Anda di halaman 1dari 12

SATUAN ACARA PENYULUHAN

PENCEGAHAN PENYAKIT PARU OBSTRUKSIF KRONIS (PPOK)

Disusun oleh :

Irma Kamelia

201903027

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN

STIKES KARYA HUSADA KEDIRI

TAHUN AKADEMIK 2020/2021


LEMBAR PENGESAHAN

Satuan Acara Penyuluhan ini dibuat untuk memenuhi tugas praktik klinik
semester V di ruang Arofah RSUI Madinah Kasembon pada 15 November 2021
oleh mahasiswa Program Studi D3 Keperawatan STIKES Karya Husada Kediri.

Nama : Irma Kamelia

NIM : 201903027

Judul : Satuan Acara Penyuluhan Pencegahan Penyakit Paru Obstruksif Kronis


(PPOK)

Mengetahui,

MAHASISWA

Irma Kamelia

PEMBIMBING RUANG PEMBIMBING INSTITUSI


SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

PENCEGAHAN PENYAKIT PARU OBSTRUKSIF KRONIS (PPOK)

Topik : Penyakit Paru Obstruksif Kronis (PPOK)

Sub Topik : Pencegahan Penyakit Paru Obstruksif Kronis (PPOK)

Sasaran : Umum

Penyuluh : Mahasiswa D3 Keperawatan

A. LATAR BELAKANG
Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) atau sering disebut juga chronic
obstructive pulmonary disease (COPD) merupakan penyebab kesakitan dan
kematian yang cukup sering di dunia. Menurut WHO tahun 2011 PPOK
menduduki peringkat kelima sebagai penyebab utama kematian di dunia dan
diperkirakan pada tahun 2020 penyakit ini akan menempati peringkat ketiga
karena peningkatan tingkat merokok dan perubahan demografis di banyak
negara. Menurut Global Initiative for Chronic Lung Disease tahun 2011 PPOK
merupakan penyakit yang menempati urutan ke-4 penyebab kematian di
Amerika Serikat dan merupakan satu-satunya penyakit kronis. Menurut
Department of Health England tahun 2010 merokok merupakan penyebab 80-
90 % kasus PPOK.
Prevalensi PPOK di Asia Tenggara diperkirakan sebesar 6,3% dengan
prevalensi tertinggi ada di negara Vietnam (6,7%) dan RRC (6,5%) (Yusanti et
al., 2015). Di Indonesia diperkirakan terdapat 4,8 juta pasien PPOK dengan
prevalensi 5,6%. Angka ini bisa meningkat dengan makin banyaknya jumlah
perokok karena 90% pasien PPOK adalah perokok atau mantan perokok.
Mortalitas PPOK lebih tinggi pada laki-laki dan akan meningkat pada
kelompok umur > 45 tahun. Hal ini bisa dihubungkan bahwa penurunan fungsi
respirasi pada umur 30-40 tahun (Riskesdas, 2013).
PPOK adalah penyakit progresif lambat melibatkan saluran udara atau
parenkim paru yang menghasilkan obstruksi aliran udara ditandai dengan
meningkatnya respon inflamasi kronis dalam saluran udara dan paru-paru oleh
partikel berbahaya atau gas (Basnet et al., 2013). Patofisiologi PPOK terkait
karakteristik hambatan aliran udara pada PPOK disebabkan oleh hubungan
antara obstruksi saluran napas kecil (obstruksi bronkiolitis) dan kerusakan
parenkim (emfisema) yang bervariasi pada setiap individu. Keterbatasan aliran
udara secara progresif menyebabkan tekanan paru – paru arteri akan meningkat
yaitu pada bagian ventrikel kemudian mengalami hipertrofi lalu mengembang
di beberapa aliran udara ekspirasi pasien PPOK sehingga menyebabkan
obstruksi (Antus et al., 2013).
Etiologi PPOK berasal dari tiga faktor risiko yaitu faktor host, faktor
perokok dan faktor lingkungan. Faktor host berkaitan dengan usia dan
defisiensi α 1 antritripsin, faktor perokok dan lingkungan berkaitan dengan
polutan yang berasal dari luar tubuh. Partikel polutan yang dihirup oleh
individu mengakibatkan peradangan dan cedera sel sehingga meningkatkan
risiko terkena PPOK (Dipiro, 2011). PPOK dapat diklasifisikan menjadi 4 jenis
berdasarkan tingkat keparahannya menggunakan tes spirometri yaitu ringan,
sedang, parah dan sangat parah. Pada tahap PPOK parah dan sangat parah
mengindikasikan eksaserbasi PPOK dengan peningkatan keparahan gejala
(GOLD, 2013). Manifestasi klinis dari PPOK terdiri dari gagal jantung, cor
pulmonale dan osteoporosis. Penyebabnya adalah hipoksemia pada aliran darah
paru sehingga menyebabkan beberapa gangguan terkait aliran darah di paru-
paru dan di jantung lalu menyebabkan manifestasi klinik yang lain seperti cor
polmunale dan osteoporosis (Barr et al., 2015).
Gejala PPOK diawali dengan batuk kronik dan produksi sputum yang
dialami pasien selama beberapa tahun sebelum berkembang ke gejala dispnea.
Pemeriksaan fisik menunjukkan hasil normal pada pasien yang berada pada
tahap PPOK ringan. Bila keterbatasan aliran udara menjadi parah, pasien dapat
mengalami sianosis membran mukosa, peningkatan laju respirasi istirahat,
napas dangkal, dan penggunaan otot respirasi pelengkap. Pasien PPOK yang
memburuk dapat mengalami dispnea yang lebih parah akan mengalami
peningkatan volume sputum atau peningkatan kandungan nanah pada sputum.
Tanda umum lain dari PPOK yang memburuk termasuk dada terasa sempit,
peningkatan kebutuhan bronkodilator, tidak enak badan, lelah, dan penurunan
toleransi fisik (Yulinah , 2013).
Tujuan dari penatalaksanaan PPOK secara umum adalah untuk
mengurangi penurunan volume ekspirasi, mengurangi angka keparahan akut,
dan pengurangan tingkat kematian (Yulinah, 2013). Apabila terjadi penurunan
volume ekspirasi, maka dipastikan terjadi eksaserbasi yaitu perburukan kondisi
penyakit yang bersifat akut dari kondisi sebelumnya yang stabil dan dengan
variasi harian normal dan mengharuskan perubahan dalam pengobatan yang
biasa diberikan pada pasien PPOK (Anderson et al., 2013).
Pengobatan eksaserbasi PPOK sangat tergantung pada beratnya penyakit.
Obat-obat yang diberikan bertujuan memperkecil atau menghilangkan keluhan
dan gejala serta mencegah komplikasi. Pada kasus eksaserbasi PPOK, obat
yang diberikan adalah oksigen, bronkodilator (ipratropium dan salbutamol),
kortikosteroid (prednison), dan antibiotik (azitromisin, ceftriaxon,
levofloxacin) (Gupta et al., 2014). Antibiotik hanya diberikan kepada pasien
yang mengalami tanda gejala yang telah nampak seperti peningkatan dispnea,
peningkatan volume sputum dan peningkatan kandungan nanah sputum.
Peningkatan keparahan gejala ini sering disebut dengan eksaserbasi PPOK (Lin
et al., 2015).
Pemilihan terapi antibiotik sebaiknya didasarkan pada organisme yang
paling mungkin. Organisme yang paling umum untuk PPOK dengan
eksaserbasi akut adalah Haemophilus influenza, Moraxella catarrhalis,
Streptococcus pneumonia, dan Haemophilus parainfluenzae (Sethi et al., 2015).
Pada keadaan memburuk tanpa komplikasi, terapi antibiotik yang
direkomendasikan adalah golongan makrolida, sefalosporin generasi ketiga
(ceftriaxon), atau doksisilin (GOLD, 2013).
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah mendapatkan penyuluhan diharapkan peserta dapat memahami
tentang pencegahan penyakit paru obstruksif kronis untuk diri sendiri dan
orang disekitarnya.
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan peserta dapat :
1) Menjelaskan pengertian penyakit paru obstruksif kronis
2) Menjelaskan penyebab penyakit paru obstruksif kronis
3) Menyebutkan tanda dan gejala penyakit paru obstruksif kronis
4) Menyebutkan komplikasi yang akan ditimbulkan dari penyakit paru
obstruksif kronis
5) Menjelaskan cara pencegahan penyakit paru obstruksif kronis

C. POKOK PEMBAHASAN
Penyakit paru obstruksif kronis

D. MATERI
1. Pengertian penyakit paru obstruksif kronis
2. Penyebab penyakit paru obstruksif kronis
3. Tanda dan gejala penyakit paru obstruksif kronis
4. Komplikasi penyakit paru obstruksif kronis
5. Cara pencegahan penyakit paru obstruksif kronis

E. METODE
a. Ceramah
b. Diskusi dan tanya jawab
F. MEDIA DAN ALAT
a. Leaflet

G. KEGIATAN PENYULUHAN

No. WAKTU KEGIATAN PENYULUH KEGIATAN PESERTA


1. 3 Pembukaan :
Menit 1) Membuka kegiatan dengan 1) Menjawab salam
mengucapkan salam.
2) Memperkenalkan diri 2) Mendengarkan
3) Menjelaskan tujuan dari 3) Memperhatikan
penyuluhan
4) Menyebutkan materi yang 4) Memperhatikan
akan diberikan
2. 10 Pelaksanaan :
menit 1) Menggali pengetahuan 1) Memperhatikan
peserta tentang penyakit paru
obstruksif kronis 2) Memperhatikan dan
2) Menjelaskan pengertian menjawab pertanyaan yang
penyakit paru obstruksif diajukan
kronis 3) Memperhatikan
3) Menjelaskan penyebab
penyakit paru obstruksif 4) Memperhatikan
kronis
4) Menjelaskan tanda dan gejala 5) Memperhatikan
penyakit paru obstruksif
kronis 6) Memperhatikan
5) Menjelaskan komplikasi
penyakit paru obstruksif
kronis
6) Menjelaskan cara penyakit
paru obstruksif kronis
3. 2 Terminasi :
Menit 1) Mengucapkan terimakasih 1) Mendengarkan
atas peran serta peserta.
2) Mengucapkan salam penutup 2) Menjawab salam

H. EVALUASI
1. Peserta mengetahui pengertian penyakit paru obstruksif kronis
2. Peserta mengetahui penyebab penyakit paru obstruksif kronis
3. Peserta mengetahui tanda dan gejala penyakit paru obstruksif kronis
4. Peserta mengetahui komplikasi penyakit paru obstruksif kronis
5. Peserta mengetahui cara pencegahan penyakit paru obstruksif kronis

I. PENUTUP
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan peserta memahami pengertian,
penyebab, tanda gejala, komplikasi, dan cara pencegahan penyakit paru
obstruksif kronis.
LAMPIRAN MATERI

PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIS

1. Pengertian penyakit paru obstruksif kronis


Penyakit paru obstruktif kronis atau sering disingkat PPOK adalah istilah
yang digunakan untuk sejumlah penyakit yang menyerang paru-paru untuk
jangka panjang. Penyakit ini menghalangi aliran udara dari dalam paru-paru
sehingga pengidap akan mengalami kesulitan dalam bernapas. PPOK
umumnya merupakan kombinasi dari dua penyakit pernapasan, yaitu bronkitis
kronis dan emfisema. Bronkitis adalah infeksi pada saluran udara menuju paru-
paru yang menyebabkan pembengkakan dinding bronkus dan produksi cairan
di saluran udara berlebihan. Emfisema adalah kondisi rusaknya kantung-
kantung udara pada paru-paru yang terjadi secara bertahap.

2. Penyebab penyakit paru obstruksif kronis

1) Kebiasaan merokok merupakan satu-satunya penyebab kausal yang


terpenting, jauh lebih penting dari faktor penyebab lainnya. Dalam
pencatatan riwayat merokok perlu diperhatikan tentang, riwayat merokok,
Perokok Aktif, Perokok Pasif, Bekas perokok. Bila merupakan bekas
perokok harus dinilai derajat berat merokok dengan menggunakan Indeks
Brinkman (IB), yaitu perkalian jumlah rata-rata batang rokok dihisap
sehari dikalikan lama merokok dalam tahun :

• Ringan : 0-200

• Sedang : 200-600

• Berat : >600

2) Riwayat terpajan polusi udara di lingkungan dan tempat kerja


3) Hipereaktiviti bronkus
4) Riwayat infeksi saluran napas bawah berulang
5) Asap, gas, uap, atau bahan kimia
6) Debu
7) Polusi dalam ruangan (seperti bahan bakar padat yang digunakan untuk
memasak dan pemanasan)
8) Polusi luar ruangan
9) Debu dan zat kimia okupasi (uap, iritan, dan asap)
10) Infeksi pernapasan bawah yang sering terjadi selama masa kanak-kanak
11) Defisiensi antitripsin alfa - 1, umumnya jarang terdapat di Indonesia

3. Tanda dan gejala penyakit paru obstruksif kronis


Seseorang dengan PPOK ringan dapat tanpa keluhan atau gejala. Hal ini
dapat membahayakan jika faktor risikonya tidak dihindari maka penyakit ini
akan semakin progresif. PPOK dapat menimbulkan gejala sebagai berikut :

1) Sesak napas
2) Batuk-batuk kronis (batuk 2 minggu)
3) Sputum yang produktif (batuk berdahak)

Pada PPOK eksaserbasi akut terdapat gejala yang bertambah parah seperti:

1) Bertambahnya sesak napas


2) Kadang-kadang disertai mengi
3) Bertambahnya batuk disertai meningkatnya sputum (dahak)
4) Sputum menjadi lebih purulen dan berubah warna

Gejala non-spesifik: lesu, lemas, susah tidur, mudah lelah, depresi

4. Komplikasi penyakit paru obstruksif kronis

PPOK adalah salah satu penyakit yang berisiko menimbulkan komplikasi.


Terdapat beberapa komplikasi PPOK yang mungkin saja terjadi, seperti:
1) Masalah jantung: PPOK dapat menyebabkan detak jantung tidak teratur
dan mengalami perubahan. Kondisi ini disebut dengan aritmia. Masalah
jantung lain yang juga mungkin berisiko pada orang dengan PPOK
adalah gagal jantung.
2) Tekanan darah tinggi: PPOK dapat menyebabkan tekanan darah tinggi
pada pembuluh darah yang memasok darah ke paru-paru. Kondisi ini
disebut dengan hipertensi paru.
3) Infeksi pernapasan: Ketika memiliki PPOK, mungkin akan lebih sering
terkena pilek, flu, atau bahkan pneumonia (infeksi paru serius yang
disebabkan oleh virus atau jamur). Infeksi ini dapat membuat gejala
Anda memburuk atau menyebabkan kerusakan paru lebih lanjut.

5. Cara pencegahan penyakit paru obstruksif kronis

Langkah utama pencegahan PPOK adalah dengan menjauhi penyebabnya.


Tidak hanya untuk mencegah terjadinya PPOK, langkah-langkah berikut ini
pun dapat membantu meringankan dan membuat PPOK agar tidak semakin
parah.

Untuk melindungi diri dari PPOK, ada beberapa langkah pencegahan yang bisa
dilakukan, antara lain:

1) Menghentikan kebiasaan merokok dan selalu jauhi asap rokok


2) Menghindari paparan debu, asap, polusi, atau polutan lain, terutama
bila Anda bertempat tinggal atau bekerja di lingkungan dengan kualitas
udara yang buruk
3) Menjalani vaksinasi flu dan vaksinasi pneumokokus untuk mencegah
dan mengurangi risiko infeksi pada saluran pernapasan dan paru-paru
4) Menerapkan gaya hidup sehat dengan rutin berolahraga, mengonsumsi
makanan bergizi seimbang, dan cukup minum air putih (sekitar 8 gelas
per hari)
DAFTAR PUSTAKA

http://eprints.umm.ac.id/32918/2/jiptummpp-gdl-defrydwiki-44426-2-bab1.pdf
Diakses pada tanggal 22 November 2021

http://p2ptm.kemkes.go.id/infographic-p2ptm/penyakit-paru-kronik/page/37/apa-
itu-penyakit-paru-obstruktif-kronik-ppok Diakses pada tanggal 22 November
2021

http://p2ptm.kemkes.go.id/artikel-sehat/kenali-penyakit-paru-obstruktif-kronik-
ppok Diakses pada tanggal 22 November 2021

https://hellosehat.com/pernapasan/emfisema/pengertian-ppok/ Diakses pada


tanggal 22 November 2021

https://www.alodokter.com/ketahui-penyebab-ppok-dan-langkah-pencegahannya
Diakses pada tanggal 22 November 2021

Anda mungkin juga menyukai