Arif, Hasanudin. (2018). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Penyakit Paru Obstruksi
Kronis (PPOK). Kendari: Kementian Kesehatan Republik Indonesia
Muttaqin, Arif. 2018. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan .
Jakarta : Salemba Medika
Padila, 2020. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah . Yogyakarta : Nuha Medika
PPNI, TP. (2017) Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI).
Definisi Dan Indikator Keperawatan Cetakan (II) Led. Jakarta DPP PPNI.
PPNI,TP. (2018).Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. (SIKI) Definisi Dan Tindakan
Keperawatan Cetakan II. I. Led. Jakarta DPP PPNI.
PPNI, TP. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SIKI). Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan Cetakan II. I. Led. Jakarta. DPP PPNI.
Sintia, Tinela, Putri. (2017). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Penyakit Paru Obstruktif
Kronis Di Ruang Paru RSUP Dr. Djamal Padang. E-journal.