Anggota
1. Arbain
2. T. Ony Margaretha
3. Roudlotul Badiah
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat tuhan yang Maha Esa, karena atas dengan rahmat dan
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis menyampaikan terimakasih kepada :
Ns. Dwi Nur Aini, M.Kep Selaku pembimbing yang telah banyak membantu dan
Gangguan Sitem Respirasi Penyakit Paru Obstruktif Kronik bisa selesai tepat waktu.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, baik di masa kini ataupun masa
yang akan datang bagi pembaca umumnya dan tenaga kesehatan khususnya.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
a. Tujuan Umum
Asuhan keperawatan dengan PPOK (Penyakit paru paru obstruksi kronis
(chronic obstructive pulmonary disease COPD)
b. Tujuan Khusus
Dalam Asuhan Keperawatan PPOK mahasiswa dapat :
1. Menjelaskan pengertian dari PPOK
2. Menjelaskan klasifikasi dari PPO
3. Menjelaskan etiologi dari PPOK
4. Menjelaskan patofisiologi dari PPOK
5. Menjelaskan pathway PPOK
6. Menjelaskan manifestasi PPOK
7. Menjelaskan pemeriksaan penunjang pada PPOK
8. Menjelaskan penatalaksanaan PPO
9. Menjelaskan komlikasi dari PPOK
10. Menjelaskan managemen PPOK
11. Menjelaskan pengkajian pada asuhan keperawatan PPOK
12. Menentukan diagnose keperawatan PPOK
13. Menentukan rencana keperawatan PPOK
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Penyakit paru paru obstruksi kronis (chronic obstructive pulmonary
sekelompok panyik paru paru yang berlangsung lama dan ditandai oleh
utamanya adalah : bronchitis kronis, emfisema paru paru dan asma bronchial.
Sering juga penyakit ini disebut dengan Crhronic airflow limitation (CAL) dan
obstruksi saluran napas, termasuk didalamnya ialah asma, bronkitis kronis dan
emfisema pulmonum.
Penyakit paru obstruksi kronik adalah kelainan paru yang ditandai dengan
oleh adanya penyempitan saluran napas dan tidak banyak mengalami perubahan
patofisiologi utamanya.
B. Klasifikasi
Penyakit yang termasuk dalam kelompok penyakit paru obstruksi kronik adalah
sebagai berikut:
1. Bronkitis kronik
Bronkitis merupakan definisi klinis batuk-batuk hampir setiap hari disertai
alveolus.
3. Asma
Asma merupakan suatu penyakit yang dicirikan oleh hipersensitivitas
C. Etiologi
Etiologi penyakit ini belum diketahui. Penyakit ini dikaitkan dengan factor-faktor
disebabkan elastisitas jaringan paru dan dinding dada makin berkurang. Dalam
usia yang lebih lanjut, kekuatan kontraksi otot pernapasan dapat berkurang
oksigen yang diikat oleh darah dalam paru-paru untuk digunakan tubuh.
terminalis), yang mengalami penutupan atau obstruksi awal fase ekspirasi. Udara
yang mudah masuk ke alveoli pada saat inspirasi, pada saat ekspirasi banyak
terjebak dalam alveolus dan terjadilah penumpukan udara (air trapping). Hal
inilah yang menyebabkan adanya keluhan sesak napas dengan segala akibatnya.
Adanya obstruksi pada awal ekspirasi akan menimbulkan kesulitan ekspirasi dan
distribusi gas, difusi gas, maupun perfusi darah akan mengalami gangguan
PPOK Influens
Hiperatropi Kelenjar
Mukosa Ketidakefektifan
Pembersihan Jalan
Penyempitan saluran
Napas
udara secara periodik
Gangguan Infeksi
Ekspansi paru Pertukaran
Suplay oksigen menurun Gas Leukosit
adekuat keseluruh meningkat
tubuh Kompensasi tubuh untuk memenuhi Imun
kebutuhan oksigen dengan menurun
Hipoksia meningkatkan frekuensi pernapasan
Kuman pathogen
dan endogen
Sesak difagosit
Kontraksi dapat pernapasan makrofag
penggunaan energy untuk
Ketidakefektifa Pola pernapasan Anoreksia
Napas
Intoleransi Ketidakseimbangan nutrisi kurang
Aktivitas dari kebutuhan tubuh
F. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala akan mengarah pada dua tipe pokok :
1. Mempunyai gambaran klinik dominant kearah bronchitis kronis (blue
bloater).
2. Mempunyai gambaran klinik kearah emfisema (pink puffers).
Tanda dan gejalanya adalah sebagi berikut:
Pa O2 Norml/rendah Meningkat
Sa O 2 normal Desaturasi
G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan adalah sebagai berikut:
1. Pemeriksaan radiologis
Pada bronchitis kronik secara radiologis ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan:
a. Tubular shadows atau farm lines terlihat bayangan garis-garis yang
parallel, keluar dari hilus menuju apeks paru. Bayangan tersebut
adalah bayangan bronkus yang menebal.
b. Corak paru yang bertambah
lebih awal.
sesuai dengan kuman penyebab infeksi yaitu sesuai hasil uji sensitivitas
controversial.
5. Pengobatan simtomatik.
6. Penanganan terhadap komplikasi-komplikasi yang timbul.
7. Pengobatan oksigen, bagi yang memerlukan. Oksigen harus diberikan
bronkus.
b. Latihan pernapasan, untuk melatih penderita agar bisa melakukan
pernapasan yang paling efektif.
c. Latihan dengan beban oalh raga tertentu, dengan tujuan untuk
J. Managemen
1. Managemen Medis
Intervensi medis bertujuan untuk :
Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
1. Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan yang dikaji meliputi data saat ini yang telah lalu.
Perawat juga mengkaji keadaan pasien dan keluarganya. Kajian tersebut
berfokus kepada menifestasi klinis keluhan utama, kejadian yang membuat
kondisi sekarang ini, riwayat kesehatan masa lalu, riwayat kesehatan
keluarga dan riwayat psikososial. Riwayat kesehatan dimulai dari biografi
pasien. Aspek yang sangat erat hubungannya dengan gangguan system
pernapasan adalah usia, jenis kelamin, pekerjaan (terutama gambaran
kondisi tempat kerja), dan tempat tinggal. Keadaan tempat tinggal
mencakup kondisi tempat tinggal, serta apakahpasien tinggal sendiri atau
dengan orang lain yang nantinya berguna bagi perencanaan pulang
(discharge planning).
a. Keluhan utama
Keluhan utama akan mennetukan prioritas intervensi dan mengkaji
pengetahuan pasien tentang kondisinya saat ini. keluhan yang biasa
muncul pada pasien yang mengalami gangguan siklus oksigen dan
karbondioksida antara lain batuk, peningkatan produksi sputum,
dispnea, hemoptisis, wheezing, stridor dan nyeri dada.
1) Batuk (cough)
2) Peningkatan produksi sputum
3) Dispnea
4) Hemoptisis
5) Chest pain
b. Riwayat kesehatan masa lalu
Riwayat menanyakan tentang riwayat penyakit pernapasan pasien.
Secara umum perawat perlu menanyakan hal hal berikut :
1) Riwayat merokok
2) Pengobatan saat ini dan masa lalu
3) Alergi
4) Tempat tinggal
c. Riwayat kesehatan keluarga
Tujuan menyakan riwayat keluarga dan sosial pasien penyakit paru
paru sekurang kurangnya ada tiga hal, yaitu :
1) Penyakit infeksi
2) Kelainan alergi
3) Pasien bronchitis kronis
2. Kajian system (Head to Toe)
a. Inspeksi
Prosedure inspeksi yang dilakukan oleh perawat adalah sebagai
berikut :
1) Pemeiksaan dada dimulai dari dada posterior dan pasien harus
dalam keadaan duduk.
2) Dada diebservasi dengan membadngkan satu sisi dengan yang
lainnya.
3) Tindakan dilakukan dari atas sampai ke bawah.
4) Inspeksi dada posterior terhadap warna kulit dan kondisinya
(skar, lesi, dan masa) dan gangguan tulang belakang (kifosiis,
skoliosis dan lordosis).
5) Catat jumlah, irama, kedalaman pernapasan dan kesimetrisan
pergerakan dada.
6) Observasi tipe pernapasan seperti : pernapasan hidung atau
pernapasan diafragma serta penggunaan otot bantu pernapasan.
7) Saat mengobservasi respirasi, catat durasi dari fase inspirasi (I)
dan fase ekspirasi (E). rasio pada fase ini normalnya adalah 1 :
2. Fase ekspirasi yang memanjang menunjukkan adanya
obstruksi pada jalan napas sering ditemukan pasien dengan
chronic airflow limitation (CAL) / chronic obstructive
pulmonary disease (COPD).
8) Kaji konfigurasi dada dan dibandingkan diameter ateroposterior
(AP) dengan diameter lateral /transversal (T). Rasio normal
berkisar anatara 1 : 2 sampai5 : 7, tergantung dari kondisi cairan
tubuh pasien.
c. Perkusi
Perawat melakukan perkusi untuk mengkaji resonansi pulmoner,
organ yang ada disekitarnya dan pengembangan (ekskursi) diafragma.
Jenis suara perkusi ada dua jenis yaitu :
1) Suara perkusi normal :
a) Resonan (sonor) : dihasilkan pada jaringan paru paru
normal umumnya bergaung dan bernada rendah.
b) Dullness : dihasilkan diatas bagian jantung atau paru paru
c) Tympany : dihasilakn diatas perut yang berisi udara
umumnya bersifat musical.
2) Suara perkusi abnormal :
a) Hiperresonan : bergaung lebih rendah dibandingkan
dengan resonan dan timbul pada bagian paru paru yang
abnormal berisi udara.
b) Flatness : nadanya lebih tinggi dari dullness dan dapat
didengar pada perkusi daerah paha, dimana seluruh
areanya berisi jaringan.
d. Auskultasi
Auskultasi merupakan pengkajian yang sangat bermanka mencakup
mendengarkan suara napas normal dan suara tambahan (abnormal).
Suara napas normal dihasilkan dari getaran udara ketika melalui jalan
napas dari laring ke alveoli dan bersifat bersih.
1) Jenis suara napas normal adalah :
a) Bronchial : sering juga disebut dengan tubular sound
karena suara yang dihasilkan oleh udara yang melalui
suatu tube (pipa), suaranya terdengar keras, nyaring
dengan hembusan yang lembut. Fase ekspirasinya lebih
panjang daripada inspirasi dan tidak ada jeda di antara
kedua fase tersebut. Normal terdngar di atas trachea atau
daerah lekuk supraternal.
b) Bronkovesikullar : merupakan gabungan dari suara napas
bronchial dan vesicular. Suaaranya tedengar nyaring
dengan intensitas sedang. Inspirasi dama panjang dengan
ekpirasi. Suara ini terdengar di daerah dada dimana
bronkus tertutup oleh dinding dada.
c) Vesicular : terdengar lembut, halus, seperti angin spoi
spoi, inspirasi lebihpanjang dari ekspirasi terdengar
seperti tiupan.
2) Jenis suara napas tambahan adalah :
a) Wheezing
b) Ronchi
c) Pleural friction rub
d) Crackles :
- Fine crackles
- Coarse crackles
3. Pengkajian psikososial
Pengkajian psikososial meliputi kajian tentang aspek kebiasaan hidup
pasien yang secara signifikan berpengaruh terhadap fungsi respirasi.
Beberapa kondisi respiratori timbul akibat stress. Penyakit pernapasan
kronis dapat menyebabkan perubahan dalam peran keluarga dan
hubungan dengan orang lain. Isolasi sosial, masalah keunangan,
pekerjaan, atau ketidakmampuan. Dengan mendiskusikan mekanisme
prngobatan, perawatan dapat mengkaji reaksi pasien terhadap masalah
strss psikososial dan mencari jalan keluarnya
B. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan utama pasien mencakup berikut ini, sesuai dengan Nanda
(2012) :
Pembersihan jalan napas, ketidakefektifan (1980, 1996, 1998) :
ketidakmampuan untuk membersihkan secret atau obstruksi saluran napas
guna mempertahankan jalan napas yang bersih.
Petukaran gas, gangguan (1980, 1996, 1998) : kelebihan atau kekurangan
oksigenasi atau eminasi karbondioksida di membrane kapiler alveolar.
Pola napas, ketidakefektifan (1980, 1996, 1998) : inspirasi dan atau ekpirasi
yang tidak memberi ventilasi yang adekuat.
Intoleransi aktivitas, resiko (1982) : berisiko mengalami ketidakcukupan
energy fisiologi atau psikologi untuk melanjtkan atau menyelesaikan
aktivitas sehari hari yang harus dan ingin dilakukan.
Nutrisi, Ketidakseimbangan : Kurang dari kebutuhan tubuh (1975, 2000) :
asupan nutrisi tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolic.
C. Perencanaan
Intervensi dan rasional PPOK berdasarkan konsep Nursing intervention
classification (NIC) dan Nursing Outcome Classification (NOC).
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyakit Paru Obstruktif Kronik yang biasa dikenal sebagai PPOK
merupakan penyakit kronik yang ditandai dengan keterbatasan aliran udara dalam
saluran napas yang tidak sepenuhnya reversibel dan biasanya menimbulkan
obstruksi. Gangguan yang bersifat progresif (cepat dan berat) ini disebabkan
karena terjadinya Radang kronik akibat pajanan partikel atau gas beracun yang
terjadi dalam kurun waktu yang cukup lama dengan gejala utama sesak napas,
batuk, dan produksi sputum dan keterbatasan aktifitas.
Penyebab dari penyakit ini yaitu dari kebiasaan sehari-hari seperti merokok,
lingkungn yang tidak bersih, mempunyai penyakit saluran pernfasan, dll.
Penyakit ini tidak dapat disembuhkan secara total karena penyakit ini merupakan
penyakit komplikasi seperti asma, emphiema, bronkus kritis dll. Hanya saja akan
berkurang secara bertahap apabila rutin berkonsultasi dengan dokter, mengubah
pola hidup sehari-hari dan sering berolahraga.
B. Saran
Daftar Pustaka
Somantri, Irman. 2008 . Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Jakarta : Salemba Medika
Wilkonson, Judith M. 2012. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Ed.9 . Jakarta : EGC